OLEH :
RAHMADANISA PUTRI
15020170142
PENGERTIAN BIOTEKNOLOGI
Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari
pemanfaatan makhluk hidup (bakteri, fungi, virus,
dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup
(enzim, alkohol) dalam proses produksi untuk
menghasilkan barang dan jasa.Dewasa ini,
perkembangan bioteknologi tidak hanya didasari
pada biologi semata, tetapi juga pada ilmu-ilmu
terapan dan murni lain, seperti biokimia,
komputer, biologi molekular, mikrobiologi,
genetika, kimia, matematika, dan lain sebagainya.
Dengan kata lain, bioteknologi adalah ilmu terapan
yang menggabungkan berbagai cabang ilmu dalam
proses produksi barang dan jasa (Witarto, 2005)
PEMBAGIAN BIOTEKNOLOGI
bioteknologi konvensional atau bioteknologi modern meliputi
bioteknologi tradisional yaitu suatu sejumlah teknik yang melibatkan
penerapan bioteknologi yang sudah manipulasi gen, sel, dan jaringan
digunakan sejak ilmu pengetahuan hidup secara sengaja dengan cara
belum berkembang pesat, yang dapat diprediksi dan
bioteknologi konvensional terbatas dikendalikan. Tujuannya untuk
pada peran organisme melalui mengubah organisme atau
fermentasi dalam skala kecil dan menghasilkan jaringan modern.
proses pembuatannya masih sangat Contoh bioteknologi modern seperti
sederhana. Ada beberapa contoh
bayi tabung, produksi hormon
penerapan bioteknologi konvensional,
pertumbuhan manusia, antibiotik,
dalam kehidupan sehari-hari dapat
vaksin malaria, hormon BST, hewan
ditemui dalam pembuatan makanan
atau bahan pangan seperti tape, transgenik, tanaman tahan hama,
anggur, tauco, oncom, kecap, tempe, dan kalau Quipperian pernah
dan banyak lainnya (witarto, 2005) dengar, yaitu domba Dolly (Witarto,
2005)
bioplastis. Pengolesan topikal dengan (misalnya: sel keratinosit atau sel fibroblas)
vektor berupa plasmid yang dapat diserap dapat ditentukan sebelum dihantarkan ke kulit
pasien.
melalui folikel. Efektivitas teknik ini
Transfer gen pada kultur bermanfaat untuk
rendah sehingga penggunaannya masih
merekayasa sel-sel yang tumbuh melalui vektor
terbatas untuk vaksinasi. Injeksi materi
virus yang hanya menginfeksi sel-sel yang
genetik secara langsung ke kulit yang utuh sedang membelah. Pengantaran vektor secara
menggunakan vektor virus dan non-virus langsung ke pasien dapat dicegah, sehingga
dapat mencapai epidermis, dermis, dan risiko penyebaran sistemik dapat dihindari
subkutan. (Lean, 2008).
Terapi gen secara ex vivo dan in vivo
KETERBATASAN TERAPI GEN
Terapi gen merupakan ilmu yang relatif baru dan mempunyai banyak
keterbatasan. Salah satu keterbatasan berupa ekspresi gen yang
hanya berlangsung singkat sehingga efek terapi dalam jangka panjang
belum tercapai. Sel epidermis adalah jaringan yang terus
memperbaharui diri, sehingga sel-sel epidermis yang termodifikasi
akan hilang bersama dengan siklus pergantian sel epidermis yaitu 2-4
minggu.2 Hal ini dapat dihindari jika terdapat sel induk atau
progenitor yang terus menerus mentransduksikan sinyal. Keterbatasan
lain adalah munculnya mekanisme pertahanan kulit untuk mencegah
masuknya asam nukleotida asing. Terapi gen secara ex vivo dan in
vivo akan menginduksi respons imun. Lu dkk. menemukan penolakan
transfer gen secara in vivo yang didominasi oleh respons T-helper tipe
1, sedangkan transfer gen secara ex vivo dikaitkan dengan respons T-
helper tipe 2. Penggunaan terapi gen terbatas hanya untuk penyakit
monogenik, tidak untuk kelainan multigenik. Terapi gen juga berisiko
menginduksi tumor. Hal lain yang membatasi perkembangan terapi
gen adalah genotoksisitas dan gene silencing terhadap materi gen
DAFTAR PUSTAKA
Arief B. Witarto. 2005. Pengantar bioteknologi. Ceramah
undangan di Fakultas Peternakan-UGM, Yogyakarta, 5 Februari
De Luca M, Pellegrini G, Mavilio F. Gene therapy of inherited
skin adhesion disorders: a critical overview. Br J Dermatol.
2009; 161: 19-24.
Li J, Li X, Zhang Y, Zhou K, Yang HS, Chen XC, dkk. Gene
therapy for psoriasis in the K14-VEGF transgenic mouse model
by topical transdermal delivery of interleukin-4 using
ultradeformable cationic liposome. J Gene Med. 2010; 2:
48190.
McGrath JA, McLean WHI. Genetics in relation to the skin.
Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS,
Leffell DJ, penyunting. Fitzpatrick’s dermatology ingeneral
medicine. Edisi ke-7. New York: McGraw-Hill; 2008. h.73-87.
DAFTAR PUSTAKA
Robbins PB, Lin Q, Goodnough JB, Tian H, Chen X, Khavari
PA. In vivo restoration of laminin 5 â3 expression and
function in junctional epidermolysis bullosa. Proc Natl
Acad Sci USA. 2001; 98: 5193-8.
Vogel J, Yee C, Darling T. Molecular biology. Dalam: Callen
JP, Horn TD, Mancini AJ, Salasche SJ, Schaffer JV, Schwarz
T, dkk, penyunting. Dermatology. Edisi ke-2. Spanyol:
Mosby-Elsevier; 2008. h.49-62.
SEKIAN
DAN TERIMA KASIH
Wassalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh