USIA 9 TAHUN
DENGAN STATUS
EPILEPTIKUS
Hari MRS
Pada Tanggal 19 Desember 2018 malam hari sekitar pukul 21.00 saat
beraktivitas biasa pasien tiba tiba mengalami kelonjotan seluruh tubuh, mata
mengarah ke atas, tidak sadar, mulut tidak berbusa, lidah tidak tergigit.
Kejang sempat berhenti dan anak tidak sadar. Pasien kembali kejang saat
diperjalanan menuju RS. Kejang terjadi sepanjang perjalanan pasien ke RS
Muslimat. Durasi kejang dari rumah sampai berhenti berkisar 45 menit.
Setelah diberikan obat di IGD kemudian pasien berhenti kelonjotan namun
keadaannya mengalami penurunan kesadaran. Dan pasien dirujuk ke RSUD
dr.Hardjono Ponorogo. Demam (-) keringat dingin (-), pucat (-), rewel (-),
kesadaran menurun (+), nyeri kepala (-), nyeri sendi(-), mimisan (-), gusi
berdarah (-), muntah (+).
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Riwayat keluhan serupa (sesak nafas) : diakui, Kejang pertama saat usia 3,5
th dan kejang yang saat ini sudah ketiga kalinya.
Riwayat ISPA : disangkal
Riwayat batuk lama : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat pengobatan TB : disangkal
Riwayat demam tifoid : disangkal
Riwayat demam berdarah : disangkal
Riwayat alergi makanan dan obat : disangkal
Riwayat alergi dingin : disangkal
Riwayat kejang dengan demam : disangkal
Riwayat kejang tanpa demam : diakui
Riwayat mondok : diakui, selain karna kejang juga karena muntah
dan diare
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Riwayat TB : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat Bronkitis : disangkal
Riwayat batuk lama : disangkal
Riwayat kejang demam : disangkal
Riwayat kejang tanpa demam : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat demam berdarah : disangkal
Riwayat tekanan darah tinggi : diakui
Riwayat kencing manis : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat penyakit stroke : disangkal
POHON KELUARGA
RIWAYAT PRIBADI
Riwayat Kehamilan
Ibu G3P0A0 hamil saat usia 44 tahun. Ibu tidak pernah memeriksakan
kehamilanya karena ketidaktahuannya bawa ia sedang hamil hinga ibu
merasakan keluhan nyeri perut dan memeriksakannya ke bidan dan
diketahui saat usia kehamilan 7 bulan. Setelah mengetahui kehamilan
tersebut bidan merujuk ibu untuk ke dokter spesialis kandungan. Ibu tidak
tau jika hamil karena menurut ibu dirinya belum melepas KB implant.
RIWAYAT PRIBADI
Riwayat Persalinan
Ibu melahirkan anaknya di RS ditolong oleh Bidan,
persalinan dilakukan secara Spontan. Umur kehamilan 28
minggu, bayi lahir dengan berat badan 1400 gram dengan
panjang badan 45 cm. Bayi lahir tidak langsung menangis.
Riwayat Paska Lahir Pasien
Riwayat Makan
Reflek patologis Hoffman (-), tromner (-) Babinski (-), chaddock (-), gordon (-)
Meningeal sign Kaku kuduk (+),brudzinski I (-), brudzinski II (-), kernig (-)
Sensibilitas Normal
Kepala : Normochephal rambut hitam, tidak mudah dicabut, Ubun-
ubun kecil belum menutup, ubun-ubun cekung (-), bulging fontanella (-)
Mata : CA (-/-), SI (-/-), edema palpebra (-/-), reflek cahaya (+/+)
isokor, ukuran pupil 3mm dx et sn, mata cowong (-/-), air mata berkurang
(-)
Hidung : Sekret (-), epistaksis (-), nafas cuping hidung (-/-)
Telinga : Sekret (-), hiperemis (-)
Mulut : Mukosa bibir kering (-), bibir sianosis (-), Perdarahan gusi (-),
sianosis (-), lidah kotor (-), pharynx hiperemis (-), tonsil hiperemis (-)
Pemeriksaan Laboratorium Darah
Tanggal 18 Desember 2018
a. Aktif
Anamnesis
Kejang > 30 menit
penurunan kesadaran
riwayat kejang tanpa demam sebelumnya
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum tampak lemah , kesadaran Somnolen
Tidak ada demam ketika kejang, terdapat demam 1hari setelah kejadian kejang
Kaku kuduk (+), reflek fisiologis mengalami hiperreflek dan perluasan
b. Kemungkinan Penyebab
status epileptikus
Meningitis
RENCANA PENGELOLAAN
Rencana Tindakan
• Observasi tanda-tanda vital seperti suhu,pernafasan, nadi /6 jam
Rencana Terapi
• Infus Rl 12 tpm
• Inj. cefotaxim 3 x 500 mg
• Inj.cortidex 3x1amp
• Saat kejang
• Stesolid supp 10 mg
• Phenithoin 5 mg
• Valisanbe 7,5 mg
• Sibitol 50 mg
RENCANA EDUKASI
Menjelaskan tentang penyakit pasien pada orangtua
Jika anak demam diberikan obat penurun panas dan di
kompres air hangat
Menghindari penyebab yang dapat memperberat kondisi
pasien termasuk masalah psikologi, penyakit infeksi,
dehidrasi
Menjaga asupan nutrisi yang seimbang, baik kualitas
maupun kuantitas.
Follow up
SOA P
TANGGAL
SOAP PLANNING
19-12-2018 S/ P/
TANGGAL
Pasien sudah tidak kejang, namun O2 3 lpm
20-10-2018 S/ P/
pasien masih belum sadar. Muntah (-) Infus Rl 16 tpm
Inj. cefotaxim 3 x
Kejang (-), pasien sudah sadar namun belum O2 aff
O/ 500 mg
bisa diajak komunikasi, muntah (+) Infus Rl 16 tpm
Inj. fenitoin 3 x 75
Inj. cefotaxim 3 x 500 mg
Vital sign: mg
O/ Vital sign: Inj. fenitoin 3 x 75 mg
Inj. Cortidex 3x1
Inj. Cortidex 3x1
T : 37.6°C, HR: 100x/menit, RR: Inj. Valium 7,5
T : 37,7°C, HR: 104X/menit, RR: 22X/menit Inj. Valium 7,5
22x/menit Inf. Pamol 4x200
Inf. Pamol 4x200
Inj. Citicolin 3x250
SpO2 : 99% Inj. Citicolin 3x250
SpO2 : 98%
BB:26 kg
BB : 26 kg
KU : Somnolen
KU : koma
Kepala: CA -/-, SI -/- PKGB -/-Edem palpebra
Kepala: CA -/-, SI -/- PKGB -/-Edem
(-/-),napas cuping hidung(-/-) kaku kuduk (+)
palpebra (-/-),napas cuping
hidung(-/-) kaku kuduk (+)
Thorax: Paru : SDV +/+, Rbh +/+, Wh -/-,
retraksi dinding dada (-), Cor : BJ I/II reguler
Thorax: Paru : SDV +/+, Rbh +/+, Wh
-/-, retraksi dinding dada (-), Cor :
Abdomen: Nyeri tekan (-) Hepatomegali (-)
BJ I/II reguler
Asites (-), supel (+), peristaltic (+) Normal
A/Status Epileptikus
Ekstemitas: Akral dingin (-), sianosis
(-), reflek fisiologis hiperreflek dan
perluasan
A/Status Epileptikus
FOLLOW UP
TANGGA SOAP PLANNING
SOAP PLANNING
L
TANGGA
21-10-2018 S/ P/
L
22-10-2018 S/ P/
Kejang (-), pasien sudah sadar sepenuhnya Infus Rl 16 tpm
namun masih sulit diajak komunikasi seperti Inj. cefotaxim 3 x 500
Kejang (-), pasien tidak menjawab ketika O2 aff
tidak memahami yang kita bicarakan. Makan mg
diajak komunikasi namun pasien sudah sadar Infus Rl 16 tpm
minum (+), mual muntah (-). Keluarga minta Inj. fenitoin 3 x 75 mg
sepenuhnya. Makan minum (+), mual muntah Inj. cefotaxim 3 x 500
pindah ruangan dari PICU ke ruang Inj. Cortidex 3x1
(-). Batuk (+) mg
perawatan biasa. Inj. Valium 7,5
Inj. fenitoin 3 x 75 mg
Inf. Pamol 4x200
O/ Vital sign: Inj. Cortidex 3x1
O/ Vital sign: Inj. Citicolin 3x250
Inj. Valium 7,5
T : 36,7°C, HR: 90X/menit, RR: 22X/menit Inf. Pamol 4x200
T : 37,0°C, HR: 104X/menit, RR: 22X/menit
Inj. Citicolin 3x250
SpO2 : 99% Lapsiv syr
SpO2 : 99%
BB:26 kg
BB:26 kg
KU : CM
KU : CM
A/Status Epileptikus
FOLLOW UP
TANGGAL SOAP PLANNING
23-10-2018 S/ P/
KU : CM
A/Status Epileptikus
TINJAUAN PUSTAKA
STATUS EPILEPTIKUS
DEFINISI
status epileptikus didefinisikan sebagai keadaan dimana
terjadinya dua atau lebih rangkaian kejang tanpa adanya
pemulihan kesadaran diantara kejang atau aktivitas kejang
yang berlangsung lebih dari 30 menit. Secara sederhana dapat
dikatakan bahwa jika seseorang mengalami kejang persisten
atau seseorang yang tidak sadar kembali selama lima menit
atau lebih harus dipertimbangkan sebagai status epileptikus.
EPIDEMIOLOGI
Status epileptikus merupakan suatu masalah yang umum
terjadi dengan angka kejadian kira-kira 60.000 –
160.000 kasus dari status epileptikus tonik-klonik umum
yang terjadi di Amerika Serikat setiap tahunnya
. Mortalitas yang berhubungan dengan aktivitas kejang
sekitar 1-2 persen, tetapi mortalitas yang berhubungan
dengan penyakit yang menyebabkan status epileptikus
kira-kira 10 persen. Pada kejadian tahunan menunjukkan
suatu distribusi bimodal dengan puncak pada neonatus,
anak-anak dan usia tua.
ETIOLOGI
Alkohol
Anoksia
Antikonvulsan-withdrawal
Penyakit cerebrovaskular
Epilepsi kronik
Infeksi SSP
Toksisitas obat-obatan
Metabolik
Trauma
tumor
PATOFISIOLOGI
Hampir semua bangkitan berhenti dengan sendirinya setelah beberapa detik atau menit. Ini menunjukkan bahwa otak memiiki mekanisme endogen
untuk membatasi hipereksitabilitas dan hipersinkronisitas. Status epileptikus merupakan akibat dari kegagalan mekanisme tersebut sehingga
bangkitan menjadi berlangsung terus menerus dengan sendirinya akibat suatu pencetus.
Signal ɣ-Aminobutyric acid. Terdapat sejumlah bukti yang menunjukkan bahwa sinyal ɣaminobutyric acid (GABA) tidak berfungi dengan baik
dalam status epileptikus, baik sebelum onset maupun selama status. Disfungsi inhibisi GABA menyebabkan keseimbangan eksitasi-inhibisi dalam
otak bergeser ke arah eksitasi berlebihan.
Neuromodulasi. Neuromodulasi merujuk pada stabilisasi kronik terhadap eksitabilitas neuronal oleh faktor eksogen. Implantasi alat
stimulus fokal, sistem pemberian obat dan modulasi via implan sel punca atau terapi gen merupakan terapi masa depan yang mungkin
bisa digunakan untuk terapi status epileptikus. Obat GABAergic atau neuropeptida inhibisi mungkin bisa diberikan melalui metode
tersebut. Obat lain yang mempunyai efek antikonvulsan seperti adenosin juga bisa diberikan.
Faktor Maturasi. Hubungan antara usia dan predileksi bangkitan telah lama diketahui. Bangkitan dengan durasi apapun lebih sering
terjadi pada otak yang immatur, akan tetapi konsekuensi struktural dan fungsional akibat bangkitan yang singkat maupun lama masih
belum jelas pada usia muda. Sekuel perilaku dan kognitif akibat bangkitan pada otak yang sedang berkembang lebih ringan dan samar-
samar dibandingkan dengan otak yang matur. Meskipun banyak faktor kerentanan bangkitan yang berhubungan dengan usia, korelasinya
dengan area klinis masih belum bisa disimpulkan seluruhnya.
Perubahan Ekspresi Gen. Contoh akhir perkembangan neurobiologi yang mungkin dapat membantu terapi status epileptikus di masa depan adalah
perubahan ekspresi gen. Status epileptikus merubah ekspresi sejumlah gen yang berperan dalam eksitabilitas neuronal. Gen ini berubah dalam
waktu jam sampai hari setelah status epileptikus dan sebagian berperan dalam perubahan struktural yang bersifat prokonvulsan, seperti
neurogenesis dan sprouting. Sel baru yang muncul pada neurogenesis memiliki plastisitas sinaptik dan properti elektrofisiologis yang berbeda dari
sel normal, sehingga dapat mengganggu aktivitas listrik di otak.
FAKTOR RISIKO
EPILEPSI
Sekitar 10 – 20% mengalami satu kali episode status
epileptikus dalam perjalanan sakitnya.
Pasien sakit kritis
Pasien yang mengalami Ensefalopati hipoksik
iskemik (EHI), Trauma Kepala, Infeksi SSP,
Penyakit kardiovaskular, PJB, dan ensefalopati
hipertensi.
KLASIFIKASI
Gambaran klinis
Tonik Klonik
Klonik tonik klonik
Tonik
Mioklonik
Absens
Diagnosis
Anamnesis
• riwayat epilepsi, riwayat menderita tumor, infeksi obat, alkohol, penyakit
serebrovaskular lain, dan gangguan metabolit. Perhatikan lama kejang, sifat
kejang (fokal, umum, tonik/klonik), tingkat kesadaran diantara kejang,
riwayat kejang sebelumnya, riwayat kejang dalam keluarga, demam,
riwayat persalinan, tumbuh kembang, dan penyakit yang sedang diderita.
Pemeriksaan fisik
• pemeriksaan neurologi lengkap meliputi tingkat kesadaran penglihatan dan
pendengaran refleks fisiologis dan patologi, lateralisasi, papil edema akibat
peningkatan intrakranial akibat tumor, perdarahan, dll. Sistem motorik yaitu
parestesia, hipestesia, anestesia.
Pemeriksaan penunjang
CT Scan/ MRI
Tatalaksana
TERAPI RUMATAN
Terapi OAE diberikan bila diagnosis epilepsi telah tegak, dan
dihentikan bila 2 tahun bebas kejang
Karbamazepin
Fenitoin
Fenobarbital
Valproat
Topiramat
Syarat Penghentian OAE
Bebas kejang 2 tahun
EEG normal
Dilakukan tappering off
TERIMAKASIH