Anda di halaman 1dari 21

ANALISA PERMASALAHAN SISTEM

JAMINAN KESEHATAN TERHADAP


KEBIJAKAN-KEBIJAKAN
JAMINAN KESEHATAN
Bima Saphien A.
Bayu Prasetyo Putro
Dita Latisha Savira
Divia Oktari K.
01 BAB I
PENDAHULUAN

02 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

03 BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

04
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Menteri Kesehatan (Menkes) RI Letjen TNI (Purn) Dr. dr. Terawan Agus Putranto, Sp. Rad.(K) RI


Dalam mencapai Universal Health Coverage (UHC) bukan berarti semua masyarakat harus
menjadi peserta BPJS, tetapi mesti dapat mengakses layanan kesehatan. Oleh karena itu,
pihaknya akan membebaskan kepesertaan BPJS. Bagi yang mampu dipersilakan memilih
asuransi kesehatan sesuai bajetnya. Jika ingin tetap menjadi peserta BPJS harus mau menerima
layanan kesehatan sesuai anggaran yang ada.

Your Text Here
Contents
RUMUSAN MASALAH
Apa yang dimaksud dengan Jaminan
01 Kesehatan Nasional (JKN)? 07
Bagaimana pengorganisasian dari
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)?
Apa saja tujuan dari Jaminan
02 Kesehatan Nasional (JKN)?
08 Siapa saja yang dapat dikategorikan peserta
dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)?
Apa saja manfaat dari Jaminan
03 Kesehatan Nasional (JKN)? Bagaiamana sistem pelayanan
09 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)?

04 Apa saja prinsip – prinsip dari


Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)? Apa saja dasar hukum terkait
10 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)?
Apa saja kelebihan dan kekurangan
05 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)?
Bagaimana sistem pembiayaan dari
Apa saja permasalahan yang muncul akibat
11 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)?
06 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)?
TUJUAN

TUJUAN KHUSUS
1. Menganalisa permasalahan terkait
TUJUAN UMUM pernyataan Menteri Kesehatan (Menkes) RI
Untuk menganalisis pernyataan Menteri terkait pembebasan pilihan menjadi peserta
Kesehatan (Menkes) RI Letjen TNI (Purn) Dr. BPJS.
Add Contents Title
dr. Terawan Agus Putranto, Sp. Rad.(K) RI 2. Menganalisa permasalahan terkait
sesuai dengan kebijakan JKN yang sedang pernyataan Menkes tentang BPJS tanpa kelas
diterapkan saat ini. 3. Menganalisa permasalahan terkait
pernyataan Menkes tentang Rumah Sakit
Add Contents Title Add
tanpa Contents Title
tingkatan dan sistem rujukan.
4. Menganalisa permasalahan terkait
pernyataan Menkes tentang Dokter Spesialis
tidak dibatasi pada tipe Rumah Sakit
manapun.
Add Contents Title

Add Contents Title

Bagi Institusi Pendidikan


01

Bagi Rumah Sakit


02

Bagi Peneliti Selanjutnya


03

MANFAAT
RUANG
LINGKUP
Penelitian di laksanakan di

Rumah Sakit Pertamina Bintang

Amin Bandar Lampung Tahun 2019.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

PENGERTIAN MANFAAT
manfaat medis dan non
jaminan berupa
medis
perlindungan kesehatan
dalam memenuhi kebutuhan
dasar kesehatan yang
diberikan kepada setiap
orang

TUJUAN PRINSIP-PRINSIP
1. Gotong-royong
penduduk indonesia dapat memenuhi 2. Nirlaba
kebutuhan dasar kesehatan masyarakat 3. Portabilitas
yang layak 4. Kepesertaan
5. Dana amanat
ANALISA MASALAH

Masyarakat Tidak
Diwajibkan Rumah Sakit Tanpa
Biaya BPJS Tanpa Dokter Spesialis Tidak
Menjadi Peserta Tingkatan dan Sistem
Kelas Dibatasi tipe RS Apapun
Rujukan
BPJS
Menteri Kesehatan RI
Letjen TNI (Purn) Dr. dr. Terawan Agus
Putranto, Sp. Rad.(K) RI

Pemerintah mewajibkan kepesertaan BPJS Kesehatan untuk seluruh masyarakat Indonesia. Menurutnya, dalam
mencapai Universal Health Coverage (UHC) bukan berarti semua masyarakat harus menjadi peserta BPJS, tetapi
mesti dapat mengakses layanan kesehatan. Jadi, sistem gotong royong BPJS Kesehatan harus lebih dipahami. Oleh
karena itu, pihaknya akan membebaskan kepesertaan BPJS. Bagi yang mampu dipersilakan memilih asuransi
kesehatan sesuai bajetnya. Jika ingin tetap menjadi peserta BPJS harus mau menerima layanan kesehatan sesuai
anggaran yang ada.
ANALISIS KASUS
Masyarakat Tidak Diwajibkan
Menjadi Peserta BPJS na n
g Jami
13 tentan
20
. 12 tahun t 1
es No 6 aya
Sistem ini dipandang tidak tepat karena membatasi kemampuan orang mampu Perpr tan pasal
a
Keseh
membayar lebih. Karena pada dasarnya sistem BPJS mendapat pemasukan dari
orang-orang yang membayar tagihan BPJS secara rutin, bila sistem ini diterapkan
da n3
maka akan mempengaruhi pemasukan BPJS untuk membayar pengobatan orang ayat 1, 2
al 20
200 4 pas
yang kurang mampu. Sehingga bisa terjadi adanya defisit keuangan pada BPJS. ah un
U N o.40 t
Sesuai UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional bab 2 pasal U

4 menyatakan salah satu prinsip nya tentang ke gotong royongan dan nirlaba, dalam
hal ini diharapkan masyarakat dapat menerapkan prinsip ke gotong royongan dalam
membantu pengobatan dengan sistem BPJS. Pernyataan ini juga berkebalikan
dengan pernyataan yang dilontarkan oleh dr. Terawan terkait pembebasan pilihan
asuransi kesehatan oleh masyarakat.
ANALISIS KASUS
Biaya BPJS Tanpa Kelas
n
75 Tah u
m or
e n No
Mulai 1 Januari 2020, iuran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ( BPJS) p resid
turan
Kesehatan resmi naik sebesar 100 persen. Kenaikan iuran tersebut berlaku Pera
2 019
bagi Peserta Bukan Penerima Upah (PBPU) dan peserta bukan pekerja.
.
201 9
h un
Alih alih ada pernyataan yang ingin menjadikan biaya BPJS kesehatan
r 75 ta
s Nomo
menjadi tanpa kelas, pada tahun 2020 pemerintah justru menaikkan iuran pr e
l3 4 Per
BPJS untuk menutup defisit dana BPJS kesehatan. Kami kurang setuju P a sa

apabila biaya iuran BPJS 1 tarif atau sama antar kelasnya, karena dirumah
sakitpun ada perbedaan fasilitas pelayanan kesehatan. Apabila dirumah sakit
juga tidak ada perbedaan kelas pelayanan kesehatan mungkin baru bisa
dibuat iuran BPJS 1 tarif.
ANALISIS KASUS
Rumah Sakit Tanpa Tingkatan dan
Sistem Rujukan
Pas a l 18
n 20 19
. 3 0 Tahu
Jika peraturan ini tetap dijalankan maka menurut kami akan terjadi No
rm e nkes
penumpukan pasien di Rumah Sakit atau daerah yang mempunyai dokter Pe

spesialis ataupun subspesialis tertentu.Tetap menggunakan sistem tingkatan


dan rujukan berjenjang maka akan mengurangi pasien di daerah dan
Rumah Sakit tertentu karena akan tersaring dengan spesifik jika ingin
melakukan rujukan ke Rumah Sakit selanjutnya.Dari hasil diskusi kami
menyimpulkan bahwasanya untuk membuat RS tanpa tingkatan dan
penghapusan sistem rujukan harus terlebih dahulu meratakan distribusi
dokter spesialis dan subspesialis agar tidak terjadi penumpukan pasien
hanya di 1 tempat yang memiliki dokter tertentu.
ANALISIS KASUS
Dokter Spesialis Tidak Dibatasi tipe
RS Apapun
Pas a l 18
n 20 19
. 3 0 Tahu
Adanya peraturan ini baik digunakan untuk membuat masyarakat No
rm e nkes
mudah dalam menerima pengobatan, berjalan secara sistematis sehingga Pe

penyakit-penyakit dapat di minimalisir dari kelas terbawah sehingga dapat


tersaring secara spesifik pada kelas diatasnya. Peraturan ini sangat ideal
dalam sistem rujukan berjenjang sehingga pasien tertangani sesuai dengan
berat dan kompleksitas penyakit. Dari segi kelayakan pendayagunaan dokter
spesialis maupun subspesialis yang sesuai tempatnya peraturan ini
menempatkan dokter sesuai potensi yang ada di Rumah Sakit, tidak
kekurangan maupun kelebihan kompetensi.
DAMPAK
Rumah Sakit Swasta memiliki permasalahan yaitu
minimnya mempunyai dokter tetap karena
keterbatasan sumber daya dan rata-rata dokter yang
01 bekerjasama di sana hanyalah dokter spesialis tamu
ataupun paruh waktu karena merupakan dokter
tetap di Rumah Sakit Negeri atau Rumah Sakit
lainnya.

Menurunkan pelayanan yang berakibat penurunan


kesejahteraan dokter spesialis maupun subspesialis
karena dokter spesialis maupun subspesialis
sekembali dari pendidikan hanya punya kesempatan
02 berpraktek di Rumah Sakit kelas A dan B, tidak
diperkenankan untuk berpraktek di Rumah Sakit
kelas C dan D, tentunya hal ini tidak akan sesuai
harapan dan tidak sebanding dengan harapan saat
melanjutkan Pendidikan.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Pembayaran iuran BPJS bagi Peserta PBI, iuran dibayar oleh pemerintah.
2. Pembayaran iuran BPJS bagi peserta pekerja penerima upah, iurannya
KESIMPULAN
dibayar oleh pemberi kerja dan pekerja
3. Pembayaran iuran bagi peserta pekerja bukan penerima upah dan peserta
bukan pekerja iuran dibayar oleh peserta yang bersangkutan.
4. Besarnya iuran jaminan kesehatan Nasional ditetapkan melalui peraturan
presiden dan ditinjau ulang secara berkala sesuai dengan perkembangan
sosial, ekonomi, dan kebutuhan dasar yang layak.
5. Ada 2 (dua) jenis pelayanan yang akan diperoleh oleh Peserta JKN, yaitu
berupa pelayanan kesehatan (manfaat medis) serta akomodasi dan
ambulans (manfaat non medis).
6. Bila sistem Masyarakat Tidak Diwajibkan Menjadi Peserta BPJS ini
diterapkan maka akan mempengaruhi pemasukan BPJS untuk membayar
pengobatan orang yang kurang mampu. Sehingga bisa terjadi adanya
defisit keuangan pada BPJS.
1. Untuk membuat biaya BPJS 1 tarif atau tanpa kelas terlebih dahulu
harus membuat dirumah sakit juga tidak ada perbedaan kelas
KESIMPULAN
pelayanan kesehatan mungkin baru bisa dibuat iuran BPJS 1 tarif.
2. Untuk membuat RS tanpa tingkatan dan penghapusan sistem rujukan
harus terlebih dahulu meratakan distribusi dokter spesialis dan
subspesialis agar tidak terjadi penumpukan pasien hanya di 1 tempat
yang memiliki dokter tertentu.
3. Adanya peraturan saat ini yaitu pembatasan dokter spesialis dan
subspesialis di Rumah Sakit tiper tertentu baik digunakan untuk
membuat masyarakat mudah dalam menerima pengobatan, berjalan
secara sistematis sehingga penyakit-penyakit dapat di minimalisir
dari kelas terbawah sehingga dapat tersaring secara spesifik pada
kelas diatasnya. Peraturan ini sangat ideal dalam sistem rujukan
berjenjang sehingga pasien tertangani sesuai dengan berat dan
kompleksitas penyakit
SARAN
BAGI RUMAH SAKIT
1. Kepada pihak rumah sakit agar menyediakan sarana prasarana rumah sakit untuk
mendukung kegiatan rumah sakit.
2. Dalam penerapan sistem dan kinerja yang lebih baik, pihak rumah sakit
melengkapi alat-alat yang dibutuhkan untuk lebih berkembangnya rumah sakit.

BAGI PEMERINTAH
1. Perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut terhadap sistem-sistem baru jika ingin
ditetapkan.
2. Kepada pihak Pemerintah perlu dilakukan pemerataan sumber daya di Indonesia
yang belum merata

BAGI PENELITI SELANJUTNYA


Mengkaji dan memfollowup lebih lanjut tentang info-info yang sudah
diberikan diatas.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai