Anda di halaman 1dari 37

Suci noor hayati, S.Kep.,Ners.,M.

Kep
 Setiap manusia selalu dihadapkan pada masalah
(konflik) yang menuntut untuk mengambil keputusan
terutama terkait asuhan keperawatan
 Konflik didalam managemen merupakan salah satu
faktor yang dapat menghambat produktifitas kerja di
suatu organisasi
 Perbedaan pandangan atau ide antara seorang perawat
dengan perawat lain, antara perawat dengan tim
kesehatan lain, dan antara perawat dengan
klien/keluarga klien, dapat menghambat dalam
pemberian pelayanan/asuhan keperawatan kepada klien
 Perasaan senang atau tidak senang terhadap
seseorang, seringkali juga dapat menimbulkan
konflik didalam pekerjaan.
 Dapat menurunkan motivasi kerja bagi
perawat yang tidak disenangi.
 Perawat harus mampu menyelesaikan konflik
dalam upaya meminimalkan stres
interpersonal
 Konflik adalah perbedaan pandangan
atau ide antara seseorang dengan orang
lain (Gillies, 1989)
 Sebagai masalah internal & eksternal
yang terjadi sebagai akibat dari
perbedaan pendapat, nilai-nilai atau
keyakinan dari dua orang atau lebih
(Marquis & Huston)
Dalam memahami konflik, berbagai cara pandang yang
umum dimiliki oleh pribadi atau kelompok :

 Cara pandang tradisional  dimana konflik menjadi


sesuatu yang harus dihindari
 Cara pandang Hub. Antar Manusia  dimana konflik
merupakan hasil alamiah dari hubungan dalam
kelompok dan tidak dapat dihindarkan
 Cara pandang Intraksionis konflik bukan hanya
kekuatan yang positif tetapi merupakan keharusan bagi
satu kelompok untuk berkinerja dengan efektif.
 Beberapa kebutuhan dasar manusia akan dapat
terpenuhi  rasa frustasi atau ketidakpuasan
 Tingginya tingkat ketergantungan dalam
pelayanan Keperawatan.
 Persepsi tidak sama
 Peran tidak sesuai/tidak jelas
1. Perhatian pada diri sendiri
2. Tujuan yang bertentangan
3. Kesukaran membagi sumber daya
yang ada
4. Kekuasaan yang terbatas
5. Perbedaan ideology dalam satu
kelompok
6. Bermacam-macam norma dan aturan
7. Hubungan antar manusianya
1. Kepentingan pribadi atau
kelompok
2. Kehilangan status pribadi atau
kelompok
3. Kehilangan wewenang
4. Kehilangan sumber-sumber
5. Tidak mendapatkan hak
6. Ancaman terhadapnilai-nilai
7. Ancaman terhadap norma-
norma
a. Konflik Intrapersonal : Konflik terjadi pada
diri individu itu sendiri. Keadaan ini merupakan
masalah internal untuk mencari nilai dan
keinginan dari konflik yang terjadi.

b. Konflik Interpersonal : Konflik terjadi antara


dua orang atau lebih sebagai bagian dari
hubungannya dengan orang lain dalam
penyelesaian tugas dan perannya.

c. Konflik Intergroup (antar kelompok): Konflik


terjadi antara dua atau lebih dari kelompok
orang dalam satu bagian atau organisasi.
Negatif (-) :
Menimbulkan perilaku konflik
Menolak kerjasama
Kompetisi tak sehat
Menguasai/mendominasi
Merusak kesatuan

↓ PRODUKTIFITAS KERJA

Positif (+) : MENINGKATKAN MOTIVASI


KONFLIK DAPAT ( + ), JIKA

 TAK DIABAIKAN
 BERPERAN/BERFUNGSI UNTUK
PERUBAHAN-PERUBAHAN.
 PROSES PENYELESAIANYA TEPAT
KONFLIK DAPAT ( -), JIKA

 Mengganggu :
 Energi SDM
 Sumber-sumber yang ada
 Waktu
 Tidak dikontrol menimbulkan kekacauan
 Proses penyelesaianya kurang tepat
 Konflik Fungsional, konflik yang dapat memberi
dampak peningkatan kreatifitas dan produktifitas
kelompok

 Konflik Disfungsional, konflik yang memberi


dampak menghambat kinerja kelompok dan
menurunkan kreatifitas dan produktifitas kelompok
Tahap I : Potensial Opposition yang memiliki
tiga komponen :

 Komunikasi  Komunikasi yang tersumbat


merupakan potensi konflik yang utama

 Struktur  Semakin besar kelompok dan kompleks


organisasi, semakin besar terjadi konflik

 Variabel personal  Sistem nilai dan kepribadian


anggota kelompok menentukan besarnya
kemungkinan konflik.
Mis. Pribadi yang otoriter, mau menang sendiri, sulit
menghargai orang lain  mudah memicu konflik.
Tahap II : Cognition and Personalization

 Perceived Conflict. Merupakan kewaspadaan satu


atau lebih pihak tentang adanya keadaan yang
memberikan kesempatan timbulnya konflik

 Felt Conflict. Keterlibatan emosional dalam konflik


yang menimbulkan kegelisahan, ketegangan, frustasi,
atau tindakan kekerasan
Tahap III : Behavior (Perilaku)  menimbulkan
konflik terbuka

 Pecahnya pertengkaran mulut atau tingkah


laku  rasa bermusuhan akan disampaikan
secara verbal atau melalui perilaku.

 Personal yang terlibat bereaksi terhadap


konflik, mulai menarik diri atau menghindar
dari konflik atau upaya penyelesaian konflik.
Tahap IV : Aftermath, hasil akhir konflik
 Umumnya dapat menghasilkan kinerja kelompok
tetap terkendali atau sebaliknya kinerja kelompok
menurun.
Konflik langsung
Konflik yang terjadi secara langsung dan disebabkan
oleh perbedaan pandangan antara satu orang dengan
orang lain atau terjadinya gangguan hubungan
interpersonal  Biasanya lebih mudah diselesaikan
melalui intervensi interpersonal.

Konflik tidak langsung.


Biasanya terjadi karena perbedaan pandangan antara
individu dengan organisasi, misalnya penetapan protap
yang tidak sesuai, sehingga dapat menimbulkan
kekesalan para staf, dan seringkali diexpresikan secara
tidak langsung, misalnya sering tidak masuk kerja
tanpa pemberitahuan, menyerang melalui orang lain,
1. Anggota kelompok/peran didalam situasi
kelompok
a. Penyerang  menyenangi sikap agresif
b. Korban  merupakan kelompok penderita atau yang
menampung kehinaan
c. Penghasut  Suka memprakarsai dan mengamati
konflik antara 2 kelompok
2. Persoalan pokok yang mendasari konflik
Dapat memisahkan persoalan utama dan persoalan
simptomatis.
2. Jenis konflik
3. Tingkatan/ tahap konflik
4. Tingkah laku penyebab konflik
5. Beratnya pergulatan/ Peliknya Konflik  Kepelikan
konflik dinilai melalui : frekwensi dan lamanya
pertemuan 2 pihak, tingkat emosional dari
pertukaran dan pikiran terbuka atau tertutup dari 2
pihak
6. Akibat yang mungkin timbul
1. Pengkajian
* Analisa situasi konflik
* Analisa dan memastikan isu yg berkembang
* Menyusun tujuan

2. Identifikasi
o Permasalahan
o Sumber/penyebab konflik
o Personal yang terlibat
o Tahap konflik
o Tipe konflik
o Klarifikasi dan validasi
o Persamaan pandangan

3. Intervensi
Penyelesaian konflik
1. Selalu menilai tiga hal yaitu Situasi, Sikap
(attitude) dan Perilaku (behaviour)
2. Perlu menilai kerjasama dan sikap asertif dari
orang atau kelompok yang bertikai
3. Memperhatikan besar, rendah dan tingginya
intensitas konflik yang tergantung pada tahap
konflik
4. Penyelesaian konflik membutuhkan waktu yang
relatif
5. Penyelesaian konflik membutuhkan ketenangan
hati, tidak menggunakan emosi tetapi dengan
kesabaran dan mau selalu memikirkan YANG
TERBAIK UNTUK SEMUANYA.
1. Kompetisi atau Persaingan (Competition)

Kompetisi dilakukan apabila :


 Dibutuhkan keputusan dan tindakan cepat
 Terjadi pada isu penting yang membutuhkan tindakan yang

tidak popular
 Menyangkut isu yang vital bagi organisasi dan kita ada pada

pihak yang benar


 Dilakukan pada individu yang mengambil keuntungan dari

perilaku non kompetitif


 Proses ini menghasilkan satu pihak dirugikan, disebut
“Win-Lose “.
 Penyelesaian ini menekankan bahwa hanya ada satu
pihak yang menang tanpa mempertimbangkan yang
kalah.
 Dampak buruk adalah pihak yang kalah dapat
menunjukkan kemarahan, kekecewaan, dendam,
frustasi yang berdampak pada hubungan dan
produktifitas menurun.
 Dampak positifnya bagi kelompok munculnya keinginan
untuk memperbaiki mkondisi di masa yang akan datang.
2. Kompromi atau Negosiasi (Compromise)

Kompromi dilakukan apabila :


 Tujuan adalah sangat penting tetapi tidak bermanfaat
untuk diusahakan atau terdapat potensi destruktif bila
tetap dipertahankan
 Pihak lawan dengan kekuatan yang sama memiliki
kemauan yang besar untuk mencapai tujuan
 Untuk mencapai kesepakatan untuk isu yang kompleks
 Untuk mencapai solusi dibawah tekanan waktu
 Sebagai cadangan bila kerjasama dan persaingan gagal
 Metoda ini membutuhkan sikap asertif dan kooperatif
yang sedang, karena penyelesaian konflik dengan
negosiasi atau tawar–menawar.
 Proses ini menghasilkan sama-sama merugi kedua belah
pihak yang berselisih. Dapat disebut “Lose-Lose”
 Cara terakhir biasanya dengan menggunakan aturan-
aturan yang ada untuk memecahkan persoalan.
3. Menghindari (Avoidance)
Penghindaran biasa dipilih bila :
 Ketidak sepakatan membahayakan kedua belah
pihak
 Biaya penyelesaian lebih besar disbanding hasil yang
didapat
 Memerlukan orang ketiga
 Jika masalah dapat terselesaikan dengan sendirinya
 Dibutuhkan waktu untuk cooling down sehingga ide-
ide muncul yang dapat menguntungkan kedua belah
pihak
 Masalah lebih bersifat simptomatik dari pada
lainnya.
 Metode ini tidak asertif dan tidak kooperatif,
karena membiarkan konflik terjadi
mengabaikan perselisihan dan tidak
terbuka/terus terang dan memilih tidak
menyelesaikan konflik.
4. Akomodasi (Accomodation)
Akomodasi ini dilakukan bila :
 Kita merasa salah dan memberi kesempatan
untuk perbaikan posisi agar kita dapat
belajar dan mendengar
 Isunya lebih penting bagi pihak lain dari
pada untuk kita. Diperlukan agar kerjasama
tetap terjaga
 Mengurangi kerugian
 Harmoni dan stabilitas menjadi sangat
penting
 Untuk memberikan kesempatan pada
bawahan berkembang, belajar dari
kesalahan
 Pada strategi ini seseorang berusaha
mengakomodir permasalahan dan memberi
kesempatan orang lain untuk menang.
 Masalah utama dengan strategi ini
sebenarnya tidak terselesaikan. Istilah yang
sering digunakan adalah “Cooperative”
5. Smoothing
Penyelesaian konflik dengan mengurangi
komponen emosional dalam konflik
Smoothing ini dilakukan bila :
 Konflik yang ringan, tetapi untuk konflik
yang besar misalnya persaingan
pelayanan/hasil produksi dan tidak dapat
dipergunakan.
6. Kolaborasi atau Kerjasama (Collaboration)
Kolaborasi dilakukan apabila :
 Bertujuan untuk menemukan solusi integrative
apabila kedua pihak terlalu penting dikompromikan
 Tujuan kita adalah untuk belajar
 Ditujukan untuk menggabungkan cara pandang
individu-individu dengan perspektif yang berbeda
 Bertujuan untuk mencapai komitmen dengan jalan
menggabungkan kepentingan-kepentingan menjadi
satu consensus
 Bekerja dengan perasaan bahwa hal konflik akan
berpengaruh terhadap hubungan baik.
 Metoda ini membutuhkan sikap asertif dan
kooperatif yang tinggi, dan masing–masing pihak
mempunyai komitmet untuk menyelesaikan
masalah
 Melalui strategi ini kedua orang/bagian yang
terlibat menentukan tujuan bersama
danbekerjasama untuk mencapai tujuan
dimaksud
 Strategi ini popular dengan “Win-win Solution”
1. Mengabaikan Konflik
Konflik dapat diabaikan bila persoalan
pokok/persoalan dasarnya kecil, konflik tidak
mempengaruhi perawatan pasien atau proses kerja,
dan bila kedua pihak mampu mengatasi konflik.

2. Turun Tangan
Manajer harus turun tangan bila konflik
mempengaruhi pasien atau proses dan mekanisme
kerja atau konflik melibatkan/mempengaruhi banyak
orang.
 Memandang konflik sebagai suatu yang alamiah
terjadi dalam melakukan hubungan unterpersonal dan
perlu dilakukan penyelesaian yang tepat.
 Percaya orang lain dan bersikap terbukti
 Meyakini bahwa kelompok yang terlibat dalam
konflik, masing–masing mempunyai peran yang sama
dalam penyelesaian konflik.
 Menyelesaikan konflik dengan membuat kepuasan
pada masing–masing pihak yang terlibat.
 Tidak mengorbankan satu orang untuk kepentingan
kelompok.
1. Keputusan yang bersifat perintah
2. Memisahkan kedua pihak
3. Teguran tertulis atau pengskorsan
4. Solusi kompromi
5. Penerimaan kedua pihak
6. Solusi yang terintegrasi
 Dimana seseorang mempunyai perbedaan minat,
motivasi, kemampuan dan perilaku yang harus bekerja
sama dalam situasi yang kompleks seringkali
menyebabkan konflik.

 Jika penyelesaian konflik dapat dilihat metoda yang


tepat, maka situasi kerja akan dapat menyenangkan
kembali

 Dibutuhkan peningkatan kesadaran diri, sensifitas dan


asertif serta kooperatif dapat meningkatkan
kemampuan seseorang dalam menyelesaikan konflik.

Anda mungkin juga menyukai