Anda di halaman 1dari 18

IMPLIKASI DITERAPKANNYA KEBIJAKAN PENINGKATAN

NILAI TAMBAH MINERAL MELALUI KEGIATAN PENGOLAHAN


DAN PEMURNIAN MINERAL DI DALAM NEGERI
SEMINAR INDUSTRI

Oleh :
Arif Pambudi
712217222
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN S1
DEPARTEMEN TEKNIK
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
YOGYAKARTA 30 FREE AT
NOV ENT
2019 KAMPUS
2019 RY ITNY
1

• Latar Belakang
Icon
• Rumusan Masalah
• Batasan Masalah
• Tujuan Penelitian
Latar Belakang

Penerbitan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia
Nomor 1 tahun 2014 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Peng
olahan dan Pemurnian Mineral di Dalam Negeri sebagai pelaksanaan dari Undang-Und
ang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. & Permen ESD
M No 25 tahun 2018 tentang Pengusahaan Pertambangan Mineral dan Batubara sebag
ai regulasi terbaru.
Membawa efek domino bagi kegiatan pertambangan. Sehingga ketika ada kebijaka
n pertambangan yang mewajibakan perusahan tambang untuk melakukan pemurnian
dan pengolahan hasil tambang di dalam negeri. Menimbulkan kerugian dalam berbaga
i aspek, baik kerugian Negara maupun kerugian bagi masyarakat. Disinilah pentingnya
pembahasan mengenai Implikasi Diterapkannya Kebijakan Peningkatan Nilai Tambah
Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan Dan Pemurnian Mineral Di Dalam Negeri.

3
Rumusan Masalah

1. Implikasi akibat ditetapkannya Reg 2. Dampak yang terjadi bagi masyara


ulasi Terkait Kebijakan Peningkata kat serta pemegang IUP dan IUPK
n Nilai Tambah Mineral didalam N pertambangan atas berlakunya Re
egeri. gulasi Terkait Kebijakan Peningkat
an Nilai Tambah Mineral tersebut.

4
Batasan Masalah
4 columns

1. Hanya membahas mengenai permasalaha 3. Tidak membahas mengenai tingkatan nilai


n yang timbul akibat ditetapkannya Regula dalam kadar pemurnian mineral tersebut.
si Terkait Kebijakan Peningkatan Nilai Tam
bah Mineral didalam Negeri.

2. Hanya membahas mengenai peningkatan 4. Tidak membahas mengenai sanki bagi yan
nilai tambah mineral logam saja. g tidak mematuhi Regulasi Terkait Kebijaka
n Peningkatan Nilai Tambah Mineral didala
m Negeri tersebut.

5
Tujuan Penulisan

1. Mengetahui solusi atas diterapkan 2. Mengetahui Strategi dan Jalan Kelu


nya Regulasi Terkait Kebijakan Pen ar bagi pemegang IUP dan IUPK pe
ingkatan Nilai Tambah Mineral did rtambangan atas berlakunya Regul
alam Negeri. asi Terkait Kebijakan Peningkatan
Nilai Tambah Mineral tersebut.

6
2

Icon

Dasar Teori
1 UU No. 4 Tahun 2009
Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
Peraturan Pemerintah (PP) No 23 tah
2 un 2010
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara

Dasar 3 PP No 24 tahun 2012


Pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan Mineral dan Batubara

Hukum
4 Permen ESDM No 11 tahun 2012
Peningkatan Nilai Tambah Mineral melalui kegiatan Pengelolaan dan Pemurnia
n

5 Permen ESDM No 05 tahun 2017


Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan P
emurnian Mineral di Dalam Negeri

6 Permen ESDM No 25 tahun 2018


Pengusahaan Pertambangan Mineral dan Batubara

8
Regulasi yang Mewajibkan Peningkatan Nilai Tambah Mineral Logam
Di Indonesia

9
Peningkatan Nilai Tambah Mineral

Pengertian nilai tambah yang umum dikenal pada kalangan yang menggunakan para
meter ekonomi sebagai acuan, adalah perbedaan antara nilai output dan nilai input atau
peningkatan harga material yang dihasilkan dari proses pengolahan mineral dan logam
persatuan berat logam/mineral.
Regulasi terkait kebijakan mengenai peningkatan nilai tambah mineral didalam negeri
ini merupakan regulasi yang mengatur mengenai penghiliran hasil tambang berupa min
eral dan batubara serta melarang ekspor bahan mentah atau konsentrat yang dimulai p
ada tahun 2014. Regulasi ini juga mengamanahkan agar dilakukannya pembangunan sm
elter sehingga produksi tambang dalam negeri dapat diproses sebelum diekspor.

10
3

Icon

Pembahasan
Implikasi Akibat Diterapkannya Regulasi Terkait Kebijakan
Peningkatan Nilai Tambah Mineral didalam Negeri.
1. Perusahaan yang tidak mampu dalam pembangunan fasilitas smelter

Terlalu tingginya biaya pe Pembebasan lahan ya Ketersediaan listrik Birokrasi dan tata rua
mbangunan Smelter ng tidak mudah ng
.Kementrian Perindustrian Rep Akibat kebutuhan terhadap lah Infrastruktur listrik di daerah ya Perizinan yang rumit, pembeba
ublik Indonesia menyatakan dal an yang tinggi mengakibatkan h ng memiliki potensi tambang s san lahan, hingga tumpang tind
am pembangunan fasilitas smel arga lahan tempat bakal dibang ering memiliki rasio elektrifikasi ih peraturan menjadi penghala
ter pada bahan galian mineral l unnya fasilitas smelter akan mel rendah, seperti Sumatera Selat ng utama.
ogam bauksit saja dibutuhkan onjak naik. an sebesar 72%, Kalimantan Te
dana total sebesar US$ 6,2 mili ngah 67%, Kalimantan Selatan
ar. 75%, dan Papua 29,25%
12
Implikasi Akibat Diterapkannya Regulasi Terkait Kebijakan
Peningkatan Nilai Tambah Mineral didalam Negeri.
2. Perusahaan yang mampu dalam pembangunan fasilitas smelter

• Waktu pembangunan fasilita


s smelter yang lama
Yang mana dalam pemban
gunan fasilitas pengolahan ters
ebut memakan waktu kurang l
ebih 5 tahun.

13
Dampak Yang Terjadi Bagi Masyarakat Serta Pemegang IUP Dan IUPK
Pertambangan
1. Dampak Positif

Penambahan nilai ju Menambah tenaga k Terkontrolnya ekspo


al mineral erja r mineral

2. Dampak Negatif
Berkurangnya pendapata
Penutupan perusah Pemutusan hubunga n pemerintah daerah dan
aan tambang n kerja multiplier effect

14
Strategi dan Jalan Keluar atas
Berlakunya Regulasi Terkait K
ebijakan Peningkatan Nilai Ta
mbah
1. Bagi Perusahaan pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK
Operasi Produksi. Dapat melakukan kerjasama dalam hal pe
ngolahan dan pemurnian mineral logam dengan pemegang :
 IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan dan pe
murnian.
 IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi lainny
a yang membangun fasilitas Pengolahan dan/atau Pemu
rnian.
2. Bagi Perusahaan pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK
Operasi Produksi mineral. Dalam melakukan peningkatan nil
ai tambah dapat melakukan kerja sama berupa :
 Mengolah dan memurnikan pada fasilitas pengolahan ya
ng telah dibangun bersama.
 Jual beli Bijih (ore), Konsentrat, atau Produk Samping, ata
u sisa hasil Pengolahan dan/atau Pemurnian.
15
1. Regulasi terkait kebijakan mengenai peningkatan nilai tambah mineral
didalam negeri ini merupakan regulasi yang mengatur mengenai
penghiliran hasil tambang berupa mineral dan batubara serta melarang
ekspor bahan mentah.
2. Regulasi ini juga mengamanahkan agar dilakukannya pembangunan
smelter sehingga produksi tambang dalam negeri dapat diproses sebelum
diekspor.
3. Implikasi yang terjadi akibat diterapkannya Regulasi mengenai
peningkatan nilai tambah adalah :
a. Perusahaan yang tidak mampu dalam pembangunan fasilitas smelter.
1) Terlalu tingginya biaya pembangunan Smelter
2) Pembebasan lahan yang tidak mudah
3) Ketersediaan listrik

Kesimpulan 4) Birokrasi dan tata ruang


b. Perusahaan yang mampu dalam pembangunan fasilitas smelter yaitu
: Waktu pembangunan fasilitas smelter yang lama
4. Dampak fositif diterapkannya Regulasi Terkait Kebijakan Peningkatan
Nilai Tambah Mineral antara lain adalah :
a. Penambahan nilai jual mineral
b. Menambah tenaga kerja
c. Terkontrolnya ekspor mineral
5. Dampak Negatif diterapkannya Regulasi Terkait Kebijakan Peningkatan
Nilai Tambah Mineral antara lain adalah :
a. Penutupan perusahaan tambang
b. Pemutusan hubungan kerja
c. Berkurangnya pendapatan pemerintah daerah dan multiplier effect
16
Adapun saran yang dapat penyusun berikan adalah sebagai berikut :
1. Bagi Perusahaan pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi
Produksi. Dapat melakukan kerjasama dalam hal pengolahan dan
pemurnian mineral logam dengan pemegang IUP Operasi Produksi
khusus untuk pengolahan dan pemurnian. Dan IUP Operasi Produksi
atau IUPK Operasi Produksi lainnya yang membangun fasilitas
Pengolahan dan/atau Pemurnian.
2. Perlu dukungan fasilitas dari pemerintah mengenai penetapan regulasi

Saran peningkatan nilai tambah mineral yaitu kemudahan perizinan dan


birokrasi bagi para pelaku usaha Smelter untuk dapat segera
menyelesaikan progres kesiapan pembangunan pengolahan dan
pemurnian tambang dan mineral.
3. Perlu dukungan pemerintah dalam pengadaan fasilitas penunjang,
berupa pembangunan fasilitas listrik, perbaikan jalan dan pelabuhan.
Agar para pemegang IUP dan IUPK tidak terkendala lagi dalam
pengolahan fasilitas smelter.

17
Terima Kasih

18

Anda mungkin juga menyukai