1
Tujuan pembelajaran
Mampu melakukan pengkajian
Menetapkan diagnosa keperawatan
Melakukan tindakan keperawatan untuk
pasien dan keluarga
Mengevaluasi kemampuan pasien dan
keluarga
Mendokumentasikan hasil asuhan
keperawatan
2
Pengertian Persepsi
Persepsi didefinisikan
sebagai suatu proses
diterimanya rangsang
sampai rangsang itu
disadari dan dimengerti
oleh penginderaan atau
sensasi: proses
penerimaan rangsang
(Stuart, 2007). 3
Pengertian Persepsi
Persepsi merupakan tanggapan indera terhadap rangsangan
yang datang dari luar, dimana rangsangan tersebut dapat
berupa rangsangan penglihatan, penciuman, pendengaran,
pengecapan dan perabaan. Interpretasi (tafsir) terhadap
rangsangan yang datang dari luar itu dapat mengalami
gangguan sehingga terjadilah salah tafsir
(missinterpretation). Salah tafsir tersebut terjadi antara lain
karena adanya keadaan afek yang luar biasa, seperti marah,
takut, excited (tercengang), sedih dan nafsu yang
memuncak sehingga terjadi gangguan atau perubahan
persepsi (Triwahono, 2004).
4
PENGERTIAN HALUSINASI
MENURUT PARA AHLI:
Halusinasi merupakan gangguan atau
perubahan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya
tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra
tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu
penghayatan yang dialami/ suatu persepsi
melalui panca indra tanpa stimulus eksteren:
persepsi palsu (Maramis, 2005).
Halusinasi adalah kesan, respon dan
pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007).
5
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan
persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu
yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan
panca indra tanpa ada rangsangan dari luar.
.
6
Etiologi
FAKTOR PREDISPOSISI
1). Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan
respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini
ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut:
a). Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak
yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah
frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
b). Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang
berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin
dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
c). Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi
otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral
ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil
(cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh
otopsi (post-mortem).
7
2). Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat
mempengaruhi respon dan kondisi psikologis
klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat
.
8
FAKTOR PRESIPITASI
1). Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik
otak, yang mengatur proses informasi serta
abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam
otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara
selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk
diinterpretasikan.
2). Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap
stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan
perilaku.
3). Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam
menanggapi stressor.
9
GEJALA HALUSINASI
Bicara sendiri
Senyum sendiri
Ketawa sendiri
Menggerakkan bibir tanpa suara
Pergerakan mata yang cepat
Respon verbal yang lambat
Menarik diri dari orang lain
Berusaha untuk menghindari orang lain
Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata
Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan
tekanan darah
Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya
beberapa detik
10
GEJALA HALUSINASI
Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori
Sulit berhubungan dengan orang lain
Ekspresi muka tegang
Mudah tersinggung, jengkel dan marah
Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat
Tampak tremor dan berkeringat
Perilaku panik
Agitasi dan kataton
Curiga dan bermusuhan
Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan
Ketakutan
Tidak dapat mengurus diri
Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang
11
Jenis Halusinasi
Halusinasi pendengaran (70%)
Halusinasi penglihatan (20%)
Halusinasi penghidu
Halusinasi pengecapan (10%)
Halusinasi perabaan
Cenestetik
Kinistetik
12
JENIS-JENIS HALUSINASI :
1) Pendengaran
.
4) Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah,
urin atau feses.
5) Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan
tanpa stimulus yang jelas. Rasa tersetrum
listrik yang datang dari tanah, benda mati
atau orang lain.
15
.
6) Cenestetik
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran
darah di vena atau arteri, pencernaan
makan atau pembentukan urine.
7) Kinistetik
Merasakan pergerakan sementara berdiri
tanpa bergerak.
16
RENTANG RESPON HALUSINASI
Respon Respon
Adaptif Maladaptif
•Pikiran logis •Distorsi pikiran •Gangguan
•Persepsi akurat • Ilusi persepsi sensori:
Halusinasi
•Emosi konsisten •Reaksi emosi
•Sulit berespon
dg pengalaman berlebihan
•Emosi berlebihan
•Perilaku sesuai /kurang
•Perilaku kacau
•Berhubungan •Perilaku aneh/tdk
•Isolasi sosial
sosial biasa
•Menarik diri
17
TAHAPAN HALUSINASI
1) Fase I
Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas,
kesepian, rasa bersalah dan takut serta mencoba untuk
berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk
meredakan ansietas. Di sini klien tersenyum atau tertawa
yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa suara,
pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik sendiri.
2) Fase II
Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien
mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk
mengambil jarak dirinya dengan sumber yang
dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda
sistem saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan
tanda-tanda vital (denyut jantung, pernapasan dan tekanan
darah), asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan
kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan realita.
18
TAHAPAN HALUSINASI
3) Fase III
Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap
halusinasi dan menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini
klien sukar berhubungan dengan orang lain, berkeringat,
tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang lain
dan berada dalam kondisi yang sangat menegangkan
terutama jika akan berhubungan dengan orang lain.
4) Fase IV
Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien
mengikuti perintah halusinasi. Di sini terjadi perilaku
kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu berespon
terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu
berespon lebih dari 1 orang. Kondisi klien sangat
membahayakan. 19
Level Karakteristik Perilaku Klien
TAHAP II /ANXIETAS
BERAT Pengalaman sensori menakutkan Peningkatan SSO, tanda-tanda
Mulai merasa kehilangan kontrol ansietas peningkatan denyut
Menyalahkan; tingkat kecemasan Merasa dilecehkan oleh pengalaman jantung, perna-fasan, dan tekanan
berat secara umum halusinasi sensori tersebut. darah.
menyebabkan rasa antipati Menarik diri dari orang lain. Rentang perhatian me-nyempit
NON PSIKOTIK Konsentrasi dengan pengalaman
sensori
INTENSITAS DAN PROSES TERJADINYA HALUSINASI
TAHAP III
( CONTROLLING) Klien menyerah dan menerima Perintah halusinasi ditaati.
Mengontrol tingkat pengalaman sensorinya. Sulit berhubungan dengan orang
kecemasan berat pengalaman Isi halusinasi menjadi atraktif lain.
sensori tidak dapat ditolak Kesepian bila penga-laman Rentang perhatian hanya
lagi. sensori berakhir. beberapa detik / menit.
PSIKOTIK. Gejala fisika ansietas berat
berkeringat, tremor, tidak mampu
mengikuti perintah.
TAHAP IV (CONQUERING /
PANIK) Pengalaman sensori menjadi Perilaku panik.
Menguasai tingkat kecemasan ancaman. Potensial tinggi untuk bunuh diri
panik secara umum diatur dan Halusinasi dapat berlangsung atau mem-bunuh.
dipengaruhi oleh waham. selama beberapa jam atau hari (jika Tindakan kekerasan agi-tasi,
tidak diinvensi) menarik diri atau katatun.
PSIKOTIK Tidak mampu berespon terhadap
perintah yang kompleks
Tidak mampu berespon terhadap
lebih dari satu orang.
Proses Keperawatan
Halusinasi
Pengkajian
Implementasi/ Dx Keperawatan
evaluasi
Perencanaan
22
Isi halusinasi:
• Mendengar atau melihat apa?
• Suaranya berkata apa?
Frekuensi halusinasi:
• Seberapa sering halusinasi muncul?
• Berapa kali dalam sehari?
Situasi pencetus:
• Dalam situasi seperti apa halusinasi muncul?
Respon thd halusinasi:
• Bgm perasaan pasien kalau ada halusinasi?
• Apa yg dilakukan jika halusinasi muncul?
23
PENGKAJIAN
berpakaian)
2. Pembicaraan (terorganisir atau berbelit-belit)
3. Aktivitas motorik (meningkat atau menurun)
4. Alam perasaan (suasana hati dan emosi)
5. Afek (sesuai atau maladaptif seperti tumpul, datar,
labil dan ambivalen)
6. Interaksi selama wawancara (respon verbal dan
nonverbal)
7. Persepsi (ketidakmampuan menginterpretasikan)
stimulus yang ada sesuai dengan informasi.
29
8. Proses pikir: proses informasi yang diterima tidak berfungsi
.
30
Pemeriksaan Fisik Mekanisme Koping
31
Diagnosa keperawatan
32
Masalah keperawatan yang dapat muncul:
1) Gangguan persepsi sensori : halusinasi
.
pendengaran.
2) Resiko mencederai diri sendiri orang lain
dan lingkungan.
3) Menarik diri.
4) Harga diri rendah.
5) Intoleransi aktifitas.
6) Defisit perawatan diri.
33
TUJUAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
Untuk pasien:
• Pasien mengenali halusinasinya
• Pasien dapat mengontrol halusinasi
• Pasien mengikuti program pengobatan
secara optimal
Untuk keluarga:
• Keluarga dapat merawat di rumah dan
menjadi sistem pendukung yg efektif
34
TINDAKAN KEPERAWATAN
Bina hubungan saling percaya
Bantu pasien mengenali halusinasi
Latih klien mengendalikan halusinasi.
Fasilitasi klien menggunakan obat
35
Membina Hubungan saling
Percaya
Mengucap salam
Berkenalan dg klien
Buat kontrak asuhan
yang jelas
Dengarkan ungkapan
klien dg empati
Mendengar keluhan
Tdk membantah atau
menyokong
Segera menolong jika
pasien membutuhkan
perawat
36
Bantu mengenal halusinasi
Jika klien tdk sedang
mengalami halusinasi:
Diskusikan isi, waktu, frekuensi
Diskusikan hal yg menimbulkan
atau tdk menimbulkan halusinasi
Diskusikan apa yg dilakukan
jika halusinasi timbul
Diskusikan dampak jika klien
menikmati halusinasi
Diskusikan perasaan klien
saat mengalami halusinasi
37
Melatih klien mengontrol
halusinasi
Identifikasi cara yg dilakukan klien untuk
mengendalikan halusinasi
Diskusikan cara yg digunakan, bila adaptif berikan
pujian
Cara mengendalikan halusinasi
SP 1 :Menghardik halusinasi
SP 2 :Bercakap-cakap dg orang lain
SP 3 :Mengatur jadwal aktivitas
SP 4 : Menggunakan obat secara teratur
38
Menghardik halusinasi
Dilakukan saat
sedang mengalami
halusinasi.
Katakan pada diri
“Saya tak mau
dengar/ lihat kamu”
Untuk meningkatkan
kendali diri; tidak
mengikuti isi
halusinasi
39
Tindakan:
40
Bercakap2 dg orang lain
Dilakukan menjelang
halusinasi muncul
(tanda-tanda awal
halusinasi)
Berbicara dg org lain
memaparkan pada
stimulus eksternal.
Menurunkan fokus
perhatian pada stimulus
internal (halusinasi)
41
Mengatur jadwal aktivitas
Halusinasi terjadi
karena banyak
waktu luang.
Mengatur jadwal
aktivitas;
meminimalisasi
waktu luang
Membuat jadwal
harian, menepati
jadwal.
42
Tindakan:
Jelaskan pentingnya aktivitas teratur
Diskusikan aktivitas yang biasa dilakukan
Melatih pasien melakukan aktivitas
Menyusun jadwal aktivitas
Memantau pelaksanaan aktivitas
43
Melatih pasien menggunakan
obat secara teratur
Jelaskan pentingnya
penggunaan obat.
Jelaskan akibat bila tdk
menggunakan obat sesuai
program
Jeaskan akibat putus obat
Jelaskan cara mendapatkan
obat
Jelaskan cara menggunakan
obat
44
Penkes Keluarga untuk
Merawat Klien Halusinasi
Buat kontrak
Jelaskan:
Apa halusinasi?
Tanda dan gejala
halusinasi
Proses terjadinya
Cara memutus halusinasi
Obat utk klien
Cara merawat di rumah
Waktu kontrol
45
Psikofarmakoterapi
Anti psikotik:
Chlorpromazine (Promactile, Largactile)
Haloperidol (Haldol, Serenace, Lodomer)
Stelazine
Clozapine (Clozaril)
Risperidone (Risperdal)
Anti parkinson:
Trihexyphenidile
Arthan
46
47