Anda di halaman 1dari 10

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

FAKULTAS FARMASI

MAKALAH KELOMPOK 5
ANATOMI DAN FISIOLOGI TEMPAT PEMBERIAN MELALI PARENTERAL
(PEMBULUH DARAH)

KELOMPOK 5
BALKIS MA’RUF SANRANG
POPPY ALFIANI RATNOTO
ANDI ALWIYAH HASRAL
RAHMA SARITA

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA


FAKULTAS FARMASI
MAKASSAR
2018
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Salah satu bentuk sediaan steril adalah injeksi. Injeksi adalah sediaan steril
berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau
disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan yang disuntikkan dengan cara
merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Dimasukkan ke
dalam tubuh dengan menggunakan alat suntik.
Suatu sediaan parenteral harus steril karena sediaan ini unik yang diinjeksikan
atau disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa ke dalam kompartemen tubuh
yang paling dalam. Sediaan parenteral memasuki pertahanan tubuh yang memiliki
efesiensi tinggi yaitu kulit dan membran mukosa sehingga sediaan parenteral harus
bebas dari kontaminasi mikroba dan bahan-bahan beracun dan juga harus memiliki
kemurnian yang dapat diterima.
Jika obat dimasukkan melalui cara ini, maka ini merupakan prosedur invasive
yang harus dilakukan dengan menggunakan teknik aseptic. Setelah jarum suntik
memasuki kulit, terdapat resiko infeksi. Tiap suntikan memerlukan keterampilan tertentu
yang memastikan obat dapat mencapai lokasi yang dituju. Efek obat yang diberikan
perenteral memiliki efek yang cepat, tergantung pada laju penyerapan obat . perawat
harus mengawasi respon klien terhadap obat.
Robekan perineum pada dasarnya dapat dicegah dengan seperti menghindari
episiotomy yang rutin, dan juga pijat perineum pada kala II. Hal ini telah terbukti secara
ilmiah memberikan dampak terhadap robekan perineum yang lebih sedikit terutama
robekan derajat III dan IV, nyeri perineum yang berkurang, aktivitas seksual yang lebih
cepat, dispareunia akibat penjahitan perineum dan self esteem ibu sendiri yang tinggi.
A.    Fisiologi pemberian obat melalui parenteral hingga berefek terapeutik
Proses perjalanan obat secara intravena adalah obat dimasukkan ke dalam
pembuluh darah vena dengan cara diinjeksi.obat masuk ke dalam vena superficialis
dorsum manus yang ada dipergelangan tangan kemudian mengalir ke vena chepalica
dan vena basilica.vena basilica dan vena chepalica ini bermuara pada vena axilaris
selanjutnya menuju ke vena subclavia lalu ke truncus brachiochepalic kemudian akan
masuk ke jantung untuk dipompa melalui vena cava superior ke atrium kanan lalu ke
ventrikel kanan dan dibawa menuju ke paru melalui arteri pulmonalis untuk dibersihkan
setelah dibersihkan darah akan dibawa kembali ke jantung melalui vena pulmonalis
masuk ke atrium kiri lalu ke ventrikel kiri kemudian dibawa keluar melalui aorta dan
selanjutnya akan disebarkan ke seluruh tubuh termasuk paru- paru,darah akan dibawa
ke paru-paru melalui arteri brochialis.
Suatu obat yang diminum per oral akan melalui tiga fase: farmasetik (disolusi),
farmakokinetik, dan farmakodinamik, agar kerja obat dapat terjadi. Dalam fase
farmasetik, obat berubah menjadi larutan sehingga dapat menembus membrane
biologis. Jika obat diberikan melaluirute subkutan, intramuscular, atau intravena, maka
tidak terjadi fase farmaseutik. Fase kedua, yaitu farmakokinetik, terdiri dari empat
proses (subfase):absorpsi, distribusi, metabolisme (atau biotransformasi), dan ekskresi.
Dalam fase farmakodinamik, atau fase ketiga, terjadi respons biologis atau fisiologis. 

ANATOMI FISIOLOGI PEMBERIAN PARENTERAL ( PEMBULUH DARAH )

Pemberian obat secara parenteral (harfiah berarti “di luar usus”) biasanya dipilih
bila diinginkan efek yang cepat, kuat, dan lengkap atau obat untuk obat yang
merangsang atau dirusak getah lambung (hormone), atau tidak direarbsorbsi usus
(streptomisin), begitupula pada pasien yang tidak sadar atau tidak mau bekerja sama.
Keberatannya adalah lebih mahal dan nyeri, sukar digunakan oleh pasien sendiri.
Selain itu, adapula bahaya terkena infeksi kuman (harus steril) dan bahaya merusak
pembuluh atau saraf jika tempat suntikan tidak dipilih dengan tepat.

 
a. Subkutan (hypodermal)
Injeksi di bawah kulit dapat dilakukan hanya dengan obat yang tidak
merangsang dan melarut baik dalam air atau minyak. Efeknya tidak secepat injeksi
intramuscular atau intravena. Mudah dilakukan sendiri, misalnya insulin pada
penyakit gula.
Tempat yang paling tepat untuk melakukan injeksi subkutan meliputi area
vaskular di sekitar bagian luar lengan atas, abdomen dari batas bawah kosta sampai
krista iliaka, dan bagian anterior paha. Tempat yang paling sering direkomendasikan
untuk injeksi heparin ialah abdomen. Tempat yang lain meliputi daerah scapula di
punggung atas dan daerah ventral atas atau gloteus dorsal. Tempat yang dipilih ini
harus bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang, dan otot atau saraf
besar dibawahnya.
Obat yang diberikan melalui rute SC hanya obat dosis kecil yang larut dalam air
(0,5 sampai 1 ml). Jaringan SC sensitif terhadap larutan yang mengiritasi dan obat
dalam volume besar. Kumpulan obat dalam jaringan dapat menimbulkan abses steril
yang tak tampak seperti gumpalan yang mengeras dan nyeri di bawah kulit.

Anatomi Fisiologi Lapisan Hipodermis

Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh darah dan limfe,
saraf-saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit. Cabang-cabang dari
pembuluh-pembuluh dan saraf-saraf menuju lapisan kulit jangat. Jaringan ikat
bawah kulit berfungsi sebagai bantalan atau penyangga benturan bagi organ-organ
tubuh bagian dalam, membentuk kontur tubuh dan sebagai cadangan makanan.
Ketebalan dan kedalaman jaringan lemak bervariasi sepanjang kontur tubuh, paling
tebal di daerah pantat dan paling tipis terdapat di kelopak mata. Jika usia menjadi
tua, kinerja liposit dalam jaringan ikat bawah kulit juga menurun. Bagian tubuh yang
sebelumnya berisi banyak lemak, lemaknya berkurang sehingga kulit akan
mengendur sert makin kehilangan kontur.
b.    Intrakutan (di dalam kulit)
Perawat biasanya memberi injeksi intrakutan untuk uji kulit. Karena keras, obat
intradermal disuntikkan ke dalam dermis. Karena suplai darah lebih sedikit, absorbsi
lambat.
Pada uji kulit, perawat harus mampu melihat tempat injeksi dengan tepat  supaya
dapat melihat perubahan warna dan integritas kulit. Daerahnya harus bersih dari
luka dan relatif tidak berbulu. Lokasi yang ideal adalah lengan bawah dalam dan
punggung bagian atas.

Anatomi Fisiologi Lapisan Dermis

Dermis menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat keberadaan kandung


rambut, kelenjar keringat, kelenjar palit atau kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh
darah dan getah bening, dan otot penegak rambut (muskulus arektor pili). Dermis
sering disebut kulit sebenarnya dan 95 % dermis membentuk ketebalan kulit.
Ketebalan rata-rata dermis diperkirakan antara 1 - 2 mm dan yang paling tipis
terdapat di kelopak mata serta yang paling tebal terdapat di telapak tangan dan
telapak kaki. Susunan dasar dermis dibentuk oleh serat-serat, matriks interfibrilar
yang menyerupai selai dan sel-sel. Masing-masing saraf perasa memiliki fungsi
tertentu, seperti saraf dengan fungsi mendeteksi rasa sakit, sentuhan, tekanan,
panas, dan dingin. Saraf perasa juga memungkinkan segera bereaksi terhadap hal-
hal yang dapat merugikan diri kita.
Pada dasarnya dermis terdiri atas sekumpulan serat-serat elastis yang dapat
membuat kulit berkerut akan kembali ke bentuk semula dan serat protein ini yang
disebut kolagen. Serat-serat kolagen ini disebut juga jaringan penunjang, karena
fungsinya dalam membentuk jaringan-jaringan kulit yang menjaga kekeringan dan
kelenturan kulit. Berkurangnya protein akan menyebabkan kulit menjadi kurang
elastis dan mudah mengendur hingga timbul kerutan. Faktor lain yang
menyebabkan kulit berkerut yaitu faktor usia atau kekurangan gizi. Dari fungsi ini
tampak bahwa kolagen mempunyai peran penting bagi kesehatan dan kecantikan
kulit. Perlu diperhatikan bahwa luka yang terjadi di dermis dapat menimbulkan cacat
permanen, hal ini disebabkan dermis tidak memiliki kemampuan memperbaiki diri
sendiri seperti yang dimiliki kulit ari. Di dalam lapisan dermis terdapat dua macam
kelenjar yaitu kelenjar keringat dan kelenjar palit.
a. Kelenjar keringat
Kelenjar keringat terdiri dari fundus (bagian yang melingkar) dan duet yaitu
saluran semacam pipa yang bermuara pada permukaan kulit membentuk pori-
pori keringat. Semua bagian tubuh dilengkapi dengan kelenjar keringat dan lebih
banyak terdapat dipermukaan telapak tangan, telapak kaki, kening dan di bawah
ketiak. Kelenjar keringat mengatur suhu badan dan membantu membuang sisa-
sisa pencernaan dari tubuh. Kegiatannya terutama dirangsang oleh panas,
latihan jasmani, emosi dan obat-obat tertentu. Ada dua jenis kelenjar keringat
yaitu :
1. Kelenjar keringat ekrin
Kelenjar keringat ini mensekresi cairan jernih, yaitu keringat yang
mengandung 95 – 97 persen air dan mengandung beberapa mineral, seperti
garam, sodiumklorida, granula minyak, glusida dan sampingan dari
metabolisma seluler. Kelenjar keringat ini terdapat di seluruh kulit, mulai dari
telapak tangan dan telapak kaki sampai ke kulit kepala. Jumlahnya di seluruh
badan sekitar dua juta dan menghasilkan 14 liter keringat dalam waktu 24
jam pada orang dewasa. Bentuk kelenjar keringat ekrin langsing, bergulung-
gulung dan salurannya bermuara langsung pada permukaan kulit yang tidak
ada rambutnya.
2. Kelenjar keringat apokrin
Hanya terdapat di daerah ketiak, puting susu, pusar, daerah kelamin dan
daerah sekitar dubur (anogenital) menghasilkan cairan yang agak kental,
berwarna keputih-putihan serta berbau khas pada setiap orang. Sel kelenjar
ini mudah rusak dan sifatnya alkali sehingga dapat menimbulkan bau.
Muaranya berdekatan dengan muara kelenjar sebasea pada saluran folikel
rambut. Kelenjar keringat apokrin jumlahnya tidak terlalu banyak dan hanya
sedikit cairan yang disekresikan dari kelenjar ini. Kelenjar apokrin mulai aktif
setelah usia akil baligh dan aktivitas kelenjar ini dipengaruhi oleh hormon.
b. Kelenjar palit (kelenjar sebasea)
Kelenjar palit terletak pada bagian atas kulit jangat berdekatan dengan
kandung rambut terdiri dari gelembung-gelembung kecil yang bermuara ke
dalam kandung rambut (folikel). Folikel rambut mengeluarkan lemak yang
meminyaki kulit dan menjaga kelunakan rambut. Kelenjar palit membentuk
sebum atau urap kulit. Terkecuali pada telapak tangan dan telapak kaki, kelenjar
palit terdapat di semua bagian tubuh terutama pada bagian muka.

c.     Intramuskuler  (i.m)
Rute IM memungkinkan absorbsi obat yang lebih cepat daripada rute SC karena
pembuluh darah lebih banyak terdapat di otot. Bahaya kerusakan jaringan
berkurang ketika obat memasuki otot yang dalam tetapi bila tidak berhati-hati ada
resiko menginjeksi obat langsung ke pembuluh darah.  Dengan  injeksi di dalam
otot  yang terlarut berlangsung dalam waktu 10-30 menit. Guna memperlambat
reabsorbsi dengan maksud memperpanjag kerja obat, seringkali digunakan larutan
atau suspensi dalam minyak, umpamanya suspensi penisilin dan hormone kelamin.
Tempat injeksi umumnya dipilih pada otot pantat yang tidak banyak memiliki
pembuluh dan saraf.
Tempat injeksi yang baik untuk IM adalah otot Vastus Lateralis, otot
Ventrogluteal, otot Dorsogluteus, otot Deltoid.

 Anatomi Fisiologi Lokasi Injeksi Intramuskular

1. Otot Vastus Lateralis

Otot vastus lateralis yang tebal dan berkembang baik adalah tempat
injeksi yang dipilih untuk dewasa, anak-anak dan bayi. Otot ini terletak di bagian
lateral anterior paha dan pada orang dewasa sepanjang satu tangan diatas lutut
sampai sepanjang satu tangan dibawah trokanter femur. Sepertiga tengah otot
merupakan tempat terbaik injeksi. Lebar tempat injeksi membentang dari garis
tengah bagian atas paha sampai kegaris tengah sisi luar paha.
Pada anak kecil atau klien
kakeksia, memegang badab otot
selama injeksi akan membantu
memastikan obat tersimpan
dijaringan otot. Untuk membantu
merelaksasikan otot, perawat
meminta klien berbaringan datar
dengan lutut agak fleksi rendah
atau klien dalam posisi duduk.

2. Otot Ventrogluteal

Otot ventrogluteal meliputi gluteus medius dan minimus. Klien berbaring


diatas salah satu sisi tubuh dengan menekuk lutut, perawat kemudian mencari
otot dengan menempatkan telapak tangan diatas trokanter mayor dan jari
telunjuk pada spina iliaka superior anterior panggul paha klien. Tangan kanan
digunakan untuk panggul kiri dan tangan kiri digunakan untuk panggul kanan.
Perawat menunjukkan ibu jarinyakearah lipat paha klien dan jari lain kearah
kepala klien.
telunjuk, jari tengah dan krista
iliaka membentuk sebuah
segitiga dan tempat injeksi
terletak ditengah segitiga
tersebut. Klien dapat berbaring
miring/tengkurap. Memfleksi lutut
dan panggul membantu klien
Tempat injeksi terpajan
merelaksasi otot ini.
ketika perawat melebarkan jari
tengah kebelakang sepanjang
krista iliaka kearah bokong. Jari
3. Otot Dorsogluteal
Otot dorsogluteal merupakan tempat yang biasa digunakan untuk injeksi
IM. Namun, insersi jarum yang tidak disengaja kedalam saraf siatik dapat
menyebabkan paralisis permanen atau sebagian pada tungkai yang
bersangkutan. Pembuluh darah utama dan tulang juga dekat tempat injeksi.
Pada klien yang jaringannya kendur, tempat injeksi. Pada klien yang jaringannya
kendur, tempat injeksi sulit ditemukan. Daerah dorsogluteal dapat ditemukan
diatas luar kuadran atas luar bokong, kira-kira 5-8 cm dibawah krista iliaka.

Klien dapat berbaring tengkurap dengan jari-jari kaki mengarah kebagian


tengah tubuh atau pada posisi berbaring miring dengan tungkai atas fleksi pada
panggul dan lutut. Sebuah garis khayal ditarik diantara dua penanda anatomi.
Tempat injeksi terletak diatas dan lateral terhadap garis.

4. Otot Deltoid
Untuk menentukan lokasi otot deltoid, perawat meminta klien memajankan
seluruh lengan atas dan bahunya. Perawat sebaiknya tidak menciba
menggulung lengan baju yang ketat. Perawat meminta klien merelaksasi lengan
disamping dan menekuk sikunya. Klien dapat duduk, berdiri atau berbaring.
Perawat mempalpasi batas bawah prosesus akromialis yang membentuk basis
sebuah segitiga yang sejajar dengan titik tengah bagian lateral lengan atas.

Tempat injeksi terletak 2,5 sampai 5 cm dibawah


dibagian tengah segitiga, sekitar prosesus akromion. Perawat juga
dapat menentukan lokasi injeksi prosesus akromion. Tempat
dengan menempatkan empat jari injeksi terletak tiga jari dibawah
diatas otot deltoid, dengan jari prosesus akromion.
teratas berada disepanjang

d.    Intravena (i.v)
Injeksi dalam pembuluh darah menghasilkan efek tercepat dalam waktu 18 detik,
yaitu waktu satu peredaran darah, obat sudah tersebar ke seluruh jaringan. Tetapi,
lama kerja obat biasanya hanya singkat. Cara ini digunakan untuk mencapai
penakaran yang tepat dan dapat dipercaya, atau efek yang sangat cepat dan kuat.
Tidak untuk obat yang tak larut dalam air atau menimbulkan endapan dengan
protein atau butiran darah.
Bahaya injeksi intravena adalah dapat mengakibatkan terganggunya zat-zat
koloid darah dengan reaksi hebat, karena dengan cara ini “benda asing” langsung
dimasukkan ke dalam sirkulasi, misalnya tekanan darah mendadak turun dan
timbulnya shock. Bahaya ini lebih besar bila injeksi dilakukan terlalu cepat, sehingga
kadar obat setempat dalam darah meningkat terlalu pesat. Oleh karena itu, setiap
injeksi i.v sebaiknya dilakukan amat perlahan, antara 50-70 detik lamanya.

Anda mungkin juga menyukai