Anda di halaman 1dari 19

Kelompok 1

Undang-undang dan Peraturan Penerapan K3 di Sektor Konstruksi


ANGGOTA KELOMPOK

Siti Nurhalisa (K011181001)


Suryanti (K011181353)
Maria Monica Sari Tandungan (K011181394)
Afriyani Nurhasanah M (K011181535)
Table of Contents
01 Pendahuluan
.

02 Tujuan Presentasi
.

Undang-Undang K3
03 .

Konstruksi

04 Peraturan Penerapan K3
.
Konstruksi

05 Kesimpulan dan
.
Referensi
Pendahuluan
Dalam dunia kerja, kecelakaan dan penyakit akibat kerja
sering terjadi, terutama dalam kegiatan konstruksi.
Sedangkan kegiatan konstruksi merupakan unsur penting
dalam pembangunan di Indonesia.

Menurut International Labour Organization (ILO), dalam


mencegah penyakit dan kecelakaan akibat kerja dalam
kegiatan konstruksi dibutuhkan adanya upaya dengan
menerapkan peraturan perundangan atau dasar hukum
dan kebijakan terkait K3 konstruksi, dengan beberapa
cara seperti:

Adanya ketentuan dan syarat-syarat K3 yang selalu


mengikuti ilmu pengetahuan, Teknik dan teknologi.
Menerapkan semua ketentuan dan persyaratan K3
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Adanya pengawasan dan pemantauan pelaksanaan K3
dengan diadakannya beberapa pemeriksaan secara
langsung di tempat kerja.
1.K3
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (OHS) adalah ilmu untuk antisipasi, pengenalan, evaluasi, dan
pengendalian bahaya yang timbul di atau dari tempat kerja yang dapat mengganggu kesehatan dan
kesejahteraan pekerja, mempertimbangkan kemungkinan dampak pada masyarakat sekitar dan
lingkungan umum (Benjamin O. Alli, 2008)

2. Kontruksi
Konstruksi merupakan kegiatan dalam membangun sarana beserta prasarana yang berkaitan
dengan pembangunan gedung (building constructions), pembangunan prasarana sipil (civil
engineer), serta instalasi mekanikal maupun elektrikal.

3.Keselamatan Konstruksi
Suraji dan Bambang Endroyo (2009) menyatakan bahwa keselamatan konstruksi adalah
keselamatan orang yang bekerja (safe for people) di proyek konstruksi, keselamatan masyarakat
(safe for public) akaibat pelaksanaan proyek konstruksi, keselamatan properti (safe for property)
yang diadakan untuk pelaksanaan proyek konstruksi dan keselamatan lingkungan (safe for
environment) di mana proyek konstruksi dilaksanakan.
Tujuan Presentasi
Tujuan Presentasi
a.Tujuan Umum
Agar kita dapat mengetahui peraturan perundangan
atau dasar hukum dan Peraturan Penerapan K3 terutama
dalam bidang konstruksi.

b.Tujuan Khusus
Agar dapat selalu mematuhi undang-udang dan
peraturan penerapan yang ada dalam menjalankan K3
konstruksi dengan baik.
Undang-Undang K3
Konstruksi
01 UU No. 01 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja.

UU No. 28 Tahun 2002 tentang


Bangunan Gedung. 02
03 UU No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.

UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa


Konstruksi. 04
05 PP No. 50 Tahun 2012 tentang
Penerapan SMK3
06 Peraturan Pemerintah No. 29 tahun
2000 tentang Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi.

Peraturan Pemerintah Republik


Indonesia No.  36 Tahun 2005
tentang Bangunan Gedung. 07
08 Peraturan   Menteri   Tenaga  
Kerja dan   Transmigrasi  
Republik Indonesia No. 01 tahun
1980 tentang K3 Konstruksi
Peraturan Menteri Tenaga   Kerja   Bangunan.
Republik   Indonesia   No.
PER.05/MEN/1985 tentang Pesawat
Angkat dan Angkut.
09
Peraturan Menteri

10 Ketenagakerjaan RI No 9 Tahun
2016 Tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dalam pekerjaan
pada ketinggian.
11 Permen PU No. 5 Tahun 2014 tentang
Pedoman SMK3 Konstruksi Bidang
Pekerjaan Umum

Peraturan Menteri Pekerjaan


Umum Dan Perumahan Rakyat
Republik Indonesia Nomor
02/Prt/M/2018 Tentang Perubahan
12 Peraturan Menteri Pekerjaan
Atas Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Umum Nomor 05/Prt/M/2014

13
Nomor 21/PRT/M/2019 Tahun
Tentang Pedoman Sistem
2019 tentang Pedoman Sistem
Manajemen Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja (Smk3) Manajemen Keselamatan
Konstruksi Bidang Pekerjaan Konstruksi
Umum.
Kebijakan K3 Konstruksi
Pada umumnya kegiatan konstruksi diawasi oleh manajer proyek, insinyur
disain, atau arsitek proyek. Orang-orang ini bekerja di dalam kantor, sedangkan
pengawasan lapangan biasanya diserahkan kepada mandor proyek yang
mengawasi buruh bangunan, tukang kayu, dan ahli bangunan lainnya untuk
menyelesaikan fisik sebuah konstruksi.

Terdapat beberapa peraturan penerapan K3 sektor konstruksi yang telah


ditetapkan, antara lain:
PP 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan
Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

Peraturan Pemerintah ini adalah kebijakan nasional sebagai pedoman perusahaan untuk penerapan K3
yang merupakan kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui
upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
PP 50 tahun 2012 berisi tentang Kebijakan nasional tentang SMK3 yang tertuang dalam Lampiran1,
Lampiran 2, dan Lampiran 3 sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah Nomor 50
tahun 2012.
Pertimbangan dalam pembuatan PP 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah untuk melaksanakan ketentuan Pasal 87 ayat (2) Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Peraturan Pemerintah Ini Berisi :


• Ketentuan Umum
• SMK3
• Penilaian SMK3
• Pengawasan
• Ketentuan Peralihan
• Ketentuan Penutup
Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja Dan Menteri Pekerjaan Umum Nomor :
Kep. 174/Men/1986 Nomor: 104/Kpts/1986 Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Pada Tempat Kegiatan Konstruksi

Dalam pasal 1, 2 dan 3 dijelaskan :


“Sebagai persyaratan teknis pelaksanaan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
PER. 01/Men/1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan KERJA pada Konstruksi Bangunan, maka
ditetapkan sebagai petunjuk umum berlakunya Buku Pedoman Pelaksanaan tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi, yang selanjutnya disebut Buku Pedoman dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan pada kegiatan Bersama ini. Setiap Pengurus Kontraktor,
Pemimpin Pelaksanaan Pekerjaan atau Bagian Pekerjaan dalam pelaksanaan kegiatan konstruksi,
wajib memenuhi syarat-syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja seperti ditetapkan dalam Buku
Pedoman tersebut pasal 1. Menteri Pekerjaan Umum berwenang memberikan sanksi administrasi
terhadap pihakpihak yang tersebut pasal 2 dalam hal tidak mentaati ketentuan sebagaimana
dimaksudkan dalam Buku Pedoman.”
KESIMPULAN
Kecelakaan kerja konstruksi masih merupakan masalah besar yang
memerlukan perhatian oleh para partisipan proyek. Teori penyebab
kecelakaan kerja konstruksi telah berkembang, tidak hanya
memandang dari aspek pekerja (personal) saja, tetapi juga
memandang dari aspek manajemen dan organisai. Yang berperan

PRESENTATION
dalam meminimalkan kecelakaan kerja tidak hanya dari pihak
kontraktor saja , tetapi semua pihak proyek harus ikut berperan oleh
karena itu perencanaan keselamatan kerja konstruksi hendaknya
benar-benar sesuai dengan hukum dan kebijakan yang berlaku.
REFERENSI

1. Adzim, Hebbie Ilma. 2020. Contoh Kebijakan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) | OHS Policy.
https://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/04/contoh-kebijakan-k3-osh-policy.html
Diakses 20 Agustus 2020
2. Docplayer. 2019. Kebijakan K3 Konstruksi (2 JP). https://docplayer.info/95869037-Kebijakan-k3-
konstruksi-2-jp.html Diakses 20 Agustus 2020
Kementerian Pupr. 2018. Kebijakan K3 Konstruksi Kementerian Pupr. Ppt.
file:///C:/Users/lenovo/Downloads/201805-CPD%20Ahli%20K3%20Konstruksi-08-01-Kebijakan

PRESENTATION
%20K3.pdf Diakses 20 Agustus 2020
3. Adhyaksa, 2019, Pelaksana Jasa Konstruksi yang Mesti Dipahami, Adhyaksa Persada Indonesia
Engineering Consultant, dilihat 23 Agustus 2020, <https://www.adhyaksapersada.co.id/pelaksana-
konstruksi/>.
4. Endroyo, B., 2009. Keselamatan Konstruksi: Konsepsi Dan Regulasi. Jurnal Teknik Sipil dan
Perencanaan, 11(2), pp.169-180. (diakses pada 21 Agustus 2020)
5. Russeng S., Syamsiar dan Atjo Wahyu.2019.Dasar-Dasar Kesehatan dan Keselamatan
Kerja.Makassar: Unhas Press.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai