Anda di halaman 1dari 14

HIV/AIDS

H.Sulaiman, S.Pd, M.Pd


DEFINISI PENYAKIT HIV/AIDS

HIV ( Human immunodeficiency Virus ) adalah virus pada


manusia yang menyerang system kekebalan tubuh m
anusia yang dalam jangka waktu yang relatif lama dap
at menyebabkan AIDS, sedangkan AIDS sendiri
adalah suatu sindroma penyakit yang muncul secar
a kompleks dalam waktu relatif lama karena penur
unan sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infe
ksi HIV.
DEFINISI PENYAKIT HIV/AIDS
MENURUT PARA AHLI
• AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah sind
roma yang menunjukkan defisiensi imun seluler pada ses
eorang tanpa adanya penyebab yang diketahui untu
k dapat menerangkan terjadinya defisiensi terseb
ut sepertii keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit i
nfeksi yang sudah dikenal dan sebagainya (Laurentz ,1
997 ).
• AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang
merusak sistem kekebalan tubuh manusia (Wartono,
1999).
• AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit akibat
PATOFIOLOGI PENYAKIT HIV/AIDS
• HIV masuk kedalam darah dan mendekati sel T–helper dengan melekatkan dirinya pad
a protein CD4. Sekali ia berada di dalam, materi viral (jumlah virus dalam tubu
h penderita) turunan yang disebut RNA (ribonucleic acid) berubah menjadi vir
al DNA (deoxyribonucleic acid) dengan suatu enzim yang disebut reve
rse transcriptase. Viral DNA tersebut menjadi bagian dari DNA manusia, yan
g mana, daripada menghasilkan lebih banyak sel jenisnya, benda terseb
ut mulai menghasilkan virus–virus HI.
• Enzim lainnya, protease, mengatur viral kimia untuk membentuk virus–virus yang baru.
Virus–virus baru tersebut keluar dari sel tubuh dan bergerak bebas dalam aliran darah,
dan berhasil menulari lebih banyak sel. Ini adalah sebuah proses yang sedikit demi sedi
kit dimana akhirnya merusak sistem kekebalan tubuh dan meninggalkan tubuh menjad
i mudah diserang oleh infeksi dan penyakit–penyakit yang lain. Dibutuhkan
waktu untuk menularkan virus tersebut dari orang ke orang.
• Respons tubuh secara alamiah terhadap suatu infeksi adalah untuk melawan sel– sel y
ang terinfeksi dan mengantikan sel–sel yang telah hilang. Respons tersebut
mendorong virus untuk menghasilkan kembali dirinya.
PATOFIOLOGI PENYAKIT HIV/AIDS

• Jumlah normal dari sel–sel CD4+T pada seseorang yang sehat ada
lah 800–1200 sel/ml kubik darah. Ketika seorang pengidap HI
V yang sel–sel CD4+ T–nya terhitung dibawah 200, dia menjadi se
makin mudah diserang oleh infeksi–infeksi oportunistik.
• Infeksi–infeksi oportunistik adalah infeksi–infeksi yang timbul ketik
a sistem kekebalan tertekan. Pada seseorang dengan si
stem kekebalan yang sehat infeksi– infeksi tersebut tid
ak biasanya mengancam hidup mereka tetapi bagi seorang pen
gidap HIV hal tersebut dapat menjadi fatal (Wirya, 2003).
PATOFIOLOGI PENYAKIT HIV/AIDS
TANDA DAN GEJALA PENYAKIT HIV/A
IDS
1 . Gejala mayor
– BB menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
– Diare kronik yang berlangsung lebih dari 1 bulan
– Penurunan kesadaran dan adanya gangguan neurologis
– Demensia / HIV Ensefalopati
2 . Gejala minor
– Batuk menetap lebih dari 1 bulan
– Dermatitis generalist
– Adanya herpes zoster yang berulang
– Kandidiasis orofaringeal
– Herpes simplex kronik progresif
– Limfadenopati generalist
– Infeksi jamur berulang pada kelamin wanita Retinitis Cytomegalovirus
(Djausi, 2001).
TEST DIAGNOSTIK PENYAKIT
HIV/AIDS
1 . Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
• ELISA
• Western blot
• P24 antigen test
• Kultur HIV
2 . Tes untuk deteksi gangguan system imun.
• Hematokrit.
• LED
• CD4 limfosit
• Rasio CD4/CD limfosit
• Serum mikroglobulin B2
• Hemoglobulin (Djausi, 2001).
PENATALAKSANAAN PENYAKIT HIV/AIDS

 Obat–obatan Antiretroviral (ARV) bukanlah suatu pengobatan untuk HIV/AIDS tetapi c


ukup memperpanjang hidup dari mereka yang mengidap HIV. Pada tempat y
ang kurang baik pengaturannya permulaan dari pengobatan. Kombinasi
dari ARV berikut ini dapat mengunakan:
1 . Nucleoside Analogue Reverse Transcriptase Inhibitors (NRTI'), mentargetkan
pencegahan protein reverse transcriptase HIV dalam mencegah perpin
dahan dari viral RNA menjadi viral DNA (contohnya AZT, ddl, ddC & 3TC).
2 . Non–nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors (NNRTI's) memperlambat repr
oduksi dari HIV dengan bercampur dengan reverse transcriptase, suatu enzi
m viral yang penting. Enzim tersebut sangat esensial untuk HIV dalam mem
asukan materi turunan kedalam sel–sel. Obat–obatan NNRTI termasuk: Nevira
pine, delavirdine (Rescripta), efavirenza (Sustiva).
3 . Protease Inhibitors (PI) mengtargetkan protein protease HIV dan menahannya
sehingga suatu virus baru tidak dapat berkumpul pada sel tuan
rumah dan dilepaskan.
PENATALAKSANAAN PENYAKIT HIV/AIDS

 Pencegahan perpindahan dari ibu ke anak (PMTCT): seorang wanita yang mengidap HI
V(+) dapat menularkan HIV kepada bayinya selama masa kehamilan, persalinan dan
masa menyusui. Dua pilihan pengobatan tersedia untuk mengurangi penula
ran HIV/AIDS dari ibu ke anak. Obat–obatan tersebut adalah:
1 . Ziduvidine (AZT) dapat diberikan sebagai suatu rangkaian panjang dari 14–28
minggu selama masa kehamilan.
2 . Nevirapine: diberikan dalam dosis tunggal kepada ibu dalam masa persalinan
dan satu dosis tunggal kepada bayi pada sekitar 2–3 hari. Diperkirakan
bahwa dosis tersebut dapat menurunkan penularan HIV sekitar 47%.
Nevirapine hanya digunakan pada ibu dengan membawa satu tablet kerumah
ketika masa persalinan tiba, sementara bayi tersebut harus diberikan
satu dosis dalam 3 hari.
PENATALAKSANAAN PENYAKIT HIV/AIDS

 Post–exposure prophylaxis (PEP) adalah sebuah program dari beberapa obat antiviral, y
ang dikonsumsi beberapa kali setiap harinya, paling kurang 30 hari, untuk mencegah
seseorang menjadi terinfeksi dengan HIV sesudah terinfeksi, baik melalui seran
gan seksual maupun terinfeksi occupational. Dihubungankan dengan p
ermulaan pengunaan dari PEP, maka suatu pengujian HIV harus dijalani untuk menet
apkan status orang yang bersangkutan. Informasi dan bimbingan perlu diberika
n untuk memungkinkan orang tersebut mengerti obat–obatan, keperluan untuk ment
aati, kebutuhan untuk mempraktekan hubungan seks yang aman dan memperbaharui
pengujian HIV.. Sesudah terkena infeksi yang potensial ke HIV, pengobatan PEP perl
u dimulai sekurangnya selama 72 jam, sekalipun terdapat bukti untuk mengusulkan b
ahwa lebih awal seseorang memulai pengobatan, maka keuntungannya pun akan me
njadi lebih besar. PEP tidak merekomen dasikan proses terinfeksi secara biasa ke HIV/
AIDS sebagaimana hal ini tidak efektif 100%; hal tersebut dapat memb
erikan efek samping yang hebat dan mendorong perilaku seksual yang tidak aman
PROGRAM PEMERINTAH DALAM
PENANGGULANGAN PENYAKIT HIV/AIDS

1 . Peningkatan Tes HIV


Program ini mencakup pelaksanaan layanan tes HIV pada populasi k
unci, populasi khusus (pasien IMS, TB dan hepatitis, dan pasien dengan
penyakit-penyakit yang mengindikasikan HIV AIDS); ibu hamil, WB
P, dan pasangan ODHA).di wilayah dengan epidemi HIV terkonse
ntrasi dan layanan tes HIV pada seluruh pasien di Tanah Papua. serta tin
dak lanjut hasil skrining darah di UTD.
2 . Peningkatan Cakupan dan Retensi Pengobatan ARV
Program ini mencakup penyediaan dan perluasan layanan
perawatan, dukungan dan pengobatan (PDP) bagi ODHA, menyediakan
ARV bagi yang memenuhi syarat dan obat-obat infeksi oportunistik dan
profilaksis,M upaya-upaya untuk meningkatkan retensi ODHA di dalam
perawatan HIV (termasuk membina kelompok dukungan sebaya).
PROGRAM PEMERINTAH DALAM
PENANGGULANGAN PENYAKIT HIV/AIDS
3. Pengendalian Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS)
Program ini mencakup penyediaan layanan IMS sebagai standar di seluruh
Puskesmas dan fasyankes lainnya (termasuk pemeriksaan rutin IMS dan penapisan si
filis untuk populasi kunci dan ibu hamil di Kab/ kota), penyediaan kondom sebagai ala
t pencegahan dan paket pengobatan IMS.
4. Pencegahan Penularan HIV dari Ibu dan Anak (PPIA)
Program PPIA merupakan program pencegahan penularan vertikal dari seorang
ibu kepada bayinya. Kerangka kerja program PPIA dilaksanakan melalui kegiatan
pencegahan dan penanganan HIV secara komprehensif berkesinambungan yan
g meliputi empat komponen (prong) sebagai berikut:
• Prong 1: pencegahan primer agar perempuan pada usia reproduksi tidak tertular
HIV
• Prong 2: pencegahan kehamilan yang tak direncanakan pada perempuan pengida
p HIV
• Prong 3: pencegahan penularan HIV dari ibu hamil ke bayi yang dikandungnya da
n yang disusuinya.
• Prong 4: pemberian dukungan psikologis, sosial dan perawatan kepada ibu denga
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai