PEMBIMBING SUPERVISOR
dr. Rusmin B. Syukur, Sp. An
• Konsep kematian otak termasuk hal yang baru dalam kedokteran, tetapi
definisi kematian secara historis dikaitkan dengan berhentinya fungsi
fisiologis kardiopulmonal. Dengan kemajuan dalam ventilasi mekanis, life
support, dan obat resusitasi, kini fungsi kardiopulmonal pasien dapat
dipertahankan tanpa adanya fungsi neurologis yang bersifat fisiologis
• Beberapa negara lainnya, perbedaan pada diagnosis kematian otak
memberikan gambaran penekanan pada komunitas lokal maupun beberapa
ahli terhadap pengenalan safeguards (perlindungan).
• Perbedaan utama yang telah disebutkan di atas terkait dengan waktu
observasi, apnea, dan pengujian tambahan, serta jumlah tenaga kesehatan
yang berwenang dalam mendiagnosa kematian otak
• Pupil konstriksi dapat disebabkan keracunan obat maupun lesi pada pons yang
menyebabkan diferensiasi dari serat simpatis dan aktivasi pusat parasimpatis yang
tidak terhalang yang terletak di daerah rostral otak tengah (inti Edinger Westphal).
• Ketiadaan pergerakan okular menggunakan tes refleks oculochepalic dan
oculovestibular dapat ditegakkan setelah memastikan integritas tulang belakang
cervical (nervus cranial III, IV, VI, dan VIII [bagian vestibular]).
APNEA
• Tes dimulai dengan preoksigenasi pada pasien dengan fraksi oksigen
inspirasi (FIO) 1.0 selama 10 menit untuk mencapai tekanan parsial
oksigen alveolar (PaO) lebih dari 200 mmHg menggunakan laju
pernapasan 10 per menit untuk mencapai kondisi eucapnia.
• Jika pasien stabil secara hemodinamik dengan saturasi oksigen lebih dari
95%, ventrilator pasien tersebut dilepaskan dan oksigen diberikan dengan
menempatkan kateter melalui endotracheal tube dan mendekati level
carina dengan saturasi O2 pada FIO 1.0 dengan aliran 6L/menit.
APNEA
• Dalam praktek klinis, beberapa keadaan tertentu dapat
menyerupai cedera otak, seperti; cedera cervical atas pada
tulang belakang, neuropati demielinisasi inflamasi akut
fulminan, keracunan organofosfat, keracunan baclofen,
toksisitas lidokain, dan delayed muscular blocker
clearance (pembersihan efek obat untuk keterlambatan
sistem bloking pada otot, cnth. vecuronium).
TES KONFIRMASI
• akurasi tes konfirmasi dapat menyebabkan potensi kesalahan pada
penentuan kematian otak.
• Hasil positif palsu terjadi ketika tes menunjukkan kematian otak, tetapi
pasien tidak memenuhi kriteria klinis mati otak.
• Hasil negatif palsu lebih umum ditemui dilapangan ketika pasien secara
klinis dinyatakan mati otak, tetapi hasil tes menunjukkan sebaliknya,
biasannya umum terjadi dengan tes EEG.
Cerebral angiogram
Memungkinkan gambaran yang beragam karena injeksi pada lengkungan atau arteri tertentu
Memungkinkan gambaran yang beragam karena injeksi/atau push technique
Tidak ada pedoman interpretasi, tergantung operator
TCD
Teknik sulit dan tergantung keterampilan
Temuan normal pada cedera anoksis-iskhemik
EEG
Sering digunakan dalam aturan perawatan intensif
Sebagian besar informasi dari korteks
SSEP
Tidak tampak pada pasien koma tanpa kematian otak
CT Angiogram
Interpretasi sulit
Aliran darah tertahan dilaporkan sebanyak 250 kasus
Kemungkinan kehilangan status aliran karena akuisisi gambar yang cepat
Keterlambatan aliran pada status low-flow (cont. shock, gagal jantung)
Nuclear Brain Scan
Area perfusi di thalamus pada pasien dengan cedera anoksis atau kelainan tengkorak
Diagnosis kematian otak atas dasar klinis bukanlah hal
KESIMPULAN
• Pemeriksaan klinis pada pasien mati otak merupakan pemeriksaan paling
tegas dalam neurologi.
• Ketika ada keraguan atau gangguan pada penentuan diagnosis klinis, tes
konfirmasi dapat dilakukan untuk menentukan kematian otak pada orang
dewasa.
KESIMPULAN
TERIMA KASIH