Anda di halaman 1dari 40

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

REPUBLIK INDONESIA

POKOK POKOK PERATURAN


PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN
2018
Jakarta, 30 Oktober 2019

Oleh:
Ditta Chandra Putri
Biro Hukum, Persidangan, dan Humas
Kemenko Perekonomian

1
Kebijakan OSS Umum

2
PKE I-XV tidak maksimal karena masih terhambat perizinan
berusaha. Teridentifikasi >500 elemen data pemohon perizinan
3
dalam layanan publik di Indonesia
Seorang Warga/Badan Usaha Satu Lembaga Pemerintah
Kemenperin
harus menuju banyak harus melayani banyak Asosiasi
lembaga Pemerintah warga/badan usaha BKPM
KLH

Kehutanan
Kemendag

Kelurahan
ESDM

Bank

DPU

Bea Cukai
Pajak

PolPP
Loket
PTSP Kecamatan

“Rumit, Lama, Tidak Pasti, dan Boros”


3
Kebijakan Percepatan Pelaksanaan Berusaha
4

PEMBENTUKAN SATGAS K/L/P:


mengidentifikasi seluruh perizinan kegiatan sektor

TAHAP 1
mengawal dan menyelesaikan hambatan perizinan

Penerapan Sistem CHECKLIST di KEK, FTZ, Kawasan Industri,


KSPN* yang telah beroperasi
Penerapan DATA SHARING untuk perizinan

PERATURAN PRESIDEN REFORMASI REGULASI di Pusat dan Daerah


REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 91 TAHUN 2017 TAHAP 2
TENTANG Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara
PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA Elektronik (Sistem OSS)
Penyusunan Arsitektur
dan Peta Jalan Sistem OSS
Uji Coba Sistem & Pelaksanan
*) KSPN: Kawasan Strategis
Pariwisata Nasional Tahap II berjalan paralel dengan Tahap I
K E B I JA K A N P E M E R I N TA H U N T U K M E N D O RO N G P E M E R ATA A N
E KO N O M I DA N I K L I M I N V ESTA S I

OSS mengintegrasikan seluruh • Tax Holiday, Pengurangan PPh Badan


pelayanan perizinan berusaha yang 100% untuk industri pionir dengan
menjadi kewenangan jangka waktu tertentu
Menteri/Pimpinan Lembaga, Gubernur, • Penurunan tarif PPh Final UMKM
atau Bupati/Walikota yang dilakukan dari 1% menjadi 0,5%
melalui elektronik

ONLINE INSENTIF FISKALVOKASI


SINGLE SUBMISSION (OSS)
PENINGKATAN SDM
KEBIJAKAN MELALUI
PERDAGANGAN
• Program Pemagangan • Kebijakan menekan defisit neraca
• Link and Match Pendidikan Vokasi perdagangan melalui
dan dunia usaha, pengendalian impor dan B20
• Penerapan Standar Kompetensi • Upaya mendorong ekspor di
Kerja oleh LSP pasar-pasar Non-tradisional
• Peningkatan kelembagaan Indonesia seperti: Asia Selatan,
Pendidikan dan Pelatihan Vokasi Afrika dan Amerika Latin.

5
M E N D O RO N G I N V ESTA S I :
ONLINE SINGLE SUBMISSION (OSS)

OSS merupakan sistem yang mengintegrasikan seluruh pelayanan perizinan berusaha yang menjadi
kewenangan Menteri/Pimpinan Lembaga, Gubernur, atau Bupati/Walikota yang dilakukan melalui elektronik.

Prinsip Dasar
Perizinan terstandardisasi Terintegrasi dengan
(nasional dan/atau seluruh K/L/P
internasional)

1 2
Memastikan terpenuhinya aspek Menggunakan IT dan dapat diakses dan
Keselamatan, Kesehatan, Keamanan, dan 6 3 digunakan dengan mudah oleh seluruh
Lingkungan (K3L). masyarakat/pelaku usaha.
5 4

Pengawasan Kepercayaan kepada Pelaku


dibantu/dilakukan oleh Usaha untuk memenuhi standar
Profesi Bersertifikat. (melalui komitmen). 6
Sistem pelayanan online berbasis-web
Operasional Sistem OSS
Sistem OSS Launching 9 Juli 2018 melibatkan 25 K/L, 34
Provinsi, 514 Kab/Kota, 12 KEK, 4 FTZ, dan 87 Kawasan
Industri.

Konsep Perizinan melalui OSS Validasi data identitas pelaku usaha dalam tahap awal dilakukan
melalui konfirmasi ke sistem: Ditjen AHU, Ditjen Dukcapil, dan
Menggunakan satu portal nasional, Ditjen Pajak, Imigrasi.
satu identitas perizinan berusaha
(NIB), dan satu format izin berusaha
(Izin Usaha dan Izin Operasional sistem OSS didukung oleh sistem Ditjen AHU,
Operasional/Komersial); Ditjen Dukcapil, Ditjen Pajak, Ditjen Bea & Cukai, BKPM,
Kemendag, INSW, Kementan, dan Kemen. PUPR.
Perizinan Berusaha diterbitkan
berdasarkan Komitmen yang harus
dipenuhi oleh Pelaku Usaha; Operasional pelayanan berbantuan (OSS Lounge di Kemenko
Pemenuhan komitmen diselesaikan di Perekonomian) didukung oleh SDM BKPM
K/L dan/atau Pemda.
2 Weeks Kemenko Perekonomian secara regular (2x/minggu) melakukan
bimtek kepada pemda, K/L, pelaku usaha, notaris dan law firm.
Peran Notaris 8

BPJS
Imigrasi Kesehatan

BPJS
Ketenagakerjan
Peran Notaris :
SPIPISE Sebagai supporting atau
BKPM fasilitator pelaku usaha
Pelaku Usaha untuk meregistrasi
Dir. Dukcapil pendataan perusahaan ke
NIK dalam sistem OSS
INSW
Dir. Pajak
NPWP
AHU
ONLINE
SYNC
Notaris 8
Perubahan Bisnis Proses Perizinan Berusaha
9

PERIZINAN BERUSAHA PADA DAERAH YANG MEMILIKI RDTR ATAU KAWASAN (KEK, KI, FTZ)

Komitmen & Komitmen & Izin Komersial/


Pendaftaran Compliance Izin Usaha Compliance Operasional

• Pengesahan • Izin Lingkungan (UKL- • Izin Usaha • SNI Wajib (14 hari) • Izin Edar
Badan Usaha UPL) - (12 hari) Sektoral • SNI Sukarela (14 hari) (Pendaftaran):
• Pemenuhan Standar IMB (otomatis) • CPOB (35 hari)
• Nomor Induk  Pangan
Berusaha (NIB)** (Standar Komposit atau • SIUP (otomatis) • CPOTB (35 hari)  Obat
• NPWP per Bagian (SNI)) - (30 • CPAKB (5 hari)  Suplemen
• BPJS hari)  Kosmetika
• Izin Lokasi • Pemenuhan Standar SLF
 Obat Tradisional
• Fasilitas Fiskal* (3 hari)  Alat Kesehatan
• RPTKA* • Sertifikasi/ Lisensi

* Sesuai kebutuhan investor


** NIB berlaku sebagai TDP & API
Keterangan:
• Baru ada 40 Perda RDTR . UKL-UPL: Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup -Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
Perubahan Bisnis Proses Perizinan Berusaha
10

PERIZINAN BERUSAHA PADA DAERAH YANG BELUM MEMILIKI RDTR

Komitmen & Komitmen & Izin Komersial/


Pendaftaran Izin Lokasi Compliance Izin Usaha Compliance Operasional

• Pengesahan • Perizinan Lingkungan • Izin Usaha • SNI Wajib • Izin Edar


Badan Usaha (UKL-UPL/Amdal ) Sektoral • SNI Sukarela (Pendaftaran):
• Nomor Induk • Pemenuhan Standar (otomatis) • CPOB  Pangan
Berusaha IMB (Standar Komposit • SIUP • CPOTB  Obat
(NIB)** atau per Bagian (SNI)) (otomatis) • CPAKB  Suplemen
• NPWP • Pemenuhan Standar  Kosmetika
• BPJS SLF  Obat
• Izin Lokasi Tradisional
• Fasilitas  Alat Kesehatan
Fiskal* • Sertifikasi/ Lisensi
• RPTKA*

* Sesuai kebutuhan investor


** NIB berlaku sebagai TDP & API
Struktur Pengawalan OSS
11

 SATGAS Nasional bertanggung jawab terhadap


pemantauan proses perizinan berusaha dan
melaporkannya kepada Presiden.

 SATGAS Leading Sector wajib: (1) mengawal


dan membantu penyelesaian setiap perizinan
berusaha; (2) mengidentifikasi perizinan yang
perlu direformasi; (3) melaporkan kegiatan
berusaha dan permasalahannya kepada
SATGAS Nasional.

 SATGAS Provinsi, Kab/Kota adalah SATGAS


yang bertanggung jawab terhadap pelayanan
perizinan berusaha yang menjadi tanggung
jawabnya.

 SATGAS Pendukung adalah SATGAS yang


memberikan dukungan untuk penyelesaian
perizinan usaha sektor atau daerah.
Pokok-Pokok PP Nomor 24 Tahun 2018

12
Pelaksanaan Reformasi peraturan Perizinan Berusaha (Pasal 84-89) (2)
13
Pelaksanaan Reformasi Peraturan dan Perizinan Berusaha pada:

1 2 3 4 5 6 7

Ketenaga Kelautan Dan Obat dan


Pertanian LHK PUPR Kesehatan
listrikan Perikanan Makanan

8 9 10 11 12 13 14

Komunikasi & Keuangan Pariwisata Pendidikan dan


Perindustrian Perdagangan Perhubungan
Informatika Kebudayaan

15 16 17 18 19 20

Pendidikan Ketenaga Koperasi &


Keagamaan Kepolisian Nuklir
Tinggi Kerjaan UMKM
Pokok-Pokok PP Nomor 24 Tahun 2018
14

PP Nomor 24 Tahun 2018, mengatur ketentuan mengenai:

Jenis, pemohon, dan Pengaturan kembali Reformasi Perizinan Kelembagaan,


penerbit perizinan fungsi K/L/P pendanaan dan
sistem OSS

Insentif/disinsentif Penyelesaian Sanksi


OSS perizinan melalui
OSS
Pengelompokan Jenis Perizinan Berusaha
15

Pengelompokan Jenis Perizinan Berusaha :


1. Izin Usaha; dan
2. Izin Komersial atau Operasional.
Seluruh perizinan berusaha yang diatur
dalam peraturan perundang-undangan
sektor, dikelompokan sebagai Izin Usaha
atau Izin Komersial atau Operasional.

1
Pemohon Perizinan Berusaha (Pasal 6)
16

Siapa Pemohon Perizinan Berusaha (Pasal 6):


1. Pelaku Usaha Perseorangan.
2. Pelaku Usaha Non Perseorangan:
a. Perseroan Terbatas;
b. Perusahaan Umum;
c. Perusahaan Umum Daerah;
d. Badan Hukum Lainnya Yang Dimiliki Oleh Negara;
e. Badan Layanan Umum;
f. Lembaga Penyiaran;
g. Badan Usaha Yang Didirikan Oleh Yayasan;
h. Koperasi;
i. Persekutuan Komanditer (Commanditaire Vennootschap);
j. Persekutuan Firma (Venootschap Onder Firma);
k. Persekutuan Perdata

1
Penerbit Perizinan Berusaha (Pasal 18 & 19)
17

Siapa Penerbit Perizinan Berusaha (Pasal 18 & 19):


1. Perizinan Berusaha diterbitkan oleh menteri, pimpinan lembaga,
gubernur, atau bupati/wali kota sesuai kewenangannya yang
pelaksanaannya wajib dilakukan melalui Lembaga OSS.
2. Lembaga OSS berdasarkan ketentuan dalam PP Nomor 24 Tahun
2018 untuk dan atas nama menteri, pimpinan lembaga, gubernur,
bupati/wali kota menerbitkan Perizinan Berusaha.
3. Penerbitan Perizinan Berusaha oleh Lembaga OSS dilakukan dalam
bentuk Dokumen Elektronik yang disertai dengan Tanda Tangan
Elektronik.
4. Dokumen Elektronik berlaku sah dan mengikat berdasarkan hukum
serta merupakan alat bukti yang sah.

1
Pelaksanaan Perizinan (Pasal 20):
18

Lembaga OSS Pelaku Usaha melakukan K/L/D melakukan pengawasan


Pelaku Usaha menerbitikan Izin pemenuhan Komitmen Pelaku Usaha Lembaga OSS atas pemenuhan Komitmen Izin
melakukan Usaha dan penerbitan Izin Usaha dan melakukan fasilitasi Usaha dan pemenuhan
Pendaftaran Izin Komersial atau pemenuhan Komitmen pembayaran biaya Komitmen Izin Komersial atau
Operasional Izin Komersial atau Operasional dan pelaksanaannya
berdasarkan Komitmen Operasional oleh Pelaku Usaha

1. Pelaku Usaha melakukan Pendaftaran.


2. Lembaga OSS menerbitikan Izin Usaha dan penerbitan Izin Komersial atau Operasional berdasarkan Komitmen.
3. Pelaku Usaha melakukan pemenuhan Komitmen Izin Usaha dan pemenuhan Komitmen Izin Komersial atau
Operasional.
4. Pelaku Usaha melakukan pembayaran biaya (PNBP atau Pajak/Retribusi Daerah).
5. Lembaga OSS melakukan fasilitasi kepada Pelaku Usaha (terutama UMKM) untuk mendapatkan Perizinan
Berusaha melalui Sistem OSS.
6. Kementerian, Lembaga, Pemerintah Daerah melakukan pengawasan atas pemenuhan Komitmen Izin Usaha dan
pemenuhan Komitmen Izin Komersial atau Operasional, pembayaran, dan pelaksanaannya. 1
Pendaftaran
19

Pelaksanaan Pendaftaran pada Sistem OSS (Pasal 21 – 30):


1. Pendaftaran dilakukan dengan cara mengakses laman OSS dan
melakukan pengisian data yang diperlukan.
2. Lembaga OSS menerbitkan Nomor Induk Berusaha (NIB) yang
merupakan identitas berusaha dan digunakan oleh Pelaku
Usaha untuk mendapatkan Izin Usaha dan Izin Komersial atau
Operasional termasuk untuk pemenuhan persyaratan Izin
Usaha dan Izin Komersial atau Operasional.
3. NIB berlaku juga sebagai TDP, API, dan hak akses kepabeanan.
4. Pelaku Usaha yang telah mendapatkan NIB ssekaligus
terdaftar sebagai peserta jaminan sosial kesehatan dan
jaminan sosial ketenagakerjaan serta mendapatkan
pengesahan RPTKA ((dalam hal Pelaku Usaha akan
mempekerjakan tenaga kerja asing) serta mendapatkan
informasi mengenai fasilitas fiskal yang akan didapat.

1
Pendaftaran
20
Pelaksanaan Pendaftaran pada Sistem OSS (Pasal 21 – 30): Syarat Pendaftaran
1. Perorangan
a. Nama dan NIK
b. Alamat tempat tinggal
PENDAFTARAN c. Bidang usaha
d. Lokasi penanaman modal
e. Besaran rencana penanaman modal
f. Rencana penggunaan tenaga kerja
g. Nomor kontak usaha dan/atau kegiatan
h. Rencana permintaan faisilitas perpajakan, kepabeanan, dan/atau
fasilitas lainnya
i. NPWP pelaku usaha
2. Non Perorangan
a. Nama dan/atau nomor pengesahan akta pendirian atau nomor
pendaftaran badan usaha
b. Bidang usaha
c. Jenis penanaman modal
d. Besaran rencana penanaman modal
e. Rencana penggunaan tenaga kerja
f. Nomor kontak badan usaha
g. Rencana permintaan fasilitas perpajakan, kepabeanan, dan/atau
fasilitas lainnya
h. NPWP badan usaha
i. NIK penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
2
Penerbitan Izin Usaha (1)
21

Lembaga OSS menerbitkan Izin Usaha berdasarkan Komitmen (Pasal 31-38):

1 2 3 Kegiatan berusaha di KEK:


• Izin Lokasi  diberikan langsung
tanpa komitmen.
• Izin Lingkungan  Tidak
dipersyaratkan, hanya menyusun
RKL-RPL rinci berdasarkan RKL-RPL
Izin Lokasi, Izin Usaha Izin Usaha dan/atau Kawasan.
Izin Lokasi berlaku untuk Izin Komersial • IMB  tidak dipersyaratkan
Perairan, Izin seluruh BERLAKU setelah sepanjang telah ditetapkan
Lingkungan wilayah pelaku usaha pedoman bangunan (estate
dan/atau IMB Indonesia menyelesaikan regulation).
komitmen dan
melakukan
pembayaran
perizinan berusaha

2
Penerbitan Izin Usaha (2)
22

4. Pelaku Usaha yang telah a. pelaksanaan uji coba produksi


mendapatkan Izin Usaha dapat (commissioning); dan/atau
melakukan kegiatan: b. pelaksanaan produksi.
a. pengadaan tanah; 4. Pelaku Usaha yang telah
b. perubahan luas lahan; mendapatkan Izin Usaha namun
c. pembangunan bangunan belum menyelesaikan:
gedung dan pengoperasiannya; a. Amdal; dan/atau
d. pengadaan peralatan atau b. rencana teknis bangunan
sarana; gedung,
IT
e. pengadaan sumber daya belum dapat melakukan kegiatan
ERB manusia; pembangunan bangunan gedung.
T
f. penyelesaian sertifikasi atau
kelaikan;

2
Penerbitan Izin Komersial atau Operasional
23

Penerbitan Izin Komersial atau Operasional (Pasal 39-41):

Lembaga OSS menerbitkan Izin Lembaga OSS membatalkan Izin Komersial atau Operasional
Komersial atau Operasional Izin Usaha dan/atau Izin BERLAKU efektif setelah Pelaku
berdasarkan Komitmen untuk: Komersial atau Operasional Usaha menyelesaikan
a) standar, sertifikat, dan/atau yang sudah diterbitkan dalam Komitmen dan melakukan
lisensi; dan/atau hal Pelaku Usaha tidak pembayaran biaya Perizinan
b) pendaftaran barang/jasa,sesuai menyelesaikan pemenuhan Berusaha sesuai dengan
dengan jenis produk dan/atau Komitmen. ketentuan peraturan
jasa yang dikomersialkan oleh perundang-undangan
Pelaku Usaha melalui sistem
OSS.
2
Pembayaran Biaya Perizinan Berusaha (Pasal 77)
24

Pelaku Usaha wajib Melakukan Pembayaran (Pasal 77):


1. Segala biaya Perizinan Berusaha yang merupakan:
a. penerimaan negara bukan pajak;
b. bea masuk dan/atau bea keluar;
c. cukai; dan/atau
d. pajak daerah atau retribusi daerah,
wajib dibayar oleh Pelaku Usaha sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2. Biaya dibayarkan oleh Pelaku Usaha sebagai bagian dari pemenuhan
Komitmen.
3. Pelaku Usaha yang telah melakukan pembayaran biaya mengunggah
bukti pembayaran ke dalam sistem OSS.
4. Pelaksanaan pembayaran biaya dapat difasilitasi melalui sistem OSS.
5. Pelaku Usaha yang tidak melakukan kewajiban pembayaran biaya,
Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional yang telah diberikan
dinyatakan batal.
2
Pengawasan atas Pelaksanaan Perizinan Berusaha (Pasal 81-83):
25
Wajib dilakukan Pengawasan (Pasal 81-83):
1. Kementerian, lembaga, dan/atau Pemerintah Daerah wajib melakukan pengawasan atas:
a. pemenuhan Komitmen;
b. pemenuhan standar, sertifikasi, lisensi dan/atau pendaftaran; dan/atau
c. usaha dan/atau kegiatan,
2. Dalam hal hasil pengawasan ditemukan ketidaksesuaian atau penyimpangan,
kementerian, lembaga, dan/atau Pemerintah Daerah mengambil tindakan berupa:
a. peringatan;
b. penghentian sementara kegiatan berusaha;
c. pengenaan denda administratif; dan/atau
d. pencabutan Perizinan Berusaha,
3. Kementerian, lembaga, dan/atau Pemerintah Daerah dalam melakukan pengawasan
dapat bekerja sama dengan profesi sesuai dengan bidang pengawasan yang dilakukan
oleh kementerian, lembaga, dan/atau Pemerintah Daerah.
4. Menteri, pimpinan lembaga, gubernur dan/atau bupati/wali kota wajib melakukan
pengawasan terhadap aparatur sipil negara dalam pelaksanaan Perizinan Berusaha.
5. Aparatur sipil negara yang tidak melaksanakan tugas dan fungsinya dalam pelaksanaan
Perizinan Berusaha.
2
Pengawasan atas Pelaksanaan Perizinan Berusaha
26

Wajib dilakukan Pengawasan (Pasal 81-83):

Kementerian/Lembaga Pemerintah Daerah Tenaga Professional

Pemenuhan Komitmen
Pemenuhan standar, sertifikasi, lisensi dan/atau pendaftaran, usaha dan/atau kegiatan

Dalam hal hasil pengawasan ditemukan ketidaksesuaian atau penyimpangan, kementerian, lembaga, dan/atau Pemerintah
Daerah mengambil tindakan berupa:
a. peringatan;
b. penghentian sementara kegiatan berusaha;
c. pengenaan denda administratif; dan/atau
d. pencabutan Perizinan Berusaha,
2
Pelaksanaan Reformasi peraturan Perizinan Berusaha (Pasal 84-89)
(1) 27

1. Reformasi peraturan Perizinan Berusaha meliputi:


a. pengaturan kembali jenis perizinan, pendaftaran, rekomendasi,
persetujuan, penetapan, standar, sertifikasi, atau lisensi yang
melingkupi:
1) pengklasifikasian;
2) penghapusan;
3) penggabungan;
4) perubahan nomenklatur; atau
5) penyesuaian persyaratan.
b. penahapan untuk memperoleh perizinan; dan
c. pemberlakuan Komitmen pemenuhan persyaratan.

2. Pemberlakuan Komitmen pemenuhan persyaratan dilakukan untuk


melakukan usaha dan/atau kegiatan sesuai dengan Izin Usaha atau Izin
Komersial atau Operasional yang telah diterbitkan

2
Lanjutan …
28

1. Pelaksanaan Perizinan Berusaha yang belum masuk dalam


PP Nomor 24 Tahun 2018 dilaksanakan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan sektor
bersangkutan (c.q. khusus Sektor Pertambangan dan
Sektor Perbankan)

2. Menteri dan pimpinan lembaga menyusun dan


menetapkan standar Perizinan Berusaha di sektornya
masing-masing berupa Norma, Standar, Prosedur, Dan
Kriteria (NSPK).

3. Menteri, pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/wali


kota mencabut dan menyatakan tidak berlaku seluruh
peraturan dan/atau keputusan yang mengatur mengenai
NSPK Perizinan Berusaha yang menjadi kewenangannya,
yang tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah ini.
2
Lembaga Online Single Submission (Pasal 90-96):
29

1. Kementerian/lembaga, Pemerintah Daerah provinsi, dan


Pemerintah Daerah kabupaten/kota menggunakan sistem
OSS dalam rangka pemberian Perizinan Berusaha yang
menjadi kewenangannya masing-masing.
2. Penggunaan sistem OSS mengikuti standar integrasi sistem
OSS.
3. Sistem OSS dikelola oleh Lembaga OSS.
4. Lembaga OSS berwenang untuk:
a. menerbitkan Perizinan Berusaha melalui sistem OSS;
b. menetapkan kebijakan pelaksanaan Perizinan Berusaha
melalui sistem OSS;
c. menetapkan petunjuk pelaksanaan penerbitan Perizinan
Berusaha pada sistem OSS;
d. mengelola dan mengembangkan sistem OSS; dan
e. bekerja sama dengan pihak lain dalam pelaksanaan,
pengelolaan, dan pengembangan sistem OSS.
2
Transisi Pelaksanaan Sistem OSS (Pasal 105):
30

1. Dalam hal Lembaga OSS (c.q. BKPM) belum dapat


melaksanakan pelayanan Perizinan Berusaha dan
pengelolaan sistem OSS sebagaimana dimaksud
dalam Peraturan Pemerintah ini, pelayanan
Perizinan Berusaha dan pengelolaan sistem OSS
dimaksud dilaksanakan oleh Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian.

2. Pelayanan Perizinan Berusaha dan pengelolaan


sistem OSS dilaksanakaan sampai dengan
ditetapkannya pengalihan pengelolaan sistem
OSS kepada BKPM.

3
Penyelesaian Permasalahan
31
(Pasal 98-99)
1. Menteri, pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/wali kota wajib menyelesaikan hambatan dan permasalahan
dibidangnya dalam pelaksanaan Perizinan Berusaha melalui sistem OSS sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2. Dalam hal peraturan perundang-undangan belum mengatur atau tidak jelas mengatur kewenangan untuk penyelesaian
hambatan dan permasalahan dalam pelaksanaan sistem OSS, menteri, pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/wali
kota berwenang untuk menetapkan keputusan dan/atau melakukan tindakan yang diperlukan dalam rangka
penyelesaian hambatan dan permasalahan dimaksud sepanjang sesuai dengan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang
Baik.
3. Dalam hal terdapat laporan dan/atau pengaduan dari masyarakat kepada menteri, pimpinan lembaga, gubernur, atau
bupati/wali kota sebagai pelaksana sistem OSS atau kepada Kejaksaan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia
mengenai penyimpangan atau penyalahgunaan wewenang dalam pelaksanaan sistem OSS, penyelesaian dilakukan
dengan mendahulukan proses administrasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
administrasi pemerintahan.
4. Dalam hal laporan dan/atau pengaduan dari masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada
Kejaksaan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kejaksaan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia
meneruskan/menyampaikan laporan masyarakat tersebut kepada menteri, pimpinan lembaga, gubernur, atau
bupati/wali kota untuk dilakukan pemeriksaan 3
32

TERIMA KASIH
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
Pengenaan Sanksi (Pasal 100-101)
33
1. Gubernur dan bupati/wali kota yang tidak
memberikan pelayanan dan/atau menerbitkan
Izin Komersial atau Operasional sesuai OSS 1. Dalam hal gubernur dan bupati/wali kota
kepada Pelaku Usaha yang telah memenuhi tidak memberikan pelayanan dan/atau
persyaratan berdasarkan ketentuan Peraturan menerbitkan Izin Komersial atau Operasional
Pemerintah ini dan peraturan perundang- dan teguran tertulis telah disampaikan 2 kali
undangan terkait dikenai sanksi, berupa:teguran berturut-turut:
tertulis kepada:
a. Menteri Dalam Negeri mengambil alih
a. gubernur oleh menteri yang pemberian Izin Komersial atau Operasional
menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan gubernur dan
dalam negeri; dan melimpahkannya kepada Lembaga OSS;
b. bupati/wali kota oleh gubernur sebagai wakil atau
Pemerintah Pusat. b. gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat
mengambil alih pemberian Izin Komersial
2. Teguran tertulis diberikan sebanyak 2 kali atau Operasional yang menjadi
dengan jangka waktu masing-masing paling kewenangan bupati/wali kota dan
lama 2 Hari. melimpahkannya kepada Lembaga OSS.

2. Menteri, pimpinan lembaga, gubernur,


dan/atau bupati/ wali kota mengenakan
sanksi kepada pejabat yang tidak
memberikan pelayanan OSS sesuai standar
OSS sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang aparatur sipil
negara
Pemenuhan Komitmen Izin (1)
34

1. Izin Lokasi (Pasal 42-46):


a. Pelaku Usaha wajib menyampaikan permohonan pemenuhan Komitmen Izin Lokasi paling lama 10 Hari sejak
Lembaga OSS menerbitkan Izin Lokasi dengan menyampaikan persyaratan pertimbangan teknis pertanahan
kepada kantor pertanahan tempat lokasi usaha dan/atau kegiatan.
b. Pertimbangan teknis diberikan kantor pertanahan tempat lokasi usaha dan/atau kegiatan dalam jangka waktu paling
lama 10 Hari untuk selanjutnya disampaikan kepada Pemerintah Daerah kabupaten/kota tempat lokasi usaha
dan/atau kegiatan. Dalam hal kantor pertanahan tempat lokasi usaha tidak memberikan pertimbangan teknis dalam
jangka waktu tersebut pertimbangan teknis dianggap telah diberikan sesuai permohonan Pelaku Usaha.
c. Pemerintah Daerah kabupaten/kota tempat lokasi usaha dan/atau kegiatan dalam jangka waktu 2 Hari menyetujui
pemenuhan Komitmen Izin Lokasi, dalam hal kantor pertanahan memberikan persetujuan dalam pertimbangan
teknis atau lebih dari 10 Hari tidak memberikan pertimbangan teknis.
d. Pemerintah Daerah kabupaten/kota tempat lokasi usaha dan/atau kegiatan dalam jangka waktu 2 Hari menolak
pemenuhan Komitmen Izin Lokasi dalam hal kantor pertanahan memberikan penolakan dalam pertimbangan teknis.
e. Dalam hal kantor pertanahan dan/atau Pemerintah Daerah kabupaten/kota tempat lokasi usaha dan/atau kegiatan
memberikan penolakan, Izin Lokasi dinyatakan batal.
f. Dalam hal Pemerintah Daerah kabupaten/kota tidak memberikan persetujuan dalam jangka waktu tersebut Izin
Lokasi yang diterbitkan oleh Lembaga OSS efektif berlaku
3
Pemenuhan Komitmen Izin (2)
35

2. Izin Lokasi Perairan (Pasal 47-49):


a. Izin Lokasi Perairan diberikan kepada Pelaku Usaha yang melakukan kegiatan di sebagian perairan di wilayah
pesisir dan/atau pulau-pulau kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang mengenai pengelolaan wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil.
b. Pelaku Usaha wajib menyampaikan permohonan pemenuhan Komitmen Izin Lokasi Perairan di wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil paling lama 10 Hari sejak Lembaga OSS menerbitkan Izin Lokasi.
c. Pemenuhan Komitmen dilakukan oleh Pelaku Usaha melalui Lembaga OSS dengan menyampaikan persyaratan Izin
Lokasi Perairan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil kepada Menteri Kelautan dan Perikanan atau pemerintah
daerah sesuai kewenangan masing-masing.
d. Menteri Kelautan dan Perikanan atau Pemerintah Daerah dalam jangka waktu paling lama 10 Hari menyetujui atau
menolak pemenuhan Komitmen Izin Lokasi Perairan.
e. Dalam hal Menteri Kelautan dan Perikanan atau Pemerintah Daerah memberikan penolakan, Izin Lokasi Perairan
dinyatakan batal.
f. Dalam hal Menteri Kelautan dan Perikanan atau Pemerintah Daerah tidak memberikan persetujuan atau penolakan
dalam jangka waktu tersebut Izin Lokasi perairan yang diterbitkan oleh Lembaga OSS efektif berlaku.

3
Pemenuhan Komitmen Izin (3)
36

3. Izin Lingkungan (Pasal 50-71):


a. Pelaku Usaha wajib memenuhi Komitmen Izin Lingkungan yang telah diterbitkan oleh Lembaga OSS dengan
melengkapi UKL UPL atau dokumen Amdal.
b. UKL-UPL:
1) Pelaku Usaha wajib melengkapi UKL-UPL sesuai formulir UKL-UPL.
2) Pelaku Usaha melalui Lembaga OSS mengajukan UKL-UPL paling lama 10 Hari sejak Lembaga OSS
menerbitkan Izin Lingkungan.
3) Pemeriksaan atas UKL-UPL paling lama 5 Hari sejak disampaikan oleh Pelaku Usaha.
4) Dalam hal hasil pemeriksaan tidak terdapat perbaikan UKL-UPL, ditetapkan persetujuan rekomendasi UKL-UPL
dan menyampaikannya kepada Pelaku Usaha melalui sistem OSS.
5) Dalam hal hasil pemeriksaan terdapat perbaikan UKL-UPL, Pelaku Usaha wajib melakukan perbaikan UKL-UPL
paling lama 5 Hari sejak diterimanya hasil pemeriksaan.
6) Berdasarkan perbaikan UKL-UPL ditetapkan persetujuan rekomendasi UKL-UPL dan menyampaikannya kepada
Pelaku Usaha melalui OSS.
7) Penetapan persetujuan rekomendasi UKL-UPL merupakan pemenuhan Komitmen Izin Lingkungan.

3
Pemenuhan Komitmen Izin (4)
37

c. Dokumen Amdal
1) Pelaku Usaha wajib melengkapi dokumen Amdal.
2) Penyusunan dokumen Amdal harus dimulai dilakukan paling lama 30 Hari sejak Lembaga OSS menerbitkan Izin
Lingkungan.
3) Dokumen Amdal dilakukan melalui kegiatan:
a) penyusunan Andal dan RKL-RPL;
b) penilaian Amdal dan RKL-RPL; dan
c) keputusan kelayakan
4) Penyusunan Andal dan RKL-RPL berdasarkan formulir kerangka acuan.
5) Jangka waktu, penyampaian rekomendasi hasil penilaian Andal dan RKL-RPL, penilaian akhir serta penyampaian
hasil penilaian akhir, dan penetapan keputusan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup diatur dalam
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Kembali
3
Pemenuhan Komitmen Izin (5)
38

d. Penyusunan dokumen Amdal atau UKL-UPL sekaligus dilakukan dengan penyusunan Andal Lalin
Pembangunan pusat kegiatan, permukiman, dan infrastruktur yang akan menimbulkan gangguan keamanan,
keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan.
e. Izin di bidang pengelolaan lingkungan hidup tersebut diintegrasikan ke dalam Izin Lingkungan
Pelaku Usaha dalam memerlukan izin di bidang pengelolaan lingkungan hidup untuk kegiatan:
1) menghasilkan, mengangkut, mengedarkan, menyimpan, memanfaatkan, membuang, mengolah, dan/atau
menimbun bahan berbahaya dan beracun, penyusunan dokumen Amdal dilakukan termasuk pengelolaan limbah
bahan berbahaya dan beracun;
2) pembuangan air limbah ke laut;
3) pembuangan air limbah ke sumber air; dan/atau
4) memanfaatkan air limbah untuk aplikasi ke tanah,

3
Pemenuhan Komitmen Izin (6)
39

4. IMB dan SLF (Pasal 72-76):


a. Pelaku Usaha melalui Lembaga OSS mengajukan penyelesaian IMB paling lama 30 Hari sejak Lembaga OSS
menerbitkan IMB.
b. Dalam hal IMB memerlukan penyelesaian dokumen Amdal, Pelaku Usaha mengajukan penyelesaian IMB paling
lama 30 (tiga puluh) Hari sejak Komitmen Amdal dipenuhi.
c. Pemenuhan Komitmen IMB dilakukan oleh Pelaku Usaha dengan melengkapi:
1) tanda bukti status kepemilikan hak atas tanah atau tanda bukti perjanjian pemanfaatan tanah;
2) data pemilik bangunan gedung; dan
3) rencana teknis bangunan gedung.
d. Pemerintah Daerah kabupaten/kota menyampaikan surat keterangan rencana kabupaten/kota dalam bentuk digital
ke Lembaga OSS dan Surat keterangan rencana kabupaten/kota tersebut menjadi dasar penyusunan rencana
teknis bangunan gedung untuk kegiatan berusaha.
e. Dalam rangka pengoperasian bangunan gedung pemilik bangunan gedung wajib memiliki sertifikat laik fungsi.
f. Sertifikat laik diterbitkan oleh Lembaga OSS berdasarkan hasil pemeriksaan kelaikan fungsi bangunan gedung oleh
profesi ahli bangunan gedung bersertifikat paling lama 3 (tiga) Hari

3
PENYELESAIAN: Ketidaksesuaian KBLI Pada Sistem OSS dan Sistem SABH Ditjen AHU

• Ketidaksesuaian terjadi karena Sistem OSS menggunakan KBLI 2017


sedangkan SABH menggunakan KBLI sebelum KBLI 2017.

• KBLI merupakan klasifikasi rujukan yang digunakan untuk


mengklasifikasikan aktifitas/kegiatan ekonomi Indonesia dalam
beberapa lapangan usaha/bidang usaha yang dibedakan
berdasarkan jenis kegiatan ekonomi yang menghasilkan
produk/output baik berupa barang maupun jasa yang dikeluarkan
oleh BPS.

• Solusi: Lembaga OSS akan tetap menerbitkan NIB bagi PT yang


belum menggunakan KBLI 2017 dengan catatan bahwa PT tersebut
dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak terdaftar wajib
menyesuaikan maksud dan tujuan serta kegiatan usahanya sesuai
KBLI 2017 melalui SABH Ditjen AHU sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Anda mungkin juga menyukai