Anda di halaman 1dari 27

KELOMPOK 11

KELAS 6C KEPERAWATAN :
1. Ainunnia luthie S 1702012437
2. Firda Zein 1702012450
3. Siti inayatul Hidayah 1702012480
Definisi

Putus obat adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sindrom dari efek
yang disebabkan oleh penghentian obat. Hal ini merupakan hasil dari perubahan
keseimbangan (neuro) fisiologi yang disebabkan oleh kehadiran obat. (Abraham,
2016).
Etiologi
Saat ketergantungan napza terjadi yaitu keadaan dimana telah terjadi
ketergantungan fisik dan psikis, sehingga tubuh memerlukan jumlah
NAPZA yang makin bertambah (toleransi), apabila pemakaiannya
dikurangi atau diberhentikan akan timbul gejala putus zat (withdrawal
syamptom). Oleh karena itu ia selalu berusaha memperoleh NAPZA
yang dibutuhkannya dengan cara apapun, agar dapat melakukan
kegiatannya sehari-hari secara “normal”.
Manifestasi klinis
1. Hidung tersumbat. 1. Depresi.
2. Gelisah. 2. Gelisah.
3. Keringat berlebih. 3. Tubuh terasa lelah.
4. Sulit tidur. 4. Terasa tidak enak badan.
5. Sering menguap. 5. Nafsu makan meningkat.
6. Nyeri otot 6. Mengalami mimpi buruk dan terasa
7. Diare. sangat nyata.
8. Kram perut. 7. Lambat dalam beraktivitas
9. Mual dan muntah.
10. Tekanan darah tinggi.
11. Sering merinding.
12. Jantung berdebar.
Klasifikasi
Jenis obat yang sering di salahgunakan
Narkotika : adalah zat atau obat Psikotropika adalah zat atau obat, Zat adiktif lain, yang dimaksud
yang berasal dari tanaman atau baik alamiah maupun sintetis bukan disini adalah bahan/zat yang
bukan tanaman baik sintetis Narkotika, yang berkhasiat psikoaktif berpengaruh psikoaktif diluar
maupun semisintetis yang dapat melalui pengaruh selektif pada yang disebut Narkotika dan
menyebabkan penurunan atau susunan saraf pusat yang Psikotropika.
perubahan kesadaran, hilangnya menyebabkan perubahan khas pada
Contoh : minuman berakohol,
rasa, mengurangi sampai aktivitas mental dan perilaku.
tembakau, inhalansia atau
menghilangkan rasa nyeri, dan Contoh : ekstasi, shabu, amfetamin,
metilfenidat atau ritalin,
solven.
dapat menimbulkan
ketergantungan. pentobarbital, Flunitrazepam,
Contoh : heroin/putauw, kokain, diazepam, bromazepam,
ganja, morfin, petidin, kodein. Fenobarbital, klonazepam,
klordiazepoxide, nitrazepam, seperti
pil BK, pil Koplo, Rohip, Dum, MG.
Patofisiologi
Saat ketergantungan napza terjadi yaitu
keadaan dimana telah terjadi ketergantungan
fisik dan psikis, sehingga tubuh memerlukan
jumlah NAPZA yang makin bertambah
(toleransi), apabila pemakaiannya dikurangi
atau diberhentikan akan timbul gejala putus zat
(withdrawal syamptom). Oleh karena itu ia
selalu berusaha memperoleh NAPZA yang
dibutuhkannya dengan cara apapun, agar dapat
melakukan kegiatannya sehari-hari secara
“normal”.
Penatalaksanaan
1. Perbaiki tanda vital (tekanan darah, pernafasan, denyut nadi, temperatur
suhu badan)
medis
2. Berikan antidotum Naloxon HCL (Narcan, Nokoba) dengan dosis 0,01mg/kgBB
secara IV/IM,/SC
3. Kemungkinan perlu perawatan ICU, khususnya bila terjadi penurunan
kesadaran
4. Observasi selama 24 jam untuk menilai stabilitas tanda-tanda vital
5. Simtomatik sesuai gejala klinis; Analgetik (Tramadol, Asam Mefenamat,
Paracetamol), Spasmolitik (Papaverin), Dekongestan, Sedatif - Hipnotik, Anti
diare
6. Subtitusi Golongan Opioida: Kodein, Metadon, Buprenorfin yang diberikan
secara tapering off. Untuk Metadon dan Buprenorfin terapi dapat dilanjutkan
untuk jangka panjang (Rumatan)
7. Subtitusi non opioida; Klonidin dengan dosis 17mcg/KgBB dibagi dalam 3-4
dosis diberikan selama 10 hari dengan tapering of 10%/hari, perlu
pengawasan tekanan darah. Bila tekanan darah systole kurang dari 100 mmHg
atau diastole kurang dari 70 mmHg maka Klonidin harus dihentikan
8. Pemberian sedatif-hipnotika, neuroleptika (yang memberi efek sedatif, misal;
Clozapin 25 mg, atau Klorpromazin 100 mg)
Penatalaksanaan non
medis
Ketergantungan narkoba dengan terputusnya obat itu
perlu diatasi dengan konseling yang konsisten.
Konseling dan layanan psikiatri dasar sangat
diperlukan. Banyak penyedia layanan terutama di
layanan primer yang tidak memiliki kemampuan dan
percaya diri untuk mengatasi ketergantungan NAPZA
termasuk ketergantungan opiat/ opioid. Peningkatan
keterampilan tenaga kesehatan merupakan salah satu
kunci keberhasilan pencegahan terjadinya intoksikasi.
(BNN, 2011)

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Identitas klien yang harus diketahui perawat meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah,
agama atau kepercayaan, suku bangsa, bangsa yang dipakai, status pendidikan, dan pekerjaan
klien/asuransi kesehatan.
Keluhan utama pada saat di kaji klien mengeluh depresi, gelisah, sulit tidur, jantung
berdebar, nafsu makan menurun, dan tidak dapat melakukan sebagaian aktivitas
sehari-hari.
Riwayat penyakit saat ini. Dilakukan pengumpulan data untuk memantau kondisi pasien yang
mengalami kegelisahan.
Riwayat penyakit keluarga. Di dalam anggota keluarga tidak ada yang mengalami putus obat.
Riwayat Psikososial. Merupakan respon emosi klien terhadap penyakit klien yang di deritanya serta
pengarunya terhadap keluarga dan lingkungan sekitar.
1. Keadaan umum : Baik buruknya dicatat
dengan tanda-tanda, seperti:
• Kesadaran pasien : komposmentis,
somnolen, sopor, semikoma, koma.
Tergantung pada keadaan klien.biasanya
kesadarnnya somnolen karena pasien
bersikap apatis, gelisah dan orientasi
terhadap sekitarnya menurun Kesakitan,
keadaan penyakit: akut, kronik, ringan,
sedang, atau berat
• Tanda-tanda vital tidak normal karena ada
gangguan sensori, kecemasan, dan
biasanya TTV akan meningkat.
.
2. Sistemik
• Kepala. Ada gangguan biasanya pusing namun bentuknya normal simetris,
tidak ada penonjolan.
• Leher. Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek
menelan ada.
• Muka. Wajah terlihat menahan sakit, gelisah,, pucat. Tak ada lesi, simetris,
tak oedema, tidak ada perubahan fungsi maupun bentuk.
• Mata. Konjunctiva anemis karena ada gangguan nafsu makan, pola tidur.
Mata merah serta kelopak mata menghitam, penglihatan sedikit kabur,
Teradpat gangguan persepsi sensori penglihatan
• Telinga. Keadaan normal. Tidak ada lesi atau nyeri tekan, terdapat
gangguan persepsi sensori pendengaran
• Hidung. Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung. Namun
biasanya mengalami hidung tersumbat serta terdapat gangguan persepsi
sensori penciuman
• Mulut dan Faring. Tak ada pembesaran tonsil, baisanya terjadi perdarahan
gusi, mukosa mulut kering karena pasien tidak nafsu makan, bisa
mengalami dehidrasi, mual muntah, bicara kacau
• Leher. Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis.
• Dada. Tidak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.
 Paru
1. Inspeksi : Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada riwayat
penyakit klien yang berhubungan dengan paru.
2. Palpasi : Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.
3. Perkusi: Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.
4. Auskultasi : Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan lainnya
seperti stridor dan ronchi.
 Jantung
1. Inspeksi : Tidak tampak iktus jantung.
2. Palpasi : detak jantung meningkat, iktus tidak teraba.
3. Perkusi : redup
4. Auskultasi : Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
 Abdomen
1. Inspeksi : Bentuk datar, simetris
2. Auskultasi :Peristaltik usus normal ± 20 kali/menit.
3. Perkusi :Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.
4. Palpasi : Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.
• Ekstremitas. Normal, namun pasien mengatakan sering merasa lelah dan tremor
• Genitalia. Normal tidak ada perdarahan, lesi, maupun benjolan.
No Data Fokus Etiologi Masalah keperawatan
1. DS : Putus obat Gangguan persepsi sensori
- Pasien mengatakan bahwa merasakan sesuatu melalui
indera perabaan, penciuman, penglihatan, pengecapan, Gangguan pola tidur
ataupun pendengaran.  

0 ,5 0 0
- pasien mengatakan kesal Pusing
DO :
-
-
Respon pasien tidak sesuai
56,7 9
Bersikap seolah melihat, mendengar, merasakan,
mengecap, atau mencium sesuatu
 
Konsentrasi menurun
 
Gangguan persepsi sensori
- Menyendiri
- Melamun
- Konsentrasi buruk
- Disorientasi waktu, tempat, suasana, orang
yo u r b i g numb ers
- Curiga Wri te h er e
- Melihat ke satu arah
- Mondar mandir
- Bicara sendiri
2. DS : Putus obat Ansietas
- Pasien merasa bingung    
- Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi Gangguan metabolisme
- Sulit berkonsentrasi  
- Mengeluh pusing Gelisah
- Anoreksia  
- Merasa tidak berdaya TTV meningkat
DO :  
- Tampak gelisah  
- Tampak tegang Ansietas
- Sulit tidur
- RR meningkat
- Nadi meningkat
- TD meningkat
- Tremor
- Muka tampak pucat
- Suara bergetar
- Kontak mata buruk
- Sering berkemih
- Berorientasi pada masa lalu
3. DS :- Putus obat Resiko perfusi serebral tidak
DO :   efektif
- TD meningkat
- RR meningkat TTV meningkat
- Nadi meningkat  
Resiko perfusi serebral tidak
efektif
No DX SLKI SIKI
1 Gangguan presepsi Setelah dilakukan tindakan 2 x24jam diharapkan presepsi Manajemen putus zat
sensori sensori pasien membaik dengan kriteria hasil : O : monitor perubahan tingkat
kesadaran.
Luaran utama : prespsi sensori
Monitor gelaja putus zat.
- Verbalisasi mendengarkan bisikan menurun
T : lakukan perawatan terhadap gejala
- Verbalisasi merasakan sesuatu melalui indra putus zat.
penciuman menurun Ciptakan lingkungan dengan stimulasi
rendah
- Verbalisasi meraskan sesuatu melalui indra
E : jelaskan tujuan dan prosedur
pengecapan menurun
manajemen puus zat.
- Perilaku halusinasi manurun Anjurkan berpartisipasi pada dukungan
tindak lanjut
- Respon sesuai dengan stimulus membaik
K : Kolaborasi pemberian obat, misal
- Kosentrasi membaik kloropromazin, diazepam dll
2 Ansietas Setelah dilakukan tindakan 2 x24jam diharapkan Reduksi Ansietas
tingkat ansietas pasien menurun dengan kriteria O : monitor tanda-tanda ansietas
hasil : T : Ciptakan lingkungan tenang dan
tanpa gangguan dengan
Luaran utama : TingkatAnsietas
pencahayaan dan suhu ruang
- Verbalisasi kebingungan menurun
nyaman, bila perlu
- Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi Tempatkan barang pribadi yang tenang
menurun dan kenyamanan
E : informasikan secara aktual
- perilaku gelisah menurun
mengenai diagnosis, pengobatan,
- Perilaku tegang menurunun dan prognosis,
Latih penggunan mekanisme
- Konsentrasi meningkat
pertahanan diri yang tepat
- Pola tidur meningkat K : kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu
3 Resiko perfusi serebral Setelah dilakukan tindakan 1x24jam diharapkan Edukasi Kesehatan
tidak efektif perfusi serebral meningkat pasien dengan kriteria O : periksa tanda gejala intoksikasi
hasil : T : batasi akses penyalahgunaan zat,
pertahankan displin diri dengan
Luaran utama : Perfusi srebral
pengawasan ketat
- Tingkat kesadaran meningkat
E : jelaskan bahaya menggunakan alat
- Kognitif meningkat invasif untuk memasukan zat dalam
tubuh
- Gelisah menurun
Anjurkan keterampilan pencegahan
- Kecemasan menurun kekambuhan, keterampilan suportif
dan tugas perkembangan
- Agitasi menurun
K : kolaborasi pemberian terapi
- Refleks saraf membaik subtitusi, sesuai indikasi
DIAGNOSA IMPLEMENTASI
Manajemen Putus Zat
1. Memonitor Perubahan Tingkat Kesadaran.
2. Memonitor Gelaja Putus Zat.
3. Melakukan Perawatan Terhadap Gejala Putus Zat.
4. Menciptakan Lingkungan Dengan Stimulasi Rendah
Gangguan presepsi sensori
5. Menjelaskan Tujuan Dan Prosedur Manajemen Puus Zat.
6. Menganjurkan Berpartisipasi Pada Dukungan Tindak Lanjut
7. Berkolaborasi Pemberian Obat, Misal Kloropromazin, Diazepam Dll

Reduksi Ansietas
1. Memonitor Tanda-Tanda Ansietas
2. Menciptakan Lingkungan Tenang Dan Tanpa Gangguan Dengan Pencahayaan Dan Suhu Ruang
Nyaman, Bila Perlu
Ansietas 3. Menempatkan Barang Pribadi Yang Tenang Dan Kenyamanan
4. Menginformasikan Secara Aktual Mengenai Diagnosis, Pengobatan, Dan Prognosis,
5. Melatih Penggunan Mekanisme Pertahanan Diri Yang Tepat
6. Berkolaborasi Pemberian Obat Antiansietas, Jika Perlu
Manajemen Penyalahgunaan Zat
1. Memeriksa Tanda Gejala Intoksikasi
2. Membatasi Akses Penyalahgunaan Zat, Pertahankan Displin Diri Dengan Pengawasan Ketat
3. Menjelaskan Bahaya Menggunakan Alat Invasif Untuk Memasukan Zat Dalam Tubuh
Resiko perfusi serebral tidak efektif 4. Menganjurkan Keterampilan Pencegahan Kekambuhan, Keterampilan Suportif Dan Tugas
Perkembangan
5. Berkolaborasi Pemberian Terapi Subtitusi, Sesuai Indikasi
DIAGNOSA EVALUASI
S=
O=
 Respon sesuai stimulus membaik
Gangguan presepsi sensori  Kosentrasi membaik
A = Masalah teratasi sebagian
P = Intervensi dilanjutkan

S=
O=
 Perilaku gelisah menurun
 Perilaku tegang menurun
Ansietas
 Kosentrasi meningkat
A = Masalah teratasi sebagian
P = Intervensi dilanjutkan

S=
O=
 Tigkat kesadaran meningkat
 Agitasi menurun
Resiko perfusi serebral tidak efektif
 Refleks saraf membaik
A = Masalah teratasi sebagian
P = Intervensi dilanjutkan
Thanks!
Any questions?

Anda mungkin juga menyukai