Anda di halaman 1dari 43

PEMELIHARAAN PERALATAN

Oleh

Ismiyatun SP.d
A. PENDAHULUAN
Organisasi pemeliharaan peralatan terdiri dari tiga
bagian utama, yaitu :
1. Jalur pemeliharaan/perawatan
Terdiri dari pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh
bagian pemeliharaan
2. Sistem manajemen pemeliharaan
Suatu sistem yang didbentuk dari petugas dengan
tugas-tugasnya agar jalur pemeliharaan ini berjalan
dengan baik
3. Dokumen dan catatan
Merupakan alat utama manajemen dan komunikasi
bagi manajer pemeliharaan
1. JALUR/SIKLUS PEMELIHARAAN
a. Pelumasan dan pemeliharaan
Elemen pertama dari jalur pemeliharaan adalah pelumasan dan
pemeliharaan rutin, termasuk pelumasan, penggantian oli dan
saringannya dan penyetelan ulang bagian-bagian mekanis. Semua
organisasi pemeliharaan harus melaksanakan tugas-tugas dasar ini
dengan keahlian dan mendekati kesempurnaan. Untuk terwujudnya
dengan baik tugas-tugas ini, pelaksanaan pemeliharaan dan
pelumasan harus merupakan ketetapan rutin. Keterangan tentang
apa yang harus dilakukan , kapan melaksanakannya, dan bagaimana
cara melakukannya juga terdapat pada buku petunjuk pemeliharaan
dan pelumasan untuk tiap jenis model alat.
Sangatlah penting bahwa tugas rutin ini dilaksanakan sesuai dengan
jadual yang sudah ditentukan untuk mengurangi gangguan pada saat
alat beroperasi dan meningkatkan penugasan dari para mekanik
pemeliharaan.
Pentingnya kontrol bagi manajemen untuk mengetahui apakah tugas
sudah dilakukan, kapan dilakukan dan siapa yang melakukannya
perlu adanya suatu prosedur pemenuhan data arus balik.
b. Inspeksi / Pemeriksaan
Nilai dari program inspeksi yang baik tidak dapat
disangsikan lagi. Suatu program inspeksi yang baik,
ataupun tanpa itu, akan jelas mempengaruhi biaya dan
pengadaan alat. Suatu program inspeksi yang baik
sering menentukan apakah pemeliharaan secara aktif
dikontrol dan diatur, atau bila tidak berfungsi maka
organisasi itu akan bertindak dari suatu krisis kepada
krisis lainnya dan tidak pernah ada kontrol terhadap
alat.
Agar efektif, tugas inspeksi harus dijadualkan untuk
mengurangi gangguan produksi, dan inspeksi harus
dilakukan dengan cepat dan efisien.
Penjadualan harus termasuk pemeriksaan dan pemeriksaan di sini
merupakan bagian dari pemeliharaanrutin dan berkala yang
meliputi :
1) Pemeliharaan harian (setiap 8 jam)
2) Pemeliharaan mingguan (setiap 50 jam)
3) Pemeliharaan bulanan (setiap 200 jam), termasuk tune-up
ringan untuk mesin-mesin kecil
4) Pemeliharaan berkala lainnya setiap :
 1000 jam/2000km
 5000 jam/10.000km
 10.000 jam/50.000km
Suatu elemen kontrol yang penting dari tugas inspeksi adalah
keterampilan balik yang di dapat manajemen. Ini dapat berupa
suatu daftar inspeksi yang telah diisi, yang melaporkan bahwa
inspeksi telah dilaksanakan dan menyebutkan kerusakan yang
ditemukan pada pemeriksaan. Ini sangat penting karena langkah
berikutnya dalam jalur pemeliharaan adalah analisa hasil inspeksi.
c. Hasil Inspeksi
Analisa ini membantu menentukan apakah jalur pemeliharaan harus
dipersingkat, dalam hal ini dialihkan pada perbaikan darurat, diluar
jadwal yang ditentukan. Pilihan yang lain adalah melanjutkan dengan
elemen terkontrol dan terencana yang lebih efisien hasilnya dan biaya
kerja rendah.
Langkah yang harus diambil dari hasil inspeksi ini adalah menemukan
hal-hal yang perlu penanganan segera biasa disebut dengan
perbaikan darurat(emergency repair). Perbaikan darurat dapat
dilaksanakan kerusakan berpotensi mengakibatkan problema yang
serius atau mahal bila tidak segera dipebaiki.
Dari hasil inspeksi ini juga dapat ditemukan hal-hal yang dapat
dijadualkan perbaikannya pada waktu yang akan datang dan memberi
kesempatan kepada manajemen dan proses control untuk mengambil
langkah sehingga lebih efektif dan efisien.
Bila hasil inspeksi ini diketahui, langkah berikutnya dalam jalur
pemeliharaan adalah bertatap muka atau berkomunikasi dengan
beberapa departemen dan manajer agar jelas tindakan apa yang akan
diambil, dimnegerti dan disetujui.
d. Evaluasi dan Kesimpulan
Dalam proses evaluasi, Departemen Produksi selaku
departmen yang menggunakan alat harus dimintakan
pendapat dan persetujuannya untuk perbaikan di luar
di luar jadual atau penjadualan perbaikan pada waktu
yang akan datang. Persetujuan antara bagian produksi
dan bagian pemeliharaan biasanya sulit menghasilkan
suatu kesamaan pendapat, tetapi hal ini tidak dapat
dikesampingkan begitu saja. Langkah yang tepat pada
jalur pemeliharaan adalah menentukan sasaran
perbaikan.
e. Menetapkan rencana Perbaikan
Menentukan sasaran perbaikan akan memberikan beberapa
pilihan dalam membantu pelaksanaan perbaikan.
Pentinga bagi manajemen meninjau beberapa kemungkinan
seperti melakukan perbaikan oleh tenaga mekanik sendiri atau
meminta agen tunggal untuk memperbaikinya, memakai
komponen penukar dari pada meremajakan , atau penggantian
komponen terencana.
Langkah lain meliputi perencanaan yang meliputi bagaimana dan
dimana perbaikan itu dilakukan, siapa yang mengontrol dan siapa
yang melaksanakan perbaikan. Ini juga memerlukan koordinasi
dari semua elemen yang termasuk dalam tugas seperti tenaga
terampil, suku cadang, tempat perbaikan, alat bantu, peralatan
dan buku petunjuk. Utnuk melakukan ini diperlukan suatu jadual
induk pelaksanaan untuk mengikutsertakan semua elemen kerja.
Begitu langkah di atas telah siap maka dilanjutkan pelaksanaan
perbaikan terencana.
f. Pelaksanaan Perbaikan
Dengan surat perintah kerja jelas tertera instruksi perbaikan, dan
membantu pengontrolan tenaga kerja dan material yang dipakai
dalam perbaikan. Perbaikan dilakukan pula pada kondisi-kondisi
berikut :
 Kerusakan di luar rencana/estimasi/perkiraan,(perbaikan
ringan, perbaikan berat)
 Perbaikan perawatan berkala sesuai jadual
 Perbaikan besar (General Overhaul), sesuai ketentuan yakni :
 PTK 1, PTK 2, PTK 3, PTK 4 dan PTK 5
 Peremajaan atau kondisi diluar perkiraan standar
Pada saat perbaikan dilakukan, ada kesempatan yang sangat baik
untuk melakukan tambahan inspeksi dan pengetesan. Ini akan
mengurangi gangguan di kemudian hari dengan
menemukanproblema yang dapat ditanggulangi pada saat itu.
Pada saat pekerjaan perbaikan selesai, ada langkah lain yang
harus diambil sebelum menyatakan bahwa perbaikan selesai.
g. Pengendalian Mutu
Langkah ini adalah pengecekan “quality control”, dan walaupun ini
terpisah tetapi tidak boleh diabaikan, ini sesungguhnya bagian
penting dari tiap perbaikan.
Arti dari quality control adalah bahwa tiap pekerjaan diperiksa
dan dites sebelum alat dioperasikan kembali. Testing sangat
penting khususnyauntuk komponen rumit seperti Engine dan
Transmission guna mendeteksi problema sebelum dipasang
kembali. Jangan menggunakan alat (Machine) sebagai “test bench”.
Hasil inspeksi dan testing dicatat dan merupakan dokmen tertulis
untuk ditinjau kembalioleh manajer bengkel atau peralatan.
Dengan selesainya perbaikan dan pengecekan mutu, langkah
berikutnya pada jalur pemeliharaan adalah laporan
penyelesaiankerja utnuk mereka yamg berkepentingan guna
mengetahui bahwa alat dapat kembali beroperasi. Laporan
penyelesaian kerja dilakukan secara lisan tapi lebih baik dibuat
laporan tertulis.
h. Laporan
Bagian produksi atau koordinator pemeliharaan dapat
diberitahu secara lisan, tetapi keterangan tertulis berdasarkan
data peralatan konstruksi, surat perintah kerja dan
rekapitulasi biay adiperlukan untuk data arsip alat.
Laporan pelaksanaan lengkap tiap langkah dalam jalur
pemeliharaan sangat penting, walaupun ini lebih memerlukan
keterampilan manajemen daripada mempersingkat jalur,
keuntungan dari jalur pemeliharaan lengkap sangat banyak
artinya.
Keuntungan pertama adalah penghematan tenaga kerja.
Walaupun pada permulaannya akan ada tenaga kerja ekstra
dan perlu perhatian dan waktu dari manajemen untuk
menggunakan jalur pemeliharaan lengkap tetapi dikemudian
hari pemeliharaan dan perbaikan akan lebih efisien. Ini
merupakan faktor yang berarti untuk memperkecil biaya kerja.
Keuntungan kedua dari jalur pemeliharaan adalah bahwa
perbaikan-perbaikan akan dilakukan lebih efisien dan tidak
mahal, mutu perbaikan tinggi serta berkurangnya kerja ulang.

Keuntungan ketiga adalah dapat menghasilkan system pengadaan


alat yang baik, terutama bila program inspeksi ditekankan.

Keuntungan keempat adalah umur alat bertambah. Manajemen


akan mendapat catatan dan informasi yang lebih abil sebagai
sarana untuk rencana perbaikan dan menekan biaya. Mengikuti
tiap langkah dapat juga mendeteksi problema gawat yang akan
menambah biaya atau kerusakan berat.

Disamping hal tersebut diatas, ada hal-hal penting lain yang


harus diperhatikan untuk melengkapi organisasi pemeliharaan
dari elemen kerja pada jalur pemeliharaan.
2. SISTEM MANAJEMEN PEMELIHARAAN
Untuk mengontrol laju pemeliharaan, diperlukan suatu sistem
manajemen pemeliharaan.

Sistem yang akan dibahas, terutama untuk peralatan konstruksi


pada tugas pekerjaan tanpa memperhatikan jabatan atau
struktur. Ini disebabkan pada beberapa organisasi seseorang
merangkap nenerapa pekerjaan yang harus diawasi.

Pembahasan diawali dengan menggambarkan pemeliharaan


pralatan konstruksi yang merupakan pekerjaan dari dua petugas
utam, yaitu Foreman dan Serviceman.

Tugas seorang foreman adalah memberi tugas kerja dan tugas


Serviceman adalah melaksanakan kerja.
a. Foreman (Pengawas Pemeliharaan)
Tugas utama dari seorang foreman adalah memimpin
tenaga kerja, bukannya mencari suku cadang atau menjadi
pesuruh.

Agar oraganisasi bisa efektif, foreman harus


menyumbangkan sebagian besar waktunya (80% atau
lebih) pada aktifitas pengawasan langsung dalam
memimpin.

Foreman juga harus memastikan bahwa para pekerja


mendapatkan literatur teknik yang sesuai dan alat kerja
khusus. Pada perbaikan daruruat ataupun diliar jadual,
foreman biasanya mengatur tempat perbaikan , tenaga
kerja, peralatan,dll.
b. Serviceman (Pelaksana service / pemeliharaan)
Seorangg mekanik harus menggunakan sebagian besar
waktunya untuk melakukan pekerjaan perbaikan. Ia
juga pada posisi untuk melakukan inspeksi pada alat
yang sedang diperbaikiguna meneliti adanya problem
lain dan ia dapat melakukan testing pada beberapa
sistem alat. Ia harus mengisi kartu kerja (time card),
dan pada perbaikan di luar jadual, ia yang akan
membuat permintaan suku cadang yang diperlukan
c. Quality Control
Quality Control harus menjadi bagian dari manajemen
pemeliharaan. Seorang inspektur atau pengawas madya,
harus melakukan tugas ini dan melaporkan penyelesaian
perbaikan pada supervisor. Quality Control tidak boleh
dilakukan oleh orang yang melakukan pekerjaan perbaikan.
Kegunaan dari quality control termasuk inspeksi dan
keperluan testing dari kerja perbaikan yang selesai
dikerjakan. Setiap kerusakan atau problema harus dicatat
dalam dokumen, karena manajemen dan training perlu
mengetahuinya. Bila pemeriksaan quality control telah
dilakukan dengan baik, buatkan pemberitahuan
penyelesaian atau surat perintah kerja dan di paraf sebagai
tanda selesai perbaikan.
Beberpa fungsio penting lainnya juga termasuk dalam
sistem manajemen pemeliharaan
d. Inspeksi
Fungsi inspeksi sangat penting apakah dilakukan secara
harian, mingguan atau berkala, merupakan bagian dari
jalur pemeliharaan dan harus menghasilkan laporan
inspeksi untuk dapat dianalisis.
Analisis ini akan membuahkan kesimpulan apakah
diperlukan suatu perbaikan darurat atau perbaikan dapat
dilakukan pada waktu mendatang. Laporan disampaikan
pada perencana pemeliharaaan yang kemudian akan
memasukkan dalam rencan kerja pada jadual induk. Pada
ssat inilah tercapai persetujuan penjadualan dengan
bagian produksi.
Tugas seorang inspektur adalah memeriksa alat,
menyelesaikan pengisian, atau bila perlu membuat n
catatan lapora kelainan
e. Perencana Pemeliharaan
Fungsi dari perencanaan pemeliharaan, apakah merupakan kerja
tersendiri, digabung dengan tugas kerja lainnya atau kumpulan petugas-
petugas tersendiri adalah sangat penting. Posisi ini mempunyai
tanggung jawab yang sangat peka dan memerlukan dukungan
manajemen utnuk melakukan kerja dengan lbaik.
Perencana pemeliharaan ;juga harus menghadapi bagian produksi,
kepala perbengkelan dan manajer peralatan.
Untuk perbaikan-perbaikan yang diajualkan, ia akan mengeluarkan
surat perintah kerja, memesan material dan suku cadang dan
memastikan bahwa pesanan diterima dengan baik.mempersiapkan
estimasi untuk bermacam pilihan perbaikan seperti penukaran
kompponen, peremajaan, diperbaiki sendiri atau ole agen tunggal,
mengontrol dokuumen dan kerusakan suku cadang terhadap garansi
kerjadan mengurus arsip catatan alat.
Dua elemen berikutnya yang ada kaitannya dengan sistem manajemen
pemeliharaan adalah Training dan Equipment Mnagemen. Tiap elemen
ini berkaitan dengan beberapa elemen lainnya dan fungsinya menjadi
makin penting.
f. Pelatihan (Training)
Training bertanggung jawab pada program pendidikan dasar
keterampilan untuk karyawan baru dan menambah pendidikan
untuk mekanik yang berpengalaman.
Training Manager mengkooordinasikan “on the job training”
(OJT) dan “Performance Oriented Trining”(POT).
OJT mendidik mekanik yang kurang punya pengalaman dengan
cara memberi krja mereka di bawah pengawasan langsung dari
para mekanik terampil yang telah dididik teknik OJT.
POT memerlukan daftar inventaris keterampilan dari tiap
mekanik dan suatu program pengembangan keterampilan sesuai
kebutuhan organisasi pemeliharaan.
Bagian training jiga mengorder literature service dan material
training dari agen tunggal atau pabrik dan mengkoordinasi
pendidikan ditempat kerja atau pada bagian pendidikan
keagenan tunggal
g. Manajer Peralatan
Manajer peralatan atau penentu pemakaian peralatan memegang peranan
penting dalam kelancaran fungsi kerja organisasi pemeliharaan. Diantara
peran itu adalah memonitoring segala kegiatan dengan kemampuan
melihat melalui sekatan dinding. Manajer peralatan diibaratkan harus
mampu bekerja sebagai pengurus tenaga kerja seperti Dale Carnegie,
seorang manajer keuangan dan akuntan setaraf Price Waterhouse, seorang
wasit penyelesai sengketa dengan keterampilan seperti Moses, seorang
penyelidik dengan kemampuan seperti Sherlock Holmes, seorang
perunding seperti Henry Kissinger dan seorang perencana dengan
minimum 500 kegiatan yang berbeda.
Ini adalah gambaran yang mendekati kebenaran tentang pentingnya fungsi
manajer peralatan, tetapi agar diperhatikan bahwa semua ini merupakan
keterampilan manajemen. Dalam sisitem manajemen pemeliharaan,
kemampuian melakukan pekerjaan anak buah adalah kurang penting dari
pada kemampuanmengatur kegiatan kerja anak buah.
Satu elemen lagi pada sistem manajemen pemeliharaan adalah Records
dan Data
h. Data dan Record
Fungsi ini menyediakan laporan hasil kerja dari seluruh organisasi
pemeliharaan dan membantu dalam kontrol inventarisasi.
Langkah pertama adalah mengumpulkan dari macam-macam
dokumen dan laporan dari seluruh elemen organisasi
pemeliharaan.
Kebanyakan sistem tidak berjalan baik bila hanya berdasarkan
instruksi dan laporan lisan. Hal ini harus berdasarkan pada data
peralatan konstruksi, dokumen dan catatan.
Fungsi catatan dan data adalah untuk mempersiapkan ringkasan
laporan, dan digunakan untuk dibagikan sesuai dengan kebutuhan
organisasi pemeliharaan.
Inventory control tergantung pada catatan dan data yang tepat
untuk menghindari kelambatan dan menyebabkan kekurangan
atau kelebihan stok yang merugikan perusahaan.
Bagian terakhir dari organisasi pemeliharaan ialah document dan
record flow.
3. DOKUMEN & ALUR PENCATATAN (DOCUMENT RECORD
FLOW)
Pencatatan adalah bagian vital dari program manajemen, tanpa
catatan, tidak akan ada program, tetapi membuat catatan saja
tidaklah cukup.
Catatan harus mengandung informasi yang dapat digunakan pada
tiap tingkatan manajemen operasi. Informasi harus tepat, siap
setiap saat diperlukan dan mudah untuk dimengerti. Informasi
harus ditetapkan kegunaannya lebih dahulu dan didistribusikan
dengan baik sebelum dilaksanakan pengumpualan data.
Sistem catatan dan dokumen terdiri atas informasi tingkat awal,
informasi untuk pembaharuan sistem dan laporan hasil
pencatatan untuk membantu pengaturan program pemeliharaan.
Untuk melaksanakan sistem pencatatan, diperlukan informasi
tingkat awal.
a. Record data awal
Biasanya dokumen pertama adalah laporan pemeriksaan
penyerahan seperti juga laporan kondisi alat waktu diterima.
Laporan pemeriksaan penyerahan menncantumkan serial
nomor dari alat dan kelengkapannya.
Usage projection atau perhitungan pemakaian, terdiri dari
pengaturan jam kerja dan beban kerja yang dilakukan, dicatat
dalam sistem guna membantu penjadualan inpeksi dan
pemeliharaan pelumasan.
Perhitungan pemakaian juga termasuk penjadualan jarak waktu
pemeliharaan pelumasan dan inspeksi, dan ditentukan bagian-
bagian yang harus di inspeksi.
Bila pemakaian dan beban kerja berubah, jarak waktu
pemeliharaan pelumasan dan inspeksi juga harus diubah.
Bila semua informasi sudah dicatat dalam sistem, maka yang
diperlukan adalah pembaharuan data.
b. Pembaharuan data (Up date)
Bila sistem catatan pemeliharaan sudah dibuat, sangatlah
penting untuk mendapat informasi balik guna mengetahui
bahwwa program pemeliharaan sudah dilakukan.
Inspeksi dari mulai pemeriksaan keliling sampai dengan
pengetesan yang mendalam harus di masukkan dalam sistem
pencatatan. Suatu pedoman atau daftar pengecekan harus
disiapkan untuk inspektur agar pada saay penyelesaian
inspeksi, daftar pengecekan di tanda tangan I oleh inspektur.
Hal ini sangat berguna sebagai pemasukan data dokumen
dan juga mengetahui kekurangan atau kelainan kelainannya.
Sistem juga memerlukan pembaharuan data jam kerja mesin
secara terus menerus untuk memastikan pelaksanaan
pemeliharaan pelumasan dan inspeksi yang dijadualakan
telah dikelola dengan baik.
Jumlah ;jam kerja bisa di dapat dari “service meter” atau dari
jam kerja operator.
Hal yang penting untuk pembaharuan data iinformasi adalah
informasi balik tertulis yang menyatakan bahwa jadual
pelaksanaan perawatan pelumasan selesai dikerjakan.
Data dari syrat perintah kerja, seperti biaya suku cadang dan
ongkos kerja dapat dipakai sebagai peneliti biaya perbaikan
alat. Dari pengumpulan informasi ini dapat diperoleh
gambaran tinfdakan apa yang akan dilakukan selanjutnya
c. Hasil akhir (keluaran)
Hasilpengumpulan data harus dapat dimengerti dan di
dokumentasikan dengan baik sehingga dapat digunakan para manajer
untuk merencanakan pengaturan peralatan, menjadualkan perbaikan,
dan mengadakan tindakan perbaikan untuk mengurangi
gangguandiluar jadual.
Hasil catatan yang tepat dan meliputi segala hal sangat penting sebagai
sarana bagi manajemen.
Salah satu hasil laporan yang diperlukan adalah laporan kegiatan yang
dikeluarkan baik mingguan atau bulanan yang mencantumkan tugas-
tugas pemeliharaan pelumasan atau inspeksi teknik dan keselamatan.
Ini memungkinkan para petugas lapangan utnuk terus mengikuti dan
memastikan bahwa fungsi pemeliharaan tidak dilupakan.
Disamping itu manajer proyek harus menerima ringkasan laporan
kegiatan dari hal yang telah dijadualkan sehingga peralatan dapat
dimanfaatkan secara efisien. Hal ini akan meningkatkan komunikasi
antara bagian pemeliharaan dan produksi.
Laporan yang harus mengiringi laporan kegiatan atau bagian
dari laporan kegiatan itu sendiri adalah laporana pengecualian
dengan catatana masalah perawatan yang melampaui
waktunya dan harus di kirimkan kepada perencana
pemeliharaan dan manajer proyek.
Laporan keadaan alat menggambarkan keadaan sebenarnya
dari semua keterangan pemeliharaan pelumasan dan inspeksi
yang sudah dicantumkan dalam sistem. Tambahan atau
perbaikan dapat dicatat dan dimasukkan dalam sistem untuk
tiap alat.
Laporan ini juga menunjukkan apakah komponen-komponen
utama memerlukan servis. Ini sangat membantu biala alat
berada dalam jadual untuk servis rutin dan komponen lainnya
sudah mendekati jadual waktu servis.Perencana pemeliharaan
dapat mengatur agar kedua tugas dapat dilakukan sekaligus
pada waktu iyang sama.
Laporan lokasi alat dipakai untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan sebagai berikut :
 Dimana lokasi dari tiap alat

 Bagaimana penggunaan alat itu sekarang

 Di mana alat itu digunakan sebelumnya

 Berapa persenkah kemampuannya

Untuk mengurangi biaya kepemilikan dan meningkatkan


pengembalian investasi, cara yang sangat efisien adalah
pengaturan penggunaan kemampuan alat untuk menghsilkan
pendapatan dari tiap alat yang dinilai dalam ribuan rupiah per
hari. Setiap usaha harus dilakukan untuk mengurangi jumlah
waktu dimana alat tidak dioperasikan. Hal ini hanya dapat
dicapai bila manajer peralatan terus menerus mengikuti
laporan lokasi alat.
Untuk membantu rencana perbaikan dari komponen utama adalah
adanya laporan umur komponen. Laporan ini menunjukkan jumlah
waktu operasi dari bermacam komponen alat pada saat itu.
Perencana pemeliharaan menggunakan laporan ini untuk :
 Menentukan umur servis komponen
 Merencanakan waktu penggantian atau peremajaan komponen
 Memproyeksikan biaya total peremajaan komponen
 Menentukan waktu penggantian alat yang paling ekonomis
Laporan umum komponen dipakai untuk menyusun laporan
penggantian komponen dan menyusun catatan lengkap perbaikan
untuk tiap alat.
Perencana pemeliharaan menggunakan laporan ini juga untuk :
 Mengemukakan biaya perbaikan komponen

 Menunjukkan dengan tepat problema perbaikan yang terus

menerus
 Menyediakan informasi klaim garansi

 Mengurangi gangguan di luar jadual


laporan biaya suku cadang dan ongkos kerja sesungguhnya
terbentuk dari beberapa laporan biaya yang digunakan oleh
manajer peralatan yang berisi informasi tentang :
 Biaya aktual alat terhadap biaya yang dianggarkan untuk

peralatan konstruksi
 Penyediaan alokasi perbaikan besar(overhaul) pada
perbaikan di kemudian hari
 Perubahan harga biaya penggantian (Part Exchanges)

 Biaya depresiasi sesungguhnya

 Perhitungan bunga uang

 Biaya eksploitasi rata-rata

Suatu laporan yang memberikan indikasi kemampuan peralatan


dan hasil kerja program pemeliharaan adalah laporan kesiapan
alat. Hasil kerja bengkel merupakan topik yang luas tetapi
manajer peralatan memerlukan laporan untuk penilaian hasil
kerja kegiatan perbaikan.
Hal-hal yang perlu mendapat perhatian dalam laporan macam
ini adalah jumlah kerja ulang dan standar kerja.
Suatu organisasi pemeliharaan harus dibentuk untuk
melakukan kpntrol terhadap pelumasan, pemeliharaan dan
perbaikan berkala. Sistem manajemen diperlukan guna
memastikan bahwa kerja yang ditentukan dalam jalur
pemeliharaan dilaksanakan secara baik.
Terakhir, dokumen dan saluran pencatatan merupakan sarana
yang penting bagi manajemen.
Kesimpulannya adalah bahwa organisasi pemeliharaan
dibentuk untuk meningkatkan keuntungan bukan untuk
menambah pengeluaran biaya, guna mengontrol administrasi
pendataan bukan untuk menambahnya, serta menghasilkan
sistem pemeliharaan yang baik, terencana dan bukan
perbaikan darurat.
SIKLUS PEMELIHARAAN
4. TEKNIK – TEKNIK PEMELIHARAAN PERALATAN
a. Jenis Alat
 Spesifikasi alat
 Kemampuan alat bekerja pada medan ringan, sedang dan
berat
 Kapasitas alat
 Faktor-faktor K3
b. Trouble Shooting
Mengetahui secar garis besar jenis-jenis kerusakan yang akan
terjadi sesuai PTK II sampai dengan PTK IV
c. Kerusakan Berkala
 Kerusakan berkala ini dapat diketahui dengan memprediksi
suatu jadual overhaul
 Kerusakan yang parah dapat dihindari jika pelaksana
mengerti proses perbaikan/ maintenance dan ketentuan
PTK I sampai dengan PTK IV
d. Analisa Kerusakan
1) Setiap kerusaka dari unit yang telah di breakdown harus
dibuat analisa dan evaluasi :
 Persiapan suku cadang/material
 Dilaporkan ke manajemen agar ada perbaikan program, baik
untuk pemeliharaan maupun sistem perbaikan
 Dasar pengambilan keputusan apakah alat masih dapat
dipakai atau tidak
2) Mengapa kerusakan terjadi :
 Kealahan operasi
 Kesalahan assembly dari pabrik
 Kesalahan pemasangan saat perbaikan
 Kesalahan tidak menepati jadual pemeliharaan atau salah
dalam melaksanakan pemeliharaan
3) Menentukan langkah-langkah perbaikan
e. Langkah-langkah Perbaikan Darurat
Perbaikan darurat dilaksanakan dalam kondisi
mendesak yang menyangkut K3 dan apabila kerusakan
dapat diatasi sementara
f. Perbaikan Besar (Overhaul)
Adalah perbaikan menyeluruh dari bagian-bagian yang
rusak seperti PTK III, PTk IV, PTK V.
g. Persiapan Perbaikan Besar (Overhaul)
– Dibuat jadualpendatangan suku cadang
– Dibuat jadual perbaikan
– Inventarisasi Tools/sarana
– Inventarisasi tenaga mekanik pemeliharaan dan
perbaikan
h. Inspeksi
Inspeksi ini harus dilakukan pada setiap proses
perbaikan baik yang akan selesai maupun telah selesai,
dengan maksud menjamin alat-alat agar benar-benar
siap pakai dengan mutu perbaikan yang baik.
Inspeksi harus di lakukan bersama - sama antara
petugas perbaikan dengan quality controller.
Dalam melaksanakan inspeksi akan dijumpai temuan -
temuan. Temuan tersebut harus dibuat kesimpulan
dan saran - saran untuk perbaikan, selanjutnya dapat
digunakan untuk usulan/saran guna memperbaiki
kekurangan, kesalahan - kesalahan yang pernah
terjadi, agar menjadi lebih baik dan kesalahan yang
sama tidak terulang.
5. PENYEBAB MANAJEMEN PERALATAN KURANG BAIK
a. SDM kurang baik
b. Tidak ada perencanaan jadual
 Pemeliharaan
 Pengadaan suku cadang dan stok suku cadang
 Jadual overhaul
c. Pengawasan (control) tidak ada :
 Sebelum pekerjaan (Pra control)
 Selama proses pekerjaan (Proses control)
 Pasca pekerjaan (Post control)
d. Analisa dan evaluasi efektifitas pemakaian peralatan
tidak ada.
Kesalahan dalam melaksanakan pemeliharaan akan
memungkinkan atau bahkan menyebabkan terjadinya
faktor kecelakaan kerja, hal ini disebabkan tidak
berfungsinya salah satu bagian/komponen karena
salah pemeliharaan tersebut.
Pada kondisi demikian akan terjadi kerugian
diantaranya hilangnya nyawa / tenag adan waktu
sehingga secara makro akan bermuara pada biaya, dan
tentunya akan menghambat produktifitas peralatan
konstruksi tersebut.
Untuk jelasnya dapat kita lihat pada gambar 1 berikut
ini :
Gambar 1. Hubungan antara kecelakaan dan biaya
6. PENGENDALIAN PEMELIHARAAN
Agar kesalahan pemeliharaan diantaranya salah memilih
material atau salah memasang dan menyetel, maka
diperlukan pengendalian atau control. Pengendalian
(control) adalah tugas yang tidak dapat diabaikan,
pendekatan yang sesuai akan dapat membantu tingkat
efektifnya pengendalian tersebut, disamping perlu
teredianya sistem yang baku dan dipahami oleh setiap
orang yang terlibay di dalamnya.

Pengendalian adalah usaha sistematik untuk memperoleh


informasi yang sesuai, menilai dan mengevaluasi serta
mengambil tindakan dalam hal adanya penyimpangan
dari kriteria yang ditetapkan.
Pada dasarnya pengendalian atau kontrol yang
dilakukan pada proses pemeliharaan / perawatan
ataupun perbaikan ringan dan berat mempunyai prinsip-
prinsip pengendalian yang sama dengan yang dilakukan
pada bagian operasi peralatan konstruksi, sebagaimana
tergambar pada proses pengendalian berikut ini.

Hasil dari proses control ini harus dievaluasi kembali


untuk melaksanakan tindakan perbaikan dengan
maksud untuk memperoleh hasil yang terbaik.
PROSES PENGENDALIAN

Anda mungkin juga menyukai