Anda di halaman 1dari 37

INTERAKSI OBAT

CHRISTIN PISTAR SITORUS 17-044


BRIAN KENNETH DJOKO 17-224
MISBAR ELIANS MANDALA 18-049
TONGGO MARIA N 19-052
M.ZULFIKAR.HR 19-119
PENDAHULUAN INTERAKSI OBAT
INTERAKSI OBAT
• Interaksi obat merupakan faktor yang mempengaruhi respon tubuh terhdap
pengobatan
• Interaksi obat dapat bersifat menguntungkan dan merugikan
INTERAKSI YANG BERSIFAT
MENGUNTUNGKAN
• Meningkatkan efektivitas dalam terapi
• Meningkatkan efektivitas dam mengurangi efek samping
• Memperlambat timbulnya resistensi kuman terhadap obat
• Memperlambat timbulnya resistensi virus terhadap obat
INTERAKSI OBAT

• Polifarmasi  meningkatkan toksisitas dan atau mengurangi efektivitas


obat yang berinteraksi  terutama menyangkut obat dengan batas
keamanan yang sempit (indeks terapi yang rendah)
ADA BEBERAPA ALASAN SULITNYA
MEMPERKIRAKAN INSIDENS INTERAKSI OBAT
YANG PENTING DALAM KLINIK, YAITU:
• Dokumentasinya masih sangat kurang
• Seringkali lolos dari pengamatan  kurangnya pengetahuan para
dokter akan mekanisme obat tersebut
• Kejadian / keparahan interaksi yang dipengaruhi oleh beberapa
kondisi, seperti:
1. Variasi individual
2. Penyakit tertentu
3. Faktor-faktor lain
MEKANISME INTERAKSI OBAT

Secara garis besar dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:


1. Interaksi farmaseutik atau inkompatibilitas
2. Interaksi farmakokinetik
3. Interaksi farmakodinamik
INKOMPATIBILITAS

• Terjadi di luar tubuh (sebelum obat diberikan) antara obat


yang tidak dapat dicampur (inkompatibel)  interkasi
langsung secara fisik atau kimiawi  endapan, perubahan
warna atau mungkin bisa tidak terlihat  inaktivasi obat

• Untuk seorang dokter, inkompatibilitas yang penting:


1. Interaksi antar obat suntik
2. Antara obat suntik dengan cairan infus
INTERAKSI FARMAKOKINETIK

Interaksi farmakokinetik terjadi jika salah satu obat mempengaruhi absorpsi, distribusi,
metabolisme atau ekskresi obat kedua  kadar plasma obat kedua meningkat atau
menurun  peningkatan toksisitas atau penurunan efektivitas obat tsb
INTERAKSI TAHAP ABSORPSI

• Interaksi langsung
• fisik/kimiawi  pembentukan kelat  obat tidak dapat diabsorpsi
• tetrasiklin, dengan :
• Ca2+ dalam susu, Fe2+ dalam tablet besi

• Perubahan pH sal. cerna


• antasid dengan :
• aspirin (NSAID, sifat asam)  suasana basa (karena antasid)  disosiasi cepat  absorpsi obat 
• tetrasiklin (sifat basa)  suasana basa (karena antasid)  disosiasi lambat  absorpsi lambat 
• Perubahan motilitas sal. cerna (waktu pengosongan lambung)
• cepat (metoklopramid)  absorpsi obat lain 
• lambat (antihistamin, antikolinergik, antasid, analgetika narkotika)  absorpsi obat lain 
• pengaruhi kecepatan absorpsi, tanpa pengaruhi jumlah obat yang diabsorpsi  Tmax
berubah
• Perubahan flora usus :
• sintesis vit K
• aktifkan antibiotika tertentu (sulfa)
• metabolisme obat (levodopa)
• hidrolisis glukoronida yang diekskresi melalui empedu (kontrasepsi oral)

• antibiotika berspektrum luas (tetrasiklin, kloramfenikol, ampisilin, sulfonamid) 


supresi flora normal usus  4 proses di atas terganggu : perdarahan , sulfasalazin
, levodopa , kontrasepsi oral 
• Kompetisi untuk absorpsi aktif
• levodopa dengan fenilalanin (dari diet tinggi protein)  akan saling berkompetisi untuk
diabsorpsi  dan sebaliknya
DISTRIBUSI
INTERAKSI TAHAP DISTRIBUSI
15

• Interaksi dalam ikatan dengan protein plasma


• bahaya jika obat yang digeser bersifat :
• ikatan kuat dengan protein plasma, dengan volume
distribusi kecil  kadar obat bebas naik 2-3x
• batas keamanan sempit  kadar toksik
• onset cepat  efek samping serius  antikoagulan oral,
antidiabetik oral
• eliminasi obat cepat jenuh  akumulasi obat
INTERAKSI TAHAP DISTRIBUSI
16

• Interaksi dalam ikatan dengan protein plasma


• obat menggeser ikatan protein plasma dengan obat lain  sulfonamid
menggeser bilirubin tak terkonjugasi  bilirubin bebas   masuk otak 
kern-ikterus

• Interaksi dalam ikatan jaringan


• digoksin dengan kuinidin  kompetisi untuk terikat jaringan  toksisitas
digoksin
INTERAKSI DALAM METABOLISME

1. Hambatan Metabolisme
2. Induksi Enzim Metabolisme
3. Perubahan Aliran Darah Hepat (=QH)
4. Gangguan Ekskresi Empedu dan Sirkulasi Enterohepatik
METABOLISME

1. Hambatan Metabolisme
Substrat Penghambat Efek
(1) CYP3A4
• Terfenadin, astemizol, Ketokonazol, itrakonazol, ↑kadar substrat →↑internal
cisaprid (Tidak : eritromisin, klaritromisin Qtc
feksofenadin, loratadine (Tidak: azitromisin) →aritmia ventrikel
(torsades de pointes)
→fatal →kontraindikasi
• Siklosporin Ketokonazl, itrakonazol, ↑kadar siklosporin→↓dosis
eritromisin, klaritromisin, subrat
diltiazem, verapamil
• Sakuinavir Ritonavir ↑kadarsakuinavir →↓dosis
subrat
• Triazolam Ketokonazol ↑kadar trizolam →sedasi
hebat
• Midazolam Eritromisin, ketoknazol, ↑kadar midazolam → sedasi
itrakonazol, diltiazem, yang lama dan dalam
verapamil
1. Hambatan Metabolisme
Substrat Penghambat Efek
(1) CYP3A4
• Felodipin, sakuinavir, Jus Grapefruit (hanya ↑bioavailabilitas subsrat
siklosporin CYP3A4 di usus, hambatan (↓eliminasi lintas pertama)
ireversibel →sampai
beberapa hari
• Atorvastatin, Ketokonazol, itrakonazol, ↑kadar substrat →miopati
simvastatin, lovastatin eritromisin, klaritromisin, (myositis dan rabdomiolisis)
diltiazem, verapamil
(2) CYP2D6
• Desipramin Paroksetin, fluoksetin ↑kadar desipramin – 5 kali
• Metropolol Kuinidin ↑kadar metoprolol
→bradikardia hebat
(3) CYP2C9
• S-warfarin Fenilbutazon, metrodinazol ↑kadar S-warfarin
→perdarahan
• Fluvastatin Ketokonazol, flukonazol ↑kadar substrat →miopati
• Fenitoin Simetidin ↑kadar fenitoin
1. Hambatan Metabolisme
Substrat Penghambat Efek
(CYP2C19)
• Diazepam, nitrazepam Simetidin Kadar substrat ↑
(CYP1A2)
• Teofilin Simetidin Kadar teofilin↑
(Glukuronil trasferase)
• Simvastatin, atorvastatin, Gemfibrozil Kadar statin
lovastatin ↑→rabdomiolisis
→kontraindikasi
(Xantin oksidase)
• Merkaptopurin, Alopurinol Kadar substrat ↑→↓dosis
azatioprin subtract
(Kolineterase)
• Suksinikolin Piridostigmin, takrin Kadar suksinikolin
↑→paralisis otot yang lama
2. Induksi Metabolisme / transporter
Substrat Penghambat Efek
(CYP3A4/5)
• Estradiol Rifampisin, ↓kadar estradiol →↓efektivitas kontrasepsi oral
deksametason
• Siklosporin Rifampisin ↓kadar siklosporin →↓efektivitasimunospuresi

• Midazolam, St. John’s wort ↓kadar substrat


indinavir
(CYP2E1)
• Parasetamol Etanol, INH Metabolit reaktif dari parasetamol ↑→risiko
hepatotoksisitas akibat parasetamol ↑
(CYP1A2)
• Teofilin Merokok, Perlu dosis teofilin yang lebih tinggi
Fenobarbital
(CYP2C9)
• S-warfarin Fenobarbital, ↓kadar warfarin →perlu ↑dosis
fenitoin, Stop penginduksi perlu ↓dosis
rifampisin
2. Induksi Metabolisme / transporter
Substrat Penghambat Efek
(P-glikoprotein)
• Digoksin St. John’s wort ↓kadar digoksin

• Siklosporin Rifampisin ↓kadar siklosporin

3. Perubahan Aliran Darah Hepar


Obat A Obat B Efek
• Obat-obat dengan Propanolol Obat B menurunkan curah jantung dan
eliminasi hepat (EH) menyebabkan vasokonstriksi
tinggi, lidokain, →QH ↓→klirens hepar (CLH) obat A ↓
propranolol nitrogliserin,
morfin, dll
• Obat-obat dengan EH Isoproterenol Obat B merupakan vasodilator
tinggi: lodikain, , nifedipine →QH ↓→klirens hepar (CLH) obat A ↓
propranolol,
nitrogliserin, morfin, dll
4. Gangguan ekskresi empedu dan sirkulasi enterohepatik
Substrat Penghambat Efek
(1) P-glikoprotein
• Pravastatin, rosuvastatin Siklosporin ↓ekskresi statin melalui empedu →↑kadar
statin →miopati (myositis dan
rabdomiolisis)
(2) MRP
• Rifampisin Probenesid ↓ekskresi rifampisin dalam empedu
(3) Sirkulasi enterohepatic
• Estrogen dalam Antibiotol Antibiotik ↓flora usus →↓hidrolisis
kontrasepsi oral spektrum konjugat estrogen menjadi estrogen
luas →↓reabsorpsi
• Idem Kolestiramin Kolestiramin mengikat estrogen yang
bebas →↓reabsorpsi
EKSKRESI GINJAL

1. Gangguan ekskresi ginjal akibat kerusakan ginjal oleh obat


Obat A Obat B Efek
Obat A merusak ginjal →akumulasi obat B yang di eliminasi terutama melalui ginjal
→efek toksik obat B ↑
• Aminoglikosida, Digoksin ↑kadar digoksin →efek toksik
siklosporin
• Amfoterisin B Flusitosin ↑kadar flusitosin →depresi sumsum tulang
• Amniglikosida AINS, Sinergisme dalam menimbulkan kerusakan
amfoterisin ginjal
B
EKSKRESI GINJAL

2. Kompetisi untuk sekresi aktif di tubulus ginjal


Obat A Obat B Efek
(1) MRP
• Penisilin, sefalosporin Probenesid ↓klirens penisilin →kerja penisilin menjadi
Panjang
• Metotreksat Probenesid ↑kadar metotreksat →toksisitas hebat
salisilat, (juga akibat kerusakan ginjal oleh AINS)
fenilbutazon
• Probenesid, Salisilat ↑kerja urikosurik dari substrat
sulfinpirazon
(2) P-glikoprotein
• Prokainamid Simetidin, ↓klirens prokainamid
ranitidine
(Tidak :
famotidine)
• Digoksin Kuinidin, ↓sekresi digoksin di tubulus ginjal (dan
amiodaron, ↑absorpsi di usus halus)
verapamil
EKSKRESI GINJAL

2. Kompetisi untuk sekresi aktif di tubulus ginjal


Obat A Obat B Efek
(1) MRP
• Penisilin, sefalosporin Probenesid ↓klirens penisilin →kerja penisilin menjadi
Panjang
• Metotreksat Probenesid ↑kadar metotreksat →toksisitas hebat
salisilat, (juga akibat kerusakan ginjal oleh AINS)
fenilbutazon
• Probenesid, Salisilat ↑kerja urikosurik dari substrat
sulfinpirazon
(2) P-glikoprotein
• Prokainamid Simetidin, ↓klirens prokainamid
ranitidine
(Tidak :
famotidine)
• Digoksin Kuinidin, ↓sekresi digoksin di tubulus ginjal (dan
amiodaron, ↑absorpsi di usus halus)
verapamil
INTERAKSI
FARMAKODINAMIK
Interaksi antara Terjadi efek aditif,
obat yang bekerja sinergistik, atau
Dapat diramalkan
pada sistem antagonistik tanpa
kejadian interaksi
reseptor, tempat terjadi perubahan
obat
kerja atau sistem kadar obat dalam
fisiogik yang sama plasma
• Interaksi antara obat yang bekerja pada sistem reseptor, tempat kerja atau sistem fisiogik
yang sama
• Terjadi efek aditif, sinergistik, atau antagonistik tanpa terjadi perubahan kadar obat dalam
plasma
• Dapat diramalkan kejadian interaksi obat
INTERAKSI PADA RESEPTOR

• Interaksi sistem reseptor yang sama merupakan Antagonisme antara agonis dan antagonis/blocker
dari reseptor yang bersangkutan
• Interaksi fisiogik  interaksi pada sistem fisiogik yang sama yang dapat menghasilkan
peningkatan atau penurunan respons
• Perubahan Dalam kesetimbangan cairan dan elektrolit dapat mengakibatkan perubahan
efek obat, terutama pada jantung, transmisi neuromuskular dan ginjal
• Contoh  Antihipertensi + AINS  retensi air dan garam karena AINS yang
menyebabkan efek obat antihipertensi menurun
• Gangguan mekanisme ambilan Amin di ujung saraf Adrenergik. Penghambat saraf
adrenergik  diambil oleh ujung saraf adrenergik dengan mekanisme transport aktif
untuk norepinefrin, dapat dihambat secara kompetitif oleh Amin simpatomimetik
INTERAKSI DENGAN PENGHAMBAT MONOAMIN
OKSIDASE
• Penghambat MAO hanya ada satu yaitu Moklobemid yang bersifat reversible menghasilkan
akumulasi noreponefrin dalam jumlah besar di ujung saraf adrenergik
• Pemberian penghambat MAO dengan amin simpatomimetik kerja tidak langsung ex: efedrin,
pseudoefedrin menyebabkan pelepasan norpinefrin jumlah besar, sehingga terjadi krisis hipertensi
• Tiramin dimetabolisme oleh MAO di dinding usus dan hati sebelum mencapai sirkulasi sistemik.
• Reaksi hipertensif yang sama juga pada awal pengobatan dengan guanetidin, debrisokuin dan
guanadrel, jika diberikan bersama moklobemid
• Demikian juga pemberian moklobemid bersama dopamin, I-dopa atau metildopa akan
menimbulkan efek yang sama
• Pemberian penghambat MAO bersama penghambat ambilan setin, fluvoksamin,peroksetin,sertralin
INTERAKSI LAIN

• Interaksi antara antimikroba  pemberian penisilin dengan kloramfenikol pada pasien


meningitis yang disebabkan oleh pneumokokus yang sensitif terhadap ampisilin
menimbulkan antagonisme
• Pemberian ketokonazole dengan amfoterisin B untuk penyakit jamur yang sistemik
bersifat antagonisme
RINGKASAN

• Insiden yang sesungguhnya dengan • Interaksi farmakokinetik tidak dapat


kepentingan klinis diprediksi
• Interaksi farmakodinamik dapat diprediksi
PANDUAN

• 1. gunakan sedikit jenis obat yang akan dipakai


• 2. minum obat dengn air putih
• 3. obat obatan dengan batas keamanan yang sempit ex: imunokompresan
• 4. penghambat poten enzim CYP3A4/5 ex: ketoconazole
• 5. pasien usia lanjut atau gangguan fungsi hati maupun ginjal

Anda mungkin juga menyukai