Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN MENIERE’S DISEASE

Kelompok 13

MUHAMMAD ABDUL WAHID (R011221031)

ARI PUTRA PUTRA (R011221027)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang


telahmelimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada
NabiMuhammad SAW yang telah membawa kita semua ke jalan kebenaran
yangdiridhoi Allah SWT.

Makalah ini disusun agar dapat lebih memahami tentang Asuhan


Keperawatan Meniere’s Disease yang akan sangat berguna terutama untuk
mahasiswa.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak


sekali kekurangannya baik dalam cara penulisan maupun dalam isi. Mudah-
mudahan makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penyusun yang membuat
dan umumnya bagi yang membaca makalah ini. Amin.

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Meniere pertama kali dijelaskan oleh seorang ahli dari Perancis
bernama Prospere Meniere dalam sebuah artikel yang diterbitkannya pada tahun
1861. Definisi penyakit Meniere adalah suatu penyakit pada telinga bagian dalam
yang bisa mempengaruhi pendengaran dan keseimbangan. Penyakit ini ditandai
dengan keluhan berulang berupa vertigo, tinnitus, dan pendengaran yang
berkurang, biasanya pada satu telinga. Penyakit ini disebabkan oleh peningkatan
volume dan tekanan dariendolimph pada telinga dalam.
Penyakit Meniere adalah penyakit telinga batin yang mempengaruhi tekanan
fluida endolymphatic dalam bagian-bagian yang lebih dalam telinga yang
bertanggung jawab untuk keseimbangan dan mendengar fungsi. Gejala biasanya
mempengaruhi fungsi-fungsi ini dan mungkin berbeda dari orang ke orang.
(Ananya Mandal : 2013)

Dari penelitian yang dilakukan didapat data sekitar 200 kasus dari 100.000
orang di dunia menderita penyakit Meniere. Kebanyakan penderita adalah yang
berumur 40 tahun keatas dan tidak ada perbedaan yang berarti antara antara
jumlah penderita pria dan wanita. Prevalensi penyakit Meniere di beberapa
negara berbeda-beda, di Amerika terdapat 218 penderita dari 100.000 penduduk,
di Jepang terdapat 36 penderita dari 100.000 penduduk, dan 8 penderita dari
100.000 penduduk terdapat di Italia. Kelompok kami akan berusaha menjelaskan
tentang sindrom meniere beserta asuhan keperawatan yang diharapkan dapat
berguna untuk mahasiswa dan masyarakat pada umumnya (Nuzulul Z. H., 2011).
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Meniere Disease?
2. Bagaimana epidemologi dari Meniere Disease?
3. Bagaimana etiologi dari Meniere Disease?
4. Bagimana patofisiologi dari Meniere Disease?
5. Apa manifestasi klinis dari Meniere Disease?
6. Apa tes diagnostik dari Meniere Disease?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari Meniere Disease?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menjelaskan bagaimana asuhan keperawatan yang harus diberikan kepada klien
dengan Meniere Disease.
2. Tujuan Khusus
a. Utuk mengetahui definisi dari Meniere Disease
b. Utuk mengetahui etiologi dari Meniere Disease
c. Utuk mengetahui Manifestasi klinis dari Meniere Disease
d. Utuk mengetahui penatalaksanaan dari Meniere Disease
e. Utuk mengetahui patofisiologi dari Meniere Disease
f. Utuk mengetahui asuhan keperawatan dari Meniere Disease
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi Meniere Disease


Penyakit meniere adalah gangguan kronis saluran semisirkular dan labirin
telinga dalam, tampak berhubungan dengan over produksi endolimfe di telinga
dalam ( Elizabeth J Corwin : 2009 ).
Penyakit Maniere adalah suatu kelainan labirin yang etiologinya belum
diketahui dan mempunyai trias gejala yang khas, yaitu gangguan pendengaran,
tinnitus dan serangan vertigo (Mansjoer, Arif dkk : 2000)

Penyakit Meniere (hidrops endolimfatik) ditandai dengan gejala yang


disebabkan oleh penyakit telinga bagian dalam, termasuk vertigo episodik,
tinnitus, berfluktuasi gangguan pendengaran sensorineural, dan kepenuhan aural.
Penyakit ini menyebabkan kecacatan yang signifikan bagi pasien karena tiba-tiba,
serangan vertigo yang parah dengan mual, muntah, berkeringat, dan pucat. Gejala
biasanya dimulai antara 30 dan 60 tahun (Sharon L. Lewis : Vol. 1 : 2011).
Penyakit Meniere adalah penyakit telinga batin yang mempengaruhi tekanan
fluida endolymphatic dalam bagian-bagian yang lebih dalam telinga yang
bertanggung jawab untuk keseimbangan dan mendengar fungsi. Gejala biasanya
mempengaruhi fungsi-fungsi ini dan mungkin berbeda dari orang ke orang.
(Ananya Mandal : 2013)
2. Etiologi Meniere Disease

Penyebab pasti dari penyakit Meniere sampai sekarang belum diketahui


secara pasti, banyak ahli mempunyai pendapat yang berbeda. Sampai saat ini
dianggap penyebab dari penyakit ini disebabkan karena adanya gangguan dalam
fisiologi sistem endolimfe yang dikenal dengan hidrops endolimfe, yaitu suatu
keadaan dimana jumlah cairan endolimfe mendadak meningkat sehingga
mengakibakan dilatasi dari skala media. Tetapi, penyebab hidrops endolimfe
sampai saat ini belum dapat dipastikan. Ada beberapa anggapan mengenai
penyebab terjadinya hidrops, antara lain (Nuzulul Z. H : 2011) :
1.      Meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri
2.      Berkurangnya tekanan osmotik di dalam kapiler
3.      Meningkatnya tekanan osmotik ruang ekstrakapiler
4.      Jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat, sehingga terjadi penimbunan
endolimfa
5.      Infeksi telinga tengah
6.      Infeksi traktus respiratorius bagian atas
7.      Trauma kepala
8.      Konsumsi kafein dan makanan yang mengandung garam tinggi
9.      Konsumsi aspirin, alkohol, dan rokok yang berkepanjangan
10.  Infeksi virus golongan herpesviridae
11.  Herediter

Etiologi yang tepat tidak diketahui, tetapi diduga berasal dari hipersekresi,
hyperabsorption, defisit permeabilitas membran, alergi, infeksi virus,
ketidakseimbangan hormon, atau stres mental. Penyakit ini biasanya berkembang
antara usia 40 dan 60. Gejala berkisar dari samar (tidak jelas) sampai parah dan
melemahkan (Linda S. Williams, Paula D. Hopper : 4th ed : 2011).

Berikut akan dijelaskan mengenai penyebab yang dianggap dapat mencetuskan


penyakit Meniere:
1. Virus Herpes (HSV)
Herpes virus banyak ditemukan pada pasien Meniere. Pernah ada laporan
bahwa 12 dari 16 pasien Meniere terdapat DNA virus herpes simpleks pada
sakus endolimfatikusnya. Selain itu pernah dilaporkan juga pada pasien
Meniere yang diberi terapi antivirus terdapat perbaikan. Tetapi anggapan ini
belum dapat dibuktikan seluruhnya karena masih perlu penelitian yang lebih
lanjut.
2. Herediter
Pada penelitian didapatkan 1 dari 3 orang pasien mempunyai orang tua yang
menderita penyakit Meniere juga. Predisposisi herediter dianggap
mempunyai hubungan dengan kelainan anatomis saluran endolimfatikus atau
kelainan dalam sistem imunnya.

3. Alergi
Pada pasien Meniere didapatkan bahwa 30% diantaranya mempunyai alergi
terhadap makanan. Hubungan antara alergi dengan panyakit Meniere adalah
sebagai berikut : Sakus endolimfatikus mungkin menjadi organ target dari
mediator yang dilepaskan pada saat tubuh mengadakan reaksi terhadap
makanan tertentu. Kompleks antigen-antibodi mungkin menggangu dari
kemampuan filtrasi dari sakus endolimfatikus. Ada hubungan antara alergi dan
infeksi virus yang menyebabkan hidrops dari sakus endolimfatikus
4. Trauma kepala
Jaringan parut akibat trauma pada telinga dalam dianggap dapat menggangu
aliran hidrodinamik dari endolimfatikus. Anggapan ini diperkuat dengan
adanya pasien Meniere yang mempunyai riwayat fraktur tulang temporal.
5. Autoimun
Ada pula anggapan dari ahli yang menyatakan bahwa hidrops endolimfe
bukan merupakan penyebab dari penyakit Meniere. Ini dikatakan oleh
Honrubia pada tahun 1999 dan Rauch pada tahun 2001 bahwa pada penelitian
otopsi ditemukan hidrops endolimfe pada 6% dari orang yang tidak menderita
penyakit Meniere. Penelitian yang banyak dilakukan sekarang difokuskan
pada fungsi imunologik pada sakus endolimfatikus. Beberapa ahli berpendapat
penyakit Meniere diakibatkan oleh gangguan autoimun. Brenner yang
melakukan penelitian pada tahun 2004 mengatakan bahwa pada sekitar 25 %
penderita penyakit Meniere didapatkan juga penyakit autoimun terhadap
tiroid. Selain itu Ruckenstein pada tahun 2002 juga mendapatkan pada sekitar
40 % pasien penderita penyakit Meniere didapatkan hasil yang positif pada
pemeriksaan autoimun darah seperti Rheumatoid factor, Antibodi
antiphospholipid dan Anti Sjoegren. (Nuzulul Z. H : 2011)

3. Patofisiologi Meniere Disease

Penyakit Meniere memiliki tiga fitur; tinnitus, satu sisi kehilangan


pendengaran sensorineural, dan vertigo, terjadi serangan yang dapat berlangsung
selama beberapa hari. Pasien hampir benar-benar lumpuh selama serangan, dan
pemulihan penuh sering membutuhkan waktu beberapa hari.
Patologi penyakit Meniere adalah kelebihan cairan endolimfatik yang mendistorsi
seluruh sistem dalam-kanal, dan merangsang tinnitus. Pada awalnya, gangguan
pendengaran adalah reversibel, tetapi berulang kerusakan koklea dari peningkatan
tekanan fluida menyebabkan gangguan pendengaran permanen.
Penyebab pasti dari penyakit Meniere di diketahui, tetapi sering terjadi dengan
infeksi, reaksi alergi, dan ketidakseimbangan cairan. stres jangka panjang juga
mungkin memiliki peran dalam penyakit (Donna D. Ignatavicius, M. Linda
Workman : 6th ed : 2010).

4. Manifestasi Klinis Meniere Disease

Penyakit Meniere paling sering ditandai oleh adanya tiga serangkai gejala:
1. Vertigo berputar paroksismal dengan mual dan muntah
2. Tinnitus, dan
3. Gangguan pendengaran neurosensorik.
4. Beberapa menambahkan manifestasi keempat, rasa tekanan di telinga.
Pada awal kondisi mungkin hanya satu atau dua dari gejala-gejala ini
diwujudkan; Namun, penyakit ini tidak didiagnosis sebagai sindrom Meniere
sampai ketiga tanda-tanda tersebut muncul.
Vertigo, gejala yang luar biasa dari penyakit Meniere, terjadi sebagai
serangan tiba-tiba, muncul pada interval yang tidak teratur dan mungkin bertahan
selama beberapa jam. Dalam awal kondisi ini, beberapa minggu atau bulan
melewati antara serangan, tapi secara bertahap berkurang sehingga mereka
mungkin dialami setiap 2 atau 3 hari. Serangan dapat berlangsung beberapa jam,
dengan gejala sisa yang tersisa untuk hari. Biasanya, hanya satu telinga yang
terlibat, meskipun keterlibatan bilateral telah dilaporkan. Nistagmus dan ataksia
juga dapat terlihat.
Tinnitus bersifat rendah, berfluktuasi, suara berdengung di telinga. Hal ini
sering lebih keras sebelum dan selama serangan.
Kehilangan sensorineural berlaku untuk nada rendah dan biasanya terjadi
secara sepihak. Hal ini menjadi semakin buruk dan dapat menyebabkan
kerusakan koklea parah jika tidak diobati (Suzanne C. Smeltzer , Brenda G.
Bare : 7th ed : 1992).
Ada 3 tingkat derajat keparahan penyakit Meniere (Nuzulul Z.H : 2011)

1. Derajat I, gejala awal berupa vertigo yang disertai mual dan muntah.
Gangguan vagal seperti pucat dan berkeringat dapat terjadi. Sebelum gejala
vertigo menyerang, pasien dapat merasakan sensasi di telinga yang
berlangsung selama 20 menit hingga beberapa jam. Diantara serangan, pasien
sama sekali normal.
2. Derajat II, gangguan pendengaran semakin menjadi-jadi dan berfluktuasi.
Muncul gejala tuli sensorineural terhadap frekuensi rendah.
3. Derajat III, gangguan pendengaran tidak lagi berfluktuasi namun progresif
memburuk. Kali ini mengenai kedua telinga sehingga pasien seolah
mengalami tuli total. Vertigo mulai berkurang atau menghilang.

5. Pemeriksaan Diagnostik Meniere Disease


a. Audiogram : Pendengaran yang disebabkan oleh penyakit yang diuji
menggunakan tes Audiometri. Audiometri tes dilakukan dengan mesin yang
memproduksi suara volume yang berbeda dan lapangan. Pasien akan diminta
untuk mendengarkan suara melalui headphone dan sinyal ketika mereka
mendengar suara dengan menekan tombol atau mengangkat tangan mereka.
Pada tahap awal penyakit Ménière biasanya ada tidak ada hilangnya
pendengaran. Sebagai penyakit berkembang sana mungkin peningkatan dan
lebih ireversibel hilangnya pendengaran tuli sensorineural,terutama nada
rendah dan selanjutnya dapat ditemukan rekrutinen ( April Cashin-Garbutt,
BA Hons (Cantab), 2012).
b. Elektrokokleografi : Electrocochleography dilakukan untuk mengukur
kekuatan listrik yang dihasilkan di koklea telinga dalam dan saraf dalam
menanggapi rangsangan oleh suara. Ini juga mendeteksi yang tepat penyebab
dari gangguan pendengaran. Menunjukkan abnormalitas pada 60% pasien
yang menderita penyakit meniere ( April Cashin-Garbutt, BA Hons (Cantab),
2012).
c. Elektronistagmogram : Video nystagmography atau electronystagmographic
dilakukan untuk memeriksa dendeng gerakan mata atau nistagmus yang
berhubungan dengan penyakit Ménière.
Tes lain adalah batang otak auditori evoked potensi tes untuk
memeriksa kegiatan listrik di bagian bawah otak yang mengatur postur dan
keseimbangan. Komputerisasi dinamis Posturography juga dapat dilakukan
untuk mengevaluasi keseimbangan sistem. Hasilnya bisa normal atau
menunjukkan penurunan respons vestibuler ( April Cashin-Garbutt, BA Hons
(Cantab), 2012).
d. CT scan atau MRI kepala : MRI scan otak dianjurkan untuk memeriksa
tumor dan penyakit lain yang meniru kondisi ini. Sinar x tulang rahang dan
sinus juga dianjurkan untuk mendeteksi pertumbuhan atau tumor yang dapat
menyebabkan gejala ( April Cashin-Garbutt, BA Hons (Cantab), 2012).
e. Elektroensefalografi : Electrocochleography dilakukan untuk mengukur
kekuatan listrik yang dihasilkan di koklea telinga dalam dan saraf dalam
menanggapi rangsangan oleh suara. Ini juga mendeteksi yang tepat penyebab
dari gangguan pendengaran ( April Cashin-Garbutt, BA Hons (Cantab),
2012).
6. Penatalaksanaan Meniere Disease
a. Non-Pembedahan
Ajarkan pasien untuk memindahkan kepala perlahan untuk mencegah
memburuknya vertigo. Nutrisi dan perubahan gaya hidup dapat mengurangi
jumlah cairan endolimfatik. Menyarankan pasien untuk berhenti merokok
karena pembuluh darah konstriksi mempengaruhi.
Terapi nutrisi dengan diet hidrops bertujuan untuk menstabilkan kadar
cairan tubuh untuk mencegah akumulasi endolymph berlebih. Struktur dasar
dari diet melibatkan:
1. Mendistribusikan makanan dan asupan cairan merata sepanjang hari dan
dari hari ke hari.
2. Menghindari makanan atau cairan yang memiliki kandungan garam yang
tinggi.
3. Minum dalam jumlah yang cukup cairan (rendah gula) setiap hari.
4. Membatasi asupan alkohol untuk satu gelas bir atau anggur setiap hari.
5. Menghindari makanan yang mengandung monosodium glutamat (MSG).

Berkoordinasi dengan ahli gizi untuk informasi lebih lanjut tentang terapi
nutrisi hidrops untuk mengontrol manifestasi Meniere.
Terapi obat bertujuan untuk mengontrol vertigo dan muntah dan
mengembalikan keseimbangan normal. Diuretik ringan diresepkan untuk
mengurangi volume endolymph. Namun, tidak ada cukup bukti dari efek
diuretik pada vertigo, gangguan pendengaran, tinnitus, atau kepenuhan aural
pada penyakit yang jelas Meniere (Thirlwall & Kundu: 2006). Asam nikotinat
telah ditemukan untuk menjadi berguna karena efek vasodilator nya.
Antihistamin seperti diphenhydramine hydrochloride (Benadryl, Allerdryl) dan
dimenhidrinat (Dramamine, Gravol) membantu mengurangi keparahan atau
menghentikan serangan akut. Antiemetik seperti klorpromazin hidroklorida
(Thorazine, Novo-Klorpromazin), droperidol (Inapsine), dan
trimethobenzamide hidroklorida (Arrestin, Tigan) membantu mengontrol mual
dan muntah. Diazepam (Valium, Apo-Diazepam) menenangkan pasien;
mengontrol vertigo, mual, dan muntah, dan memungkinkan pasien untuk
beristirahat quitely selama serangan. Terapi Intratympanic dengan gentamisin
dan steroid adalah metode lain untuk mengendalikan manifestasi. Namun,
beberapa atau semua yang menerima gentamisin mengalami hilang
pendengaran pada telinga.

Pengobatan non bedah lain adalah perangkat meniett. Perangkat ini


berlaku micropulses tekanan rendah pada telinga bagian dalam selama 5 menit
tiga kali sehari. Tindakan ini diyakini untuk menggantikan cairan dari telinga
bagian dalam dan dengan demikian mengurangi manifestasi. Penempatan
tabung tympanostomy di gendang telinga dari telinga yang terkena diperlukan
untuk menggunakan terapi ini. keberhasilan jangka panjang mengendalikan
vertigo adalah lebih dari 80% (Gates et al., 2006). Meskipun gangguan
pendengaran tidak diperbaiki, Meniett merancang penggunaan tidak
mempengaruhi keseimbangan, seperti kebanyakan bentuk terapi bedah untuk
penyakit Meniere.
b. Pembedahan

Bedah pengobatan penyakit Meniere adalah pilihan terakhir karena


pendengaran di telinga yang terkena sering hilang dari prosedur. Ketika terapi
medis di tingkat pendengaran pasien tidak efektif dan telah menurun secara
signifikan, operasi dilakukan. Pilihan prosedur bedah tergantung pada derajat
pendengaran yang berguna, tingkat keparahan dari mantra, dan kondisi telinga
yang berlawanan. Prosedur yang paling radikal melibatkan reseksi saraf
vestibular atau total penghapusan labirin (labyrinthectomy), dilakukan melalui
saluran telinga. Pelat kaki stapes dipindahkan ke samping, dan labirin tersebut
diangkat melalui jendela oval.

Gambar 1 : Dekompresi Kantung Endolimfatik


Sumber : Ngoerah, I Gst. Ng. Gd. Dasar – dasar Ilmu Penyakit Saraf . Surabaya: Universitas
Airlangga. 1991. Hlm. 205-210

Prosedur lain yang dilakukan di awal perjalanan penyakit ini dekompresi


endolimfatik dengan drainase dan shunt. Efektivitas prosedur ini untuk
mengontrol manifestasi penyakit bervariasi. Kantung endolimfatik
dikeringkan, dan tabung kecil dimasukkan untuk meningkatkan drainase
cairan. Beberapa pasien melaporkan bantuan dari vertigo dengan retensi
pendengaran mereka. Jika dekompresi endolimfatik telah dilakukan,
pergerakan struktur vestibular dari telinga bagian dalam menyebabkan vertigo
awal setelah operasi. Yakinkan pasien bahwa vertigo adalah sementara sebagai
akibat dari prosedur bedah, bukan penyakit (Donna D. Ignatavicius, M. Linda
Workman : 6th ed : 2010).
Phatway Meniere Disease

Malabsorbsi dalam sukus


endolimfetikus

Penumpukan cairan pada endolimfe

Sistem keseimbangan tubuh


(vestibuler) terganggu

Tinnitus (bising) Vertigo (pusing hebat)

Pola tidur terganggu


Domain 9
Koping/Toleransi Stres
Domain Domain 4.
Class 2 Respon Koping 11.safety/protection Aktivitas/Istirahat

Dx: Ansietas (00146) Class 2 physical injury Class 1 Tidur/Istirahat


Dx: Gangguan pola tidur
Dx : Resiko cidera (000198)
(00035)
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Pengkajian meliputi nama, jenis kelamin (lebih banyak menyerang laki – laki
daripada wanita), usia (biasanya terjadi pada usia 40 tahun keatas), pekerjaan,
alamat, agama, suku, pemdidikan.
2. Keluhan Utama
Biasanya klien mengeluh vertigo, tinitus, dan penurunan pendengaran
3. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat penyakit saat ini
Tanyakan pada klien tentang manifestasi di sekitar kepala dan telinga.
b) Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan kepada klien sejak kapan klien menderita penyakit.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang pernah mengalami penyakit sama
seperti klien
4. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Inspeksi : Bentuk, kesimetrisan, warna rambut, ukuran kepala, kulit
kepala apakah ada lesi atau tidak.
Palpasi: ada atau tidaknya nyeri tekan pada kepala
2) Kulit mulut kuku
Inspeksi : warna kulit, adanya lesi pada kulit
Palpasi: kelembaban, tekstur kulit
3) Mata
Bentuk bola mata, konjungtiva, palpebra,ukuran untuk reaksi pupil.
4) Telinga
Inspeksi : lubang telinga bersih / tidak, adanya lesi atau tidak
Palpasi : cartilago elastis
5) Hidung
Inspeksi : bentuk hidung, adanya cuping hidung, bagian dalam hidung,
ada atau tidaknya perdarahan
Palpasi : septum ada masa,tidak ada kelainan.
6) Mulut
Inspeksi : bentuk bibir, warna, kelembaban, jumlah dan kebersihan
gigi.
Palpasi: ada atau tidaknya nyeri kulit disekitar mulut
7) Leher
Inspeksi : Bentuk leher, ada / tidak ada pembengkakan, gerakan leher.
Palpasi: ada atau tidaknya pembesaran organ
8) Dada
Inspeksi : bentuk dada, kesimetrisan.
Palpasi : ada/tidaknya nyeri tekan dan massa
Perkusi : sonor
Auskultasi : vasikuler
9) Abdomen
Inspeksi : bentuk permukaan abdomen, kesimetrisan,retraksi abdomen,
ada atau tidaknya penonjolan.
Auskutasi : Bising usus
Palpasi : Ada tidaknya distensi abdomen
Perkusi : Timpani
10) Muskuloskeletal
5 5

5 5

11) Neurologi
Kesadaran, gerakan, sensasi, integrasi
12) Ekstremitas
Atas : terkoordinasi dengan baik
Bawah : terkoordinasi dengan baik

Review Of System
1) B1 Breathing
Bentuk dada simetris, pola nafas regular, suara nafas, tidak ada alat
bantu pernapasan.
2) B2 Blood
Irama jantung reguler, akral normal, tekanan darah hipotensi.
3) B3 Brain
Tinitus, penurunan pendengaran, vertigo
4) B4 Bladder
Normal
5) B5 Bowel
Asupan nutrisi terganggu akibat mual, muntah, dan anoreksia
6) B6 Bone
Turgor kulit menurun, mobiltas fisik (lemah, malaise)
5. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pneumo-ostoskopi (untuk melihat ada tidaknya nystagmus)
Romberg test
Fukuda marching step test
Diix-Hallpike test atau tes kalori bitermal
2) Audiogram
3) Tes Gliserin
Pasien diberi minum gliserin 1,2 ml/ kg BB setelah diperiksa kalori dan
audiogram. Setelah 2 jam diperiksa kembali dan dibandingkan.
Perbedaan bermakna menunjukkan adanya hidrops endolimfatikus.
4) Transtimpanic Elektrokokleografi
Dapat menunjukkan abnormalitas pada 60% pasien yang menderita
penyakit meniere.
5) Politom Elektronstagmogram
Bisa normal atau menunjukkan penurunan respons vestibuler.
6) CT Scan atau MRI kepala
7) Elektroensefalografi
8) Stimulasi kalorik
9) Videonistagmography
B. Diagnosa Keperawatan
1 Gangguan pola tidur (000198) berhubungan dengan vertigo
Domain 4 Aktivitas/Istirahat
Class 1 Tidur/Istirahat
2 Resiko cidera (00035) berhubungan dengan vertigo
Domain 11 Keselamatan/Proteksi
Class 2 Cidera Fisik
3 Ansietas (00146) berhubungan dengan penurunan status kesehatan dan
kehilangan pendengaran
Domain 9 Koping/Toleransi Stres
Class 2 Respon Koping
4
5
6
7
7.4
C. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan pola tidur (000198) berhubungan dengan vertigo

NOC NIC

Setelah dilakukan tindakan asuhan Sleep Enhancement (1850)


keperawatan selama 1x24 jam, 1) Tentukan tidur pasien/pola
klien dapat tidur dengan pola tidur aktivitas
yang optimal. 2) Monitor/pantau pola tidur pasien
Sleep (0004) dan lama waktu tidur
a) Jam tidur (000401) 3) Instruksikan pasien bagaimana
b) Pola tidur (000403) untuk melakukan autogenik
c) Kualitas tidur (000404) relaksasi otot atau bentuk
d) Nyeri (000425) nonfarmakologi lainnya dari
e) Kesulitan tidur (000421) bujukan tidur
4) Sesuaikan lingkungan (cahaya,
suara berisik, temperatur, alas
tidur dan tempat tidur) untuk
meningkatkan tidur
5) Mendorong penggunaan obat
tidur yang tidak mengandung
penekanan tidur REM
6) Menyesuaikan jadwal pemberian
obat untuk mendukung pasien
tidur/bangun
7) Monitor pola tidur pasien, dan
catat physical (mis. Apnea saat
tidur, obstruksi jalan nafas,
nyeri/ketidaknyamanan,
frekuensi urin) dan psikologi
(mis. Ketakutan atau
kecemasan) keadaan yang dapat
mengganggu tidur
8) Diskusikan dengan pasien dan
keluarga teknik untuk
meningkatkan tidur

2. Resiko cidera (00035) berhubungan dengan vertigo

NOC NIC

Setelah dilakukan tindakan asuhan Neurologic monitoring (2620)


keperawatan selama 1x24 jam, klien 1) Monitor tingkat kesadaran
dapat terhindar dari resiko cidera 2) Memantau level orientasi
akibat vertigo. 3) Monitor otot, pergerakan
Falls Occurrence (1912) motorik, gaya berjalan dan
a) Jatuh saat berjalan (191202) proprioception
b) Jatuh ketika berpindah (191205) 4) Pantau adanya tremor
5) Catat keluhan kepala
Balance (0202) 6) Hindari keadaan yang
a) Mempertahankan keseimbangan menyebabkan peningkatan
saat berdiri (020201) tekanan intrakranial
b) Mempertahankan keseimbangan Fall prevention (6490)
saat berjalan (020203) 1) Identifikasi defisit kognitif
atau fisik pasien yang
mungkin terjadi
2) Identifikasi perilaku dan
faktor – faktor yang
mempengaruhi resiko jatuh
3) Memantau gaya berjalan,
keseimbangan dan level
kelelahan dengan ambulasi
4) Dorong pasien untuk
menggunakan tongkat atau
walker yang sesuai
5) Edukasi keluarga tentang
faktor resiko yang
berkontribusi terhadap jatuh
dan cara untuk mengurangi
resiko
6) Kolaborasi dengan tim
kesehatan lain untuk
meminimalkan efek samping
dari pengobatan yang
berkontribusi terhadap jatuh
(mis. Hipotensi ortostatik dan
unsteady gait)
7) Latih pasien untuk
beradaptasi terhadap
modifikasi gaya jalan yang
disarankan

3. Ansietas (00146) berhubungan dengan penurunan status kesehatan dan


kehilangan pendengaran

NOC NIC

Setelah dilakukan tindakan asuhan Anxiety reduction (5820)


keperawatan selama 2x24 jam, klien 1) Tetap berada disamping pasien
dapat terhindar dari kecemasan. untuk mendukung keselamatan
Anxiety level (1211) dan mengurangi rasa takut
a) Pusing (121125) 2) Identifikasi ketika level
b) Distress (121105) ansietas berubah
c) Verbalized anxiety (121117) 3) Bantu pasien identifikasi
situasi yang menyebabkan
Anxiety self control (1402) ansietas
a) Monitor intensitas kecemasan 4) Berikan pengobatan untuk
(140201) mengurangi kecemasan sesuai
b) Gunakan strategi koping yang yang diperlukan
efektif (140204) 5) Instruksikan pasien untuk
c) Kontrol respon kecemasan menggunakan teknik relaksasi
(140217) 6) Menganjurkan keluarga untuk
d) Menggunakan teknik relaksasi menemani pasien sesuai yang
untuk mengurangi kecemasan diperlukan
(140207) 7) Memberikan informasi faktual
tentang diagnosis, pengobatan
dan prognosis.
BAB IV
STUDI KASUS MENIERE DISEASE

8.1 Studi Kasus


Tn. S (52 tahun), mengeluh dalam 2 minggu ini telinga kanan sering berdenging,
perasaan penuh dalam telinga kepala seperti berputar selama 20 menit dan hilang
sendiri, jika sedang serangan sering disertai mual, muntah, tinitus, gangguan
pendengaran. Daerah ekstremitas agak bengkak. Klien mengeluh susah untuk
tidur dan hanya tidur 4 jam setiap harinya karena nyeri yang dirasakannya. Berat
badan klien turun dari 80 kg menjadi 70 kg. Hasil pemeriksaan menunjukkan TD
90/70 mmHg, Nadi 98x/menit, RR: 18x/menit. Hasil pemeriksaan Weber suara
hanya terdengar pada telinga kiri, auditorium menunjukkan adanya sensorineural
hearing loss. Kebiasaan saat ini, merokok 1 bungkus/hari dan minum kopi setiap
habis makan.

8.2 Pengkajian

a. Identitas
Nama : Tn. S
Jenis kelamin : laki – laki
Usia : 52 tahun
Alamat :-
Agama : Islam
Suku :-
b. Keluhan utama
Dua minggu ini telinga kanan sering berdenging, perasaan penuh dalam
telinga kepala seperti berputar selama 20 menit dan hilang sendiri, jika sedang
serangan sering disertai mual, muntah, tinitus, gangguan pendengaran.
a. Riwayat kesehatan
1. Riwayat penyakit saat ini
Telinga kanan sering berdenging, perasaan penuh dalam telinga kepala
seperti berputar selama 20 menit dan hilang sendiri, jika sedang serangan
sering disertai mual, muntah, tinitus, gangguan pendengaran.
2. Riwayat penyakit dahulu
-
3. Riwayat kesehatan keluarga
-
4. Riwayat kebiasaan sehari – hari
Merokok 1 bungkus/hari dan minum kopi setiap habis makan

8.3 Pemeriksaan Fisik

1) Kepala
Inspeksi : Bentuk simetris, rambut warna hitam, ukuran kepala
mesosepalik, kulit kepala tidak ada lesi.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada kepala
2) Kulit mulut kuku
Inspeksi : warna kulit sawo matang, tidak ada lesi pada kulit
Palpasi : kulit lembab tidak kering, tekstur kulit halus
3) Mata
Bentuk bola mata bulat, konjungtiva pucat, ukuran untuk reaksi pupil sama,
adanya lingkaran hitam di sekitar mata
4) Telinga
Inspeksi : lubang telinga bersih, tidak ada lesi
Palpasi : cartilago elastis
5) Hidung
Inspeksi : bentuk hidung simetris, tidak ada cuping hidung, bagian dalam
hidung bersih, tidak ada perdarahan
Palpasi : septum ada masa, tidak ada kelainan.
6) Mulut
Inspeksi : bibir tidak stomatitis, tidak hiperemis, jumlah gigi 32 dan gigi
nampak bersih.
Palpasi : tidak ada nyeri kulit disekitar mulut
7) Leher
Inspeksi : bentuk leher simetris, tidak ada pembengkakan, gerakan leher
tidak bermasalah.
Palpasi : tidak ada pembesaran organ
8) Dada
Inspeksi : bentuk dada simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada massa
Perkusi : sonor
Auskultasi : vasikuler
9) Abdomen
Inspeksi : bentuk permukaan abdomen simetris, retraksi abdomen
normal, tidak ada penonjolan.
Auskutasi : bising usus negatif
Palpasi : distensi abdomen
Perkusi : timpani
10) Muskuloskeletal
5 5

5 5

11) Neurologi
Kesadaran composmentis, gerakan (tidak ada penurunan kekuatan otot, tidak
ada gangguan gerak volunter), sensasi menanggapi nyeri, integrasi berespon
terhadap stimulus.
12) Ekstremitas
Atas : terkoordinasi dengan baik
Bawah : terkoordinasi dengan baik
Review Of System
1) B1 Breathing
Bentuk dada simetris, suara napas normal, pola napas normal, RR 18x/menit,
tidak ada alat bantu napas.
2) B2 Blood
Irama jantung reguler, akral bengkak pada ekstremitas, tekanan darah 90/70
mmHg.
3) B3 Brain
Tinitus, penurunan pendengaran, vertigo.
4) B4 Bladder
-
5) B5 Bowel
Asupan nutrisi terganggu akibat mual, muntah, dan anoreksia
6) B6 Bone
Turgor kulit menurun, mobiitas fisik (lemah, malaise)

8.4 Pemeriksaan Diagnostik

1) Tes Gliserin
Pasien diberi minum gliserin 1,2 ml/ kg BB setelah diperiksa kalori dan
audiogram. Setelah 2 jam diperiksa kembali dan dibandingkan. Perbedaan
bermakna menunjukkan adanya hidrops endolimfatikus.
2) Transtimpanic Elektrokokleografi
Dapat menunjukkan abnormalitas pada 60% pasien yang menderita penyakit
meniere.
3) Tes Weber
Suara hanya terdengar pada telinga kiri.

8.1 Analisa Data

No. Data Etiologi Masalah


Keperawatan

1. DS: Malabsorbsi dalam sukus Gangguan pola tidur


Klien mengeluh dalam 2 endolimfetikus
minggu ini telinga kanan
sering berdenging,
perasaan penuh dalam Penumpukan cairan pada
telinga, kepala seperti endolimfe
berputar selama 20 menit
dan hilang sendiri
Klien mengeluh jika Sistem keseimbangan tubuh
sedang serangan sering terganggu
disertai mual, muntah,
tinitus, gangguan
pendengaran. Vertigo
Klien mengeluh susah
untuk tidur dan hanya
tidur 4 jam setiap Gangguan pola tidur
harinya

DO:
Hasil pemeriksaan
Weber, suara hanya
terdengar pada telinga
kiri
Auditorium
menunjukkan adanya
sensorineural hearing
loss
TTV
TD: 90/70 mmHg
N: 98x/menit
RR: 18x/menit
BB: 70kg
2. DS: Malabsorbsi dalam sukus Resiko cidera
Klien mengeluh dalam 2 endolimfetikus
minggu ini telinga kanan
sering berdenging,
perasaan penuh dalam Penumpukan cairan pada
telinga, kepala seperti endolimfe
berputar selama 20 menit
dan hilang sendiri
Klien mengeluh jika Sistem keseimbangan tubuh
sedang serangan sering terganggu
disertai mual, muntah,
tinitus, gangguan
pendengaran. Vertigo

DO:
Hasil pemeriksaan Resiko cidera
Weber, suara hanya
terdengar pada telinga
kiri
Auditorium
menunjukkan adanya
sensorineural hearing
loss
TTV
TD: 90/60 mmHg
N: 98x/menit
RR: 18x/menit
3. DS: Malabsorbsi dalam sukus Ansietas
Klien mengeluh dalam 2 endolimfetikus
minggu ini telinga kanan
sering berdenging,
perasaan penuh dalam Penumpukan cairan pada
telinga, kepala seperti endolimfe
berputar selama 20 menit
dan hilang sendiri
Klien mengeluh jika Sistem keseimbangan tubuh
sedang serangan sering terganggu
disertai mual, muntah,
tinitus, gangguan
pendengaran. Tinnitus (bising)

DO:
Hasil pemeriksaan Ansietas
Weber, suara hanya
terdengar pada telinga
kiri
Auditorium
menunjukkan adanya
sensorineural hearing
loss
TTV
TD: 90/60 mmHg
N: 98x/menit
RR: 18x/menit

8.2 Diagnosa Keperawatan


1 Gangguan pola tidur berhubungan dengan vertigo (000198)
Domain 4 Aktivitas/Istirahat
Class 1 Tidur/Istirahat
2 Resiko cidera berhubungan dengan vertigo (00035)
Domain 11 Keselamatan/Proteksi
Class 2 Cidera Fisik
3 Ansietas berhubungan dengan penurunan status kesehatan dan kehilangan
pendengaran (00146)
Domain 9 Koping/Toleransi Stres
Class 2 Respon Koping
1
2
3
4
5
6
7
8
8.5
8.6

8.7 Intervensi Keperawatan


1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan vertigo (000198)

NOC NIC

Setelah dilakukan tindakan asuhan Sleep Enhancement (1850)


keperawatan selama 1x24 jam, 9) Tentukan tidur pasien/pola
klien dapat tidur dengan pola tidur aktivitas
yang optimal. 10) Monitor/pantau pola tidur pasien
Sleep (0004) dan lama waktu tidur
f) Jam tidur (000401) 11) Instruksikan pasien bagaimana
g) Pola tidur (000403) untuk melakukan autogenik
h) Kualitas tidur (000404) relaksasi otot atau bentuk
i) Nyeri (000425) nonfarmakologi lainnya dari
j) Kesulitan tidur (000421) bujukan tidur
12) Sesuaikan lingkungan (cahaya,
suara berisik, temperatur, alas
tidur dan tempat tidur) untuk
meningkatkan tidur
13) Mendorong penggunaan obat
tidur yang tidak mengandung
penekanan tidur REM
14) Menyesuaikan jadwal pemberian
obat untuk mendukung pasien
tidur/bangun
15) Monitor pola tidur pasien, dan
catat physical (mis. Apnea saat
tidur, obstruksi jalan nafas,
nyeri/ketidaknyamanan,
frekuensi urin) dan psikologi
(mis. Ketakutan atau
kecemasan) keadaan yang dapat
mengganggu tidur
16) Diskusikan dengan pasien dan
keluarga teknik untuk
meningkatkan tidur

2. Resiko cidera berhubungan dengan vertigo (00035)

NOC NIC

Setelah dilakukan tindakan asuhan Neurologic monitoring (2620)


keperawatan selama 1x24 jam, klien 7) Monitor tingkat kesadaran
dapat terhindar dari resiko cidera 8) Memantau level orientasi
akibat vertigo. 9) Monitor otot, pergerakan
Falls Occurrence (1912) motorik, gaya berjalan dan
c) Jatuh saat berjalan (191202) proprioception
d) Jatuh ketika berpindah (191205) 10) Pantau adanya tremor
11) Catat keluhan kepala
Balance (0202) 12) Hindari keadaan yang
c) Mempertahankan keseimbangan menyebabkan peningkatan
saat berdiri (020201) tekanan intrakranial
d) Mempertahankan keseimbangan Fall prevention (6490)
saat berjalan (020203) 8) Identifikasi defisit kognitif
atau fisik pasien yang
mungkin terjadi
9) Identifikasi perilaku dan
faktor – faktor yang
mempengaruhi resiko jatuh
10) Memantau gaya berjalan,
keseimbangan dan level
kelelahan dengan ambulasi
11) Dorong pasien untuk
menggunakan tongkat atau
walker yang sesuai
12) Edukasi keluarga tentang
faktor resiko yang
berkontribusi terhadap jatuh
dan cara untuk mengurangi
resiko
13) Kolaborasi dengan tim
kesehatan lain untuk
meminimalkan efek samping
dari pengobatan yang
berkontribusi terhadap jatuh
(mis. Hipotensi ortostatik dan
unsteady gait)
14) Latih pasien untuk
beradaptasi terhadap
modifikasi gaya jalan yang
disarankan

3. Ansietas berhubungan dengan penurunan status kesehatan dan kehilangan


pendengaran (00146)

NOC NIC

Setelah dilakukan tindakan asuhan Anxiety reduction (5820)


keperawatan selama 2x24 jam, klien 8) Tetap berada disamping pasien
dapat terhindar dari kecemasan. untuk mendukung keselamatan
Anxiety level (1211) dan mengurangi rasa takut
d) Pusing (121125) 9) Identifikasi ketika level
e) Distress (121105) ansietas berubah
f) Verbalized anxiety (121117) 10) Bantu pasien identifikasi
situasi yang menyebabkan
Anxiety self control (1402) ansietas
e) Monitor intensitas kecemasan 11) Berikan pengobatan untuk
(140201) mengurangi kecemasan sesuai
f) Gunakan strategi koping yang yang diperlukan
efektif (140204) 12) Instruksikan pasien untuk
g) Kontrol respon kecemasan menggunakan teknik relaksasi
(140217) 13) Menganjurkan keluarga untuk
h) Menggunakan teknik relaksasi menemani pasien sesuai yang
untuk mengurangi kecemasan
(140207) diperlukan
14) Memberikan informasi faktual
tentang diagnosis, pengobatan
dan prognosis.

8.8 Evaluasi

1 Pasien dapat tidur dengan waktu yang optimal


2 Pasien mendapatkan tidur yang berkualitas
3 Pasien tidak mengalami cidera fisik
4 Pasien tidak merasa cemas atas kondisi kesehatannya
BAB IV

PENUTUP

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
A. Kesimpulan

Vertigo adalah suatu istilah yang berasal dari bahasa Latin, vertere, yang
berarti memutar. Secara umum, vertigo dikenal sebagai ilusi bergerak, atau
halusinasi gerakan. Vertigo ditemukan dalam bentuk keluhan berupa rasa
berputar-putar, atau rasa bergerak dari lilngkungan sekitar (vertigo sirkuler)
namun kadang-kadang ditemukan juga keluhan berupa rasa didorong atau
ditarik menjauhi bidang vertikal (vertigo linier).

Vertigo bukan merupakan suatu penyakit, tetapi merupakan suatu


kumpulan gejala atau sindrom yang terjadi akibat gangguan keseimbangan
pada sistem vestibular ataupun gangguan pada sistem saraf pusat. Selain itu,
vertigo dapat pula terjadi akibat gangguan pada alat keseimbangan tubuh yang
terdiri dari reseptor pada visual (retina), vestibulum (kanalis semisirkularis)
dan proprioseptik (tendon, sendi dan sensibilitas dalam).

Penyakit meniere adalah gangguan kronis saluran semisirkular dan labirin


telinga dalam, tampak berhubungan dengan over produksi endolimfe di telinga
dalam ( Elizabeth J Corwin : 2009 ).

B. SARAN
Sebaiknya penatalaksanaan vertigo segera dilakukan jika dibiarkan dapat
mengganggu kegiatan sehari-hari. Dalam hal ini penulis masih memiliki
banyak kesalahan, maka kami mengharapkan kritik dan saran bagi pembaca
demi perbaikan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Muhammad. 2013. Diagnosis Vertigo. Diakses pada


http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/9621/DIAGNOSIS
%20VERTIGO-MA.pdf?sequence=1 pada tanggal 28 April 2016 pukul 21.16

April Cashin-Garbutt, BA Hons (Cantab). Diagnosis Penyakit Meniere. 7 Agustus 2012


; available from http://www.news-medical.net/health/Diagnosis-of-Menieres-
disease-(Indonesian).aspx
Baloh, Robert W. The Lancet; Dec 5, 1998; 352, 9143. Vertigo. ProQuest pg. 1841

Berisavac, Ivana I. Et al. 2015. Drug treatment of vertigo in neurogical disorders.


Neurology India: Wolters Kluwer – Medknow
Black, Joyce M. And Hawks, Jane Hokanson. 2014. Keperwatan Medikal Bedah
Manajemen Klinis untuk Hasil yang Diharapkan Edisi 8 Buku 3. Singapore:
Elsevier hlm 486-490
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
Hadjar E, Bashiruddin J. Penyakit Meniere. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N,
Bashiruddin J, Restuti R. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung,
Tenggorok, Kepala & Leher. Ed ke-6. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. 2007; h.
102-103.
Hain TC. Epidemilogy of Meniere’s disease [online]. 2008 January 9 ; available
from http://www.dizziness-and-balance.com/disorders/menieres/men_epi.html
Haq, Nuzulul Zulkarnain. 2011. “Askep Meniere”, (Online), ( http://nuzulul-
fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35550Kep%20Sensori%20dan%20
Persepsi-Askep%20Meniere.html#popupl, diakses pada 12 Oktober
Herdman, T. Heather and Kamitsuru, Shigemi (Ed.).2014. Nursing Diagnoses:
Definitions & Classification edisi: 10 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell
2011)
Linda S. Williams, Paula D. Hopper.2011.Understanding Medical Surgical Nursing
4th ed. USA : F.A. Davis Company
Mandal, Ananya. 2013. “Gejala Penyakit Meniere”, (Online), (http://www.news-
medical.net/health/Symptoms-of-Menieres-disease-(Indonesian).aspx, diakses
pada 10 Mei 2013)
Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI

Anda mungkin juga menyukai