Anda di halaman 1dari 43

SEORANG ANAK

USIA 9 TAHUN
DENGAN STATUS
EPILEPTIKUS

Wilda Al Aluf Riandini


J510170041

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


RSUD DR HARJONO S PONOROGO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
LAPORAN
KASUS
IDENTITAS DIRI

Nama : An.B Ruang : Delima

ANAMNESIS Umur : 9 tahun


Kelas : III
Berat Badan : 26 kg

Nama Lengkap : An. B Jenis Kelamin : Laki laki

Tempat, Tanggal Lahir : Ponorogo, 3 februari 2009 Umur : 9 Tahun

Nama Ayah : Tn. B Pendidikan Ayah : SMP

Pekerjaan Ayah : Swasta Umur : 55 tahun

Nama Ibu : Ny.S Pendidikan Ibu : SMP

Pekerjaan Ibu : Ibu rumah tangga Umur : 53 tahun

Alamat : nglodo bancar bungkal Diagnosis Masuk : Status Epileptikus

Masuk RS tanggal : 18 Desember 2018


Ko. Asisten : Wilda Al Aluf R, S.Ked
Dokter yang Merawat : dr. Eko Jaenudin, Sp.A
ANAMNESIS
 KELUHAN UTAMA : Kejang
 Riwayat Penyakit Sekarang

Hari MRS
Pada Tanggal 19 Desember 2018 malam hari sekitar pukul 21.00 saat
beraktivitas biasa pasien tiba tiba mengalami kelonjotan seluruh tubuh, mata
mengarah ke atas, tidak sadar, mulut tidak berbusa, lidah tidak tergigit.
Kejang sempat berhenti dan anak tidak sadar. Pasien kembali kejang saat
diperjalanan menuju RS. Kejang terjadi sepanjang perjalanan pasien ke RS
Muslimat. Durasi kejang dari rumah sampai berhenti berkisar 45 menit.
Setelah diberikan obat di IGD kemudian pasien berhenti kelonjotan namun
keadaannya mengalami penurunan kesadaran. Dan pasien dirujuk ke RSUD
dr.Hardjono Ponorogo. Demam (-) keringat dingin (-), pucat (-), rewel (-),
kesadaran menurun (+), nyeri kepala (-), nyeri sendi(-), mimisan (-), gusi
berdarah (-), muntah (+).
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
 Riwayat keluhan serupa (sesak nafas) : diakui, Kejang pertama saat usia 3,5
th dan kejang yang saat ini sudah ketiga kalinya.
 Riwayat ISPA : disangkal
 Riwayat batuk lama : disangkal
 Riwayat asma : disangkal
 Riwayat pengobatan TB : disangkal
 Riwayat demam tifoid : disangkal
 Riwayat demam berdarah : disangkal
 Riwayat alergi makanan dan obat : disangkal
 Riwayat alergi dingin : disangkal
 Riwayat kejang dengan demam : disangkal
 Riwayat kejang tanpa demam : diakui
 Riwayat mondok : diakui, selain karna kejang juga karena muntah
dan diare
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
 Riwayat TB : disangkal
 Riwayat asma : disangkal
 Riwayat Bronkitis : disangkal
 Riwayat batuk lama : disangkal
 Riwayat kejang demam : disangkal
 Riwayat kejang tanpa demam : disangkal
 Riwayat alergi : disangkal
 Riwayat demam berdarah : disangkal
 Riwayat tekanan darah tinggi : diakui
 Riwayat kencing manis : disangkal
 Riwayat penyakit jantung : disangkal
 Riwayat penyakit stroke : disangkal
POHON KELUARGA
RIWAYAT PRIBADI
 Riwayat Kehamilan
Ibu G3P0A0 hamil saat usia 44 tahun. Ibu tidak pernah memeriksakan
kehamilanya karena ketidaktahuannya bawa ia sedang hamil hinga ibu
merasakan keluhan nyeri perut dan memeriksakannya ke bidan dan
diketahui saat usia kehamilan 7 bulan. Setelah mengetahui kehamilan
tersebut bidan merujuk ibu untuk ke dokter spesialis kandungan. Ibu tidak
tau jika hamil karena menurut ibu dirinya belum melepas KB implant.
RIWAYAT PRIBADI
 Riwayat Persalinan
Ibu melahirkan anaknya di RS ditolong oleh Bidan,
persalinan dilakukan secara Spontan. Umur kehamilan 28
minggu, bayi lahir dengan berat badan 1400 gram dengan
panjang badan 45 cm. Bayi lahir tidak langsung menangis.
 Riwayat Paska Lahir Pasien

Setelah lahir bayi tidak langsung menangis spontan dan bayi


di rawat di RS sekitar 52 hari.
RIWAYAT PRIBADI

Riwayat Makan

• Umur 0 – 6 bulan : ASI + susu formula


• Umur 6 bulan - 2 tahun : ASI dan MPASI
• Umur 3 – 7 tahun : Makanan Padat
RIWAYAT PRIBADI
 Perkembangan

Motorik Kasar Motorik Halus Bahasa Personal Sosial

Mengangkat kepala Kepala menoleh ke Bersuara Tersenyum


ketika tengkurap samping kanan-kiri ooo....ooo... spontan

( 5 bulan) (1 bulan) (3 bulan) (3 bulan)

Kepala tegak ketika Menoleh ke Memandang


Memegang mainan
didudukkan suara tangannya
(4 bulan)
(6 bulan) (3 bulan) (3 bulan)
VAKSINASI
Jenis   Tempat
RS
Hepatitis B 4 kali
RS
BCG 1 kali
RS
DPT 3 kali
RS
Polio 4 kali
RS
HiB 3 kali
SOSIAL EKONOMI DAN
LINGKUNGAN
Sosial Ekonomi Lingkungan
• Ayah pasien bekerja sebagai • Pasien tinggal di rumah bersama Ayah,
wiraswasta, dan ibunya sebagai ibu Ibu pasien. Rumah terdapat 4 kamar
rumah tangga. Total penghasilan tidur, 1 dapur, dan 1 kamar mandi.
untuk kebutuhan sehari-hari Atap rumah terbuat dari genteng
dirasakan cukup. dengan dinding semen, dan lantai
rumah terbuat dari keramik biasa. WC
dan kamar mandi menjadi satu,
gabung dengan rumah, tempat
penampungan berupa bak yang
dibersihkan satu minggu sekali. Udara
dan penerangan cukup.
SISTEMIK
 Serebrospinal : Nyeri kepala (-),demam (-), kejang (+),
Penurunan kesadaran (+)
 Kardiopulmoner : Kulit kebiruan (-),Kuku-kuku jari berwarna
biru (-)
 Respiratorius : Batuk (-) berdahak, pilek (-), sesak (-)
 Gastrointestinal :Nyeri perut (-), mual (-), muntah
(+),kembung (-), BAB (+) normal, diare (-),
 kontipasi (-)
 Urogenital : BAK (+) normal, Nyeri saat BAK (-)
 Integumentum : Pucat (-),Bintik Merah (-), Kuning ( -)
 Muskuloskeletal : Nyeri otot (-), Nyeri saat Berjalan/bergerak
(-),Lemas (-),Nyeri sendi (-)
PEMERIKSAAN
Tanda – Tanda Vital
FISIK
 Keadaan umum : Tampak lemah
 Kesadaran : Somnolen
 Suhu badan : 37,5o C
 Nadi : 80x/menit,
 Pernapasan : 22x/menit
 SPO : 98%
2
STATUS GIZI
 Panjang Badan : 120 Cm
 Berat Badan : 26 Kg
 BMI = 21,6

 Kesan: Gizi baik


PEMERIKSAAN GENERAL
 Kulit : Warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-),
sianosis (-).
 Kelenjar limfe : Tidak didapatkan pembesaran
limfonodi
 Otot : Tidak didapatkan kelemahan, atrofi,
maupun nyeri otot
 Tulang : Tidak didapatkan deformitas tulang
 Sendi : Gerakan bebas
PEMERIKSAAN FISIK
 Leher :Tidak ada pembesaran limfonodi leher, tidak teraba massa
abnormal dan tidak ada peningkatan vena jugularis
 Thoraks : Simetris, retraksi (-) subcostal dan suprasternal, ketinggalan
gerak (-)
 Jantung :
 Inspeksi : Iktus kordis tak tampak
 Palpasi : Tidak kuat angkat
 Perkusi
 Kanan atas : SIC II Linea Parasternalis dekstra
 Kanan bawah : SIC IV Linea Parasternalis dekstra
 Kiri atas : SIC II Linea Parasternalis sinistra
 Kiri bawah : SIC V Linea Midclavicularis sinistra
 Auskultasi : Suara jantung I-II interval reguler, bising jantung (-).
PULMONAL Kanan DEPAN Kiri
Simetris (+), retraksi (-) Inspeksi Simetris (+), retraksi (-)
subcostal, suprasternal subcostal, suprasternal

Ketinggalan gerak (-), Palpasi Ketinggalan gerak (-),


fremitus kanan kiri sama (+) fremitus kanan kiri sama (+)

Sonor Perkusi Sonor


SDV (N) normal , RBH (+), Auskultasi SDV (N) normal, RBH(+),
wheezing (-) wheezing (-)

Kanan BELAKANG Kiri


Simetris (+) Inspeksi Simetris (+)
Ketinggalan gerak (-), Palpasi Ketinggalan gerak (-),
fremitus kanan kiri sama (+) fremitus kanan kiri sama (+)

Sonor Perkusi Sonor


SDV (n) normal, RBH (+), Auskultasi SDV (n) normal, RBH (+),
wheezing (-) wheezing (-)
PEMERIKSAAN FISIK
 Abdomen : - Inspeksi : Distensi (-), sikatrik (-), purpura (-)
 Auskultasi : Peristaltik (+) normal
 Perkusi: Timpani (+), pekak beralih (-), ascites (-)
 Palpasi :Supel, massa abnormal (-), turgor kulit menurun (-), undulasi (-),
nyeri tekan (-)
 Hati : Hepatomegali (-)
 Limpa : Splenomegali (-)
 Anogenital: Warna kulit coklat, rambut mons pubis (-), tanda-tanda
radang (-), penis dan skrotum dalam batas normal.
EKSTREMITAS
 Edema (-/-), Sianosis (-/-), akral dingin (-/-), petekie (-/-), a.
dorsalis pedis teraba kuat, dan CRT < 2 detik.
LENGAN TUNGKAI
  Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Bebas Bebas Bebas Bebas
Tonus Normal Normal Normal Normal
Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Clonus     Negatif Negatif

Patella (+) mengalami peningkatan dan


Reflek fisiologis Biseps(+), triceps (+)
perluasan

Reflek patologis Hoffman (-), tromner (-) Babinski (-), chaddock (-), gordon (-)

Meningeal sign Kaku kuduk (+),brudzinski I (-), brudzinski II (-), kernig (-)

Sensibilitas Normal
 Kepala : Normochephal rambut hitam, tidak mudah dicabut, Ubun-
ubun kecil belum menutup, ubun-ubun cekung (-), bulging fontanella (-)
 Mata : CA (-/-), SI (-/-), edema palpebra (-/-), reflek cahaya (+/+)
isokor, ukuran pupil 3mm dx et sn, mata cowong (-/-), air mata berkurang
(-)
 Hidung : Sekret (-), epistaksis (-), nafas cuping hidung (-/-)
 Telinga : Sekret (-), hiperemis (-)
 Mulut : Mukosa bibir kering (-), bibir sianosis (-), Perdarahan gusi (-),
sianosis (-), lidah kotor (-), pharynx hiperemis (-), tonsil hiperemis (-)
Pemeriksaan Laboratorium Darah
Tanggal 18 Desember 2018

Darah Lengkap Nilai Normal


WBC 18.9 4.5 – 13.0 103/ uL
NE 93.6 42.0 – 35.0 %
LY 2.6 11.0 – 49.0 %
HGB 13.0 11.0 – 16.0 g/dL
Trombosit 322 150 – 450 103/ uL
Hematokrit 38.2 36.0 – 56.0 %
MCV 80.6 30.0 - 100 fl
MCH 27.4 28.0 – 32.0 pg
MCHC 34.0 31.0 – 35.0 g/dL
DAFTAR MASALAH

a. Aktif
 Anamnesis
 Kejang > 30 menit
 penurunan kesadaran
 riwayat kejang tanpa demam sebelumnya
 Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum tampak lemah , kesadaran Somnolen
 Tidak ada demam ketika kejang, terdapat demam 1hari setelah kejadian kejang
 Kaku kuduk (+), reflek fisiologis mengalami hiperreflek dan perluasan

b. Kemungkinan Penyebab
 status epileptikus
 Meningitis
RENCANA PENGELOLAAN
Rencana Tindakan
• Observasi tanda-tanda vital seperti suhu,pernafasan, nadi /6 jam

Rencana penegakan Diagnosis


• Pemeriksaan elektrolit
• Pemeriksaan EEG
• Pemeriksaan Pungsi Lumbal
• pemeriksaan CT-scan / MRI

Rencana Terapi
• Infus Rl 12 tpm
• Inj. cefotaxim 3 x 500 mg
• Inj.cortidex 3x1amp
• Saat kejang
• Stesolid supp 10 mg
• Phenithoin 5 mg
• Valisanbe 7,5 mg
• Sibitol 50 mg
RENCANA EDUKASI
 Menjelaskan tentang penyakit pasien pada orangtua
 Jika anak demam diberikan obat penurun panas dan di
kompres air hangat
 Menghindari penyebab yang dapat memperberat kondisi
pasien termasuk masalah psikologi, penyakit infeksi,
dehidrasi
 Menjaga asupan nutrisi yang seimbang, baik kualitas
maupun kuantitas.
Follow up
 
SOA P
TANGGAL
  SOAP PLANNING
19-12-2018 S/ P/

TANGGAL
Pasien sudah tidak kejang, namun O2 3 lpm
20-10-2018 S/ P/
pasien masih belum sadar. Muntah (-) Infus Rl 16 tpm
Inj. cefotaxim 3 x
Kejang (-), pasien sudah sadar namun belum O2 aff
O/ 500 mg
bisa diajak komunikasi, muntah (+) Infus Rl 16 tpm
Inj. fenitoin 3 x 75
Inj. cefotaxim 3 x 500 mg
Vital sign: mg
O/ Vital sign: Inj. fenitoin 3 x 75 mg
Inj. Cortidex 3x1
Inj. Cortidex 3x1
T : 37.6°C, HR: 100x/menit, RR: Inj. Valium 7,5
T : 37,7°C, HR: 104X/menit, RR: 22X/menit Inj. Valium 7,5
22x/menit Inf. Pamol 4x200
Inf. Pamol 4x200
Inj. Citicolin 3x250
SpO2 : 99% Inj. Citicolin 3x250
SpO2 : 98%  
 
 
BB:26 kg
BB : 26 kg
 
KU : Somnolen
KU : koma
 
Kepala: CA -/-, SI -/- PKGB -/-Edem palpebra
Kepala: CA -/-, SI -/- PKGB -/-Edem
(-/-),napas cuping hidung(-/-) kaku kuduk (+)
palpebra (-/-),napas cuping  
hidung(-/-) kaku kuduk (+)
Thorax: Paru : SDV +/+, Rbh +/+, Wh -/-,
 
retraksi dinding dada (-), Cor : BJ I/II reguler
Thorax: Paru : SDV +/+, Rbh +/+, Wh
-/-, retraksi dinding dada (-), Cor :  
Abdomen: Nyeri tekan (-) Hepatomegali (-)
BJ I/II reguler
Asites (-), supel (+), peristaltic (+) Normal

Abdomen: Nyeri tekan (-)


Ekstemitas: Akral dingin (-), sianosis (-), reflek
Hepatomegali (-) Asites (-), supel (+),
fisiologis hiperreflek dan perluasan
peristaltic (+) Normal

A/Status Epileptikus
Ekstemitas: Akral dingin (-), sianosis
(-), reflek fisiologis hiperreflek dan
perluasan

A/Status Epileptikus
FOLLOW UP
TANGGA SOAP PLANNING
SOAP PLANNING
L
TANGGA
21-10-2018 S/ P/
L
22-10-2018 S/ P/
Kejang (-), pasien sudah sadar sepenuhnya Infus Rl 16 tpm
namun masih sulit diajak komunikasi seperti Inj. cefotaxim 3 x 500
Kejang (-), pasien tidak menjawab ketika O2 aff
tidak memahami yang kita bicarakan. Makan mg
diajak komunikasi namun pasien sudah sadar Infus Rl 16 tpm
minum (+), mual muntah (-). Keluarga minta Inj. fenitoin 3 x 75 mg
sepenuhnya. Makan minum (+), mual muntah Inj. cefotaxim 3 x 500
pindah ruangan dari PICU ke ruang Inj. Cortidex 3x1
(-). Batuk (+) mg
perawatan biasa. Inj. Valium 7,5
Inj. fenitoin 3 x 75 mg
Inf. Pamol 4x200
O/ Vital sign: Inj. Cortidex 3x1
O/ Vital sign: Inj. Citicolin 3x250
Inj. Valium 7,5
 
T : 36,7°C, HR: 90X/menit, RR: 22X/menit Inf. Pamol 4x200
T : 37,0°C, HR: 104X/menit, RR: 22X/menit
Inj. Citicolin 3x250
SpO2 : 99% Lapsiv syr
SpO2 : 99%
 
BB:26 kg
BB:26 kg

KU : CM
KU : CM

Kepala: CA -/-, SI -/- PKGB -/-Edem palpebra


Kepala: CA -/-, SI -/- PKGB -/-Edem
(-/-),napas cuping hidung(-/-) kaku kuduk (-)
palpebra (-/-),napas cuping hidung(-/-) kaku
kuduk (+)
Thorax: Paru : SDV +/+, Rbh +/+, Wh -/-,
retraksi dinding dada (-), Cor : BJ I/II reguler
Thorax: Paru : SDV +/+, Rbh +/+, Wh -/-,
retraksi dinding dada (-), Cor : BJ I/II
Abdomen: Nyeri tekan (-) Hepatomegali (-)
reguler
Asites (-), supel (+), peristaltic (+) Normal

Abdomen: Nyeri tekan (-) Hepatomegali (-)


Ekstemitas: Akral dingin (-), sianosis (-),
Asites (-), supel (+), peristaltic (+) Normal
reflek fisiologis dbn

Ekstemitas: Akral dingin (-), sianosis (-),


A/Status Epileptikus
reflek fisiologis dbn

A/Status Epileptikus
FOLLOW UP
TANGGAL SOAP PLANNING
23-10-2018 S/ P/

Kejang (-), pasien tidak menjawab ketika diajak O2 aff


komunikasi namun pasien sudah sadar Infus Rl 16 tpm
sepenuhnya. Makan minum (+), mual muntah Inj. cefotaxim 3 x 500 mg
(-). Batuk (+) Inj. fenitoin 3 x 75 mg
Inj. Cortidex 3x1
O/ Vital sign: Inj. Valium 7,5
Inf. Pamol 4x200
T : 36,7°C, HR: 90X/menit, RR: 22X/menit Inj. Citicolin 3x250
Lapsiv syr
SpO2 : 99% Boleh pulang
Tambahan obat pulang:
BB:26 kg -Asam valproat

KU : CM

Kepala: CA -/-, SI -/- PKGB -/-Edem palpebra


(-/-),napas cuping hidung(-/-) kaku kuduk (-)

Thorax: Paru : SDV +/+, Rbh +/+, Wh -/-,


retraksi dinding dada (-), Cor : BJ I/II reguler

Abdomen: Nyeri tekan (-) Hepatomegali (-)


Asites (-), supel (+), peristaltic (+) Normal

Ekstemitas: Akral dingin (-), sianosis (-), reflek


fisiologis dbn

A/Status Epileptikus
TINJAUAN PUSTAKA

STATUS EPILEPTIKUS
DEFINISI
status epileptikus didefinisikan sebagai keadaan dimana
terjadinya dua atau lebih rangkaian kejang tanpa adanya
pemulihan kesadaran diantara kejang atau aktivitas kejang
yang berlangsung lebih dari 30 menit. Secara sederhana dapat
dikatakan bahwa jika seseorang mengalami kejang persisten
atau seseorang yang tidak sadar kembali selama lima menit
atau lebih harus dipertimbangkan sebagai status epileptikus.
EPIDEMIOLOGI
 Status epileptikus merupakan suatu masalah yang umum
terjadi dengan angka kejadian kira-kira 60.000 –
160.000 kasus dari status epileptikus tonik-klonik umum
yang terjadi di Amerika Serikat setiap tahunnya
 . Mortalitas yang berhubungan dengan aktivitas kejang
sekitar 1-2 persen, tetapi mortalitas yang berhubungan
dengan penyakit yang menyebabkan status epileptikus
kira-kira 10 persen. Pada kejadian tahunan menunjukkan
suatu distribusi bimodal dengan puncak pada neonatus,
anak-anak dan usia tua.
ETIOLOGI
 Alkohol
 Anoksia
 Antikonvulsan-withdrawal
 Penyakit cerebrovaskular
 Epilepsi kronik
 Infeksi SSP
 Toksisitas obat-obatan
 Metabolik
 Trauma
 tumor
PATOFISIOLOGI
Hampir semua bangkitan berhenti dengan sendirinya setelah beberapa detik atau menit. Ini menunjukkan bahwa otak memiiki mekanisme endogen
untuk membatasi hipereksitabilitas dan hipersinkronisitas. Status epileptikus merupakan akibat dari kegagalan mekanisme tersebut sehingga
bangkitan menjadi berlangsung terus menerus dengan sendirinya akibat suatu pencetus.

Signal ɣ-Aminobutyric acid. Terdapat sejumlah bukti yang menunjukkan bahwa sinyal ɣaminobutyric acid (GABA) tidak berfungi dengan baik
dalam status epileptikus, baik sebelum onset maupun selama status. Disfungsi inhibisi GABA menyebabkan keseimbangan eksitasi-inhibisi dalam
otak bergeser ke arah eksitasi berlebihan.

Neuromodulasi. Neuromodulasi merujuk pada stabilisasi kronik terhadap eksitabilitas neuronal oleh faktor eksogen. Implantasi alat
stimulus fokal, sistem pemberian obat dan modulasi via implan sel punca atau terapi gen merupakan terapi masa depan yang mungkin
bisa digunakan untuk terapi status epileptikus. Obat GABAergic atau neuropeptida inhibisi mungkin bisa diberikan melalui metode
tersebut. Obat lain yang mempunyai efek antikonvulsan seperti adenosin juga bisa diberikan.

Faktor Maturasi. Hubungan antara usia dan predileksi bangkitan telah lama diketahui. Bangkitan dengan durasi apapun lebih sering
terjadi pada otak yang immatur, akan tetapi konsekuensi struktural dan fungsional akibat bangkitan yang singkat maupun lama masih
belum jelas pada usia muda. Sekuel perilaku dan kognitif akibat bangkitan pada otak yang sedang berkembang lebih ringan dan samar-
samar dibandingkan dengan otak yang matur. Meskipun banyak faktor kerentanan bangkitan yang berhubungan dengan usia, korelasinya
dengan area klinis masih belum bisa disimpulkan seluruhnya.

Perubahan Ekspresi Gen. Contoh akhir perkembangan neurobiologi yang mungkin dapat membantu terapi status epileptikus di masa depan adalah
perubahan ekspresi gen. Status epileptikus merubah ekspresi sejumlah gen yang berperan dalam eksitabilitas neuronal. Gen ini berubah dalam
waktu jam sampai hari setelah status epileptikus dan sebagian berperan dalam perubahan struktural yang bersifat prokonvulsan, seperti
neurogenesis dan sprouting. Sel baru yang muncul pada neurogenesis memiliki plastisitas sinaptik dan properti elektrofisiologis yang berbeda dari
sel normal, sehingga dapat mengganggu aktivitas listrik di otak.
FAKTOR RISIKO
 EPILEPSI
 Sekitar 10 – 20% mengalami satu kali episode status
epileptikus dalam perjalanan sakitnya.
 Pasien sakit kritis
 Pasien yang mengalami Ensefalopati hipoksik
iskemik (EHI), Trauma Kepala, Infeksi SSP,
Penyakit kardiovaskular, PJB, dan ensefalopati
hipertensi.
KLASIFIKASI
Gambaran klinis
 Tonik Klonik
 Klonik tonik klonik
 Tonik
 Mioklonik
 Absens
Diagnosis
Anamnesis
• riwayat epilepsi, riwayat menderita tumor, infeksi obat, alkohol, penyakit
serebrovaskular lain, dan gangguan metabolit. Perhatikan lama kejang, sifat
kejang (fokal, umum, tonik/klonik), tingkat kesadaran diantara kejang,
riwayat kejang sebelumnya, riwayat kejang dalam keluarga, demam,
riwayat persalinan, tumbuh kembang, dan penyakit yang sedang diderita.

Pemeriksaan fisik
• pemeriksaan neurologi lengkap meliputi tingkat kesadaran penglihatan dan
pendengaran refleks fisiologis dan patologi, lateralisasi, papil edema akibat
peningkatan intrakranial akibat tumor, perdarahan, dll. Sistem motorik yaitu
parestesia, hipestesia, anestesia.
Pemeriksaan penunjang

DL, Elektrolit, Glukosa EEG

CT Scan/ MRI
Tatalaksana
TERAPI RUMATAN
 Terapi OAE diberikan bila diagnosis epilepsi telah tegak, dan
dihentikan bila 2 tahun bebas kejang
 Karbamazepin
 Fenitoin
 Fenobarbital
 Valproat
 Topiramat
 Syarat Penghentian OAE
 Bebas kejang 2 tahun
 EEG normal
 Dilakukan tappering off
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai