Anda di halaman 1dari 47

ASUHAN

KEPERAWATAN
DENGAN KEHAMILAN
PATOLOGIS

Oleh :
Yenny Puspitasari, S.Kep.Ns., M.Kes
ABORTUS
 Abortus adalah pengakhiran kehamilan dengan cara apa
pun sebelum janin cukup berkembang untuk dapat hidup
di luar kandungan
 Macam Abortus :
 Abortus imminens

• Diagnosa : perdarahan sedikit, nyeri memilin


karena kontraksi sedikit, belum ada pembukaan
pada pemeriksaan dalam, tidak ada kelainan
servix
 Abortus incipiens

• Diagnosa : perdarahan banyak bisa berupa


gumpalan, nyeri karena kontraksi rahim kuat,
akibat kontraksi terjadi pembukaan
 Abortus incompletus
• Terjadinya abortus dengan pengeluaran jaringan,
perdarahan berlangsung terus, servix tetap
terbuka karena masih ada benda didalam rahim
 Abortus completus
• Buah kehamilan lahir dengan lengkap, perdarahan
segera berkurang setelah isi rahim dikeluarkan.
 Missed abortion
• Retensi hasil konsepsi yang telah mati dalam
uterus selama 4-8 minggu atau lebih.
• Gejala : rahim tidak membesar, buah dada
mengecil kembali, ammenorhea belangsung terus
 Abortus Habitualis
• Abortus spontan yang terjadi 3 kali berturut-turut
 Abortus Infeksius
• Abortus inkompletus + panas : perdarahan
pervaginam, nyeri, disertai dengan syok, VT :
Ostium uteri terbuka, nyeri adneksa dan fluor yang
berbau
• Abortus sepstikus : abortus disetai dengan tanda-
tanda sepsis

 Pengkajian :
 Riwayat menstruasi, hubungan seksual dan

kehamilan yang lalu, pemeriksaan kehamilan,


pemeriksaan vaginal.
 Intervensi :
 Untuk mencegah kerusakan pada ibu dan menyelamatkan

kehamilan
 Untuk abortus mengancam dan imminent meliputi tirah

baring dengan observasi ketat terhadap semua keluaran


vagina , dukungan emosional, tindakan untuk meningkatkan
relaksasi dan lingkungan yang aman dan tenang
 Untuk abortus spontan dan incomplet dilakukan persiapan

untuk mengeluarkan semua hasil konsepsi dari dalam


uterus. Biasanya dengan tindakan dilatasi dan kuretase
 Untuk abortus habitualis karena inkompeten serviks

menjalani operasi Shirodkar-Barter. Operasi ini dilakukan


pada usia gestasi sekitar 15-18 minggu.
 Untuk abortus septik, pasien diberikan tirah baring dengan

terapi cairan intravenadan antibiotik. Bila kondisi stabil


dilakukan dilatasi dan kuretase untuk membuang jaringan
yang terinfeksi. Post operatif pasien diawasi dengan ketat
terhadap tanda-tanda hemorargi, infeksi, rasa nyeri dan
retensi urin.
KEHAMILAN EKTOPIK
Kehamilan ektopik adalah kehamilan di tempat
luar biasa, misalnya : tuba, ovarium, atau rongga
perut
Beberapa faktor yang menyebabkan kehamilan
ektopik :
Adanya faktor mekanis yang menghambat
perjalanan ovum yang telah dibuahi ke dalam
kavum uteri, seperti : kelainan pertumbuhan
tuba, penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim
Adanya faktor fungsional yang menghambat
ovum yang telah dibuahi ke dalam kavum uteri,
seperti : migrasi external ovum, refluks
menstrual, berubahnya motilitas tuba
Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba
terhadap ovum yang telah dibuahi
Keluhan dan gejala :
Rasa nyeri
Amenore
Spotting atau perdarahan pervaginam
Nyeri abdomen dan pelvik
Perubahan uterus
Test kehamilan +
Penanganan : Salpingektomi
Pengkajian : Tanda-tanda dan gejala termasuk
nadi cepat dan lemah, keringat dingin, pucat, lesu,
megap-megap dan ansietas yang berlebihan. Kaji
riwayat medis, pemeriksaan fisik (termasuk pelvic),
uji kehamilan, analisa darah. Mungkin dilakukan
laparoskopi atau laparatomi.
Intervensi :
Pengawasan ketat tanda-tanda syok atau
perubahan mendadak dalam kondisi pasien
dan persiapan preoperative sebagaimaba
dinstruksikan oleh ahli bedah
Dukungan emosional sangat penting
Perawatan post operatif meliputi : transfuse
darah dan penggantian cairan.
Berikan intervensi suportif seperti : empati yang
tepat, ketulusan dan kehangatan untuk
membantu pasien mengatasi berduka tahap
pertama karena kehamilannya berakhir.
MOLA HIDATIDOSA
 Pengertian
 Adalah suatu neoplasma jinak dari sel trofoblast,
dimana terjadi kegagalan pembentukan plasenta atau
fetus, dengan terjadinya vili yang menggelembung
sehingga menyerupai bentukan seperti buah anggur.
 Patofisiologi :
 Suatu agenesis yang lengkap atau degenerasi dini dari
system vaskularisasi buah kehamilan pada kehamilan
minggu ke III-V
 Adanya sirkulasi yang terus menerus tanpa adanya
fetus menyebabkan sel trofoblast memproduksi cairan
 Adanya kelainan pada kromatin seks
 Gejala klinis :
 Adanya tanda-tanda kehamilan muda disertai dengan
perdarahan, perdarahan bisa berulang-ulang sehingga
menimbulkan anemia
 Keluhan subyektif maupun obyektif pada kehamilan
muda yang lebih hebat dari biasa misalnya
hiperemesis, sampai tanda-tanda toksemia
 Tidak dirasakan tanda-tanda adanya gerakan janin
maupun “ballottement”
 Tinggi fundus rahim / besarnya rahim lebih besar dari
usia kehamilan atau lamanya amenore
 Adanya kista lutein yang dapat bilateral
 Keluarnya gelembung mola bersama dengan
perdarahan
 Diagnosis :
 Klinis : berdasarkan anamnesis pemeriksaan klinis
dan ginekologik
 Laboratorium : pengukuran kadar hormon korionik
gonadotropin (HCG)
 Ultrasonografi : didapatkan gambaran ”snow storm”
atau gambaran badai salju
 Histopatologik : dari gelembung yang keluar atau hasil
evakuasi, bahan dikirim ke lab patologi anatomi
 Komplikasi :
 Perdarahan : dapat terjadi spontan dengan keluarnya
gelembung atau pada waktu evakuasi
 Perforasi : spontan atau karena tindakan
 Emboli sel trofoblast. Penderita sesak mendadak,
kematian tinggi
 Keganasan (terjadi korio karsinoma)

 Penatalaksanaan :
 Pengangkatan mola hidatidosa
 Pengawasan lanjutan bila ada keganasan
 Pengkajian dan Pengobatan :
 Wanita yang berusia 45 tahun dengan gejala-gejala
khas dilakukan uji pemeriksaan kadar HCG, dan
dilakukan sonografi setiap 1 sampai 2 minggu.
Keluaran vagina diawasi ketat. Bila diagnosa telah
dipastikan, isi uterus dikeluarkan dengan suksion dan
kuretase. Karena insiden korio karsinoma pada wanita
usia tua menyertai mola hidatidosa adalah sangat
tinggi, mungkin dilakukan histerektomi. Bila tidak,
pengawasan tindak lanjut terhdap HCG menjadi amat
penting. Bila hal ini sudah normal dalam 1 tahun, maka
kehamilan berikutnya bida diupayakan.
LEIOMIOMA UTERI
• Pengertian :
– Suatu tumor jinak dari lapisan miometrium rahim,
dengan sifat :
• Konsistensi padat kenyal
• Berbatas jelas dan mempunyai psedokapsul
• Tidak nyeri
• Bisa soliter atau multipel dengan ukuran mulai dari
mikroskopis sampai > 50 kg
• Letak tumor :
– Submukus
– Intramural
– Subserus
– Intraligamenter
– Servikal
– Bertangkai
(pendunculated)
– Parasitik
(wandering)
• Patofisiologi :
– Berasal dari ”totipotential primitive cells” atau
“immature muscle cell nest” dalam miometrium, yang
berproliferasi akibat rangsangan terus menerus oleh
hormone esterogen, sehingga terbentuk hormon yang
terdiri dari jaringan otot, jaringan ikat fibrus dan
banyak pembuluh darah.
– Tumor sering ditemukan pada wanita masa
reproduksi, terutama usia 40-50 tahun.
– Tumor jarang ditemukan sebelum menarce dan akan
mengalami regresi setelah menopause.
– Tumor bertambah besar pada kehamilan dan pada
pemberian hormon esterogen.
• Gejala klinis
– Mungkin tanpa gejala
– Atau timbul gejala berupa :
• Rasa penuh atau berat pada perut bagian bawah
sampai teraba benjolan yang padat kenyal
• Gangguan haid atau perdarahan abnormal pada
uterus :
• Menoragi, metrorhagi, dismenore.
• Gangguan akibat penekanan tumor :
– Disuria/poliuria, retensi urine, overflow
inkontinence, konstipasi, edema tungkai,
varises.
• Pemeriksaan dan diagnosis
– Anamnesa tentang riwayat penyakit
– Palpasi abdomen, didapatkan tumor didaerah atas
pubis atau abdomen bagian bawah dengan
konsistensi padat kenyal, berdungkul, tidak nyeri,
berbatas jelas, akan bergerak-gerak jika tidak ada
perlekatan.
– Pemeriksaan bimanuel didapatkan tumor tersebut
menyatu atau berhubungan dengan rahim.
– Pemeriksaan USG pada kasus terpilih
– Kuret dan pemeriksaan PA pada kasus perdarahan.
– Pemeriksaan PA bahan operasi.
• Komplikasi :
– Perdarahan sampai anemi
– Torsi pada yang bertangkai
– Infeksi
– Degenerasi merah (degenerasi karneus) sampai
nekrotik
– Degenerasi ganas (miosarkoma)
– Degenrasi hialin dan degenerasi kistik
– Infertilitas
• Penatalaksanaan :
– Terapi konservatif
– Bila gagal, dilakukan tindakan operatif
• Pengkajian dan intervensi :
– Kaji adanya bercak dan nyeri, perasaan tertekan seperti
pertumbuhan bayi
– Selama persalinan mioma memudar atau berhenti
berkontraksi, menyebabkan inersia uterus; menyumbat jalan
lahir; menyebabkan malposisi bayi untuk persalinan dan
menggangu pelepasan plasenta yang menyebabkan
perdarahan
– Bila mioma didiagnosa selama kehamilan operasi ditunda
sampai setelah melahirkan
– Bila jalan lahir tersumbat atau terjadi perdarahan dilakukan
persalinan cesarean
– Pendidikan perinatal tentang potensial perdarahan dan
persiapan persalinan
– Pasien harus memahami kondisinya termasuk kemungkinan
persalinan cesarean dan histerektomi, sehingga dia bisa
membuat keputusan
– Setelah persalinan dan melahirkan ia membutuhkan
dorongan dan dukungan emosional
HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
Klasifikasi Hipertensi yang mempersulit kehamilan :
• Hipertensi karena kehamilan
– Hipertensi yang timbul akibat kehamilan dan sembuh setelah
bersalin :
• Hipertensi tanpa proteinuria atau edema patologis
• Pre-eklampsia dengan proteinurin atau edema patologis
• Eklampsia - proteinurin dan edema patologis disertai
kejang
• Hipertensi yang diperberat oleh kehamilan
– Hipertensi yang sebelumnya sudah ada dan diperberat oleh
kehamilan :
• Superimposed preeklampsia
• Superimposed eclampsia
• Hipertensi bersamaan dengan kehamilan
– Hipertensi kronis yang sudah ada sebelum kehamilan atau
menetap setelah bersalin
• Gejala Preeklapmsia dan Eklampsia :
– Preeklampsia :
• Hipertensi : kenaikan systole 30 mmHg dan
diastole 15 mmHg, tekanan darah dapat mencapai
180 mmHg systole dan 110 mmHg diastole
• Odema
• Proteinuria
• Nyeri kepala
• Nyeri ulu hati
• Gangguan pengelihatan
• Eklampsia :
– Hipertensi
– Oedema
– Proteinuria
– Nyeri kepala
– Pengelihatan kabur
– Nyeri ulu hati
– Kejang dan coma
• Dasar pengobatan Preeklampsia dan Eklampsia:
– Istirahat
– Diit rendah garam tinggi protein
– Obat antihipertensi
– Sedatif
– Induksi persalinan
• Pengkajian preeklampsi ringan :
– Bandingkan perubahan tekanan darah pada awal
kehamilan dengan pengukuran yang dilakukan
kemudian, pemeriksaan urin terhadap adanya protein
uria, pengukuran BB dengan menggunakan skala
yang sama, observasi terhadap edema, menanyakan
adanya sakit kepala, gangguan lambung,
pemeriksaan darah.
• Intervensi preeklampsi ringan berfokus pada pendidikan
kesehatan, sebagai berikut :
– Diet
• Diet tinggi protein dengan asupan natrium sedang 2,5-7,0
grm per hari dan 6-8 gelas air per hari. Tidak lagi
diresepkan diuretik atau pembatasan asupan cairan atau
garam
– Istirahat dan Aktivitas
• Istirahat dengan posisi lateral rekumben ke arah kiri
adalah lebih baik dengan peningkatan aliran plasma
ginjal, kecepatan filtrasi glomerulus, dan perfusi plasenta.
Berbaring terlentang adalah berbahaya karena menekan
vena kava inferior dan aorta serta mengurangi suplai
darah ke uterus. Posisi terlentang juga menekan arteri
renalis dan mengurangi aliran darah ke ginjal. Walaupun
tirah baring mungkin tidak diperlukan, mengurangi
aktivitas adalah lebih baik.
– Kesehatan mental
• Anggota keluarga dibantu dengan berbagai perasaan
tentang bayi yang belum lahir, hubungan seksual,
finansial, hubungan sosial, rasa jemu dan perasaan
terisolasi, dan kemampuan untuk memberikan perawatan
bagi anggota keluarga lainnya. Bila masalah-masalah ini
teridentifikasi, jalan keluarnya dengan merujuk.
– Supervisi medis
• Kunjungan ke klinik dijadwalkan 2 minggu sekali,
tergantung pada gejala. Pengkajian tekanan darah,
albuminuria, penambahan berat badan, edema,
kesehatan mental dan perkembangan janin dilakukan
pada saat tersebut.
– Tanda-tanda bahaya
• Ibu dianjurkan untuk melaporkan setiap perubahan
yang tiba-tiba terjadi padanya, seperti : edema,
sakit kepala, demam, tremor otot atau kejang. Bila
melakukan pemeriksaan urin terhadap protein dan
menyimpan catatan penambahan berat badan,
laporan bila ada peningkatan yang tiba-tiba.
• Pengkajian preeklampsi berat :
– Tekanan darah, nadi,pernapasan minimal setiap 2-4 jam
– Suhu setiap 4 jam, atau kurang bila terjadi peningkatan suhu
tubuh
– Kecepatan denyut jantung janin setipa 2 sampai 4 jam atau
diawasi terus menerus
– Haluaran urin dilakukan setiap berkemih atau setiap jam
dengan memasang kateter (haluran harus lebih besar dari
700 ml dalam 24 jam atau 30 ml per jam)
– Proterin urin ditentukan setiap jam bila dipasang kateter
(hasil +3 menandakan kehilangan 5 mg protein dalam 24
jam)
– Berat jenis urin ditentukan setiap jam bila dipasang kateter
(hasil yang didapat 1,040 berhubungan dengan oliguria dan
proteinuria)
– Edema dievaluasi pada wajah, ekstremitas dan sakrum
setiap 4 jam; dengan kedalaman ditentukan dengan
melakukan penekanan pada area diatas tulang
– Berat badan ditentukan setiap hari pada waktu yang sama
kecuali tirah baring ketat
– Refleks tendon dalam dievaluasi setiap 4 jam terhadap
hiperaktivitas dari tendon bisep, trisep atau achiles
– Edema pulmoner ditentukan setiap 4 jam sekali dengan
melakukan auskultasi
– Pelepasan plasenta dikaji setiap jam dengan memeriksa
perdarahan vagina atau rigiditas uterus
– Sakit kepala dikaji setiap 2 jam sampai 4 jam dengan
menanyakan pada pasien
– Gangguan visual dikaji setiap 4 jam dengan menanyakan
atau setiap hari dengan pemeriksaan funduskopi
– Tingkat kesadaran dikaji terus menerus terhadap
perubahan kesadaran, perasaan, pemahaman dan tanda-
tanda kejang atau koma
– Pemeriksaan laboratorium darah ditentukan setiap hari
untuk hematokrit, nitrogen urea darah, esteriol, kreatinin,
serum asam urat, pembekuan dan elektrolit.
• Intervensi preeklampsi berat :
– Tirah baring, ruangan yang tenang, tidak ada telepon,
dan sedikit pengunjung untuk mengurangi stimulus
yang dapat mencetuskan serangan kejang
– Diit tinggi protein, natrium sedang yang dapat
ditoleransi bila terdapat mual atau indikasi dari
aktivitas yang menimbulkan serangan
– Keseimbangan cairan danpenggantian elektrolit untuk
memperbaiki hipovolemia, mencegah kelebihan
sirkulasi, dan pemeriksaan serum harian (asupan
cairan harus 1000 ml dtambah haluran urin untuk 24
jam sebelumnya.)
– Sedatif seperti diazsepam atau fenobarbital untuk
meningkatkan istirahat
– Antihipertensif seperti hidralizin untuk meningkatkan
vasodilatasi tanpa memberikan efek yang berat
pada janin (diberikan bila tekanan diastolik lebih
tinggi dari 110 mmHg, diberikan drip intravena atau
suntikan)
– Antikonvulsan untuk mengurangi resiko kejang
seperti magnesium sulfat (MgSO4) diberikan IM
atau IV untuk mempertahankan kadar dalam darah
anatara 4,0 dan 7,5 mg/dl (pada 10 mg/dl reflek
tendon dalam menghilang, dan pada 15 mg/dl
terjadi paralisis pernapasan dan atau henti jantung)
– Dukungan dan pendidikan untuk menurunkan
kecemasan dan meningkatkan pemahaman dan
kerjasama dengan tetap memberikan informasi
tentang status janin, mendengar dengan penuh
perhatian, mempertahankan kontak mata dan
berkomunikasi dengan tenang hangat dan empati
yang tepat.
PERDARAHAN ANTEPARTUM

 Penyebab perdarahan pada tirmester awal


kehamilan :
– Abortus
– Kehamilan ektopik
– Mola Hydatidosa
 Penyebab perdarahan triwulan terakhir
kehamilan :
– Placenta previa
– Solusio placenta
Pengertian placenta previa :

 Suatu keadaan dimana insersi plasenta


tidak di fundus uteri, melainkan di
segemen bawah rahim (SBR), sehingga
menutupi sebagian atau seluruh ostium
uteri internum pada kehamilan 28 minggu
atau lebih
Pengertian solusio placenta :

 Adalah suatu keadaan dimana plasenta


yang letaknya normal terlepas dari
perlekatannya sebelum janin lahir, sejak
kehamilan 28 minggu
Klasifikasi placenta previa :

 Berdasarkan derajat penutupan OUI maka


plasenta previa dibagi menjadi :
– Plasenta previa totalis
– Plasenta previa lateralis
– Plasenta previa marginalis
– Plasenta letak rendah
Klasifikasi solusio placenta :

– Solusio placenta parsialis


– Solusio placenta totalis
Perbedaan antara Placenta praevia dan
solusio placenta :
Solusio placenta Placenta praevia

Perdarahan dengan nyeri Perdarahan tanpa nyeri


Perdarahan segera disusul partus Perdarahan berulang-ulang sebelum
Perdarahab keluar hanya sedikit partus
Palpasi sukar Perdarahan keluar banyak

Bunyi jantung anak biasanya tidak


ada Bagian depan tinggi
Pada toucher tidak teraba placenta Biasanya ada
tapi ketuban yang terus menerus
tegang Teraba jaringan placenta
 Ada impresi pada jaringan
placenta karena haematom
 Robekan selaput marginal
 Penatalaksanaan :
– Terapi konservatif
– Terapi aktif

 Pengkajian :
– Kaji ibu secara teratur bila ada perdarahan vagina. Jika
terjadi perdarahan, catat jumlah dan karakternya
– Kaji tanda-tanda syok jika ada perdarahan (penurunan
tekanan darah, peningkatan frekuaensi nadi, kulit
berkeringat dingin, muka pucat, penurunan hematokrit,
haluaran urine < 30ml/jam
– Kaji kontraktilitas uterus dan tanda persalinan. Peringatan :
pemeriksaan vagina bisa memicu terjadinya perdarahan
hebat dan tindakan ini merupakan kontraindikasi pada
keadaan placenta previa
– Kaji pemahaman ibu terhadap keadaan, implikasi dan pilihan
pengobatan
– Kaji keadaan janin. Selama terjadi perdarahan, alat pantau
janin elektronik digunakan terus menerus.
 Intervensi :
– Lakukan pemantauan keadaan ibu dan janin secara
terus menerus, mencakup tanda-tanda vital, tanda
perdarahan, haluran perkemihan, pelacakan
pemantauan elektronik dan tanda persalinan
– Jelaskan prosedur kepada ibu dan keluarganya
– Pemberian cairan IV atau produk darah, sesuai
pesanan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai