Anda di halaman 1dari 35

PPh Final Pasal 4 Ayat (2)

Dosen pengampu : Djoko Wahjudi, SE, MM, AK, CA

Disusun oleh :
Kelompok 4
Lutfi Hidayatul M (18.05.52.0170)
Vira Yunita R (18.05.52.0172)
Alfiana Zunita (18.05.52.0173)
1. PPh Final atas Bunga Deposito dan
Tabungan serta Diskonto SBI
Atas penghasilan berupa bunga deposito dan
tabungan serta diskonto Sertifikat Bank Indonesia
(SBI) dipotong Pajak Penghasilan (PPh) yang
bersifat final.
Termasuk bunga yang diterima atau diperoleh
dari deposito dan tabungan yang ditempatkan di
luar negeri melalui bank yang didirikan atau
bertempat kedudukan di Indonesia atau cabang
bank luar negeri di Indonesia.
Objek dan Tarif
• Atas bunga deposito dan tabungan serta
diskonto SBI dikenakan PPh final sebesar:
 20% (duapuluh persen) dari jumlah bruto,
terhadap Wajib Pajak dalam negeri dan
Bentuk Usaha Tetap (BUT).
 20% (duapuluh persen) dari jumlah bruto atau
dengan tarif berdasarkan Perjanjian
Penghindaran Pajak Berganda yang berlaku,
terhadap Wajib Pajak luar negeri.
Pemotong PPh
Pemotong PPh atas bunga deposito dan tabungan
serta diskonto adalah :
a. Bank Pembayar Bunga
b. Dana Pensiun yang telah disahkan Menteri
Keuangan dan Bank yang menjual kembali
sertifikat BI (SBI) kepada pihak lain yang bukan
dana pensiun yang pendiriannya belum
disahkan oleh Menteri Keuangan dan bukan
bank wajib memotong PPh atau diskonto SBI
tersebut.
2. PPh Final atas Bunga Obligasi, Bunga Simpanan Koperasi,
Hadiah Undian
Bunga Obligasi
Objek Pajak
Obligasi adalah surat utang dan surat utang negara, yang
berjangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan. Surat Utang
Negara adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan utang
baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin
pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia
sesuai dengan masa berlakunya, yang terdiri atas Surat
Perbendaharaan Negara dan Obligasi Negara. Bunga Obligasi
adalah imbalan yang diterima dan/atau diperoleh pemegang
Obligasi dalam bentuk bunga dan/atau diskonto. Atas penghasilan
yang diterima dan/atau diperoleh Wajib Pajak berupa Bunga
Obligasi dikenai pemotongan Pajak Penghasilan yang bersifat final.
Tarif
 Bunga dari Obligasi dengan kupon sebesar:
• 15% (lima belas persen) bagi Wajib Pajak dalam
negeri dan bentuk usaha tetap; dan
• 20% (dua puluh persen) atau sesuai dengan
tarif berdasarkan persetujuan penghindaran
pajak berganda bagi Wajib Pajak luar negeri
selain bentuk usaha tetap, dari jumlah bruto
bunga sesuai dengan masa kepemilikan
Obligasi;
 Diskonto dari Obligasi dengan kupon sebesar:
• 15% (lima belas persen) bagi Wajib Pajak dalam
negeri dan bentuk usaha tetap; dan
• 20% (dua puluh persen) atau sesuai dengan tarif
berdasarkan persetujuan penghindaran pajak
berganda bagi Wajib Pajak luar negeri selain
bentuk usaha tetap, dari selisih lebih harga jual
atau nilai nominal di atas harga perolehan
Obligasi, tidak termasuk bunga berjalan;
 Diskonto dari Obligasi tanpa bunga sebesar:
• 15% (lima belas persen) bagi Wajib Pajak dalam
negeri dan bentuk usaha tetap; dan
• 20% (dua puluh persen) atau sesuai dengan tarif
berdasarkan persetujuan penghindaran pajak
berganda bagi Wajib Pajak luar negeri selain
bentuk usaha tetap, dari selisih lebih harga jual
atau nilai nominal di atas harga perolehan
Obligasi;
 Dan Bunga dan/atau diskonto dari obligasi yang
diterima dan/atau diperoleh Wajib Pajak
reksadana yang terdaftar pada Otoritas Jasa
Keuangan sebesar:
• 5% (lima persen) untuk tahun 2014 sampai
dengan tahun 2020; dan
• 10% (sepuluh persen) untuk tahun 2021 dan
seterusnya.
Pemotong Pajak
a. Penerbit Obligasi atau kustodian selaku agen
pembayaran yang ditunjuk, atas bunga dan/atau
diskonto yang diterima pemegang Obligasi dengan
kupon pada saat jatuh tempo Bunga Obligasi, dan
diskonto yang diterima pemegang Obligasi tanpa
bunga pada saat jatuh tempo Obligasi; dan/atau
b. Perusahaan efek, dealer, atau bank, selaku
pedagang perantara dan/atau pembeli, atas bunga
dan diskonto yang diterima penjual Obligasi pada
saat transaksi.
Bunga Simpanan yang dibayarkan oleh Koperasi kepada Anggota
Koperasi Orang Pribadi

 Objek Pajak
Penghasilan berupa bunga simpanan yang
dibayarkan oleh koperasi yang didirikan di
Indonesia kepada anggota koperasi orang pribadi
dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final.
 Pemotong Pajak
Koperasi yang melakukan pembayaran bunga
simpanan kepada anggota koperasi orang pribadi,
wajib memotong Pajak Penghasilan yang bersifat
final tersebut.
Tarif
• 0% (nol persen) untuk penghasilan berupa bunga
simpanan sampai dengan Rp240.000,00 (dua ratus
empat puluh ribu rupiah) per bulan; atau
• 10% (sepuluh persen) dari jumlah bruto bunga untuk
penghasilan berupa bunga simpanan lebih dari
Rp240.000,00 (dua ratus empat puluh ribu rupiah) per
bulan.
4. PPh Final atas Pengalihan Hak atas Tanah dan atau Bangunan.

 Objek Pajak
• Penjualan, tukar-menukar, perjanjian pemindahan hak,
pelepasan hak, penyerahan hak, lelang, hibah, atau cara lain
yang disepakati dengan pihak lain selain pemerintah;
• Penjualan, tukar-menukar, pelepasan hak, penyerahan hak,
atau cara lain yang disepakati dengan pemerintah guna
pelaksanaan pembangunan, termasuk pembangunan untuk
kepentingan umum yang tidak memerlukan persyaratan
khusus;
• Penjualan, tukar-menukar, pelepasan hak, penyerahan hak,
atau cara lain kepada pemerintah guna pelaksanaan
pembangunan untuk kepentingan umum yang memerlukan
persyaratan khusus.
Hadiah Undian
 Objek Pajak
Atas penghasilan berupa hadiah undian dengan
nama dan dalam bentuk apapun dipotong atau
dipungut Pajak Penghasilan yang bersifat final.
 Tarif
Besarnya Pajak Penghasilan yang wajib dipotong
atau dipungut atas penghasilan berupa hadiah
undian dengan nama dan dalam bentuk apapun
adalah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah
bruto hadiah undian.
 Pemotong Pajak
Penyelenggara undian wajib memotong atau
memungut PPh Final atas Hadiah Undian.
3. PPh Final atas Penjualan Saham di Bursa
Efek.
 Objek Pajak
Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh
orang pribadi atau badan dari transaksi
penjualan saham di bursa efek dipungut Pajak
Penghasilan yang bersifat final
 Pemotong Pajak
Penyelenggara bursa efek wajib memungut Pajak
Penghasilan setiap transaksi penjualan saham di
bursa efek.
 Tarif
• Besar nya Pajak Penghasilan adalah 0,1% (satu per
seribu) dari jumlah bruto nilai transaksi penjualan
• Pemilik saham pendiri dikenakan tambahan Pajak
Penghasilan sebesar 0,5% (setengah persen) dari
nilai saham perusahaan pada saat penutupan
bursa diakhir tahun 1996.
• Dalam hal saham perusahaan diperdagangkan di
bursa efek setelah 1 Januari 1997, maka yang
dimaksud dengan nilai saham adalah nilai saham
ditetapkan sebesar harga saham pada saat
penawaran umum perdana.
 Tarif
• Penjualan, tukar-menukar, perjanjian pemindahan
hak, pelepasan hak, penyerahan hak, lelang, hibah,
atau cara lain yang disepakati dengan pihak lain
selain pemerintah; dan
• Penjualan, tukar-menukar, pelepasan hak,
penyerahan hak, atau cara lain yang disepakati
dengan pemerintah guna pelaksanaan
pembangunan, termasuk pembangunan untuk
kepentingan umum yang tidak memerlukan
persyaratan khusus;
Adalah sebesar 5% (lima persen) dari jumlah bruto
nilai pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan.
• Sedangkan pengalihan atas pengalihan hak atas
Rumah Sederhana dan Rumah Susun Sederhana
yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang usaha
pokoknya melakukan pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan dikenai Pajak Penghasilan
sebesar 1% (satu persen) dari jumlah bruto nilai
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
tersebut.
5. PPh Final atas Jasa Konstruksi.
 Pengertian jasa konstruksi
Jasa konstruksi mencakup seluruh pekerjaan yang
berlangsung dari tahap awal hingga tahap akhir
suatu bangunan tuntas dikerjakan. Maka, pajaknya
dapat dikenakan mulai dari tahap konsultasi,
persiapan pembangunan, pembangunan, dan
penyelesaian tahap akhir bangunan tersebut.
Jasa konstruksi adalah seluruh layanan jasa
konstruksi yang mencakup perencanaan pekerjaan
konstruksi, pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan
konsultasi pengawasan konstruksi.
Tarif
• 2% untuk pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh
penyedia jasa yang memiliki kualifikasi usaha kecil.
• 4% untuk pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh
penyedia jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha.
• 3% untuk pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh
penyedia jasa selain penyedia jasa sebagaimana dimaksud
dalam poin a dan b.
• 4% untuk perencanaan konstruksi atau pengawasan
konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa yang memiliki
kualifikasi usaha.
• 6% untuk perencanaan konstruksi atau pengawasan
konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa yang tidak
memiliki kualifikasi usaha.
6. PPh Final atas Persewaan Tanah dan/atau
Bangunan.

 Objek Pajak
Penghasilan berupa sewa atas tanah dan atau
bangunan berupa tanah, rumah, rumah susun,
apartemen, kondominium, gedung perkantoran,
gedung pertokoan, atau gedung pertemuan
termasuk bagiannya, rumah kantor, toko, rumah
toko, gudang dan bangunan industri, dikenakan
Pajak Penghasilan yang bersifat final.
 Tarif
• Besarnya Pajak Penghasilan yang terutang bagi
Wajib Pajak orang pribadi maupun Wajib Pajak
badan yang menerima atau memperoleh
penghasilan dari persewaan tanah dan atau
bangunan sebagaimana dimaksud di atas adalah
10% (sepuluh persen) dari jumlah bruto nilai
persewaan tanah dan atau bangunan.
7. PPh Final atas Dividen yang diterima Orang Pribadi

 Objek Pajak
Penghasilan berupa dividen yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam
negeri dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat
final.
 Tarif
Penghasilan berupa dividen yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam
negeri dikenai Pajak Penghasilan sebesar 10%
(sepuluh persen).
 Pemotong
Pihak yang membayar atau pihak lain yang
ditunjuk selaku pembayar dividen.
PPh 25
 Pengertian PPh Pasal 25
Pajak Penghasilan Pasal 25 (PPh Pasal 25)
adalah pajak yang dibayar secara angsuran.
Tujuannya adalah untuk meringankan beban
wajib pajak, mengingat pajak yang terutang
harus dilunasi dalam waktu satu tahun.
Pembayaran ini harus dilakukan sendiri dan
tidak bisa diwakilkan.
 Perhitungan PPh Pasal 25
• Pajak penghasilan yang dipotong sesuai Pasal 21
(yaitu sesuai tarif pasal 17 ayat (1) bagi pemilik
NPWP dan tambahan 20% bagi yang tidak memiliki
NPWP) dan Pasal 23 (15% berdasarkan dividen,
bunga, royalti, dan hadiah – serta 2% berdasarkan
sewa dan penghasilan lain serta imbalan jasa) –
serta pajak penghasilan yang dipungut sesuai pasal
22 (pungutan 100% bagi yang tidak memiliki NPWP);
• Pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar
negeri yang boleh dikreditkan sesuai pasal 24; lalu
dibagi 12 atau total bulan dalam pajak masa
setahun.
 Tarif PPh Pasl 25
a. Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu
(WP – OPPT), yaitu yang melakukan usaha
penjualan barang, baik grosir maupun eceran,
serta jasa – dengan satu atau lebih tempat
usaha. PPh 25 bagi OPPT = 0.75% x omzet
bulanan tiap masing-masing tempat usaha.
b. Wajib Pajak Orang Pribadi Selain Pengusaha
Tertentu (WP – OPSPT), yaitu pekerja bebas atau
karyawan, yang tidak memiliki usaha sendiri. PPh
25 bagi OPSPT = Penghasilan Kena Pajak (PKP) x
Tarif PPh 17 ayat (1) huruf a UU PPh (12 bulan).
2. PPh Pasal 25 atas Orang Pribadi
Pengusaha Tertentu (OPPT).

• Berdasarkan Pasal 1 ayat 4 PMK Nomor 215


/PMK.03/2018, Wajib Pajak Orang Pibadi
Pengusaha Tertentu (WP OPPT) adalah Wajib
Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan
usaha perdagangan atau jasa, tidak termasuk
jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas, pada
1 (satu) atau lebih tempat kegiatan usaha yang
berbeda dengan tempat tinggal Wajib Pajak.
 Adapun tarif untuk WP OPPT adalah 0,75% dari
jumlah peredaran bruto per bulan dari masing-
masing tempat usahanya. Adapun pembayaran
PPh pasal 25 dari masing-masing tempat usaha
merupakan kredit pajak atas PPh yang terutang
untuk tahun pajak bersangkutan. Hal ini termuat
dalam pasal 7 PMK Nomor 215/PMK.03/2018
ayat 1 dan ayat 2.
4. Penghitungan PPh Pasal 25 atas Wajib
Pajak Bank dan Wajib Pajak SGU.
• Besarnya angsuran PPh 25 untuk Wajib Pajak
bank dan Sewa Guna Usaha (SGU) dengan hak
opsi adalah sebesar PPh yang dihitung
berdasarkan penerapan tarif umum atas laba-
rugi fiskal menurut laporan keuangan triwulan
terakhir yang disetahunkan dikurangi PPh 24
yang  dibayar atau terutang di luar negeri
untuk tahun pajak yang lalu, dibagi 12.
• Sedangkan apabila WP Bank atau SGU dengan
hak opsi adalah WP baru, maka besarnya PPh 25
untuk triwulan pertama adalah jumlah PPh yang
terutang berdasarkan perkiraan perhitungan
laba rugi triwulan pertama yang disetahunkan,
dibagi 12.
5. Perusahaan BUMN dan BUMD dan bagi
Perusahaan Masuk Bursa
• Besarnya angsuran PPh 25 untuk WP BUMN dan BUMD
dengan nama dan dalam bentuk apapun, kecuali Wajib
Pajak bank dan SGU dengan hak opsi, adalah sebesar PPh
yang dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas
laba-rugi fiskal menurut Rencana Kerja dan Anggaran
Pendapatan (RKAP) tahun pajak bersangkutan yang telah
disahkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
dikurangi dengan pemotongan dan pemungutan PPh
Pasal 22 dan Pasal 23 serta PPh Pasal 24 yang dibayar
atau terutang di luar negeri tahun pajak yang lalu, dibagi
12 (dua belas).
• Sedangkan besarnya angsuran PPh 25 untuk WP
masuk bursa adalah sebesar PPh yang dihitung
berdasarkan penerapan tarif umum atas laba-
rugi fiskal menurut laporan keuangan berkala
terakhir yang disetahunkan dikurangi dengan
pemotongan dan pemungutan PPh Pasal 22 dan
Pasal 23 serta Pasal 24 yang dibayar atau
terutang di luar negeri untuk tahun pajak yang
lalu, dibagi dua belas.
TERIMAKASIH …

Anda mungkin juga menyukai