• - Penelitian ini dilakukan di Departemen Nefrologi Pediatri di salah satu RS Turkey periode 1 Desember
2009 sampai 1 Desember 2016
• - Subjek penelitian ini ialah 32 anak yang menderita SNSS (Sindroma Nefrotik Steroid Sensitif) yang
tidak mengkonsumsi Glukokortikoid dalam 6 bulan terakhir.
• - 20 orang anqk sehat digunqkan sebagai kontrol.
• - Pemeriksaan laboratorium yang diukur meliputi; kreatinin serum, nitrogen urea darah, fosfor (P),
kalsium (Ca), hormon paratiroid (PTH), dan kadar alkali fosfatase (ALP) serta analisis biokimia urin.
• - Sampel darah diperoleh pada pagi hari setelah puasa semalam setidaknya 12 jam karena kadar ALP
dapat meningkat setelah konsumsi makanan.
• - Kadar serum 25- (OH) D diukur menggunakan metode radioimmunoassay
• - BMD (g / cm2), kadar mineral tulang (BMC, g), dan skor Z-BMD ditentukan menggunakan dual-
energy X-ray absorptiometry (DEXA) dari lumbar spine (L1-4)
Analisis Statistik
Masa kanak-kanak dan remaja adalah periode kritis untuk pembentukan tulang. Vitamin D memiliki efek menguntungkan pada
mineralisasi tulang. Penurunan kadar serum vitamin D akan memiliki efek negatif pada mineralisasi tulang karena berkurangnya
penyerapan Ca usus. GC juga mengurangi penyerapan Ca usus dan meningkatkan kehilangan Ca urin. Hipokalsemia dan penurunan
kadar vitamin D menyebabkan peningkatan kadar PTH, yang, pada gilirannya, menyebabkan penurunan BMD karena peningkatan
resorpsi mineral tulang. El-Mashad et al menunjukkan bahwa pasien INS yang menerima dosis tinggi GC telah meningkatkan kadar
PTH, dan bahwa GC memiliki efek negatif pada mineralisasi tulang. Dalam penelitian kami, skor-Z berkorelasi positif dengan kadar
serum 25- (OH) D dan berkorelasi terbalik dengan kadar PTH serum. Kadar Ca serum adalah normal pada semua pasien SSNS dan
serupa pada pasien dengan BMD normal dan berkurang, menunjukkan bahwa keseimbangan Ca dipertahankan dengan
mengorbankan kekuatan tulang. Kadar 25-OH D dan PTH serum dapat menjadi penanda metabolisme tulang untuk pasien dalam
fase remisi SSNS.
Prevalensi obesitas selama pengobatan GC untuk SSNS telah dilaporkan sebesar 35% -43% selama pengobatan GC di SSNS,
tetapi berat badan umumnya berkurang setelah penghentian GC. Hubungan telah ditemukan antara BMD, berat badan, dan BMI
pada anak-anak dan remaja. Beberapa penelitian telah melaporkan peningkatan massa dan kepadatan tulang pada anak-anak
yang mengalami obesitas, sedangkan yang lain melaporkan penurunan nilai jika dibandingkan dengan anak-anak dengan berat
badan normal. Moore et al melaporkan kadar serum 25- (OH) D yang lebih rendah pada anak obesitas. Hasil kami menunjukkan
bahwa frekuensi obesitas dan BMI serupa antara kontrol sehat dan pasien SSNS yang tidak memiliki pengobatan GC dalam enam
bulan sebelumnya. Selain itu, BMI tidak memiliki efek pada nilai DEXA atau level 25- (OH) D. Kami tidak membandingkan tinggi,
berat, dan BMI dengan data pasien sebelum memulai pengobatan GC karena data antropometrik pasien edematous tidak
memberikan informasi yang akurat.
Namun demikian, temuan kami menunjukkan bahwa kelainan dalam mineralisasi tulang, terlepas dari BMI, bertahan pada
pasien SSNS setelah penghentian pengobatan GC. Ada beberapa keterbatasan dalam penelitian kami. Variasi musiman pada level
25- (OH) D, paparan sinar matahari, dan kebiasaan makan tidak termasuk dalam analisis kami. Tidak ada informasi tentang
suplemen Ca dan / atau Vitamin D sebelumnya yang diambil oleh pasien. Selain itu, kami tidak melakukan pengukuran serial
kepadatan tulang dan kadar serum 25- (OH) D.
Studi kami menunjukkan bahwa penurunan kadar 25- (OH) D dan kelainan dalam mineralisasi tulang dapat bertahan pada anak-
anak selama fase remisi SSNS juga. Dokter harus menyadari bahwa anak-anak dapat memiliki gangguan mineralisasi tulang
bahkan setelah pengobatan GC telah selesai. Kadar 25- (OH) D serum <14,67 ng / mL bisa menjadi prediktor pemindaian DEXA
abnormal untuk anak-anak dalam fase remisi SSNS. Studi prospektif dengan ukuran sampel yang lebih besar diperlukan untuk
mengkonfirmasi hasil ini.
PICO
P C
Pasien: anak-anak yang menderita SSNS yang belum Comparisson/Perbandingan:
mendapatkan terapi GC selama 6 bulan terakhir Perbandingan dengan pasien
yang sehat
Problems/Masalah: Anak anak dengan INS biasanya
diobati dengan glukokortikoid dapat muncul efek yang
tidak diinginkan. Salah satunya ialah penurunan
Outcome: Tingkat serum 25- (OH) D lebih
densitas mineral tulang dan vitamin D
rendah dari 30 ng / mL pada 30 (93,8%)
pasien SSNS [defisiensi: 23 (76,7%) pasien,
insufisiensi: 7 (23,3%) pasien]. Kadar serum
I O
Intervention: Penggunaan 25- (OH) D serupa antara pasien IFRNS dan
glukokortikoid pada pasien FRNS (16,4 ± 9,09 ng / mL vs 15,9 ± 7,61 ng
SSNS / mL, P> 0,05). Namun, pasien FRNS
memiliki kadar D 25- (OH) lebih rendah
daripada anak-anak yang sehat. Dalam
kelompok studi, 22 (68,8%) pasien memiliki
skor Z <-1 (13,6 (40,6%) pasien dengan
osteopenia dan sembilan (28,1%) pasien
dengan osteoporosis
VIA
(Validity)
Apakah penelitian ini sesuai dengan tujuan penelitian?
Ya, penelitian ini sesuai dengan tujuan penelitiannya yaitu menilai status vitamin D dan BMD pada
pasien SN.