0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
16 tayangan14 halaman
Beberapa poin yang dapat dilakukan perawat dalam menjalankan peran edukasi motivasi:
1. Mengenali karakteristik pasien, seperti tingkat pengetahuan, sikap, motivasi, budaya, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku kesehatan pasien.
2. Memilih topik edukasi yang sesuai dengan kebutuhan pasien dan dapat dimengerti oleh pasien.
3. Menyampaikan informasi secara jelas, sistematis, dan mudah dip
Beberapa poin yang dapat dilakukan perawat dalam menjalankan peran edukasi motivasi:
1. Mengenali karakteristik pasien, seperti tingkat pengetahuan, sikap, motivasi, budaya, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku kesehatan pasien.
2. Memilih topik edukasi yang sesuai dengan kebutuhan pasien dan dapat dimengerti oleh pasien.
3. Menyampaikan informasi secara jelas, sistematis, dan mudah dip
Beberapa poin yang dapat dilakukan perawat dalam menjalankan peran edukasi motivasi:
1. Mengenali karakteristik pasien, seperti tingkat pengetahuan, sikap, motivasi, budaya, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku kesehatan pasien.
2. Memilih topik edukasi yang sesuai dengan kebutuhan pasien dan dapat dimengerti oleh pasien.
3. Menyampaikan informasi secara jelas, sistematis, dan mudah dip
Keselamatan Pasien Dan Keselamatan Kesehatan Kerja (KPK3)
Upaya Pencegahan Resiko Dan Hazard Pada Tahap Asuhan
Keperawatan
Kelompok 5 : 1. Andhy Ardat Pratama 2. Dewi Anggraini S. 3. Dewi Wirawati 4. Fuji Rahma H. 5. Mita Perniati 6. Mukhlisho 7. Nur Aini 8. Roni Aria P.
POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
JURUSAN PROFESI KEPERAWATAN 2017 A. Definisi Resiko Resiko Adalah kemungkinan terjadinya peristiwa yang berhubungan dengan cidera parah; atau sakit akibat kerja atau terpaparnya seseorang / alat pada suatu bahaya (DIS/ISO 45001). Risiko menurut Hanafi (2006) risiko merupakan besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return –ER) dengan tingkat pengembalian aktual (actual return). B. Definisi Hazard Hazard Bahaya yang dapat menyebabkan cedera pada manusia atau kerusakan pada alat atau lingkungan (DIS/ISO 45001). Dengan kata lain, sifat/ ciri/ karakteristik dari proses produksi yang memiliki kemampuan untuk membahayakan individu? Misalnya penggunaan bahan kimia berbahaya dalam proses produksi, atau mesin yang memiliki titik pinch yang perlu dijaga untuk melindungi orang-orang yang menggunakannya. Hazard adalah suatu keadaan yang bersifat kualitatif yang mempunyai pengaruh terhadap frekwensi kemungkinan terjadinya kerugian ataupun besarnya jumlah dari kerugian yang mungkin terjadi. Hazard harus dibedakan dari perils. Perils adalah eventr yang menimbulkan kerugian itu sendiri.. Misalnya kebakaran, tabrakan. Sedangkan hazard adalah faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi maupun severity dari perils. C. Upaya Mencegah dan Meminimalkan Risiko dan Hazard dalam Asuhan Keperawatan 1. Upaya Mencegah dan Meminimalkan Resiko dan Hazard pada Tahap Pengkajian Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Pada tahap ini semua data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan kesehatan klien. Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan aspek biologis, psikologis, social maupun spiritual klien. Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan membuat data dasar klien (Hidayat, 2011). Contoh resiko dan hazard bagi perawat yang melakukan pengkajian 1. Pelecehan verbal saat berkomunikasi dengan pasien dan keluarga. 2. Kekerasan fisik pada perawat saat melakukan pengkajian. 3. Pasien dan keluarga acuh tak acuh dengan pertanyaan perawat. 4. Resiko tertular penyakit saat kontak fisik maupun udara saat pemeriksaan fisik. 5. Perawat menjadi terlalu empati dengan keadaan pasien dan keluaraga. Contoh kasus: Seorang perawat A ketika akan melakukan pengkajian keperawatan pada pasien Ny K, melakukan pendekatan untuk mengumpulkan data, ketika ingin melakukan pengkajian tiba-tiba salah satu pasienya mengamuk, berteriak dan memukul-memukul kepalanya ke dinding. Kemudian perawat A datang mencoba menghentikan dan menenagkan pasiennya, namun secara emosional klien tersebut malah menendang dada perawat A kemudian jatuh dan terluka upaya yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya kekerasan fisik dan verbal pada perawat saat melakukan pengkajian: 1. Perawat harus melaporkan setiap adanya tindakan kekerasan dalam bentuk apapun pada rumah sakit. 2. Memberikan pengertian pada pasien agar memberlakukan sesama manusia dengan dasar hormat dan martabat. 3. Dalam melakukan kontak dengan pasien perawat harus menjadi pendengar yang bagi pasien 4. Ketika pasien terlihat sedang dalam keadaan terkontrol dan susah untuk didekati, perawat dapat melakukan pengakjian terhadap keluarga pasien terlebih dahulu 5. Memberikan pelatihan dan pendidikan kepada perawat tentang cara menghindari tindakan kekrasan verbal maupun fisik oleh rumah sakit. 6. Saat mengkaji perawat tidak boleh menyampaikan kata-kata yang mneyinggung pasien dan kleuarga. 7. Pada saat melakukan tindakan pemerikasaan fisik, perawat harus memninta persetujuan pasien terlebuh dahulu. 8. Manajemen rumah sakit perlu memfasilitasi mempersiapkan perawat menghadapi hazard da resiko. Upaya mencegah dan meminimalkan resiko dan hazard pada tahap pengakajian berdasarkan penyakit akibat kerja. 1. Menggunakan APD dengan benar. 2. Membatasi sentuhan langsung dengan pasien yang mungkin beresiko. 3. Mencuci tangan meggunakan sabun. 4. Hindari memgang langsung pada benda yang mungkin terkontaminasi. 5. Hindari penyetuhan wajah secara langsung sebelum mencuci tangan setelah melakukan tindakan. 6. Lakukan pemeriksaan berkala. 7. Pelepasan APD dengan baik dan benar. 8. Batasi akses ke tempat isolasi. 2. Upaya Mencegah dan Meminimalkan Resiko dan Hazard pada Tahap Perencanaan Secara umum rencana asuhan keperawatan harus mencakup dua aspek yaitu: Pendidikan kesehatan tentang tindakan pencegahan dan memodifikasi lingkungan agar lebih aman. Contoh rencana Asuhan Keperawatan pada diagnosa risiko tinggi cedera. Diagnosa: Resiko tinggi cedera: jatuh berhubungan dengan penurunan sensori (tidak mampu melihat) Tujuan: Klien memperlihatkan upaya menghindari cedera (jatuh) atau cidera (jatuh) tidak terjadi Kriteria hasil: Setelah dilakukan tindakan keperawatan berupa modifikasi lingkungan dan pendidikan kesehatan dalam 1 hari kunjungan diharapkan Klien mampu: a. Mengidentifikasi bahaya lingkungan yang dapat meningkatkan kemungkinan cidera b. Mengidentifikasi tindakan preventif atas bahaya tertentu, c. Melaporkan penggunaan cara yang tepat dalam melindungi diri dari cidera. .
Intervensi: 1) Kaji ulang adanya faktor-faktor resiko jatuh pada klien. 2) Tulis dan laporkan adanya faktor-faktor resiko 3) Lakukan modifikasi lingkungan agar lebih aman (memasang pinggiran tempat tidur, dll) sesuai hasil pengkajian bahaya jatuh pada poin 1 4) Monitor klien secara berkala terutama 3 hari pertama kunjungan rumah 5) Ajarkan klien tentang upaya pencegahan cidera (menggunakan pencahayaan yang baik, Secara umum kriteria hasil paling penting pada kasus resiko tinggi cidera adalah membantu klien dalam mengidentifikasi bahaya, dan mampu melakukan tindakan menjaga keamanan. Kriteria hasil yang lebih spesifik, diantaranya klien mampu: mengidentifikasi bahaya lingkungan yang dapat meningkatkan kemungkinan cidera, mengidentifikasi tindakan preventif atas bahaya tertentu, melaporkan penggunaan cara yang tepat dalam melindungi diri dari cidera. 3. Upaya Mencegah dan Meminimalkan Resiko dan Hazard pada Tahap Implementasi Implementasi berikut bersifat spesifik untuk beberapa bahaya tertentu : a. Meningkatkan keamanan sepanjang hayat manusia Memastikan keamanan klien pada semua usia berfokus pada: obsevasi atau prediksi situasi yang mungkin membahayakan sehingga dapat dihindari dan memberikan pendidikan kesehatan b. Pencegahan kesalahan dalam mengenali identitas pasien. c. Mencegah kesalahan dalam pemberian obat d. Upaya pencegahan kecelakaan e. Melakukan tindakan pengamanan pada klien kejang: f. Melakukan Pengendalian Infeksi g. Melakukan Heimlich maneuver pada klien yang mengalami tersedak. h. Melakukan pemasangan restrain pada klien. Restrain adalah alat atau tindakan pelindung untuk membatasi gerakan/aktifitas fisik klien atau bagian tubuh klien. Implikasi legal pemasangan restrain untuk melindungi klien dan mencegah masalah legal, perawat perlu mengikuti aturan berikut: 1. Perhatikan panduan tiap-tiap restrain yang akan digunakan 2. Gunakan restrain hanya bila dibutuhkan untuk kesehatan dan keselamatan klien 3. Jika dilakukan pemasangan restrain, dokumentasikan: penyebab, tipe, informed consent yang diberikan, respon klien, waktu pemasangan dan pelepasan, asuhan keperawatan yang diberikan, tanda-tangan dokter dan perawat 4. Lakukan evaluasi secara periodik 5. Memilih restrain 4. Upaya Mencegah dan Meminimalkan Resiko dan Hazard pada Tahap Evaluasi Melalui data yang dikumpulkan selama pemberian asuhan keperawatan perawat dapat menilai apakah tujuan asuhan telah tercapai. Jika belum tercapai maka perawat perlu melakukan eksplorasi penyebabnya. Diantaranya perawat dapat menanyakan beberapa hal berikut pada klien: 5. Sudahkan anda melakukan semua tindakan pencegahan? 6. Tindakan pencegahan apa yang klien tahu? 7. Apakah klien menyetujui semua tindakan pencegahan yang diajarkan? 8. Sudahkah perawat menulis dan mengimplementasikan rencana pendidikan kesehatan pada klien?
GUMAWO …… PERTANYAAN Yulia r ; bagaimana menjalankan peran edukasi mot