Anda di halaman 1dari 35

BAGIAN OBSTETRI & GINEKOLOGI Referat

FAKULTAS KEDOKTERAN Juni 2020


UNIVERSITAS PATTIMURA

PERDARAHAN POSTPARTUM
 

Rezky N. P. Salampessy, S. Ked (2018-84-005)

Pembimbing:

dr. Irene Leha, Sp.OG

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN OBSTETRI & GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2020
Latar Belakang
• Insiden pasti perdarahan obstetri tidak diketahui

• Insiden perdarahan pascapartum dilaporkan sebesar 3,9% ada perempuan

yang melahirkan per vagina dan 6% - 8% pada perempuan yang menjalani

cesar

• Dilaporkan bahwa 10,8% perempuan kehilangan 500 mL dan 1.9%

kehilangan lebih dari 1.000 mL

• Perdarahan pasca persalinan atau postpartum mengambarkan suatu

peristiwa, bukan diagnosis dan bila dijumpai, etiologinya harus ditentukan


Definisi
• Kehilangan 500 mL atau lebih darah setelah selesainya kala 3

persalinan

• Kehilangan darah sekitar 1.000 mL atau lebih atau

kehilangan darah yang disertai tanda dan gejala hipovolemia,

yang terjadi 24 jam setelah pelahiran, tanpa melihat jenis

pelahiran ( per vagina atau Cesar)  (ACOG, 2014)


Karateristik

 Sebelum atau Terlepasnya placenta

 Konstan – moderat

 Kegagalan denyut nadi & Tekanan darah


ETIOLOGI
Atonia Uteri
 Atonia (atoni, yang berarti hilangnya tonus atau kekuatan

normal, flasiditas) uterus adalah lemahnya kontraksi uterus

sehingga perdarahan dari tempat implantasi plasenta tidak

dapat tertutup

 Tidak beresiko

 Perempuan dengan janin besar, multiple, atau hidramnion

 Perdarahan sebelumnya & pemijatan


Syok
 Posisi Trendelenburg pasang oksigen dan akses vena

 Merangsang kontraksi uterus, pemberian oksitosin dan

turunan ergot secara IM dan IV

 Kompresi bimanual uterus, teknik ini terdiri atas pemijatan

sisi posterior uterus dengan tangan diletakan pada abdomen

dan pemijatan dinding anterior uterus melalui vagina dengan

tangan yang dikepalkan


 Mulai transfusi darah

 Eksplorasi kavitas uteri secara manual untuk mencari fragmen

plasenta yang tertinggal atau laserasi

 Inspeksi serviks dan vagina secara menyeluruh untuk mencari

laserasi setelah divisualisasikan secara adekuat

 Pemasangan kateter untuk pemantaun keluaran urin

 Melakukan resusitasi cairan


Tatalaksana

 Intervensi bedah

 Penjahitan kompresi uterus

 Packing uterus
Retensio Plasenta

 Jenis- Jenis implantasi yang melekat terlalu erat

secara abnormal ke dinding uterus

 Ketiadaan total atau parsial desidua basalis dan

ketidaksempurnaan perkembangan lapisan

Nitabuch atau fibrinoid, vili plasenta melekat ke

miometrium
 Insiden ↗= angka pelahiran Cesar

 Perdarahan pascapartum yang tidak terkendali


Kondisi Terkait

 Sepertiga kasus pernah mengalami placenta previa

 Seperempat kasus pernah mengalami pelahiran

Cesar

 Hampir seperempat kasus mengalami kuretase

 Seperempat kasus adalah gravida 6 atau lebih


Presentasi Klinis & Diagnosis

 Perdarahan

 Sonografi  USG Doppler warna 3D

 Magnetic Resonance Imaging (MRI)


Tatalaksana

 Placenta

 Kegawatdaruratan  Transfusi, Urologi, bedah, &

Onkologi

 Pemasangan kateter arteri praoperasi


Pelahiran Placenta
 Variasi implantasi  Lobulus

 flap vesika urinaria yang lengkap dan mendiseksinya sekitar

placenta

 ligasi arteria uterine atau ligasi arteria iliaka interna, oklusi

balon, atau embolisasi.

 Histrektomi

 Placenta in situ
Inversi Uterus

 Tarikan kuat Placenta yang melekat pada fundus

 Insidensinya pelahiran ‘‘risiko rendah’’


Tatalaksana
 Panggil bantuan segera, mencakup petugas anastesia dan

dokter lain

 Uterus yang baru mengalami inversi dan bila placenta

sudah terlepas, sering dapat dikembalikan pada posisinya

dengan mendorong fundus ke atas menggunakan telapak

tangan dan jemari sesuai arah sumbu panjang vagina


 Pasang sistem infus intravena berdiameter besar, serta

berikan kristaloid dan darah untuk mengatasi hipovolemik

 Jika masih melekat, placenta tidak dilepas hingga sistem

infus siap digunakan, cairan mulai diberikan, dan anastesika

perelaksasi-uterus, seperti agen inhalasi terhalogenasi telah

diberikan

 Prolaps  direposisikan kembali ke Vagina


 Setelah mengeluarkan placenta, berikan tekanan konstan pada

fundus yang mengalami inversi menggunakan, menggunakan kepalan

tangan, dalam upaya mendorong fundus ke atas kedalam serviks

yang berdilatasi.

 Alternatif lain, ekstensikan kedua jari tangan secara baku dan

gunakan jari tersebut untuk mendorong bagian tengah fundus ke

atas. Lakukan dengan hati-hati agar tekanan yang diberikan dengan

ujung jari tangan tidak sampai menyebabkan perforasi uterus .


 Intervensi Bedah
Laserasi Traktus Genitalis

 Episiotomi

 Robekan spontan perieum

 Trauma forceps/ektraksi vakum

 Persalinan belum pembukaan lengkap


 Laserasi Perineum

 Laserasi Vagina
Cedera Serviks
 Kolporeksis

 Segmen bawah uterus & A. Uterine

 Laparotomi jika perforasi atau perdarahan

intra/retroperitoneal

 Robekan > 2cm

 Labium anterius servisis yang edema

 Pemisahan anular atau sirkular serviks


Diagnosis

 Perdarahan aktif setelah kala 3 persalinan

 Inspeksi cermat dan rutin

 Asisten menekan uterus kebawah dengan kuat,

sementara operator melakukan traksi pada labia

servisis menggunakan forceps cincin


Tatalaksana

 Koreksi bedah

 Stenosis

 Embolisasi Angiografik
Pencegahan
 Penggunaan agen uterotonik

 Penjepitan awal dan pemotongan tali pusat

 Pelepasan placenta dan kontraksi uterus (maneuver Brandt-

Andrews)

 Anemia, zat besi, obesitas, & usia kehamilan

 Dukungan pemerintah

 Asam Traneksamat

Anda mungkin juga menyukai