Anda di halaman 1dari 30

BAGIAN ILMU THT-KL REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN JANUARI 2020


UNIVERSITAS HALU OLEO

PENYAKIT MENIERE

PENYUSUN :
Cyntia Pratiwi K1A1 13 007
Misdayanti Takdir K1A1 13 111

PEMBIMBING:
dr. Nur Hilaliyah, M. Kes., Sp .THT-KL

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU THT-KL
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa :

Nama : Cyntia Pratiwi, S.Ked K1A1 13 007

Misdayanti Takdir, S.Ked K1A1 13 111

Judul Referat : Penyakit Meniere

Telah menyelesaikan Referat dalam rangka tugas kepanitraan klinik pada Bagian
THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo.

Kendari, Januari 2020

Mengetahui :

Pembimbing,

dr. Nur Hilaliyah, M. Kes., Sp .THT-KL

2
PENYAKIT MENIERE
Misdayanti Takdir, Cyntia Pratiwi, Nur Hilaliyah

A. Pendahuluan
Penyakit Meniere adalah gejala kompleks yang berasal dari telinga
bagian dalam, yang pertama kali dijelaskan oleh Prosper Meniere lebih
dari 140 tahun yang lalu. Penyakit ini ditemukan oleh Meniere pada tahun
1861 dan dia yakin bahwa penyakit ini berada di dalam telinga, sedangkan
pada waktu itu para ahli banyak menduga bahwa penyakit itu berada pada
otak. Pendapat Meniere dibuktikan oleh Hallpike and Cairn tahun 1938,
dengan ditemukannya hidrops endolimfa, setelah memeriksa tulang
temporal pasien Meniere. 1, 2
Penyakit Meniere atau endolymphatic hydrops adalah kelainan
telinga bagian dalam idiopatik yang ditandai dengan serangan vertigo,
gangguan pendengaran yang berfluktuasi, tinitus, dan rasa penuh di
telinga. 3
Insiden penyakit Meniere berkisar 10 hingga 150 kasus per
100.000 orang setiap tahun. Tidak ada perbedaan jenis kelamin yang
terkena dan biasanya mengenai pada dekade kelima kehidupan. Diagnosis
baru penyakit Meniere pada seseorang yang lebih muda dari usia 20 atau
lebih tua dari usia 70 adalah tidak biasa. Tidak ada kecenderungan telinga
kanan atau kiri untuk penyakit ini. 3
Etiologi pastinya belum diketahui secara pasti. Etiologi dianggap
multifaktorial, tetapi hidrop endolimfatik telah dikenal sebagai kondisi
patofisiologis yang mendasari penyakit tersebut. Informasi tentang
penyakit Meniere memberikan banyak pilihan terapi yang bertujuan
menghilangkan gejala penyakit. Sayangnya, tidak satu pun dari ini yang
terbukti mengubah perkembangan alami penyakit. 2

B. Definisi
Penyakit Meniere adalah kelainan klinis yang dideskripsikan untuk
pertama kalinya oleh Prosper Meniere pada tahun 1861. Penyakit ini

3
didefinisikan sebagai sindrom idiopatik hidrop endolimfatik oleh Komite
Pendengaran dan Keseimbangan American Academy of Otolaryngolog-
Head and Neck Surgery (AAO-HNS 1995) yang ditandai dengan gejala
utama yaitu tinitus, gangguan pendengaran yang berfluktuasi dan serangan
vertigo yang berulang. 2 , 4
C. Epidemiologi
Terjadinya penyakit Meniere telah dievaluasi sejak Perang Dunia
Kedua. Naito pada tahun 1962 melaporkan bahwa frekuensi pasien
Meniere telah meningkat dari 100 menjadi 3400 per 100.000 pasien rawat
jalan klinik THT di Jepang sejak akhir Perang Dunia Kedua. Evaluasi
Jepang yang lebih baru tersedia dari Prefektur Toyoama, di mana
prevalensi tetap hampir tidak berubah pada 16-17 per 100.000 selama
periode 1974-1990. Variasi yang ditandai dari angka-angka ini dapat
dijelaskan oleh kriteria yang berbeda untuk penyakit dalam studi
Cawthorne dan Hewlett pada tahun 1954, misalnya, sebanyak 61% dari
pasien yang dirujuk karena vertigo didiagnosis memiliki penyakit
Meniere, sedangkan dalam penelitian terbaru dari Ballester et al. tahun
2002, hanya 5,1% dari 8423 pasien neurotologis yang memenuhi kriteria
AAO-HNS tahun 1995 untuk penyakit Meniere yang pasti. 2
Perbedaan dalam distribusi geografis penyakit ini juga telah
dilaporkan terjadi. Penyakit ini terbukti lebih umum di wilayah selatan dan
tengah dibandingkan dengan wilayah utara Jepang menurut Watanabe et
al. tahun 1981. Penyakit Meniere relatif jarang terjadi pada orang berusia
di bawah 18 tahun. Meyerhoff et al tahun 1978 mengemukakan bahwa 3%
pasien dengan penyakit Meniere adalah anak-anak, sementara Filipo dan
Barbara pada tahun 1985 memperkirakan proporsi anak-anak adalah 7%.
Dalam seri Oosterweld tahun 1980, 3,5% dari pasien lebih muda dari 20
tahun pada saat serangan pertama. Dalam penelitian terbaru dari Jepang,
Akagi et al. tahun 2001 melaporkan kejadian penyakit Meniere pada
pasien anak dengan vertigo menjadi 2,9%. Karenanya, kasus anak
tampaknya hanya mewakili sebagian kecil dari semua pasien dengan
penyakit Meniere. 2

4
Beberapa penelitian telah diterbitkan menunjukkan bahwa gejala
penyakit biasanya muncul antara usia 20-60 tahun, dan usia rata-rata saat
onset adalah pada dekade keempat kehidupan. Menurut Ballester et al.
tahun 2002, 9% dari semua pasien Meniere mulai mengembangkan
penyakit mereka pada usia 65 atau lebih. Mereka juga menemukan bahwa
salah satu fitur paling mencolok dari penyakit Meniere pada lansia adalah
tingginya insiden serangan drop, yang sering mengarah pada kesalahan
diagnosis stroke atau iskemia batang otak. 2
Menurut beberapa peneliti (Cawthorne & Hewlett 1954, Thomas &
Harris 1971, Oosterweld 1980, Celestino & Ralli 1991), tidak ada
perbedaan besar antara jenis kelamin pada penyakit Meniere. Beberapa
laporan sebelumnya (Harrison & Naftalin 1968, Hedgecock 1968)
menunjukkan sedikit dominan laki-laki. Dalam serangkaian 356 pasien
Swedia, Stahle tahun 1976 melaporkan 57% laki-laki dan 43% perempuan,
tetapi dalam survei lain yang dilakukan oleh penulis yang sama, situasi
yang berlawanan terlihat (Stahle et al. 1978). Di Jepang, rasio pria-wanita
dilaporkan berubah menuju dominasi wanita selama periode 1975-1990
(Watanabe et al. 1995). 2
Faktor-faktor pekerjaan jelas tidak memainkan peran penting
dalam epidemiologi penyakit Meniere. Tampaknya tidak ada dominasi sisi,
karena kedua telinga sama-sama terpengaruh dalam sebagian besar studi
(Stahle 1976a, Meyerhoff et al. 1981, Wladislavosky Waserman 1984).
Wiet (1979) melaporkan penyakit ini sangat langka di India Amerika di
daerah Phoenix di Arizona. Dalam laporannya tentang 1500 kasus dari
Pittsburgh, Pennsylvania, Caparosa (1963) menyimpulkan bahwa penyakit
ini hanya terjadi sesekali dalam ras kulit hitam. 2
D. Etiologi
Penyebab pasti penyakit Meniere belum diketahui. Penambahan
volume endolimfa diperkirakanoleh adanya gangguan biokimia cairan
endolimfa dan gangguan klinik pada membran labirin. 1
Patologi utama pada penyakit Meniere adalah distensi sistem
endolimfatik karena peningkatan volume endolimfatik. Ini dapat terjadi
karena peningkatan produksi endolimf atau penyerapan yang salah atau

5
keduanya. Biasanya, endolymph dikeluarkan oleh stria vascularis, mengisi
labirin membran dan diserap melalui kantung endolymphatic. 5
Berbagai teori tentang penyebab penyakit ini adalah sebagai
berikut : 5
1. Gangguan absorpsi oleh kantung endolimfatik
Biasanya, endolymph dibawa oleh saluran endolymphatic ke
kantung dimana ia diserap. Gangguan absorpsi oleh kantung mungkin
bertanggung jawab atas peningkatan tekanan endolymph. Obstruksi
eksperimental kantung endolimfatik dan salurannya juga menghasilkan
hidrops. Iskemia kantung telah diamati dalam kasus penyakit Ménière
yang menjalani operasi kantung, menunjukkan vaskularisasi yang
buruk dan dengan demikian penyerapan oleh kantung tersebut buruk.
Distensi labirin membran menyebabkan pecahnya membran Reissner
dan dengan demikian mencampurkan perilimfon dengan endolimf,
yang diperkirakan menyebabkan serangan vertigo.
2. Gangguan vasomotor
Ada overaktivitas simpatik yang mengakibatkan spasme arteri
pendengaran internal dan/atau cabang-cabangnya, sehingga
mengganggu fungsi neuroepitel sensorik koklea atau vestibular. Ini
bertanggung jawab untuk tuli dan vertigo. Anoksia kapiler stria
vascularis juga menyebabkan peningkatan permeabilitas, dengan
transudasi cairan dan peningkatan produksi endolimf.

3. Alergi
Alergen yang mengganggu bisa berupa bahan makanan atau
inhalansi. Dalam kasus ini, telinga bagian dalam bertindak sebagai
"organ syok" yang menghasilkan kelebihan endolimf. Hampir 50%
pasien dengan penyakit Meniere mengalami inhalan dan/atau alergi
makanan secara bersamaan. Mungkin saja penyakit Meniere bersifat
multifaktorial, menghasilkan titik akhir umum hidrop endolimfatik
dengan presentasi klasik.
4. Retensi natrium dan air
Jumlah cairan yang berlebihan dipertahankan sehingga
menyebabkan hidrops endolimfatik.

6
5. Hipotiroidisme
Sekitar 3% kasus penyakit Meniere disebabkan oleh
hipotiroidisme. Kasus-kasus seperti itu mendapat manfaat dari terapi
penggantian tiroid.
6. Etiologi autoimun dan virus
Etiologi autoimun dan virus juga telah disarankan berdasarkan
pengamatan eksperimental, laboratorium dan klinis.

E. Anatomi

Gambar 1. Anatomi Telinga 6

Telinga Dalam
Telinga dalam terletak di dalam tulang temporal bagian
petrosa, di dalamnya dijumpai labirin periotik yang mengelilingi
struktur telinga dalam yaitu labirin, merupakan suatu rangkaian
berkesinambungan antara tuba dan rongga telinga dalam yang
dilapisi epitel. Labirin terdiri dari labirin membran berisi endolim
yang merupakan satu-satunya cairan ekstraselular dalam tubuh
yang tinggi kalium dan rendah natrium. Labirin membran ini di
kelilingi oleh labirin tulang ,di antara labirin tulang dan membran
terisi cairan perilim dengan komposisi elektrolit tinggi natrium
rendah kalium. 6

7
Gambar 2. (A) Tulang labirin kiri. (B) Labirin membranous
kiri. (C) Potong bagian dari tulang labirin .5

Labirin terdiri dari tiga bagian yaitu pars superior, pars


inferior dan pars intermedia. Pars superior terdiri dari utrikulus dan
saluran semisirkularis, pars inferior terdiri dari sakulus dan koklea
sedangkan pars intermedia terdiri dari duktus dan sakus
endolimpaticus. 6

Gambar 3. Skema Labirin 6

8
Telinga dalam disuplai oleh arteri auditorius interna cabang
dari arteri cerebelaris inferior. Aliran darah vena bersama dengan
aliran arteri. 6
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa
dua setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah
kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut
helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala
vestibuli. 1
Koklea adalah organ pendengaran berbentuk menyerupai
rumah siput dengan dua dan satu setengah putaran pada aksis
memiliki panjang lebih kurang 3,5 cm. Sentral aksis disebut
sebagai modiolus dengan tinggi lebih kurang 5 milimeter, berisi
berkas saraf dan suplai arteri dari arteri vertebralis. 6
Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak
lengkap dan membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan
melintang koklea tampak skala vestibuli sebelah atas, skala timpani
di sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis) diantaranya.
Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa berbeda dengan
endolimfa. Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar skala
vestibuli disebut sebagai membran vestibuli (Reissner’s
membrane) sedangkan dasar skala media adalah membran basalis.
Pada membran ini terletak organ Corti. Pada skala media terdapat
bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran tektoria, dan
pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel
rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis Corti, yang membentuk
organ Corti. 1

9
Gambar 4. Bagian melalui koklea untuk menunjukkan skala
media (saluran koklea), skala vestibuli dan skala
tympani. 5

Gambar 5. Diagram sistem perilimfatik. CSF masuk ke skala


tympani melalui saluran air koklea. 5

Organ corti terletak di atas membran basilaris dari basis ke


apeks, yang mengandung organel penting untuk mekanisme saraf
pendengaran perifer. Organ terdiri satu baris sel rambut dalam yang
berjumlah sekitar 3 000 dan tiga baris sel rambut luar yang
berjumlah sekitar 12.000. Rambut halus atau silia menonjol ke atas
dari sel-sel rambut menyentuh atau tertanam pada permukaan
lapisan gel dari membran tektorial. Ujung atas sel-sel rambut
terfiksasi secara erat dalam struktur sangat kaku pada lamina
retikularis. Serat kaku dan pendek dekat basis koklea mempunyai
kecenderungan untuk bergetar pada frekuensi tinggi sedangkan

10
serat panjang dan lentur dekat helikotrema mempunyai
kecenderungan untuk bergetar pada frekuensi rendah. 6
Sel-sel rambut di dalam organ corti diinervasi oleh serabut
aferen dan eferen dari saraf koklearis cabang dari nervus VIII,
88% Serabut aferen menuju ke sel rambut bagian dalam dan 12 %
sisanya menuju ke sel rambut luar. Serabut aferen dan eferen ini
akan membentuk ganglion spiralis yang selanjutnya menuju ke
nuleus koklearis yang merupakan neuron primer, dari nucleus
koklearis neuron sekunder berjalan kontral lateral menuju lemnikus
lateralis dan ke kolikulus posterior dan korpus genikulatum
medialis sebagai neuron tersier, selanjutnya menuju ke pusat
pendengaran di lobus temporalis tepatnya di girus transversus. 6

Gambar 6. Organ Corti 6


F. Fisiologi
1. Fisiologi Pendengaran
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh
daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara
atau tulang ke koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran
timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang
pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit
tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani
dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan
diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga
perilimfa pada skala vestibuli bergerak. Getaran diteruskan melalui

11
membrana Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan
menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan membran
tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan
terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion
terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel.
Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga
melepaskan neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan
menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke
nukleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di
lobus temporalis. 1
2. Fisiologi Alat Keseimbangan
Keseimbangan dan orientasi tubuh seseorang terhadap
lingkungan di sekitarnya tergantung pada input sensorik dari reseptor
vestibuler di labirin, organ visual dan proprioseptif. Gabungan
informasi ketiga reseptor sensorik tersebut akan diolah di SSP,
sehingga menggambarkan keadaan posisi tubuh pada saat itu. Labirin
terdiri dari labirin statis yaitu utrikulus dan sakulus yang merupakan
pelebaran labirin membran yang terdapat dalam vestibulum labirin
tulang. Pada tiap pelebarannya terdapat makula utrikulus yang di
dalamnya terdapat sel-sel reseptor keseimbangan. Labirin kinetic
terdiri dari tiga kanalis semisirkularis dimana pada tiap kanalis
terdapat pelebaran yang berhubungan dengan utrikulus, disebut
ampula. Di dalamnya terdapat krista ampularis yang terdiri dari sel-sel
reseptor keseimbangan dan seluruhnya tertutup oleh suatu substansi
gelatin yang disebut kupula. Gerakan atau perubahan kepala dan
tubuh akan menimbulkan perpindahan cairan endolimfa di labirin dan
selanjutnya silia sel rambut akan menekuk. Tekukan silia
menyebabkan permeabilitas membran sel berubah, sehingga ion
kalsium akan masuk ke dalam sel yang menyebabkan terjadinya proses
depolarisasi dan akan merangsang penglepasan neulotransmiter
eksitator yang selanjutnya akan meneruskan impuls sensoris melalui
saraf aferen ke pusat keseimbangan di otak. Sewaktu berkas silia

12
terdorong ke arah berlawanan, maka terjadi hiperpolarisasi. organ
vestibuler berfungsi sebagai transduser yang mengubah energi
mekanik akibat rangsangan otolit dan gerakan endolimfa di dalam
kanalis semisirkularis menjadi energy biolistrik, sehingga dapat
memberi informasi mengenai perubahan posisi tubuh akibat
percepatan linier atau percepatan sudut. Dengan demikian dapat
memberi informasi mengenai semua gerak tubuh yang sedang
berlangsung. Sistem vestibuler berhubungan dengan sistem tubuh yang
lain, sehingga kelainannya dapat menimbulkan gejala pada sistem
tubuh bersangkutian. Gejala yang timbul dapat berupa vertigo, rasa
mual dan muntah. Pada jantung berupa bradikardi atau takikardi dan
pada kulit reaksinya berkeringat dingin.1

G. Patofisiologi
Gejala klinis penyakit Meniere disebabkan oleh adanya hidrops
endolimfa pada koklea dan vestibulum. Hidrops yang terjadi mendadak
dan hilang timbul diduga disebabkan oleh : 1
1. Meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri
2. Berkurangnya tekanan osmotik di dalam kapiler
3. Meningkatnya tekanan osmotik ruang ekstrakapiler
4. Jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat, sehingga terjadi
penimbunan cairan endolimfa.
Pada pemeriksaan histopatologi tulang temporal, ditemukan pelebaran
dan perubahan morfologi pada membran Reissner. Terdapat
penonjolan ke dalam skala vestibuli, terutama di daerah apeks koklea
Helikotrema. Sakulus juga mengalami pelebaran yang dapat menekan
utrikulus. Pada awalnya pelebaran skala media dimulai dari daerah
apeks koklea, kemudian dapat meluas mengenai bagian tengah dan
basal koklea. Hal ini yang dapat menjelaskan terjadinya tuli saraf nada
rendah pada penyakit Meniere. 1

13
Gambar 7. Perbedaan telinga normal dan telinga pada penderita
penyakit Meniere. 7

H. Gejala Klinis
Gejala utama penyakit Meniere adalah sebagai berikut : 5
1. Vertigo
Muncul dalam serangan, onsetnya tiba-tiba. Pasien merasa
berputar pada dirinya atau lingkungannya. Terkadang, ada perasaan
"ke sana kemari" atau "naik turun". Serangan datang dalam kelompok,
dengan periode remisi spontan berlangsung selama berminggu-
minggu, berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Biasanya, serangan
disertai mual dan muntah dengan ataksia dan nistagmus. Serangan
berat dapat disertai dengan gejala gangguan vagal lainnya seperti kram
perut, diare, keringat dingin, pucat dan bradikardia. Biasanya, tidak
ada gejala peringatan dari serangan vertigo yang akan datang, tetapi
kadang-kadang pasien mungkin merasakan rasa penuh di telinga,
perubahan karakter tinnitus atau ketidaknyamanan di telinga yang
memicu serangan. Beberapa kasus penyakit Meniere menunjukkan
fenomena Tullio.
Beberapa kasus penyakit Meniere menunjukkan fenomena
Tullio. Ini adalah suatu kondisi di mana suara keras atau kebisingan
menghasilkan vertigo dan disebabkan oleh saccule membesar yang
menempel pada alas kaki stapes. Fenomena ini juga terlihat ketika ada
tiga jendela yang berfungsi di telinga, mis. fenestrasi kanal horizontal
dengan adanya stape bergerak.
2. Gangguan pendengaran

14
Ini biasanya menyertai vertigo atau mungkin mendahuluinya.
Pendengaran membaik setelah serangan dan mungkin normal selama
periode remisi. Sifat gangguan pendengaran yang fluktuatif ini cukup
khas dari penyakit ini. Dengan serangan berulang, peningkatan
pendengaran selama remisi mungkin tidak lengkap; beberapa
gangguan pendengaran ditambahkan dalam setiap serangan yang
mengarah ke kemunduran pendengaran yang lambat dan progresif
yang bersifat permanen.
a. Distorsi suara. Beberapa pasien mengeluh pendengarannya
terganggu. Nada frekuensi tertentu mungkin tampak normal di
satu telinga dan nada lebih tinggi di telinga lain yang mengarah ke
diplacusis. Musik tampak sumbang.
b. Intoleransi terhadap suara keras. Pasien dengan penyakit Meniere
tidak dapat mentoleransi penguatan suara karena fenomena
rekrutmen.
3. Tinnitus
Ini adalah jenis raungan bernada rendah dan diperburuk selama serangan
akut. Terkadang memiliki karakter mendesis. Ini dapat bertahan selama
periode remisi. Perubahan intensitas dan nada tinnitus mungkin
merupakan gejala peringatan serangan.

4. Rasa penuh di Telinga


Seperti gejala lainnya, itu juga berfluktuasi. Mungkin pada saat serangan
vertigo atau mendahului serangan vertigo.
5. Lain-lain
Pasien penyakit Meniere sering menunjukkan tanda-tanda gangguan
emosional karena takut akan pengulangan serangan. Sebelumnya, stres
emosional dianggap sebagai penyebab penyakit Meniere.

I. Diagnosis
Pemeriksaan yang dilakukan adalah sebagai berikut : 5

15
1. Otoskopi
Tidak ada kelainan yang terlihat pada membran timpani
2. Nistagmus
Itu terlihat hanya selama serangan akut. Komponen cepat nistagmus
adalah ke arah telinga yang tidak terpengaruh.
3. Tes garpu tala
Pasien dengan penyakit Meniere menunjukkan gangguan pendengaran
sensorineural. Tes Rinne positif, konduksi tulang absolut berkurang di
telinga yang terkena dan Weber di lateralisasi ke telinga yang lebih
baik.
Diagnosis penyakit meniere bisa dilakukan dengan pemeriksaan sebagai
berikut : 5
1. Audiometri nada murni
Ada gangguan pendengaran sensorineural. Pada tahap awal,
frekuensi yang lebih rendah terpengaruh dan kurva adalah tipe
yang naik. Ketika frekuensi yang lebih tinggi terlibat, kurva
menjadi datar atau tipe jatuh.
2. Audiometri ucapan
Skor diskriminasi biasanya 55-85% antara serangan tetapi
kemampuan diskriminasi jauh berkurang selama dan segera setelah
serangan.
3. Tes audiometri khusus.
Mereka menunjukkan sifat penyakit koklea dan dengan demikian
membantu untuk membedakan dari lesi retrocochlear, mis.
neuroma akustik.
a. Tes rekrutmen positif.
b. Tes SISI (indeks sensitivitas kenaikan singkat). Skor SISI lebih
baik daripada 70% pada dua pertiga pasien (normal 15%).

16
Gambar 8. (A) Audiogram pada penyakit Meniere awal.
Catatan: Gangguan pendengaran adalah
sensorineural dan lebih banyak pada frekuensi
yang lebih rendah-kurva yang naik. Ketika
penyakit ini berkembang, frekuensi menengah
dan lebih tinggi terlibat dan audiogram menjadi
tipe datar atau turun (B & C). 5

4. Electrocochleogry
Ini menunjukkan perubahan diagnostik penyakit Meniere.
Biasanya, rasio penjumlahan potensial (SP) dengan potensi
tindakan (AP) adalah 30%. Pada penyakit Meniere, rasio SP / AP
lebih besar dari 30%.

17
Gambar 9. Electrocochleography. (A) Telinga normal. (B)
Telinga dengan penyakit Meniere. Tegangan
potensi penjumlahan (SP) dibandingkan dengan
potensial potensial (AP). Biasanya SP adalah 30%
dari AP. Rasio ini ditingkatkan pada penyakit
Meniere. 5

5. Tes kalori
Ini menunjukkan berkurangnya respons di sisi yang
terpengaruh pada 75% kasus. Seringkali, ini menunjukkan paresis
kanal pada sisi yang terkena (paling umum) tetapi kadang-kadang
ada kecenderungan arah ke sisi yang sehat atau kombinasi kedua
paresis kanal pada sisi yang terkena.
6. Tes Gliserol
Pasien diberi gliserol (1,5 mL / kg) dengan jumlah air yang
sama dan sedikit zat penyedap atau jus lemon. Skor audiogram dan
diskriminasi bicara direkam sebelum dan 1-2 jam setelah konsumsi
gliserol. Peningkatan 10 dB dalam dua oktaf atau lebih yang
berdekatan atau kenaikan skor diskriminasi 10% menjadikan tes ini
positif. Ada juga peningkatan tinnitus dan rasa penuh di telinga.

18
Tes ini memiliki nilai diagnostik dan prognostik. Saat ini, tes
gliserol dikombinasikan dengan electrocochleography.
7. Studi Pencitraan
Studi pencitraan seperti MRI dan CT scan berguna untuk
menyingkirkan neuroma akustik (Gambar 8) dan patologi
intrakranial lainnya yang mengganggu keseimbangan dan
pendengaran (mis. Tumor akustik, hidrosefalus, dan multipel
sklerosis). Pada resolusi diagnostik saat ini, pencitraan MRI tidak
memiliki temuan khusus untuk menunjukkan keberadaan temuan
endo untuk menunjukkan adanya hidrop endolimfatik. Namun,
ada kemajuan terbaru dalam pencitraan MRI menggunakan
suntikan intratympanic dari bahan kontras gadolinium, yang telah
menunjukkan pelebaran kompartemen endolimf pada beberapa
pasien dengan penyakit Ménière lanjut. Penyempurnaan lebih
lanjut dari teknik pencitraan ini dapat memungkinkan diagnosis
yang lebih pasti pada pasien dengan gejala tipe Ménière, dan
memperkuat basis bukti untuk banyak perawatan yang tersedia
untuk pasien dengan penyakit Meniere. 8

Gambar 10. Pemeriksaan MRI yang ditingkatkan dengan


kontras menunjukkan neuroma akustik besar
(panah) pada pasien yang mengalami gangguan
pendengaran nada rendah dan gangguan
keseimbangan ringan. 8

19
Komite Pendengaran dan Keseimbangan American Academy
of Otolaryngology Kepala dan Leher Bedah (AAOHNS)
mengklasifikasikan diagnosis penyakit Meniere sebagai berikut: 5
1. Certain, beberapa penyakit Meniere yang pasti dikonfirmasi
oleh histopatologi.
2. Definite, dua atau lebih episode vertigo spontan definitif
berlangsung 20 menit atau lebih.
a. Gangguan pendengaran yang didokumentasikan secara
Audiometri setidaknya satu kali.
b. Tinnitus atau aural penuh di telinga yang terkena.
c. Semua penyebab lainnya dikecualikan
3. Probable
a. Satu episode pasti vertigo.
b. Gangguan pendengaran didokumentasikan secara
Audiometri setidaknya satu kali.
c. Tinnitus atau kepenuhan aural di telinga yang dirawat.
d. Penyebab lain dikecualikan
4. Possible
a. Vertigo episodik tipe Meniere tanpa gangguan pendengaran
yang terdokumentasi (varian vestibular).
b. Gangguan pendengaran sensorineural, berfluktuasi atau
tetap, dengan disekuilibrium tetapi tanpa episode definitif
(varian koklea).
c. Penyebab lain dikecualikan.

J. Stadium Penyakit Meniere


Ini dapat dilakukan dalam kasus-kasus tertentu penyakit Ménière.
Ini didasarkan pada rata-rata ambang nada murni pada 0,5, 1, 2, 3 kHz
(dibulatkan ke keseluruhan terdekat) dari audiogram terburuk selama
interval 6 bulan sebelum perawatan. 5

Tabel 1. Stadium penyakit Meniere 5

20
K. Differential Diagnosis
Differential Diagnosis penyakit Meniere adalah sebagai berikut :
1. BPPV
Vertigo posisi paroksismal jinak (VPPJ) atau disebut juga Benign
Paroxysmal Potitional Veftigo (BPPV) adalah gangguan keseimbangan
perifer yang sering dijumpai. Gejala yang dikeluhkan adalah vertigo
yang datang tiba-tiba pada perubahan posisi kepala, beberapa pasien
dapat mengatakan dengan tepat posisi tertentu yang menimbulkan
keluhan vertigonya. Biasanya vertigo dirasakan sangat berat,
berlangsung singkat hanya beberapa detik saja walaupun penderita
merasakannya lebih lama. Keluhan dapat disertai mual bahkan sampai
muntah, sehingga penderita merasa khawatir akan timbul serangan
lagi, hal ini yang menyebabkan penderita sangat hati-hati dalam posisi
tidurnya. Vertigo jenis ini sering berulang kadang kadang dapat
sembuh dengan sendirinya. VPPJ merupakan penyakit degenerative
yang idiopatik yang sering ditemukan, kebanyakan diderita pada usia
dewasa muda dan usia lanjut. Trauma kepala merupakan penyebab
kedua terbanyak pada VPPJ bilateral. Penyebab lain yang lebih jarang
adalah labirintitis virus, neuritis vestibuler, pasca stapedectomi, fistula
perilimfa dan penyakit meniere. VPPJ merupakan penyakit pada semua
usia dewasa. Pada anak belum pernah dilaporkan. 1
2. Labirinitis
Labirinitis adalah infeksi pada telinga dalam (labirin). Keadaan
ini dapat ditemukan sebagai bagian dari suatu proses sistemik atau
merupakan suatu proses tunggal pada labirin saja. Labirinitis bakteri
sering disebabkan oleh komplikasi intra temporal dari radang telinga
tengah. Penderita otitis media kronik yang kemudian tiba-tiba vertigo,
muntah dan hilangnya pendengaran harus waspada terhadap timbulnya
labirinitis supuratif.

21
Labirinitis yang mengenai seluruh bagian labirin, disebut
labirinitis umum (general), dengan gejala vertigo berat dan tuli saraf
berat, sedangkan labirinitis yang terbatas (labirinitis sirkumskripta)
menyebabkan terjadinya vertigo saja atau tuli saraf saja.
Labirinitis dibagi menjadi :
a. Labirinitis Serosa
vertigo spontan dan nistagmus rotatoar, biasanya ke arah
telinga yang sakit. Kadang-kadang disertai mual dan muntah,
ataksia dan tuli saraf. Ada riwayat gejala labirinitis sebelumnya,
suhu badan normal atau mendekati normal.
b. Labirinitis Akut Supuratif
Tuli total pada telinga yang sakit diikuti dengan vertigo
berat, mual, muntah, ataksia dan nistagmus spontan ke arah telinga
yang sehat. Mual, muntah, vertigo dan ataksia dapat berat sekali
bila awal dari perjalana labirinitis supiratif tersebut cepat.
Terdapat nistagmus horizontal rotatoar yang komponen
cepatnya mengarah ke telinga yang sehat. Dalam beberapa jam
pertama penyakit, sebelum seluruh fungsi labirin rusak, nistagmus
dapat mengarah ke telinga yang sakit. Jika fungsi koklea hancur,
akan mentebabkan tuli saraf total permanen. Suhu badan normal
atau mendekati normal, bila terdapat kenaikan, mungkin
disebabkan oleh otitis media atau mastoiditis. Tidak terdapat rasa
nyeri. Bila terdapat, mungkin disebabkan oleh lesi lain, bukan oleh
labirinitis.
Selama fase akut, posisi pasien sangat khas. Pasien akan
berbaring pada sisi ynag sehat dan matanya mengarah ke sisi yang
sakit, jadi ke arah komponen lambat nistagmus. Posisi ini akan
mengurangi perasaan vertigo.
c. Labirinitis Kronik Supuratif
Terjadi tuli total di sisi yang sakit. Vertigo ringan dan
nistagmus spontan biasanya ke arah telinga yang sehat dapat

22
menetap sampai beberapa bulan atau sampai sisa labirin yang
berfungsi dapat mengkompensasinya. 9

L. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penyakit Meniere adalah sebagai berikut : 5
1. Tindakan Umum
a. Kecemasan pasien dapat dihilangkan dengan menjelaskan sifat
sebenarnya dari penyakit. Ini sangat penting dalam serangan akut.
b. Berhenti merokok. Nikotin menyebabkan vasospasme. Merokok
harus dihentikan sepenuhnya. Untuk beberapa pasien, ini mungkin
satu-satunya perawatan yang diperlukan.
c. Diet rendah garam. Pasien harus melakukan diet bebas garam
sejauh mungkin. Tidak boleh ada garam tambahan. Asupan garam
tidak boleh melebihi 1,5-2,0 g / hari.
d. Hindari asupan air yang berlebihan.
e. Hindari terlalu banyak minum kopi, teh dan alkohol.
f. Hindari stres dan modifikasi gaya hidup. Latihan relaksasi mental
dan yoga sangat membantu mengurangi stres.
g. Hindari aktivitas yang membutuhkan keseimbangan tubuh yang
baik. Karena serangan penyakit Ménière tiba-tiba, kadang-kadang
tanpa gejala peringatan, profesi seperti yang berhubungan dengan
penerbangan, menyelam di bawah air atau bekerja di ketinggian
harus dihindari. 5
2. Manajemen Serangan Akut
Selama serangan akut, ada vertigo berat dengan mual dan muntah.
Pasien gelisah. Gerakan kepala memicu rasa pusing. Oleh karena itu,
perawatan akan terdiri dari:
a. Kepastian dan dukungan psikologis untuk menghilangkan
kekhawatiran dan kecemasan.
b. Istirahat di tempat tidur dengan kepala ditopang pada bantal untuk
mencegah gerakan berlebihan.
c. Obat penenang vestibular untuk meredakan vertigo. pemberian harus
diberikan intramuskular atau intravena, jika muntah menghalangi
pemberian oral. Obat yang berguna dalam serangan akut adalah
dimenhydrinate (Dramamine), promethazine theoclate (Avomine)
atau prochlorperazine (Stemetil). Diazepam (Valium atau Calmpose)

23
5-10 mg dapat diberikan secara intravena. Ini memiliki efek
menenangkan dan juga menekan aktivitas inti vestibular medial.
Pada beberapa pasien, serangan akut dapat dihentikan dengan
atropin, 0,4 mg, diberikan secara subkutan.
d. Vasodilator
1) Menghirup karbogen (5% CO2 dengan 95% O). Ini adalah
vasodilator otak yang baik dan meningkatkan sirkulasi
labirin.
2) Tetes Histamin. Histamin difosfat, 2,75 mg dilarutkan dalam
500 mL glukosa, diberikan sebagai IV, menetes dengan
kecepatan lambat juga merupakan vasodilator yang baik dan
membantu mengendalikan serangan akut. Efek samping
histamin termasuk takikardia, gangguan irama jantung,
hipotensi, hipertermia, dan bronkospasme. Ini tidak boleh
digunakan pada perut kosong dan dikontraindikasikan pada
penderita asma.
3. Pengelolaan Fase Kronis
Ketika pasien datang setelah serangan akut, perawatan terdiri dari:
a. Obat penenang vestibular. Proklorperazin (Stemetil) 10 mg, tiga kali
sehari, secara oral selama dua bulan dan kemudian dikurangi menjadi 5
mg tiga kali sehari selama satu bulan lagi.
b. Vasodilator. Asam nikotinat, 50 mg, diminum sekitar satu jam sebelum
makan tiga kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan secara perlahan untuk
mencapai pembilasan kulit. Betahistine (Vertin) 8-16 mg, tiga kali
sehari, diberikan secara oral, juga meningkatkan aliran darah labirin
dengan melepaskan histamin dalam tubuh. Betahistine adalah obat yang
memiliki sifat farmakologis dan struktural yang mirip dengan histamin.
Betahistine adalah heteroreseptor H3 antagonis dan agonis H1 yang
meningkatkan sirkulasi mikro di telinga bagian dalam. Efek sirkulasi
betahistine telah dibuktikan pada hewan laboratorium dan manusia.
Betahistin meningkatkan aliran darah regional pada pasien dengan

24
penyakit serebrovaskular degeneratif dan secara signifikan
meningkatkan fungsi kognitif pada orang tua. 5 , 10
Betahistine sangat populer di Perancis, Eropa, Jepang dan
dengan banyak ahli bedah di Australia tetapi tidak disetujui FDA di AS.
Dosis bervariasi dari satu pusat ke pusat lain tetapi literatur melaporkan
efek yang lebih baik dengan dosis minimal 48 mg/hari. Ini dapat
digunakan hingga 288 hingga 480 mg/hari untuk pasien dengan MD
parah yang tidak cukup menanggapi dosis yang lebih rendah. Para
penulis merekomendasikan, tergantung pada negara mereka,
menggunakan betahistine dengan dosis 48 hingga 96 mg/hari. 11
c. Diuretik. Kadang-kadang, furosemide diuretik, tablet 40 mg, diambil
pada hari-hari alternatif dengan suplemen kalium membantu
mengendalikan serangan berulang, jika tidak dikendalikan oleh
vasodilator atau obat penenang vestibular.
d. Propantheline bromide (Probanthine), 15 mg, tiga kali sehari, dapat
diberikan sendiri atau dalam kombinasi dengan vasodilator dan cukup
efektif.
e. Hindari alergen. Kadang-kadang, makanan atau alergen inhalan
bertanggung jawab atas serangan tersebut. Itu harus ditemukan dan
dihilangkan atau dilakukan desensitisasi.
f. Hormon. Investigasi harus diarahkan untuk menemukan gangguan
endokrin seperti hipotiroidisme, dan terapi penggantian yang tepat
diberikan. Kontrol stres oleh perubahan gaya hidup penting untuk
mencegah serangan berulang. Sekitar 80% pasien dapat dikelola secara
efektif dengan terapi medis saja.
4. Terapi Intratympani Gentamicin (Labyrinthectomy Kimia)
Gentamisin terutama vestibulotoxic. Ini telah digunakan dalam
suntikan harian atau dua mingguan ke telinga tengah. Obat diserap
melalui jendela bundar dan menyebabkan penghancuran labirin
vestibular. Kontrol total vertigo telah dilaporkan pada 60-80% pasien
dengan beberapa bantuan dari gejala pada orang lain. Kehilangan

25
pendengaran, kadang-kadang parah dan mendalam, telah dilaporkan
pada 4-30% pasien yang diobati dengan mode terapi ini.
5. Microwick
Ini adalah sumbu kecil yang terbuat dari polivinil asetat dan
berukuran 1 mm x 9 mm. Ini dimaksudkan untuk mengirimkan obat-
obatan dari saluran luar ke telinga bagian dalam dan dengan demikian
menghindari suntikan intratympanic berulang. Dibutuhkan tabung
tympanostomy (grommet) untuk dimasukkan ke dalam membran
timpani dan sumbu dilewatkan melalui itu. Ketika direndam dengan
obat, sumbu mengirimkannya ke jendela bundar untuk diserap ke
telinga bagian dalam. Ini telah digunakan untuk memberikan steroid
dalam tuli mendadak dan gentamisin untuk menghancurkan labirin
vestibular pada penyakit Meniere.
6. Perawatan Bedah
Ini digunakan hanya ketika perawatan medis gagal.
a. Prosedur konservatif. Prosedur ini digunakan dalam kasus-
kasus di mana vertigo melumpuhkan tetapi pendengaran masih
bermanfaat dan perlu dipertahankan.
1) Dekompresi kantung endolimfatik.
2) Operasi shunt endolymphatic. Sebuah tabung
dimasukkan, menghubungkan kantung endolimfatik
dengan ruang subarachnoid, untuk mengalirkan
endolimf yang berlebih.
3) Sacculotomy (Operasi Fick). Ini menusuk saccule
dengan jarum melalui alas kaki stapes. Saccule
dilatasi terletak dekat dengan alas kaki stapes dan
dapat dengan mudah ditembus. Prosedur tack Cody
terdiri dari menempatkan tack stainless steel melalui
alas kaki stapes. Paku akan menyebabkan dekompresi
berkala saccule ketika buncit. Kedua operasi ini
diklaim telah menunjukkan hasil yang baik tetapi

26
tidak dapat direproduksi oleh orang lain dan
karenanya ditinggalkan. Cochleosacculotomy adalah
prosedur serupa lainnya di mana, alih saccule, saluran
koklea tertusuk dan dikeringkan ke dalam perilymph
(otic-periotic shunt). Prosedur ini dilakukan dengan
jarum melengkung melewati jendela bundar untuk
menusuk saluran koklea.
4) Section of vestibular nerve, Saraf terkena oleh
retrosigmoid atau pendekatan fossa kranial tengah dan
dibelah secara selektif. Ini mengontrol vertigo tetapi
menjaga pendengaran.
5) Ultrasonic destruction of vestibular labyrinth. Fungsi
koklea dipertahankan.
b. Prosedur Destruktif
Prosedur ini menghancurkan fungsi koklea dan
vestibular dan dengan demikian hanya digunakan ketika fungsi
koklea tidak dapat diperbaiki. Labirinektomi, Labirin membran
sepenuhnya hancur baik dengan membuka melalui kanal
setengah lingkaran lateral dengan rute transmastoid atau
melalui jendela oval dengan pendekatan transcanal. Ini
memberi perbaikan dari serangan vertigo.
c. Intermittent low-pressure pulse therapy [Terapi perangkat
Meniett (Gambar 9)]. Diamati bahwa tekanan positif intermiten
yang dikirim ke cairan telinga bagian dalam membawa
kelegaan dari gejala penyakit Meniere. Tidak hanya ada
peningkatan vertigo, tinnitus dan telinga penuh, tetapi
pendengaran juga dapat meningkat. Gelombang tekanan positif
intermiten dapat dikirim melalui instrumen yang disebut
perangkat Meniett yang telah disetujui oleh FDA. Prasyarat
untuk terapi semacam itu adalah untuk melakukan
myringotomy dan memasukkan tabung ventilasi sehingga

27
perangkat ketika digabungkan ke saluran telinga luar dapat
mengirimkan gelombang tekanan ke membran jendela bundar
melalui tabung ventilasi. Gelombang tekanan melewati
perilymph dan menyebabkan pengurangan tekanan endolymph
dengan mendistribusikannya kembali melalui berbagai saluran
komunikasi seperti kantung endolymphatic atau pembuluh
darah (Gambar 9). Beberapa percaya mereka mengatur sekresi
endolymph oleh stria vascularis. Pasien dapat melakukan
perawatan sendiri di rumah. Mungkin diperlukan beberapa
bulan sebelum remisi lengkap penyakit diperoleh. Terapi
perangkat Meniett telah direkomendasikan untuk pasien yang
gagal dalam perawatan medis dan pilihan pembedahan sedang
dipertimbangkan. 5

Gambar 11. Mekanisme terapi denyut nadi tekanan rendah


intermiten. Gelombang tekanan melewati
tabung ventilasi (1) ke membran jendela bundar
(2) dan ditransmisikan ke perilymph (kuning)
dan kompres labirin endolymphatic (biru) untuk
mendistribusikan kembali tekanan endolymph
ke kantung (3) dan pembuluh darah (4). 5

J. Prognosis
Sulit untuk memprediksi bagaimana penyakit Meniere akan
mempengaruhi masa depan seseorang. Gejala bisa hilang satu hari dan

28
tidak pernah kembali. Atau mereka mungkin menjadi begitu parah
sehingga menyebabkan kecacatan. 12

K. Komplikasi
Setelah 10 hingga 20 tahun jika tidak ditangani dengan baik vertigo
dan gangguan pendengaran yang terjadi menjadi gangguan pendengaran
sedang hingga gangguan pendengaran berat. Pada Meniere tuli yang
terjadi biasanya unilateral, namun dari 25% hingga 45% pasien gangguan
pendengaran dapat berkembang ke telinga kontralateral. 3

DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi Arsyad Efiaty, Lskandar Nurbaiti, Bashiruddin Jenny, Restuti


Dwi Ratna, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
& Leher, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta. 2007. 102-
103
2. Kotimaki Jouko Meniere's Disease In Finland, Department Of
Otorhinolaryngology, University Of Oulu, Finland. 2003
3. Lalwani K Anil. Current diagnosis dan treatment in otolorangynology head
and neck surgery. Department of Otolaryngology. New York University
School of Medicine. 2008. 717-720
4. Rubika J, The Meniere’s Disease- A Short Review, Saveetha Dental
College and Hospital, Tamilnadu, India 2015
5. Dhingra Pl, Shuruti Dhingra. Diseases Of Ear, Nose And Throat & Head
And Neck Surgery. Department of Otolaryngology and Head & Neck
Surgery. New Delhi. 2014. 100-105
6. Nugroho Setyo Puguh, Wijayadi HMS, Anatomi Dan Fisiologi
Pendengaran Perifer, Departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Bedah Kepala Dan Leher, Universitas Airlangga. Surabaya.
2009
7. D. Rani Sandhya, B.G. Madhusudan. Ayurvedic approach to meniere’s
disease – A review Departemen of roganidana, JJS ayurveda medical
collage. India. 2019.

29
8. Cruz Da Melville, Menier’s Disease, Associate Professor Da Cruz Is An
Ear Nose And Throat Surgeon At Westmead Hospital , Universitas Of
Sydney, Sydney, 2014
9. Leo Wiryana, Labirinitis, Bagian/Upf Ilmu Penyakit Tht Fk Unlam –
Rsud Ulin Banjarmasin, 2012.
10. Bogaz amaro Eduardono, Silva da cavallini freitas andre, freitas santos
dos Gabriel, rebeiro knoll davi, meniere’s disease treatment, spanyol, 2017
11. Nevoux. J, Barbara. M, Dornhoffer, Gibson.W, Kitahara.T, Darrouzet V.
International consensus ( ICON) On treatment of meniere disease,
department of otology and neurotology , france, 2018.
12. Haybach J. P., MS, RN. Meniere disease. Portland. 2011.

30

Anda mungkin juga menyukai