Anda di halaman 1dari 13

Pulau Komodo, Manggarai Barat,

NTT

MODEL PERSEDIAAN
Tinjauan Umum Modul 2
Secara umum, Modul 2 akan membahas mengenai penentuan jumlah persediaan yang sebaik-baiknya,
jangan terlalu banyak dan jangan terlalu sedikit.

Modul 2 terdiri dari dua kegiatan belajar:


• Kegiatan Belajar 1 – Model Persediaan yang Sederhana;
• Kegiatan Belajar 2 – Beberapa Macam Model Persediaan yang Lain.

Setelah mempelajari Modul 2, diharapkan mampu menjelaskan cara-cara menghemat biaya dengan jalan
mengatur persediaan.

Secara khusus, setelah mempelajari Modul 2, diharapkan mampu menentukan:


• Jumlah persediaan barang yang bisa menghemat biaya;
• Saat pemesanan barang yang tepat;
• Besar biaya yang dianggap perusahaan yang berhubungan dengan keputusan pembelian barang.

2
Model Paling Sederhana
Model ini berlaku untuk menentukan jumlah pembelian barang, bahan baku atau bahan pembantu yang pe
nggunaannya secara teratur. Dalam model ini belum memasukkan kemungkinan keterlambatan
pengiriman barang.

Asumsi:
1. Kebutuhan barang sepanjang tahun relatif stabil dan bisa diperkirakan;
2. Biaya yang berhubungan dengan pemeliharaan barang yang disimpan tergantung pada banyaknya
barang yang disimpan;
3. Besar biaya pemesanan barang untuk setiap kali pesan sama;
4. Barang yang disimpan tidak mudah rusak;
5. Barang selalu tersedia di pasar, dalam jumlah berapa pun kebutuhan barang akan selalu bisa terbeli;
6. Harga barang relatif stabil.

3
Model Paling Sederhana
Terminologi
R : Kebutuhan barang selama satu tahun.
Q : Jumlah setiap kali pemesanan.
R/Q : Frekuensi pemesanan.
: Jangka waktu pemesanan.
Q/R : Cost of set-up (biaya set-up) atau biaya sekali pesan,
Cs merupakan biaya yang dikeluarkan setiap kali memesan
barang. Besarnya selalu sama (tidak terpengaruh oleh
jumlah barang yang dipesan). Contoh: biaya pengiriman
surat pesanan, ongkos teleks, interlokal, pengiriman
petugas pembelian, dsb.
Ci : Cost of inventory (biaya pemeliharaan barang), adalah biaya
yang dikeluarkan ketika melakukan penyimpanan
barang. Besarnya tergantung pada banyaknya barang
yang disimpan serta lamanya waktu penyimpanan.
Contoh: biaya asuransi, sewa gedung yang didasarkan
pada volume atau berat dan lama penyimpanan,
depresiasi barang (apabila persentase susutnya
tergantung pada lamanya penyimpanan).

Biaya pemesanan setahun = Biaya sekali pesan × frekuensi pemesanan


= Cs × R/Q
Biaya pemeliharaan setahun = Biaya pemeliharaan per unit × frekuensi pemesanan × “luas
segitiga”
= Ci × R/Q × (½.Q.Q/R)
= ½.Q.Ci
4
Model Paling Sederhana
Hubungan antara biaya set-up, biaya pemeliharaan barang, dan total biaya

Total Biaya se tahun = (R/Q).Cs + (Q/2).Ci

Jumlah Pembelian yang ekonomis (Q*)

Q*

2RCs
Ci
Jangka
waktu
setiap
siklus
pembelian
(t*)
2 24000 3500
Q* 4.098,78
t* 2R 10
Q * 4.098,78 0.171
t* Cs
R Ci
24.000 5
Q*
Model dengan Keterlambatan

Dalam model ini dimungkinkan keterlambatan penyediaan barang, tetapi keterlambatan ini me- merlukan
tambahan biaya. Jadi, perusahaan selain menanggung biaya set-up, pemeliharaan barang, juga menanggung
biaya keterlambatan.
Asumsi yang dipakai adalah besar biaya ekstra karena keterlambatan bergantung pada jumlah kekurangan
barang dan jangka waktu keterlambatan.
Terminologi
R : Kebutuhan barang selama satu tahun.
Q : Jumlah setiap kali pemesanan.
R/Q : Frekuensi pemesanan.
Q/R : Jangka waktu pemesanan.
Cs : Cost of set-up (biaya set-up).
Ci : Cost of inventory (biaya pemeliharaan barang).
Ct : Cost of lateness (biaya keterlambatan).

Cs setahun = Biaya sekali pesan × frekuensi pemesanan


= Cs × R/Q
Ci setahun = Biaya pemeliharaan per unit × frekuensi
pemesanan × “luas segitiga”
= Ci × R/Q × (½.S.S/R)
= S2.Ci/2Q
Ct setahun = Biaya keterlambatan per unit/jangka waktu
× frekuensi pemesanan × “luas segitiga”
= Ct × R/Q × ½.(Q-S)/R.(Q-S)
= Ct.(Q-S)2/2Q

6
Model dengan Keterlambatan

Hubungan antara biaya set-up, biaya pemeliharaan barang, biaya keterlambatan, dan total biaya.
Total Biaya se tahun = (R/Q).Cs + S2.Ci/2Q + Ct.(Q-S)2/2Q Contoh:
Seorang pedagang selama satu tahun harus
memenuhi permintaan sebanyak 1.000 buah.
Jumlah Pembelian yang ekonomis (Q*) Biaya setiap kali pesan sebesar Rp 100.
Biaya penyimpanan barang sebesar 20% dari
2RCs Ct
Q* harga barang yang senilai Rp 20.
Ci Ci Kalau terjadi keterlambatan konsumen masih
mau membeli, tetapi perusahaan menanggung
Jumlah Pembelian yang
Ct dimasukkan dalam inventory yang biaya ekstra sebesar Rp 3,65 setiap barang
ekonomis (S*) setiap tahun.

2RCs Ct 2RCs Ct Ci 2 1000 100 3.65 4


S* Q* Ci Ct 4 3.65 323,7
Ci Ct 2RCs Ct 2 1000 100 3.65
Jangka waktu setiap
Ci siklus pembelian (t*) S* Ci Ct Ci 4 3.65 154,5
4
Q*
Q* t* 0,324
323.7198
t*
R 1000
Biaya total yang optimal:
R
R S *2 Ci Ct Q S 2
Cost* Cs
* 2Q * 2Q *
Q*
1000 1552 4 3.65 324 155 2
Cost* 100 617,82
324 2 324 2 324

7
Model dengan Potongan Harga
Dalam model ini berlaku potongan harga beli apabila membeli dalam jumlah tertentu. Oleh karena itu ada
dua harga beli: P1 kalau tidak ada potongan dan P2 kalau ada potongan. Misal potongan harga didapatkan
kalau membeli barang sejumlah b. Apabila kita membeli barang kurang dari b, maka harga belinya adalah
P1, dan bila membeli barang lebih dari b, maka harga belinya adalah P2.

Total Biaya se tahun tanpa potongan harga = RP1 + (R/Q).Cs +


(Q/2).Ci Total Biaya se tahun dengan potongan harga = RP2 + (R/Q).Cs +
(Q/2).Ci

8
Model dengan Potongan Harga

Contoh 1: Contoh 2:
Perusahaan roti memerlukan 2.400 kuintal gandum. Kalau jumlah Perusahaan roti memerlukan 2.400 kuintal gandum. Kalau jumlah
pembelian kurang dari 500 kuintal, maka harga beli gandum Rp pembelian kurang dari 500 kuintal, maka harga beli gandum Rp
20.000 per kuintal. Namun apabila pembelian lebih atau sama 20.000 per kuintal. Namun apabila pembelian lebih atau sama
dengan 500 kuintal, maka harga beli gandum Rp 18.500. Biaya dengan 500 kuintal, maka harga beli gandum Rp 18.500. Biaya
penyimpanan sebesar Rp 400 per kuintal dan biaya setiap kali penyimpanan sebesar Rp 400 per kuintal dan biaya setiap kali
pesan sebesar Rp 35.000. pesan sebesar Rp 10.000.

Q min 2RCs 2 2400 35000 Q min 2RCs 2 2400 10000


648,074 346,41
Ci ≥ b, maka 400
Karena Qmin Q* = Karena QminCi < b, maka harus
400 harus dilakukan perbandingan:
Qmin. Total biaya dengan Qmin:
Contoh 3: = RP1 + (R/Qmin).Cs + (Qmin/2).Ci
= 2.400(20.000) + (2.400/346.41)×10.000 + (346.41/2)×400
Perusahaan roti memerlukan 2.400 kuintal gandum. Kalau jumlah
= Rp 48.138.564.06
pembelian kurang dari 500 kuintal, maka harga beli gandum Rp
Total biaya dengan b:
20.000 per kuintal. Namun apabila pembelian lebih atau sama
= RP2 + (R/b).Cs + (b/2).Ci
dengan 500 kuintal, maka harga beli gandum Rp 18.500. Biaya
= 2.400(18.500) + (2.400/500)×10.000 + (500/2)×400
penyimpanan sebesar Rp 600 per kuintal dan biaya setiap kali
= Rp 44.548.000,00
pesan sebesar Rp 5.000.
Karena total biaya dengan b lebih murah dari Qmin, maka Q*
2RCs 2 2400 5000 adalah pembelian dengan b (500 kuintal)
Q min 200
Ci 600
Karena Qmin < b, maka harus harus dilakukan perbandingan:
Total biaya dengan Qmin: Total biaya dengan b:
= RP1 + (R/Qmin).Cs + (Qmin/2).Ci = RP2 + (R/b).Cs + (b/2).Ci
= 2.400(20.000) + (2.400/200)×5.000 + (200/2)×600 = 2.400(18.500) + (2.400/500)×5.000 + (500/2)×600
= Rp 48.120.000 = Rp 48.174.000,00
Karena total biaya dengan Qmin lebih murah dari b, maka Q*
adalah pembelian dengan Qmin (200 kuintal)

9
Model dengan Produksi
Sendiri
Dalam model ini, barang tidak dibeli tetapi diproduksi sendiri. Dalam memproduksi barang, tentu saja
tidak bisa sekaligus dalam jumlah yang banyak, bergantung pada produktivitas atau kapasitas produksinya.
Terminologi
R : Kebutuhan barang selama satu
tahun. : Pr
Tingkat produksi setiap tahun.
Q : Jumlah produk (inventory).
t1 : Waktu sampai produk mencapai
kapasitas maksimal (tanpa konsumsi)
t2 : Waktusampai produk habis
(tanpa produksi)
Cs : Cost of set-up (biaya set-up).
Ci : Cost of inventory (biaya pemeliharaan
barang).

Produksi tanpa
konsumsi Pr = Q/t1
Produksi tanpa konsumsi Konsumsi tanpa
produksi Konsumsi tanpa produksi
Apabila dalam memproduksi barang juga disertai dengan konsumsi, R = Q/t2
maka (dengan asumsi tingkat produksi lebih besar dari pada tingkat
konsumsi), maka sisa produk akan masuk ke persediaan dengan jumlah Ingat!
persediaan selalu bertambah dengan slope (Pr – R). Slope = Tangen = Sisi depan/Sisi Samping
Maka jumlah persediaan maksimal (Max) dapat dicari dengan:
Slope = Max / Waktu (t1)
(Pr – R) = Max / (Q/Pr)
Max = Q/Pr × (Pr – R)
10
Model dengan Produksi Sendiri
Terminologi
R : Kebutuhan barang selama satu tahun.
Q : Jumlah setiap kali pemesanan.
R/Q : Frekuensi pemesanan.
: Jangka waktu pemesanan.
Q/R : Cost of set-up (biaya set-up).
Cs : Cost of inventory (biaya pemeliharaan barang).
Ci : Cost of lateness (biaya keterlambatan).
Ct
Cs setahun = Biaya sekali pesan × frekuensi pemesanan
= Cs × R/Q
Ci setahun = Biaya pemeliharaan per unit × frekuensi
pemesanan × “luas segitiga”
= Q/2 × Ci × (Pr – R)/Pr

Total Biaya se tahun:


{(R/Q).Cs} + {Q/2 × Ci × (Pr – R)/Pr}
Jumlah Pembelian yang ekonomis (Q*)

2RCs Pr
Q*
Ci Pr R
Jangka
Q waktu setiap siklus pembelian (t*)
Q Pr R
t* t1 t2 Q
* * R Pr
*
R Pr 11
Model dengan Produksi Sendiri
Contoh:
Suatu perusahaan memerlukan onderdil untuk membuat suatu produk sebanyak 100.000 buah setiap tahun. Onderdil tersebut
diproduksi sendiri dengan tingkat produktivitas sebanyak 200.000 buah selama 1 tahun (asumsi produksi terus). Setiap memulai
berproduksi memerlukan biaya sebesar Rp 5.000. Biaya pembuatan onderdil setiap buah sebesar Rp 10 dan biaya pemeliharaan
sebesar 20% dari nilai persediaan.
Jumlah pemesanan yang optimal:

2RCs Pr 2 100.000 5.000 200.000


Q* 31.622,78
Ci Pr R 2 200.000
Jangka100.000
waktu yang optimal setiap produksi pemesanan
onderdil:
Q*
t* 0,015811
31622.78
Pr 200.000
Jangka waktu yang optimal setiapsiklus pesanan (jangka waktu antara suatu produksi dengan produksi
berikutnya):
Q * 31622.78
t* 0,31623
R
100.000
Jumlah biaya yang optimal:

R Q* Pr R i
Cost* Q * Cs 2 Pr C

Cost* 100.000 200.000 100.000 31.623,78


5.000 200.000 2
31.622,78
31.622,78 2

12
Terima Kasih

Pulau Komodo, Manggarai Barat,


NTT

Anda mungkin juga menyukai