Anda di halaman 1dari 13

Bantuan Hidup Dasar

Oleh: NI kOmang Diah Puspitasari


P07124018018
A. Pengertian

• Bantuan Hidup Dasar (BHD) adalah dasar untuk


menyelamatkan nyawa ketika terjadi henti jantung. Aspek
dasar dari BHD meliputi pengenalan langsung terhadap
henti jantung mendadak dan aktivasi system tanggap
darurat, cardiopulmonary resuscitation (CPR) atau
resusitasi jantung paru (RJP) dini, dan defibrilasi cepat
dengan defibrillator eksternal otomatis/ automated external
defibrillator (AED).
B. Tujuan Bantuan Hidup Dasar

Tujuan utama dari BHD adalah suatu tindakan oksigenasi


darurat untuk mempertahankan ventilasi paru dan
mendistribusikan darah-oksigenasi ke jaringan tubuh. Selain
itu, ini merupakan usaha pemberian bantuan sirkulasi sistemik,
beserta ventilasi dan oksigenasi tubuh secara efektif dan
optimal sampai didapatkan kembali sirkulasi sistemik spontan
atau telah tiba bantuan dengan peralatan yang lebih lengkap
untuk melaksanakan tindakan bantuan hidup jantung lanjutan.
C. Langkah-Langkah Bantuan Hidup Dasar

•1. Pada saat tiba di lokasi kejadian


Pada saat tiba di tempat kejadian, kenali dan pelajari segala situasi dan potensi
bahaya yang ada. Sebelum melakukan pertolongan, pastikan keadaan aman bagi si
penolong.
Untuk memudahkan pelaksanaannya maka digunakan akronim C-A-B yang berlaku
universal.
C = Circulatory Support atau bantuan sirkulasi lebih dikenal dengan Pijatan Jantung
Luar dan menghentikan perdarahan besar
Setiap tahap CAB pada RJP diawali dengan fase penilaian :
penilaian respons, pernafasan dan nadi.
A = Airway control atau penguasaan jalan nafas
B = Breathing Support atau bantuan pernafasan
Yang perlu menjadi catatan langkahnya pertama adalah :
1. Amankan diri
Mengamankan diri seperti menggunakan APD
2. Amankan lingkungan
Amankan lingkungan seperti semisalnya di jalan raya/lumpur si korban dipindahkan ke tempat
yang lebih aman dan datar agar memudahkan melakukan pertolongan selanjutnya
3. Amankan pasien
Amankan pasien dari bahaya
4. Penilaian respond.
Lakukan penilaian respons dengan cara menepuk bahu korban dan tanyakan dengan suara
lantang
 5. Aktifkan sistem SPGDT
Di beberapa daerah yang Sistem Penanganan Gawat Darurat Terpadunya sudah berjalan
dengan baik, penolong dapat meminta bantuan dengan nomor akses yang ada.
3 Pedoman CAB
1. CIRCULATORY SUPPORT (Bantuan Sirkulasi)
Tindakan paling penting pada bantuan sirkulasi adalah Pijatan Jantung Luar. Pijatan
Jantung Luar dapat dilakukan mengingat sebagian besar jantung terletak diantara tulang
dada dan tulang punggung sehingga penekanan dari luar dapat menyebabkan terjadinya
efek pompa pada jantung yang dinilai cukup untuk mengatur peredaran darah minimal
pada keadaan mati klinis
•Penekanan dilakukan pada garis tengah tulang dada 2 jari di atas permukaan lengkung
iga kiri dan kanan. Kedalaman penekanan disesuaikan dengan kelompok usia penderita.
- Dewasa : 4 - 5 cm
- Anak dan bayi : 3 - 4 cm
- Bayi : 1,5 - 2,5 cm
2. Airway Control (Penguasaan Jalan Nafas)

Untuk menilainya maka korban harus dibaringkan terlentang dengan


jalan nafas terbuka.
Lidah paling sering menyebabkan sumbatan jalan nafas pada kasus-
kasus korban dewasa tidak ada respons, karena pada saat korban
kehilangan kesadaran otot-otot akan menjadi lemas termasuk otot
dasar lidah yang akan jatuh ke belakang sehingga jalan nafas jadi
tertutup. Penyebab lainnya adalah adanya benda asing terutama pada
bayi dan anak.
Beberapa cara yang dikenal dan sering dilakukan untuk membebaskan jalan nafas yaitu:

a. Angkat Dagu Tekan Dahi :


b. Pendorongan Rahang Bawah (Jaw Thrust Maneuver)
c. Pemeriksaan Jalan Nafas
d. Membersihkan Jalan Nafas
3. Breathing support

Bila pernafasan seseorang terhenti maka penolong harus berupaya untuk memberikan
bantuan pernafasan. Teknik yang digunakan untuk memberikan bantuan pernafasan
yaitu:
a. Menggunakan mulut penolong
b. Menggunakan alat bantu
• Frekuensi pemberian nafas buatan:
• Dewasa : 10 - 12 x pernafasan / menit, masing-masing 1,5 - 2 detik
• Anak (1-8th) : 20 x pernafasan / menit, masing-masing 1 - 1,5 detik
• Bayi (0-1th) : lebih dari 20 x pernafasan / menit, masing-masing 1 - 1,5 detik
• Bayi baru lahir : 40 x pernafasan / menit, masing-masing 1 - 1,5 detik
Beberapa tanda-tanda pernafasan:
1. Adekuat (mencukupi)
- Dada dan perut bergerak naik dan turun seirama dengan pernafasan
- Udara terdengar dan terasa saat keluar dari mulut / hidung
- Korban tampak nyaman
2. Kurang Adekuat (kurang mencukupi)
- Gerakan dada kurang baik
- Ada suara nafas tambahan
- Kerja otot bantu nafas
3. Tidak bernafas
D. EVALUASI
Evaluasi dilakukan tiap 2 menit
Jika napas (-) dan nadi (-) à kompresi dan ventilasi 30:2
Jika napas (-) dan nadi (+) à Ventilasi 10 kali/menit
Jika napas (+) dan nadi (+) à beri recovery position
Pijat Jantung dihentikan Jika :
RJP di Hentikan :
1. Pasien sudah ada yang respon
2. Datang tim yang lebih ahli (advance)
3. Penolong kelelahan
4. Terdapat tanda kematian yang jelas
Dari penilaian awal ini, dapat diperoleh informasi tentang korban apakah si korban
hanya mengalami pingsan, henti napas atau bahkan henti jantung.

a. Henti napas
Jika korban tidak bernapas tetapi didapati nadi yang adekuat, maka pasien dapat
dikatakan mengalami henti napas. Maka langkah awal yang harus dilakukan adalah
mengaktifkan sistem tanggapan darurat, kemudian penolong dapat memberikan
bantuan napas.
b. Henti Jantung
Jika korban tidak bernapas, nadi tidak ada dan tidak ada respon, maka pasien dapat
dikatakan mengalami henti jantung. Pada keadaan ini, langkah-langkah yang harus
dilakukan adalah mengaktifkan sistem tanggapan darurat dan menghubungi pusat
layanan kesehatan darurat terdekat.Kemudian segera melakukan RJP yang benar
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai