Anda di halaman 1dari 28

TUMOR HIPOFISIS

Definisi
◦ Neoplasma intrakranial yang relatif sering dijumpai, serta merupakan 10-15% dari seluruh neoplasma
intrakranial.
Etiologi
◦ IDIOPATIK
Dapat disebabkan juga:
◦ Perubahan DNA (mutasi) suatu sel
◦ Cacat genetik
◦ Hasil metastasis neoplasma dari tempat lain
Epidemiologi
◦ Sering ditemukan pada dewasa muda, dapat ditemukan juga pada remaja maupun usia lanjut
◦ Insidensnya meningkat dengan semakin meningkatnya usia
◦ Sekitar 10% dari seluruh tumor intrakranial merupakan tumor hipofisis
◦ U: Terutama terdapat pada usia 20-50 tahun
◦ JK = Laki- laki < wanita
klasifikasi
Berdasar
Berdasarkan Hormon yang o Disebut Null cell/
ukuran Diproduksiny undifferentiated tumor
& non hormon
• Mikroadenoma; a producing adenoma
o ukuran kurang dari 10 mm • Adenoma o Tahap ini asymptomp
o Lokasi selalu masih dalam sella turcica (-) o Tumor bermassa solid
Hipofisis Non atau campuran kistik
menginvasi struktur terdekat
Fungsional
• Makroadenoma;
o ukuran lebih dari 10 mm
• Adenoma o 52% tumor yang
o Meluas dan (+) invasi sinus cavernosa Hipofisis mengekskresikan PRL
o 0.3% TSH
tau sphenoid Fungsional o 27% GH.
o 20% ACTH
◦ Klasifikasi berdasarkan hormon yang diproduksinya, tumor pada kelenjar ini dibedakan menjadi 2 jenis:
1. Adenoma hipofisis non fungsional (tidak memproduksi hormon)
2. Tumor hipofisis fungsional yang terdiri dari:
◦ Adenoma yang bersekresi prolaktin
◦ Adenoma yang bersekresi growthhormon(GH)
◦ adenoma yang bersekresi glikoprotein (TSH, FSH, LH)
◦ Adenoma yang bersekresi adrenokortikotropikhormon(ACTH)
1. Adenoma Hipofisis non fungsional
◦ Tumor ini berkisar sekitar 30% dari seluruh tumor pada hipofisis. Biasanya muncul pada dekade ke 4 dan
ke 5 dari kehidupan, dan biasanya lebih sering ditemukan pada laki-laki daripada wanita. Nama lain dari
tumor ini yaitu Null cell tumor, undifferentiated tumor dan non hormon producing adenoma.
◦ Karena tumor ini tidak memproduksi hormon, maka pada tahap dini seringkali tidak memberikan gejala
apa-apa. Sehingga ketika diagnosa ditegakkan umumnya tumor sudah dalam ukuran yang sangat besar,
atau gejala yang timbul karena efek masanya. Tumor biasanya solid walaupun bisa ditemukan tumor
dengan campuran solid dan kistik.
2. Adenoma Hipofisis Fungsional
◦ Pada penelitian dari 800 pasien yang menderita tumor hipofisis, 630 pasien merupakan tipe functioning
pituitary tumors yang terdiri dari:
◦ 52% merupakan tumor yang mengsekresikan prolactin
◦ 27% merupakan tumor yang mengsekresikan GH
◦ 20% merupakan tumor yang mengsekresikan ACTH
◦ 0,3% merupakan tumor yang mengsekresikan TSH
Manifestasi Klinis
• (-) gangguan atau perubahan
hormon yang berarti • Ukuran>>
• Undetected  besar gejala berat
• Nyeri kepala • Peningkatan sekresi:
• Gangguan lp. Bitemporal o PRL
SIADH DI • Menekan CN  sekret dari
• Hipersekresi • Hiposekresi (ptosis, diplopia, nyeri areola
ADH ADH wajah) o GH
• Hiponatremia
• Hipotonis
Posterior • Poliura • Gangguan Hipofisis (+) o TSH, FSH, LH
o ACTH
• Haus berlebih (hipotiroidsm, hipoadrenalism,
plasma • Nokturia
• BB>> hipogonadism)
Non
• Lemah, fungsion
fungsion
letargi al
al
Anteri
or
PROLACTINOMA
Definisi
◦ Suatu kondisi dimana non cancerous tumor (adenoma) dari kelenjar hipofisis di otak mengalami
overproduksi hormon prolaktin.
◦ Adenoma hipofisis yang paling sering ditemukan. Prolaktinoma berasal dari sel laktotorf di kelenjar
hipofisis anterior yang menghasilkan hormon prolaktin.
Etiologi
◦ Masih belum diketahui secara pasti
◦ Terjadi jika PRL yang mengisi Sella turcica dan mengadakan penekanan Lobus Anterior dan Posterior
karena adanya adenoma
Epidemiologi
◦ Adenoma hipofisis yang paling sering ditemukan
◦ Prevalensi prolaktinoma adalah 1000 dari satu juta populasi.
◦ Angka kejadian tiap tahunnya adalah 4-6 orang tiap 1 juta populasi.
◦ Laki - laki : perempuan = 1 : 10
◦ Laki – laki lebih banyak ditemukan  macroadenoma
Gejala Klinis
◦ Galaktorrea
◦ Disfungsi gonad
◦ Wanita
Amenorrea, oligoamnorea dengan siklus anovulatirok, infertilitas, berkurangnya lubrikasi krn defisiensi
estrogen.

◦ Pria : libido menurun, pembesrn sellar, sakit kepala, gangguan penglihatan, berkurangnya jumlah sperma
Diagnosis
Anamnesis: Px. Fisik:

◦ Riwayat keadaan menstruasi, kehamilan, ◦ Pemeriksaan kadar prolaktin, gonadotropin, tes


kesuburan, fungsi seksual, dan gejala fungsi tiroid, kadar TSH, dan testosteron pada pria
hipertiroidisme atau pituitarisme. ◦ Fungsi hepar & ginjal
◦ Terapi obat-obatan dengan estrogen ◦ Tes kehamilan
◦ Amenorea atau galaktorea
◦ Pemeriksaan mata
Px. Penunjang:

◦ MRI
◦ CT-Scan
◦ Tes darah
Tata Laksana
◦ Indikasi Terapi Prolaktinoma:
◦ Makroadenoma
◦ Mikroadenoma yang membesar
◦ Infertilitas
◦ Galaktorhea
◦ Ginekomastia
◦ Defisiensi testosteron
◦ Oligomenore atau amenore
◦ Terapi yang sering dilaksanakan:
◦ Medikamentosa (agonis dopamin)
◦ Pembedahan
◦ Radioterapi
Medikamentosa
◦ Agonis dopamin terdiri atas:
◦ Bromokriptin
◦ Cabergoline
◦ Pergolide
◦ Quinagolide
Bromokriptin
◦ Memiliki aktivitas agonis terhadap reseptor D2 dan antagonis terhadap D1
dengan waktu paruh yang singkat.
◦ Pemberiannya 2-3x/hari
◦ Dosis: 2.5- 15 mg/hari
◦ Efek:
◦ ukuran tumor cepat mengecil disertai dengan perbaikan keluhan akibat efek
massa dalam hitungan hari (makroadenoma)
◦ normalisasi prolaktin, perbaikan fungsi gonad, dan pengecilan ukuran tumor
(mikroadenoma)
◦ Efek samping: Terutama pada sistem saluran cerna, saraf, serta
kardiovaskular.
◦ Mual dan muntah yang persisten
◦ Sekitar 1/4 pasien mengalami hipotensi postural pada awal terapi.
◦ Sakit kepala dan pusing

• Cara meminimalkan efek samping adalah menaikkan dosis secara bertahap dan meminum obat dengan makanan
sebelum tidur.
• Biasanya dinaikkan 1,25-2,5 mg/hari

• Penghentian bromokriptin terkait dengan membesarnya kembali ukuran tumor.


Cabergoline
◦ Agonis selektif terhadap reseptor D2 kerja panjang.
◦ Dosis awal:
◦ 1 mg/minggu pada makroprolaktinoma
◦ 0.5 mg pada mikroprolaktinoma atau hiperprolaktinemia idiopatik
◦ Efek:
◦ normalisasi prolaktin, perbaikan fungsi gonad, dan pengecilan ukuran tumor.
◦ Sekitar 80% pasien mengalami pengecilan > 20% ukuran awal dengan 1/3 di
antaranya tidak terlihat tumor pada pencitraan.
◦ Efek samping:
◦ Mual dan muntah yang persisten
◦ Sekitar 1/4 pasien mengalami hipotensi postural pada awal terapi
◦ Sakit kepala dan pusing

◦ Efek samping pada cabergoline < bromokriptin


◦ Pada pasien dengan
keluhan akibat efek
massa atau defisit lapang
pandang diperlukan
peningkatan dosis yang
lebih cepat.
◦ Dosis maksimal:
◦ 10 mg -> Bromokriptin
◦ 3 mg -> Cabergoline
Bedah
◦ Indikasi tindakan bedah: • Tindakan bedah yang dikerjakan
◦ Gangguan penglihatan mendadak umumnya adalah operasi
◦ Sakit kepala hebat transfenoid dengan teknik
◦ Gangguan kesadaran akibat endoskopi yang bersifat invasif
apopleksi hipofisis minimal.
◦ Kegagalan terapi medikamentosa
yang ditandai penurunan atau • Menurunkan ukuran tumor secara
peningkatan kadar prolaktin yang cepat dan dekompresi tangkai
tidak signifikan atau tumor yang hipofisis, kiasma optikus, dan sinus
membesar selama terapi kavernosus.
Radioterapi
◦ Saat ini di lndonesia telah digunakan teknik baru radioterapi dengan
stereotaktik atau disinari dengan radiasi konvensional dan pisau Gamma
◦ Digunakan pada pasien dengan prolaktinoma yang memburuk setelah
medikamentosa dan bedah
◦ Terapi radiasi dengan 4000-5000 rad mencegah pertumbuhan tumor, walaupun
kadar prolaktin tidak turun sampai nilai normal.
◦ Efek samping yang terjadi akibat tindakan radioterapi adalah hipopituitari,
kerusakan nervus optikus, serta resiko tumor otak sekunder.
Prognosis
◦ 90-95% pasien kadar prolaktin kembali normal pada pengobatan
medikamentosa dalam jangka panjang.
Daftar Pustaka
◦ Endokrinologi Dasar & Klinik, Francis S. Greenspan John D
◦ Journal Of The Indonesian Medical Association
◦ http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi50.pdf
◦ https://emedicine.medscape.com/article/124634-overview

Anda mungkin juga menyukai