Anda di halaman 1dari 40

PARTUS LAMA

DEFINISI

Disebut juga “distosia”  persalinan


abnormal/persalinan yang sulit/persalinan yg
lambat.

Persalinan yang berlangsung >24jam untuk


primigrivida dan > 18jam untuk multigravida.
Partus yg melebihi batas waktu partus normal :
 Fasa laten > 8jam
 Persalinan telah berlangsung 12jam atau lebih tapi
bayi blm lahir
 Dilatasi serviks di kanan garis waspada pada fase
aktif.
EPIDEMIOLOGI

Keadaan partus yg berlangsung lebih lama dari


normal  indikasi tersering untuk dilakukannya
tindakkan secsio sesaria (68%)
ETIOLOGI

Keadaan partus lama dapat disebabkan oleh


abnormalitas 3 P :
 Abnormalitas power (kontraksi uterus)
 Kelainan HIS
 Tidak adekuatnya ibu untuk mengejan
 Abnormalitas passage (jalan lahir)
 Bentuk,ukuran tulang panggul ibu
 Kelainan jar.lunak sal.reproduksi
 Abnormalitas passenger ( kelainan janin)
 Presentasi, posisi,perkembangan janin
ABNORMALITAS KEKUATAN MENDORONG (POWER)

Dilatasi serviks,pendorongan dan ekspulsi janin


dihasilkan oleh kontraksi uterus (HIS) dan
diperkuat selama Kala II oleh kerja otot2 volunter
dan involunter dinding abdomen untuk
mendorong.
 Inersia uteri / Hipotonic uterine contraction
 Primer
 Sekunder

 His terlampau kuat/hipertonic uterine


contrction/disfungsi uterus inkoordinat
ABNORMALITAS PASSAGE

Menghalangi kemajuan persalinan


 Disproporsi cephalopelvic (CPD) /fetopelvik
 Absolut : perbedaan ukuran tulang panggul dan kepala janin
halangi kelahiran pervaginam K.I pervaginam!
 Relatif : malposisi janin, ekstensi kepala halangi kelahiran.

- Panggul sempit relatif: jika konjugata


vera > 8,5 – 10 cm
- panggul sempit absolut: jika konjugata
vera < 8,5 cm
 PAP sempit
 Diameter anteriorposterior yg terpendek <10cm 
ukur konjugata diagnalisnya
 Diameter transversal yg paling besar <12cm
 Kepala berhenti pd PAPkekuatan uterus yg
dikeluarkan terfokus pd membran yg berkontak
dengan serviks yg sedang dilatasi  ruptur spontan
 Panggul tengah sempit
Kalau jumlah diameter interspinarum dan diameter
sagitalis posterior pelvis mencapai < 13,5 cm dan
diameter interspinarum <10 cm, dinding panggul
konvergen, dan sakrum lurus atau konveks.

 PBP
Bila arkus pubis <90derajat, atau sudut lancip.
ABNORMALITAS JANIN

Letak : defleksi
 Presentasi puncak kepala
 Presentasi wajah  kepala dalam keadaan
hiperekstensi  oksiput kontak dengan punggung
janin dan dagu  bag.terendah
 Presentasi dahi
 Letak : sungsang
 Letak : melintang
GEJALA KLINIS

Pada Ibu :
 Gelisah
 Letih, lesu
 Suhu badan, Nadi, RR meningkat
 Berkeringat >>
 Edema serviks, cairan ketuban berbau dan
tercampur mekonium
 Ruptur uteri
 Perdarahan, infeksi
Pada janin :
 DJJ cepat dan tidak teratur
 Asfiksia
 Air ketuban +mekonium
 Kematian janin ddalam kandungan
 Kematin janin intrapartum
DIAGNOSIS

KELAINAN KALA 1
 FASE LATEN MEMANJANG
 >20 jam pd primigrivid
 >14jam pd multigravida
 Terjadi krn : serviks blm matang pd awal persalinan, posisi
janin abnormal, his tidak adekuat
FASE AKTIF MEMANJANG
 Gg. Kecepatan dilatasi serviks
 Primi : <1,2cm/jam
 Multi : <1,5cm/jam
 Lambatnya penurunann
 Primi : <1cm/jam
 Multi : <2cm/jam
KELAINAN KARENA BERHENTI /MACET
(ARREST DISORDERS)
 Fase deselerasi yg memanjang
 Berhentinya dilatasi
 Berhentinya penurunan
 Kegagalan penurunan  tidak terjadi penurunn
pada kala II
KELAINAN KALA II MEMANJANG
 Tidak ada kemajuan penurunan presentasi kepala
setelah pembukaan lengkap
 Primi : 2jam-3jam
 Multi : 1-2jam
 Terjadi akibat kurang adekuatnya gaya
eksplusif/usaha mendorong oleh ibu.
>3jam  lakukan S.C
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pelvimetri radiologis
CT-scan
MRI
USG untuk lihat faktor janin
KOMPLIKASI
Pada ibu :
 Infeksi intrapartum
 Ruptura uteri
 Syok
 Atonia uteri
 Cedera otot2 dasar panggul
Pada janin :
 Asfiksia
 Trauma cerebri krn penekanan >>>
 Cedera karena tindakkan rotasi/forceps
 Infeksi
 Molase kepala janin
TATA LAKSANA

1. Pengelolaan Umum
 Nilai dengan segera keadaan umum ibu dan janin
(termasuk tanda vital dan hidrasinya)
 Kaji kembali partograf apakah pasien dalam
keadaan persalinan, nilai frekuensi dan lamanya
his.
 Perbaiki keadaan umum dengan dukungan emosi,
perubahan posisi, berikan cairan dan upayakan
buang air kecil.
 Berikan analgesia: tramadol atau petidin 25 mg IM
atau morfin 10 mg IM, jika pasien merasakan nyeri
yang sangat.
2. Pengelolaan khusus
 Persalinan palsu / belum inpartu (false labor)
 Periksa apakah ada infeksi saluran kemih atau ketuban pecah.
Jika didapatkan adanya infeksi obati secara adekuat.

Fase laten memanjang


 Jika fase laten lebih dari 8 jam dan tidak ada tanda-tanda
kemajuan , lakukan penilaian ulang terhadap serviks:

 Jika tidak ada perubahan pada pendataran atau pembukaan


serviks dan tidak ada gawat janin , mungkin pasien belum
inpartu.
 Jika ada kemajuan dalam pendataran atau
pembukaan serviks, lakukan amniotomi dan
induksi persalinan dengan oksitosin atau
prostaglandin, lakukan penilaian ulang setiap 4
jam, jika pasien tidak masuk fase aktif setelah
dilakukan pemberian oksitosin selama 8 jam ,
lakukan seksio sesarea.

Oksitosin 5unit dlm 500cc dextrose/Nacl mulai dgn


8 tetes/mnt  tiap 30mnt ditambah sampai max
40tetes/mnt
 Jika didapatkan tanda-tanda infeksi, lakukan
akselerasi persalinan dengan oksitosin, berikan
antibiotika kombinasi sampai persalinan: Ampisilin
2 gr I.V setiap 6 jam ditambah gentamisisn 5
mg/kgBB I.V setiap 24 jam.

 Jika terjadi persalinan pervaginum stop antibiotik


pasca persalinan, tetapi jika dilakukan seksio sesarea
lanjutkan antibiotik ditambah metronidazole 500
mg I.V setiap 8 jam
Fase aktif memanjang
 Jika tidak ada tanda-tanda disproporsi sefalopelvik atau
obstruksi dan ketuban masih utuh, pecahkan ketuban.

 Nilai his, jika his tidak adekuat pertimbangkan inersia


uteri. jika his adekuat pertimbangkan adanya
disproporsi, obstruksi, malposisi, atau malpresentasi.

 Lakukan penanganan umum yang akan memperbaiki


his dan mempercepat kemajuan persalinan.

Jika diagnosis disproporsi, lakukan seksio sesarea


Obstruksi
 Jika bayi hidup, pembukaan serviks sudah lengkap dan
penurunan kepala 1/5, lakukan ekstraksi vakum.

 Jika bayi hidup dengan pembukaan serviks belum lengkap


atau kepala bayi masih terlalu tinggi untuk eksrtaksi vakum,
lakukan seksio sesarea.

 Jika bayi mati, lakukan dengan kraniotomi atau embriotomi.


His tidak adekuat ( inersia uteri)
 Pecahkan ketuban dan lakukan akselerasi persalinan denga
oksitosin

 Evaluasi kemajuan prsalinan dengan pemeriksaan vaginal 2


jam setelah his adekuat, jika tidak ada kemajuan lakukan
seksio sesarea, tetapi jika ada kemajuan lanjutkan infus
oksitosin dan evaluasi setiap 2 jam.
Kala II memanjang
 Jika malpresentasi dan tanda – tanda obstruksi bisa
disingkirkan , berikan infus oksitosin.
 Jika tidak ada kemajuan penurunan kepala:
 jika kepala tidak lebih dari 1/5 diatas simphisis pubi, atau
bagian tulang kepala di stasion 0, lakukan ekstraksi vakum

 Jika kepala diantara 1/5 – 3/5 diatas simphisis pubis , atau


bagian tulang kepala antara stasion (0 )– (-2), lakukan ektraksi
vakum.

 Jika kepala lebih dari 3/5 diatas simphisis pubis, atau bagian
tulang kepala diatas stasion -2, lakukan seksiso sesarea.

Anda mungkin juga menyukai