Han Kul 20 Objek
Han Kul 20 Objek
Oleh
Husni Jalil
BAB III
SUBJEK DAN OBJEK SENGKETA
TATA USAHA NEGARA
A. Subjek Sengketa
1. Pihak Penggugat
Pasal 53 uu No. 5 tahun 1986 menyebutkan, bahwa yang dapat
menjadi subjek sengketa adalah orang dan Badan Hukum Perdata
yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan Tata
Usaha Negara. Selanjutnya siapa yang berhak menggugat
diperjelas dalam Memori Penjelasan pasal demi pasal, bahwa
sesuai dengan ketentuan pasal I angka 4, hanya orang atau Badan
Hukum Perdata yang dapat berkedudukan sebagai subjek hukum
yang dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan, sedangkan Badan
atau Pejabat Tata Usaha Negara tidak dapat mengajukan gugatan
ke Pengadilan untuk menggugat Keputusan Tata Usaha Negara.
Kriteria: siapa yang berkualitas atau berkedudukan sebagai
pcnggugat ialah kepentingan yang dilanggar. Yang
menjadi persoalan adalah siapa yang dimaksud dengan
orang (natuurlijke persoon) dan badan hukum
(rechtpersoon). UndangUndang Peradilan Administrasi
tidak memberikan penjelasan mengenai pengertian orang
dan badan hukum. Oleh karena itu, pengertian tentang
orang dan badan hukum diturut ketentuanketentuan dari
bidang lain yaitu Hukum Perdata dan Hukum Dagang.
Dalam Buku I Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPerdata) Tentang Orang (van Personen) yang
dimaksudkan dengan "orang" tidak hanya manusia biasa,
tetapi juga badan hukum. Manusia dan badan hukum
dapat mempunyai atau menjadi pendukung hak-hak. Istilah
"orang", jadi dapat diartikan sebagai subjek hukum.
2. Pihak Tergugat
Mengenai siapa yang dapat berkedudukan
sebagai tergugat, maka Pasal 1 angka 6 UU
No. 5 tahun 1986 memberikan jawaban,
siapa-siapa yang dapat menjadi subjek
hukum, tergugat, yang dirumuskan, sebagai
berikut: "tergugat adalah Badan atau Pejabat
Tata Usaha Negara yang mengeluarkan
keputusan berdasarkan wewenang yang ada
padanya atau yang dilimpahkan kepadanya,
yang digugat oleh orang atau badan hukum
perdata", termasuk di dalamnya Badan Usaha
Milik Negara (BUMN).
1. Tentang Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara
Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berwenang untuk
mengeluarkan Surat Keputusan Tata Usaha Negara, ialah
Lembaga lembaga atau instansi-instansi yang memiliki
kewenangan menjalankan urusan pemerintahan berdasarkan
perundang-undangan yang berlaku; Persekutuan-persekutuan
di bidang dagang, industri, pertanian dan lainnya yang
didirikan oleh kekuasaan umum. Kelompok tersebut adalah
aparat perdagangan, perekonomian dan perindustrian negara
yang merupakan lembaga yang melakukan tugas-tugas
pemerintahan di bidang usaha negara, seperti: Perusahaan
Negara, yang didirikan berdasarkan UU No. 19/Pip/1960
tentang Perusahaan Negara; selanjutnya Badan Usaha Milik
Negara (BUMN), yaitu: Pcrusahaan Jawatan (Perjan), Perusahaan
Umum (Perum), Perusahaan Perseroan (Persero), yang didirikan
berdasarkan UU No. 9 tahun 1969 tentang Bentuk-Bentuk
Usaha Negara jo Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1969.
Kriteria untuk Badan atau Pejabat Tata Usaha
Negara yang berwenang mengeluarkan Surat
Keputusan Tata Usaha Negara, ialah "organ atau
pejabat yang mempunyai fungsi pemerintahan
(eksekutif)", yang dilaksanakan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Jadi, bukan kedudukan struktural dalam
lingkungan kekuasaan negara, dan bukan nama
resminya. (Indroharto, 1991: 49). "Urusan
pemerintahan" adalah segala macam urusan
mengenai masyarakat bangsa dan negara
(eksekutif), yang bukan tugas legislatif maupun
judikatif. (Indroharto, 1992: 104,105).
2. Tentang Perusahaan yang Didirikan oleh Kekuasaan Umum
Pada awal Kemerdekaan Republik Indonesia, di mana Penjajah
Belanda ingin menjajah kembali dan melakukan agresi ke
wilayah kedaulatan Republik Indonesia, hingga terjadi agresi
I(21 Juli 1947)/ dan agresi II (19 Desember 1948), selanjutnya
disusul merebut kembali Irian Barat (Tri Komando Rakyat,
1961) maka perusahaan-perusahaan milik Belanda, seperti
waterschappen, sclanjutnya "product, hoofdbedrijf dan
dochterbedrijfschappen" yang didirikan berdasarkan Wet op
de Bedrijfsorganisatie, seperti Algemeene Nederlands Indisch
Electrisiteit Maatschappy (ANIEM), Spoorwegen Maatschappy,
seperti Staatsspoorwegen (SS) dan Nederlands Indische
Spoorwegen (NIS), Maskapai Pelayaran Jakarta Lloyd, Maskapai
Perindustrian dan sebagainya, dinasionalisasi olch Pcmerintah
Republik Indonesia dan dijadikan alat perjuangan di bidang
perekonomian, perdagangan dan industri Pemerintah Republik
Indonesia, selanjutnya dijadikan Perusahaan Negara (U.U No.
68 tahun 1958 L.N. No. 162).
Kemudian dalam era perdagangan dan industrialisasi
yang makin maju dan pcnaingan ketat, Pemerintah
menciptakan bentukbentuk usaha negara, yaitu
Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yang menjalankan
urusan pcmerintahan di bidang perekonomian,
dengan berbagai bcntuk: Perusahaan Jawatan,
Perusahaan Umum, Perusahaan Persero.
Kriteria untuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN),
ialah: "jabatan yang menjalankan urusan pemerintah
di bidang perekonomian, perdagangan,
perindustrian, pertanian yaitu tugas atau fungsi
pelayanan publik/umum (public service) untuk
menunjang kegiatan negara di bidang kesejahteraan
rakyat (public utilities) dan mencari untung (profit-
making).
Contoh: Badan atau Pejabat di lingkungan
kekuasaan negara tingkat pusat, ialah: Jabatan
Presiden sebagai Kepala Negara, Jabatan Menteri
Negara sebagai Kepala Departemen, Jabatan
Direktur Jenderal Pajak sebagai Kepala Direktorat
Jenderal Perpajakan Departemen Keuangan, dan
sebagainya.
Badan atau Pejabat di lingkungan kekuasaan negara
di tingkat daerah, ialah: Jabatan Gubemur sebagai
Kepala Daerah Provinsi, Jabatan Bupati/Walikota
sebagai Kepala Daerah Kabupaten/Kota, Jabatan
Camat sebagai Kepala Daerah tingkat Kecamatan,
Jabatan Lurah sebagai Kepala Desa, dan lain-
lainnya.
Instansi atau Pejabat di lingkungan BUMN, ialah: Direktur
Utama Perusahaan Perseroan (Persero) scbagai kepala
Perusahaan Perseroan, misalnya Direktur Utama PT Aneka
Gas Industri (Persero); Direktur Utama Semen Padang
(Persero), Direktur Utama Perusahaan Umum (Perum) sebagai
Kepala Perusahaan Umum, misalnya Direktur lJtama
Perusahaan Umum Kereta Api (Perum), Direktur Utama
DAMRI (Perum), Direktur Utama PT Perseroan Penerbangan
Garuda Indonesia.