Anda di halaman 1dari 17

Inkontinensia dan

Osteoarthritis
pada Usia Lanjut
Yuda Ramdhani 102012393
Agnes Wisela gunawan 102015098
Dimas Syahputro 102015032
Joan Angelia 102015018
Julius Timothy102015180
Larissa Iranny 102015174

Tutor: dr. Haro


Skenario 4
Seorang perempuan berusia 70 tahun diantar oleh anaknya
yang paling kecil (anak ke-8) berobat ke Poli Geratri dengan
keluhan tidak dapat menahan kencing sehingga sering
ngompol sebelum sampai ke WC, jalan tidak bisa cepat,
harus pelan-pelan karena nyeri sendi lututnya untuk berjalan
dan takut jatuh, karena pernah jatuh. Kadang saat tertawa,
batuk juga ngompol. Karena tiak dapat menahan kencing,
ibu merasa sangat tidak nyaman, malu, sehingga segan untuk
keluar rumah, padahal sebelumnya ibu sangat aktif dalam
pergaulan. Riwayat oenyakit janutng, darah tinggi, kencing
manis sebelumnya tidak ada.
Rumusan Masalah
Perempuan 70 tahun tidak bisa menahan kencing
dan nyeri sendi lutut

Hipotesis
Perempuan 70 tahun tersebut mengalami
inkontinensia urin dan osteoarthritis
Anamnesis

Inkontinensia Osteoarthritis

Sudah berapa lama?


Sudah berapa lama?



Apakah terus menerus?

Apakah bisa dihentikan? ●
Waktu mengalami

Volume urin?

Ada nyeri, bau, warna khas pada nyeri?
urin? ●
Lokasi nyeri?

Riwayat penyakit yg
meningkatkan volume urin?

Riwayat trauma?
Pemeriksaan Fisik

Skenario Inkontinensia Osteoarthritis


Mobilitas dan kelincahan ●
Hambatan gerak

Keadaan: sakit ringan fisik ●
Krepitasi

Kesadaran : compos ●
Status mental (fungsi ●
Pembengkakan sendi
mentis kognitif) yang seringkali asimetris

Nadi : 85x/menit ●
Status neurologi ●
Tanda-tanda peradangan

RR: 20x/menit ●
Abdomen (nyeri, massa) ●
Perubahan bentuk

TD: 130/80 mmHg

Rectum (massa, ukuran) (deformitas) sendi yang

Pelvis (inflamasi, permanen

Suhu : 37°C Perubahan gaya berjalan
perdarahan) ●
Pemeriksaan Penunjang
Inkontinensia
Pemeriksaan
Kultur, IVU, sitologi, GD, kreatinin, urea

Laboratorium

Tes kekuatan otot sfingter ●


untuk menguji fungsi otot sphincter

Evaluasi urologi mendiagnosis penyakit ginjal atau infeksi saluran kemih


membedakan kelainan saluran reproduksi dari proses patologis


Evaluasi ginekologi

lainnya

Sistokopi menunjukkan batu atau efek obstruksi atau neoplasma


Uji urodinamik fungsi dan persarafan kandung kemih dan uretra



Pemeriksaan Penunjang
Osteoarthritis
Didasarkan pada gambaran klinis dan radiografis

Radiografi sendi: penyempitan celah sendi, peningkatan densitas tulang subkondral, kista
tulang, osteofit pada pinggir sendi, dan perubahan struktur anatomi sendi

OA tulang belakang: MRI & mielografi

Pemeriksaan laboratorium dan imunologi pada OA biasanya tak banyak


berguna.
Working Diagnosis

Inkontinen ●
Inkontinensia stress (akibat tekanan
intraabdominal )
sia ●
Inkontinensia urgensi (urin tidak dapat
ditahan)
Campuran

Osteoart ●
penyakit sendi degeneratif tang berkaitan
dengan kerusakan kartilago sendi
gangguan persendian, berkurangnya tulang
hritis

rawan sendi dan terjadi hipertofi tulang


Differential Diagnosis

Inkontinensia Urgensi Inkontinensia Stress


(tdk mampu menahan (tekanan intraabdominal
urin) )

Inkontinensia
Inkontinensia Overflow
Fungsional (fisik &
(urin menetes)
kognitif )
Etiologi

Inkontinensia Osteoarthritis

Bermacam, sesuai tipe yg ada. ●
penyakit gangguan homeostasis

karena kelemahan otot dasar
dari metabolisme kartilago
panggul ●
Faktor umur, penggunaan sendi

karena obstruksi uretra &
yang berlebihan, defek
produksi urin berlebih
anatomik, obesitas, genetik,

penurunan fungsi fisik dan
humoral dan faktor kebudayaan
kognitif
Epidemiologi

Inkontinensia Osteoarthritis


50-70% wanita dengan inkontinensia ●
Prevalensi OA lutut di Indonesia cukup
urin gagal untuk mencari pertolongan tinggi (mencapai 15,5% pada pria dan
medis akibat stigma sosial. 12,7% pada wanita)

Terdapat peningkatan risiko seiring dengan

Inkontinensia urin lebih sering terjadi
pertambahan usia, dan prevalensi meningkat
pada wanita dibandingkan pada pria dengan cepat pada populasi lansia

7% pada anak diatas 5 tahun, 10-35% ●
Pasien OA biasanya mengeluh nyeri pada
pada orang dewasa dan 50-84% pada waktu melakukan aktivitas atau jika ada
pasien geriatri. pembebanan pada sendi yang terkena.
Patofisiologi Inkontinensia
disebabkan karena komplikasi dari penyakit infeksi saluran kemih, kehilangan kontrol sfingter atau terjadinya
perubahan tekanan abdomen secara tiba-tiba.

Usia lanjut bukan merupakan penyebab terjadinya inkontinensia urin, melainkan kontributor terjadinya inkontinensia
urin.

Pada wanita terjadi penurunan hormon esterogen dan pada laki-laki hormon androgen, sebabkan perubahan anatomik
dan fisiologik pada saluran urogenital bagian bawah pada usia lanjut.

Melemahnya otot dasar panggul disebabkan oleh berbagai faktor fisiologis maupun patologis (trauma, operasi,
denervasi neurologik).

Proses menua pada sistem urogenital bawah mengakibatkan posisi kandung kemih prolaps sehingga melemahkan
tekanan sehingga urin keluar tidak tertahan.
Patofisiologi Osteoarthritis

dibedakan menjadi dua yaitu OA primer dan OA sekunder.

Jejas mekanis dan kimiawi pada synovia sendi terjadi multifaktorial dan merupakan faktor penting yang merangsang terbentuknya
molekul abnormal dan produk degradasi kartilago di dalam cairan synovial sendi yang mengakibatkan terjadi inflamasi sendi, kerusakan
kondrosit dan nyeri.

OA terjadi sebagai hasil kombinasi antara degradasi rawan sendi, remodeling tulang dan
inflamasi cairan sendi.

Penyebab rasa sakit itu dapat juga berupa akibat dari dilepasnya mediator kimiawi seperti kinin dan prostaglandin yang menyebabkan
radang sendi, peregangan tendo atau ligamentum serta spasmus otot-otot ekstra articular akibat kerja yang berlebihan.
Penatalaksanaan Inkontinensia

Terapi non farmakologi


- Bladder training: latihan menahan kemih
- Habbit training: biasakan berkemih pd waktu tertentu
- Promted voiding: mengajari kondisi berkemih
- Latihan otot dasar panggul: dengan mengkontraksikan otot
panggul)

Terapi farmakologi Pembedahan (untuk


(Hyoscamin, Tolterodin, Alat mekanik
merusak struktur dan
Impramin, (Produk-produk
Pseudoephedrine, Topical kekuatan otot
untuk inkontinensia)
estrogen) destrusor)
Penatalaksanaan Osteoarthritis

Terapi non-farmakologis Terapi farmakologis


Edukasi ●
Analgesik oral non opiat: obat bebas yg

Terapi fisik dan rehabilitasi: mengurangi rasa sakit
melatih pasien agar persendiannya

Analgesik topikal

Obat anti inflamasi non steroid/OAINS:
tetap dapat dipakai punya efek analgetik & anti inflamasi

Penurunan berat badan: BB ●
Chondroprotective agent:
berlebih akan memperberat menjaga/merangsang perbaikan tulang
penyakit OA rawan sendi
Komplikasi Inkontinensia Prognosis


Infeksi saluran kemih

Prognosis baik.

Kelainan kulit ●
Penderita lanjut usia dengan

Problem psikososial: mengubah kebiasaan inkontinensia banyak yang dapat
aktivitas diobati, terutama yang mempunyai

Gangguan tidur

Dehidrasi: kecenderungan untuk mengurangi
mobilitas dan fungsi mental cukup
minum dengan harapan mengurangi juga baik.
kemungkinan inkontinensianya ●
Bila tidak dapat diobati sempurna,

Prolaps: bagian dari vagina, kantung kemih, inkontinensia selalu dapat diupayakan
uretra turun ke pintu masuk vagina lebih ringan
Kesimpulan
Hipotesis diterima. Wanita berusia 70 tahun pada skenario

menderita inkontinensia urin campiran dan osteoarthritis.


Wanita lebih rentan terhadap inkontinensia urin

dibandingkan pria.
Hal ini dikarenakan berbagai risiko yang dialami wanita

seperti melemahnya otot dasar panggul akibat terlalu sering


melahirkan.

Anda mungkin juga menyukai