Kelompok 13
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Meniere pertama kali dijelaskan oleh seorang ahli dari Perancis
bernama Prospere Meniere dalam sebuah artikel yang diterbitkannya pada tahun
1861. Definisi penyakit Meniere adalah suatu penyakit pada telinga bagian dalam
yang bisa mempengaruhi pendengaran dan keseimbangan. Penyakit ini ditandai
dengan keluhan berulang berupa vertigo, tinnitus, dan pendengaran yang
berkurang, biasanya pada satu telinga. Penyakit ini disebabkan oleh peningkatan
volume dan tekanan dariendolimph pada telinga dalam.
Penyakit Meniere adalah penyakit telinga batin yang mempengaruhi tekanan
fluida endolymphatic dalam bagian-bagian yang lebih dalam telinga yang
bertanggung jawab untuk keseimbangan dan mendengar fungsi. Gejala biasanya
mempengaruhi fungsi-fungsi ini dan mungkin berbeda dari orang ke orang.
(Ananya Mandal : 2013)
Dari penelitian yang dilakukan didapat data sekitar 200 kasus dari 100.000
orang di dunia menderita penyakit Meniere. Kebanyakan penderita adalah yang
berumur 40 tahun keatas dan tidak ada perbedaan yang berarti antara antara
jumlah penderita pria dan wanita. Prevalensi penyakit Meniere di beberapa
negara berbeda-beda, di Amerika terdapat 218 penderita dari 100.000 penduduk,
di Jepang terdapat 36 penderita dari 100.000 penduduk, dan 8 penderita dari
100.000 penduduk terdapat di Italia. Kelompok kami akan berusaha menjelaskan
tentang sindrom meniere beserta asuhan keperawatan yang diharapkan dapat
berguna untuk mahasiswa dan masyarakat pada umumnya (Nuzulul Z. H., 2011).
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Meniere Disease?
2. Bagaimana epidemologi dari Meniere Disease?
3. Bagaimana etiologi dari Meniere Disease?
4. Bagimana patofisiologi dari Meniere Disease?
5. Apa manifestasi klinis dari Meniere Disease?
6. Apa tes diagnostik dari Meniere Disease?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari Meniere Disease?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menjelaskan bagaimana asuhan keperawatan yang harus diberikan kepada klien
dengan Meniere Disease.
2. Tujuan Khusus
a. Utuk mengetahui definisi dari Meniere Disease
b. Utuk mengetahui etiologi dari Meniere Disease
c. Utuk mengetahui Manifestasi klinis dari Meniere Disease
d. Utuk mengetahui penatalaksanaan dari Meniere Disease
e. Utuk mengetahui patofisiologi dari Meniere Disease
f. Utuk mengetahui asuhan keperawatan dari Meniere Disease
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Etiologi yang tepat tidak diketahui, tetapi diduga berasal dari hipersekresi,
hyperabsorption, defisit permeabilitas membran, alergi, infeksi virus,
ketidakseimbangan hormon, atau stres mental. Penyakit ini biasanya berkembang
antara usia 40 dan 60. Gejala berkisar dari samar (tidak jelas) sampai parah dan
melemahkan (Linda S. Williams, Paula D. Hopper : 4th ed : 2011).
3. Alergi
Pada pasien Meniere didapatkan bahwa 30% diantaranya mempunyai alergi
terhadap makanan. Hubungan antara alergi dengan panyakit Meniere adalah
sebagai berikut : Sakus endolimfatikus mungkin menjadi organ target dari
mediator yang dilepaskan pada saat tubuh mengadakan reaksi terhadap
makanan tertentu. Kompleks antigen-antibodi mungkin menggangu dari
kemampuan filtrasi dari sakus endolimfatikus. Ada hubungan antara alergi dan
infeksi virus yang menyebabkan hidrops dari sakus endolimfatikus
4. Trauma kepala
Jaringan parut akibat trauma pada telinga dalam dianggap dapat menggangu
aliran hidrodinamik dari endolimfatikus. Anggapan ini diperkuat dengan
adanya pasien Meniere yang mempunyai riwayat fraktur tulang temporal.
5. Autoimun
Ada pula anggapan dari ahli yang menyatakan bahwa hidrops endolimfe
bukan merupakan penyebab dari penyakit Meniere. Ini dikatakan oleh
Honrubia pada tahun 1999 dan Rauch pada tahun 2001 bahwa pada penelitian
otopsi ditemukan hidrops endolimfe pada 6% dari orang yang tidak menderita
penyakit Meniere. Penelitian yang banyak dilakukan sekarang difokuskan
pada fungsi imunologik pada sakus endolimfatikus. Beberapa ahli berpendapat
penyakit Meniere diakibatkan oleh gangguan autoimun. Brenner yang
melakukan penelitian pada tahun 2004 mengatakan bahwa pada sekitar 25 %
penderita penyakit Meniere didapatkan juga penyakit autoimun terhadap
tiroid. Selain itu Ruckenstein pada tahun 2002 juga mendapatkan pada sekitar
40 % pasien penderita penyakit Meniere didapatkan hasil yang positif pada
pemeriksaan autoimun darah seperti Rheumatoid factor, Antibodi
antiphospholipid dan Anti Sjoegren. (Nuzulul Z. H : 2011)
Penyakit Meniere paling sering ditandai oleh adanya tiga serangkai gejala:
1. Vertigo berputar paroksismal dengan mual dan muntah
2. Tinnitus, dan
3. Gangguan pendengaran neurosensorik.
4. Beberapa menambahkan manifestasi keempat, rasa tekanan di telinga.
Pada awal kondisi mungkin hanya satu atau dua dari gejala-gejala ini
diwujudkan; Namun, penyakit ini tidak didiagnosis sebagai sindrom Meniere
sampai ketiga tanda-tanda tersebut muncul.
Vertigo, gejala yang luar biasa dari penyakit Meniere, terjadi sebagai
serangan tiba-tiba, muncul pada interval yang tidak teratur dan mungkin bertahan
selama beberapa jam. Dalam awal kondisi ini, beberapa minggu atau bulan
melewati antara serangan, tapi secara bertahap berkurang sehingga mereka
mungkin dialami setiap 2 atau 3 hari. Serangan dapat berlangsung beberapa jam,
dengan gejala sisa yang tersisa untuk hari. Biasanya, hanya satu telinga yang
terlibat, meskipun keterlibatan bilateral telah dilaporkan. Nistagmus dan ataksia
juga dapat terlihat.
Tinnitus bersifat rendah, berfluktuasi, suara berdengung di telinga. Hal ini
sering lebih keras sebelum dan selama serangan.
Kehilangan sensorineural berlaku untuk nada rendah dan biasanya terjadi
secara sepihak. Hal ini menjadi semakin buruk dan dapat menyebabkan
kerusakan koklea parah jika tidak diobati (Suzanne C. Smeltzer , Brenda G.
Bare : 7th ed : 1992).
Ada 3 tingkat derajat keparahan penyakit Meniere (Nuzulul Z.H : 2011)
1. Derajat I, gejala awal berupa vertigo yang disertai mual dan muntah.
Gangguan vagal seperti pucat dan berkeringat dapat terjadi. Sebelum gejala
vertigo menyerang, pasien dapat merasakan sensasi di telinga yang
berlangsung selama 20 menit hingga beberapa jam. Diantara serangan, pasien
sama sekali normal.
2. Derajat II, gangguan pendengaran semakin menjadi-jadi dan berfluktuasi.
Muncul gejala tuli sensorineural terhadap frekuensi rendah.
3. Derajat III, gangguan pendengaran tidak lagi berfluktuasi namun progresif
memburuk. Kali ini mengenai kedua telinga sehingga pasien seolah
mengalami tuli total. Vertigo mulai berkurang atau menghilang.
Berkoordinasi dengan ahli gizi untuk informasi lebih lanjut tentang terapi
nutrisi hidrops untuk mengontrol manifestasi Meniere.
Terapi obat bertujuan untuk mengontrol vertigo dan muntah dan
mengembalikan keseimbangan normal. Diuretik ringan diresepkan untuk
mengurangi volume endolymph. Namun, tidak ada cukup bukti dari efek
diuretik pada vertigo, gangguan pendengaran, tinnitus, atau kepenuhan aural
pada penyakit yang jelas Meniere (Thirlwall & Kundu: 2006). Asam nikotinat
telah ditemukan untuk menjadi berguna karena efek vasodilator nya.
Antihistamin seperti diphenhydramine hydrochloride (Benadryl, Allerdryl) dan
dimenhidrinat (Dramamine, Gravol) membantu mengurangi keparahan atau
menghentikan serangan akut. Antiemetik seperti klorpromazin hidroklorida
(Thorazine, Novo-Klorpromazin), droperidol (Inapsine), dan
trimethobenzamide hidroklorida (Arrestin, Tigan) membantu mengontrol mual
dan muntah. Diazepam (Valium, Apo-Diazepam) menenangkan pasien;
mengontrol vertigo, mual, dan muntah, dan memungkinkan pasien untuk
beristirahat quitely selama serangan. Terapi Intratympanic dengan gentamisin
dan steroid adalah metode lain untuk mengendalikan manifestasi. Namun,
beberapa atau semua yang menerima gentamisin mengalami hilang
pendengaran pada telinga.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Pengkajian meliputi nama, jenis kelamin (lebih banyak menyerang laki – laki
daripada wanita), usia (biasanya terjadi pada usia 40 tahun keatas), pekerjaan,
alamat, agama, suku, pemdidikan.
2. Keluhan Utama
Biasanya klien mengeluh vertigo, tinitus, dan penurunan pendengaran
3. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat penyakit saat ini
Tanyakan pada klien tentang manifestasi di sekitar kepala dan telinga.
b) Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan kepada klien sejak kapan klien menderita penyakit.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang pernah mengalami penyakit sama
seperti klien
4. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Inspeksi : Bentuk, kesimetrisan, warna rambut, ukuran kepala, kulit
kepala apakah ada lesi atau tidak.
Palpasi: ada atau tidaknya nyeri tekan pada kepala
2) Kulit mulut kuku
Inspeksi : warna kulit, adanya lesi pada kulit
Palpasi: kelembaban, tekstur kulit
3) Mata
Bentuk bola mata, konjungtiva, palpebra,ukuran untuk reaksi pupil.
4) Telinga
Inspeksi : lubang telinga bersih / tidak, adanya lesi atau tidak
Palpasi : cartilago elastis
5) Hidung
Inspeksi : bentuk hidung, adanya cuping hidung, bagian dalam hidung,
ada atau tidaknya perdarahan
Palpasi : septum ada masa,tidak ada kelainan.
6) Mulut
Inspeksi : bentuk bibir, warna, kelembaban, jumlah dan kebersihan
gigi.
Palpasi: ada atau tidaknya nyeri kulit disekitar mulut
7) Leher
Inspeksi : Bentuk leher, ada / tidak ada pembengkakan, gerakan leher.
Palpasi: ada atau tidaknya pembesaran organ
8) Dada
Inspeksi : bentuk dada, kesimetrisan.
Palpasi : ada/tidaknya nyeri tekan dan massa
Perkusi : sonor
Auskultasi : vasikuler
9) Abdomen
Inspeksi : bentuk permukaan abdomen, kesimetrisan,retraksi abdomen,
ada atau tidaknya penonjolan.
Auskutasi : Bising usus
Palpasi : Ada tidaknya distensi abdomen
Perkusi : Timpani
10) Muskuloskeletal
5 5
5 5
11) Neurologi
Kesadaran, gerakan, sensasi, integrasi
12) Ekstremitas
Atas : terkoordinasi dengan baik
Bawah : terkoordinasi dengan baik
Review Of System
1) B1 Breathing
Bentuk dada simetris, pola nafas regular, suara nafas, tidak ada alat
bantu pernapasan.
2) B2 Blood
Irama jantung reguler, akral normal, tekanan darah hipotensi.
3) B3 Brain
Tinitus, penurunan pendengaran, vertigo
4) B4 Bladder
Normal
5) B5 Bowel
Asupan nutrisi terganggu akibat mual, muntah, dan anoreksia
6) B6 Bone
Turgor kulit menurun, mobiltas fisik (lemah, malaise)
5. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pneumo-ostoskopi (untuk melihat ada tidaknya nystagmus)
Romberg test
Fukuda marching step test
Diix-Hallpike test atau tes kalori bitermal
2) Audiogram
3) Tes Gliserin
Pasien diberi minum gliserin 1,2 ml/ kg BB setelah diperiksa kalori dan
audiogram. Setelah 2 jam diperiksa kembali dan dibandingkan.
Perbedaan bermakna menunjukkan adanya hidrops endolimfatikus.
4) Transtimpanic Elektrokokleografi
Dapat menunjukkan abnormalitas pada 60% pasien yang menderita
penyakit meniere.
5) Politom Elektronstagmogram
Bisa normal atau menunjukkan penurunan respons vestibuler.
6) CT Scan atau MRI kepala
7) Elektroensefalografi
8) Stimulasi kalorik
9) Videonistagmography
B. Diagnosa Keperawatan
1 Gangguan pola tidur (000198) berhubungan dengan vertigo
Domain 4 Aktivitas/Istirahat
Class 1 Tidur/Istirahat
2 Resiko cidera (00035) berhubungan dengan vertigo
Domain 11 Keselamatan/Proteksi
Class 2 Cidera Fisik
3 Ansietas (00146) berhubungan dengan penurunan status kesehatan dan
kehilangan pendengaran
Domain 9 Koping/Toleransi Stres
Class 2 Respon Koping
4
5
6
7
7.4
C. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan pola tidur (000198) berhubungan dengan vertigo
NOC NIC
NOC NIC
NOC NIC
8.2 Pengkajian
a. Identitas
Nama : Tn. S
Jenis kelamin : laki – laki
Usia : 52 tahun
Alamat :-
Agama : Islam
Suku :-
b. Keluhan utama
Dua minggu ini telinga kanan sering berdenging, perasaan penuh dalam
telinga kepala seperti berputar selama 20 menit dan hilang sendiri, jika sedang
serangan sering disertai mual, muntah, tinitus, gangguan pendengaran.
a. Riwayat kesehatan
1. Riwayat penyakit saat ini
Telinga kanan sering berdenging, perasaan penuh dalam telinga kepala
seperti berputar selama 20 menit dan hilang sendiri, jika sedang serangan
sering disertai mual, muntah, tinitus, gangguan pendengaran.
2. Riwayat penyakit dahulu
-
3. Riwayat kesehatan keluarga
-
4. Riwayat kebiasaan sehari – hari
Merokok 1 bungkus/hari dan minum kopi setiap habis makan
1) Kepala
Inspeksi : Bentuk simetris, rambut warna hitam, ukuran kepala
mesosepalik, kulit kepala tidak ada lesi.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada kepala
2) Kulit mulut kuku
Inspeksi : warna kulit sawo matang, tidak ada lesi pada kulit
Palpasi : kulit lembab tidak kering, tekstur kulit halus
3) Mata
Bentuk bola mata bulat, konjungtiva pucat, ukuran untuk reaksi pupil sama,
adanya lingkaran hitam di sekitar mata
4) Telinga
Inspeksi : lubang telinga bersih, tidak ada lesi
Palpasi : cartilago elastis
5) Hidung
Inspeksi : bentuk hidung simetris, tidak ada cuping hidung, bagian dalam
hidung bersih, tidak ada perdarahan
Palpasi : septum ada masa, tidak ada kelainan.
6) Mulut
Inspeksi : bibir tidak stomatitis, tidak hiperemis, jumlah gigi 32 dan gigi
nampak bersih.
Palpasi : tidak ada nyeri kulit disekitar mulut
7) Leher
Inspeksi : bentuk leher simetris, tidak ada pembengkakan, gerakan leher
tidak bermasalah.
Palpasi : tidak ada pembesaran organ
8) Dada
Inspeksi : bentuk dada simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada massa
Perkusi : sonor
Auskultasi : vasikuler
9) Abdomen
Inspeksi : bentuk permukaan abdomen simetris, retraksi abdomen
normal, tidak ada penonjolan.
Auskutasi : bising usus negatif
Palpasi : distensi abdomen
Perkusi : timpani
10) Muskuloskeletal
5 5
5 5
11) Neurologi
Kesadaran composmentis, gerakan (tidak ada penurunan kekuatan otot, tidak
ada gangguan gerak volunter), sensasi menanggapi nyeri, integrasi berespon
terhadap stimulus.
12) Ekstremitas
Atas : terkoordinasi dengan baik
Bawah : terkoordinasi dengan baik
Review Of System
1) B1 Breathing
Bentuk dada simetris, suara napas normal, pola napas normal, RR 18x/menit,
tidak ada alat bantu napas.
2) B2 Blood
Irama jantung reguler, akral bengkak pada ekstremitas, tekanan darah 90/70
mmHg.
3) B3 Brain
Tinitus, penurunan pendengaran, vertigo.
4) B4 Bladder
-
5) B5 Bowel
Asupan nutrisi terganggu akibat mual, muntah, dan anoreksia
6) B6 Bone
Turgor kulit menurun, mobiitas fisik (lemah, malaise)
1) Tes Gliserin
Pasien diberi minum gliserin 1,2 ml/ kg BB setelah diperiksa kalori dan
audiogram. Setelah 2 jam diperiksa kembali dan dibandingkan. Perbedaan
bermakna menunjukkan adanya hidrops endolimfatikus.
2) Transtimpanic Elektrokokleografi
Dapat menunjukkan abnormalitas pada 60% pasien yang menderita penyakit
meniere.
3) Tes Weber
Suara hanya terdengar pada telinga kiri.
DO:
Hasil pemeriksaan
Weber, suara hanya
terdengar pada telinga
kiri
Auditorium
menunjukkan adanya
sensorineural hearing
loss
TTV
TD: 90/70 mmHg
N: 98x/menit
RR: 18x/menit
BB: 70kg
2. DS: Malabsorbsi dalam sukus Resiko cidera
Klien mengeluh dalam 2 endolimfetikus
minggu ini telinga kanan
sering berdenging,
perasaan penuh dalam Penumpukan cairan pada
telinga, kepala seperti endolimfe
berputar selama 20 menit
dan hilang sendiri
Klien mengeluh jika Sistem keseimbangan tubuh
sedang serangan sering terganggu
disertai mual, muntah,
tinitus, gangguan
pendengaran. Vertigo
DO:
Hasil pemeriksaan Resiko cidera
Weber, suara hanya
terdengar pada telinga
kiri
Auditorium
menunjukkan adanya
sensorineural hearing
loss
TTV
TD: 90/60 mmHg
N: 98x/menit
RR: 18x/menit
3. DS: Malabsorbsi dalam sukus Ansietas
Klien mengeluh dalam 2 endolimfetikus
minggu ini telinga kanan
sering berdenging,
perasaan penuh dalam Penumpukan cairan pada
telinga, kepala seperti endolimfe
berputar selama 20 menit
dan hilang sendiri
Klien mengeluh jika Sistem keseimbangan tubuh
sedang serangan sering terganggu
disertai mual, muntah,
tinitus, gangguan
pendengaran. Tinnitus (bising)
DO:
Hasil pemeriksaan Ansietas
Weber, suara hanya
terdengar pada telinga
kiri
Auditorium
menunjukkan adanya
sensorineural hearing
loss
TTV
TD: 90/60 mmHg
N: 98x/menit
RR: 18x/menit
NOC NIC
NOC NIC
NOC NIC
8.8 Evaluasi
PENUTUP
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
A. Kesimpulan
Vertigo adalah suatu istilah yang berasal dari bahasa Latin, vertere, yang
berarti memutar. Secara umum, vertigo dikenal sebagai ilusi bergerak, atau
halusinasi gerakan. Vertigo ditemukan dalam bentuk keluhan berupa rasa
berputar-putar, atau rasa bergerak dari lilngkungan sekitar (vertigo sirkuler)
namun kadang-kadang ditemukan juga keluhan berupa rasa didorong atau
ditarik menjauhi bidang vertikal (vertigo linier).
B. SARAN
Sebaiknya penatalaksanaan vertigo segera dilakukan jika dibiarkan dapat
mengganggu kegiatan sehari-hari. Dalam hal ini penulis masih memiliki
banyak kesalahan, maka kami mengharapkan kritik dan saran bagi pembaca
demi perbaikan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA