Anda di halaman 1dari 58

EJAAN

Kelompok 1
Kelompok 1

Septiya Apriyaningsih 311118054



 Septiya Apriyaningsih 311118054
 Elvira 311118056
 Elvira 311118056
 Maryanah 311118062
 Maryanah 311118062
 Triani Nur U.K 311118061
 Triani Nur U.K 311118061
 Karina faulin 311118072
 Karina faulin 311118072
 Riska susanti 311118081
 Riska susanti 311118081
 Zalgi Prameswari 311118094
 Zalgi Prameswari 311118094
Ejaan bahasa
indonesia
Bahasa Indonesia sudah lahir sejak dulu dan sudah
dipergunakan oleh masyrakat Indonesia sebelum
kemerdekaan. Bahkan jauh sebelum itu. Tetapi Bahasa
Indonesia secara resmi digunakan atau disahkan yaitu
pada tahun 1928. Tepat pada 28 Oktober 1928, ketika
sumpah pemuda diikrarkan, Bahasa Indonesia menjadi
resmi sebagai Bahasa Nasional Indonesia.

PENGERTIAN EJAAN
Ejaan ialah penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis-
menulis yang distandardisasikan. Lazimnya, ejaan mempunyai
tiga aspek, yakni aspek fonologis yang menyangkut
penggambaran fonem dengan huruf dan penyusunan abjad.
Ejaan ada dua macam:

1. Ejaan fenetis : merupakan ejaan yang berusaha menyatakan setiap bunyi


bahasa dengan huruf, serta mengukur dan mencatatnya dengan alat
pengukur bunyi bahasa (diagram).
2. Ejaan fonemas adalah ejaan yang berusaha menyatakan setiap fonem
dengan satu lambing atau satu huruf, sehingga jumlah lambing yang
diperlukan tidak terlalu banyak jika dibandingkan dengan jumlah
lambing dalam ejaan fonetis (Barus Sanggup, 2013)
Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia
Sampai saat ini dalam bahasa Indonesia telah dikenal tiga nama ejaan yang
pernah berlaku. Ketiga ejaan yang pernah ada dalam bahasa Indonesia adalah
sebagai berikut :

1. Ejaan Van Ophuysen


2. Ejaan Republik
3. Ejaan Melindo (M)elayu Indonesia

1. Ejaan Van Ophuysen


Ejaan ini ditetapkan pada tahun 1901 yaitu ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin. Van
Ophuijsen merancang ejaan itu yang dibantu oleh Engku NawawiGelar Soetan
Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim.
2. Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, ejaan Van Ophuijsen mengalami beberapa
perubahan.Keinginan untuk menyempurnakan ejaan Van Ophuijsen terdengar dalam Kongres
Bahasa Indonesia I, tahun 1938 di Solo.
KemudianPada tanggal 19 Maret 1947, Mr. Soewandi yang pada saat itu menjabat sebagai
Menteri Pengadjaran, Pendidikan, dan Kebudajaan Republik Indonesia melalui sebuahPutusan
Menteri Pengadjaran Pendidikan dan Kebudajaan, 15 April 1947, tentang perubahan ejaan
baru.meresmikan ejaan baru yang dikenal dengan nama Ejaan Republik, yang menggantikan
ejaan sebelumnya.
Pada Kongres II Bahasa Indonesia tahun 1954 di Medan, Prof. Dr. Prijono mengajukan Pra-
saran Dasar-Dasar Ejaan Bahasa Indonesia dengan Huruf Latin. Isi dasar-dasar tersebut adalah
perlunya penyempurnaan kembali Ejaan Republik yang sedang dipakai saat itu. Namun, hasil
penyempurnaan Ejaan Republik ini gagal diresmikan karena terbentur biaya yang besar untuk
perombakan mesin tik yang telah ada di Indonesia.
3. Ejaan Melindo (Melayu Indonesia)
Usaha penyempurnaan ejaan terus dilakukan, termasuk bekerja sama dengan
Malaysia dengan rumpun bahasa Melayunya pada Desember 1959. Dari kerjasama
ini, terbentuklah Ejaan Melindo yang diharapkan pemakaiannya berlaku di kedua
negara paling lambat bulan Januari 1962. Namun, perkembangan hubungan politik
yang kurang baik antar dua negara pada saat itu, ejaan ini kembali gagal
diberlakukan.
Pada awal Mei 1966 Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (LBK) yang sekarang
menjadi Pusat Bahasa kembali menyusun Ejaan Baru Bahasa Indonesia. Namun,
hasil perubahan ini juga tetap banyak mendapat pertentangan dari berbagai pihak
sehingga gagal kembali.
 Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan
pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan
Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokanpemakaian ejaan itu.

Lanjutan
Karena penuntutan itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan
Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang
dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat
keputusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972,
menyusun buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang lebih
luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan
surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan Pedomaan
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurkan dan Pedoman
Umum Pembentukan Istilah.
Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi
dikuatkan dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987.
Beberapa hal yang perlu dikemukakan sehubungan dengan Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
Sebelum ada ejaan tersebut, para penulis menggunakan aturan sendiri-sendiri di
dalam menuliskan huruf, kata, atau kalimat. Oleh karena itu, dapat dipahami
jika tulisan mereka cukup bervariasi. Akibatnya, tulisan-tulisan mereka itu
sering sulit dipahami. Kenyataan itu terjadi karena belum ada ejaan  yang dapat
dipakai sebagai pedoman dalam penulisan. Dengan demikian, ditetapkannya
Ejaan van Ophuyson merupakan hal yang sangat bermanfaat pada masa itu
Setelah Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk dan diproklamasikan
menjadi negara yang berdaulat, para ahli bahasa merasa perlu menyusun ejaan
lagi karena tidak puas dengan ejaan yang sudah ada. Ejaan baru yang disusun
itu selesai pada tahun 1947, dan pada tanggal 19 Maret tahun itu juga
diresmikan oleh Mr. Soewandi selaku Menteri PP&K (Pendidikan, Pengajaran,
dan Kebudayaan). Ejaan baru itu disebut Ejaan Republik dan dikenal juga
dengan nama Ejaan Soewandi.
Sejalan dengan perkembangan kehidupan bangsa Indonesia, kian hari dirasakan
bahwa Ejaan Soewandi perlu lebih disempurnakan lagi. Karena itu, dibentuklah
tim untuk menyempurnakan ejaan tersebut. Pada tahun 1972 ejaan itu selesai
dan pemakaiannya diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 16 Agustus
1972 dengan nama Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD).
Berikut tabel dibawah adalah perbedaan ketiga
ejaan diatas dalam aspek penghurufan :

Pemakaian Huruf Ejaan Bahasa


Indonesia
Jenis huruf dan nama yang digunakan
dalam sistem EYD ialah sebagai berikut:
menggunakan 26 huruf dan setiap huruf melambangkan fonem tertentu.ke-
26 huruf ini dapat digolongkan ke dalam dua bagian yaitu vocal dan
konsonan.

VOCAL

KONSONAN

DIFTONG
Persukuan

Di bawah ini dicantumkan pola persukuan kata dalam bahasa indonesia seperti yang
tercantum dalam buku Pedoman Umun Jean Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan
sebagai berikut.setiap suku kata dalam bahasa Indonesia ditandai oleh sebuah
vocal.vokal ini dapat didahului atau diikuti oleh konsonan.

Pemisahan suku kata pada kata dasar adalah sebagai berikut:


1. Jika di tengah kata ada dua vocal yang berurutan,pemisahan tersebut dilakukan  diantara kedua
vocal itu.contoh: ma-af,bu-ah,ri-ang

2. Jika di tengah kata ada konsonan di antara dua vocal,pemisahan tersebut dilakukan sebelum
konsonan itu.contoh: a-nak,a-pa,a-gar.oleh karena ng,sy,ny dan kh melambangkan satu
konsonan,pemisahan suku kata terdapat sebelum atau sesudah pasangan huruf itu.contoh : sa-
ngat,nyo-nya,isya-rat

3. Jika di tengah kata ada dua konsonan yang berurutan,pemisahan terdapat diantara kedua
konsonan itu.contoh: man-di,tem-pat,lam-bat,ker-tas

4. Jika di tengah kata ada tiga konsonan atau lebih,pemisahan tersebut diantara konsonan yang
pertama (termasuk ng)dengan konsonan kedua.contoh:in-stru-men,bang-krut,ul-tra.
Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia
1. Perkembangan Awal Revisi 1987
Pada tahun 1987, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan Surat
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a / U / 1987 tentang
perbaikan “Spelling Pedoman Umum Indonesia Ditingkatkan”. Keputusan Menteri
ini meningkatkan EYD edisi 1975.
2. Perkembangan Awal Revisi 2009
Pada tahun 2009, Menteri Pendidikan Nasional mengeluarkan Menteri Pendidikan
Nasional Peraturan Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang disempurnakan. Dengan dikeluarkannya peraturan ini, di EYD
1987 edisi berubah dan tidak lagi berlaku.
Perbedaan dengan ejaan sebelumnya
Perubahan yang terdapat pada Ejaan Baru atau Ejaan LBK (1967), antara lain:

1. “dj” menjadi “j”: djarak → jarak


2. “ch” menjadi “kh”: achir → akhir
3. “sj” menjadi “sy” : sjarat → syarat
4. “j” menjadi “y” : sajang → sayang
5. “tj” menjadi “c” : tjutji → cuci
6. “nj” menjadi “ny” : njamuk → nyamuk
Beberapa kebijakan baru yang ditetapkan dalam EYD, antara lain:
1. F, v, dan z adalah penyerapan unsur-unsur bahasa asing yang diresmikan.
2. Surat-surat q dan x biasanya digunakan dalam bidang ilmu pengetahuan terus digunakan, misalnya, furqan
kata, dan xenon.
3. Awalan “di-” dan kata berikutnya “dalam” tulis dibedakan. Preposisi “di” dalam contoh di rumah, di
ladang, tulisan dipisahkan oleh spasi, sementara “yang” dibeli atau dimakan dalam seri ditulis dengan kata-
kata yang mengikuti.
4. Re-ditulis kata penuh dengan elemen mengulangi. Dyad tidak digunakan sebagai penanda kekambuhan
Lanjutan…

Secara umum, hal-hal yang diatur dalam EYD adalah:


• Menulis surat, termasuk modal dan miring.
• Menulis kata-kata.
• Menulis tanda baca.
• Menulis singkatan dan akronim.
• Menulis angka dan nomor simbol.
• Menulis elemen penyerapan.
Sebelumnya “oe” sudah menjadi “u” saat Ejaan Van Ophuijsen diganti dengan
Republik Spelling. Jadi sebelum EYD, “oe” tidak digunakan. Untuk penjelasan lebih
lanjut tentang menulis tanda baca, menulis dapat dilihat pada tanda baca EYD yang
tepat.
Istilah Bahasa Indonesia
Istilah dan Tata Istilah (Terminologi)

Pengertian istilah adalah kata atau frasa (gabungan kata) yang dipakai sebagai
nama atau lambang dan yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep,
proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu seperti ilmu
pengetahuan, teknologi, seni dan lain sebagainya.

Istilah juga dapat didefinisikan sebagai sebutan, kata atau ungkapan khusus.

Pengertian tata istilah adalah perangkat asas dan ketentuan pembentukan istilah
serta kumpulan istilah yang dihasilkannya. Tata istilah disebut juga terminologi.

Tata istilah (terminologi) merupakan ilmu mengenai batasan, definisi istilah atau
mengenai peristilahan tentang kata-kata.
Istilah Umum dan Istilah Khusus

Istilah umum adalah istilah yang berasal dari bidang tertentu, yang karena
dipakai secara luas, menjadi unsur kosakata umum.

Misalnya: Anggaran belanja, penilaian, daya, radio, nikah, takwa

Istilah khusus adalah istilah yang maknanya terbatas pada bidang tertentu saja.

Misalnya: Apendektomi, kurtosis, bipatride, pleistosen


Contoh Kalimat Istilah Khusus

1. Filsuf berpikir secara berbeda dari orang pada umumnya. (filsuf = orang yang
berpikir secara filosofis)
2. Pengamat politik memiliki retorika yang baik ketika berdiskusi dengan lawan
bicaranya. (retorika = kecerdasan dalam percakapan)
3. Proses pemulihan untuk insiden pembunuhan dibatalkan karena emosi
masyarakat sekitar sulit dikendalikan. (rekonstruksi = membangun kembali)
4. Sang paman selalu mengungkapkan niat dan keinginannya melalui analogi
agar lebih dimengerti orang lain. (analogi = kesamaan antara dua hal yang
berbeda)
Contoh Kalimat Istilah Umum

1. Keluarga tahanan yang tiba-tiba meninggal di penjara tidak menerima


penjelasan dari polisi. (tahanan = orang yang ditahan karena kesalahan
tertentu)
2. Pemimpin kediktatoran, tentu saja, tidak akan disukai dan didukung oleh
pemerintahnya di pihak rakyat. (diktator = bagaimana memimpin dengan
kekuatan tak terbatas)
3. Bang Firman sekarang adalah teknisi yang dipercaya oleh banyak orang,
meskipun ia hanya belajar belajar mandiri. (otodidak = otodidak tanpa
bantuan orang lain)
4. Pak Sugeng adalah seorang kolektor barang-barang antik dari berbagai
daerah di nusantara. (antik = kuno dan berharga)
Persyaratan Pembentukan Istilah

Dalam pembentukan istilah perlu diperhatikan persyaratan dalam pemanfaatan


kosakata bahasa Indonesia yang berikut.

a. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang paling tepat untuk
mengungkapkan konsep termaksud dan yang tidak menyimpang dari makna itu,
b. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang paling singkat di antara pilihan
yang tersedia yang mempunyai rujukan sama.
c. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang bernilai rasa (konotasi) baik.
d. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang sedap didengar (eufonik).
e. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang bentuknya seturut kaidah
bahasa Indonesia
Kaidah Penempatan
Ejaan dalam
Penulisan
Penguasaan seseorang dalam menerapkan kaidah
ejaan dalam tata tulis sangat penting. Kesalahan
ejaan dapat menimbulkan kesalahan persepsi
pembaca terhadap gagasan yang dikemukakan oleh
penulis. Oleh karena itu, pada tulisan ini akan
diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan kaidah ejaan
yaitu:
(1) pemenggalan kata,
(2) pemakaian huruf kapital dan huruf miring,
(3) penulisan kata,
(4) penulisan unsur serapan,
(5) contoh model pembelajarannya.

(Dra. Nuny Sulistiany Idris, M.Pd./FPBS UPI)


1. Pemenggalan Kata
1) Pemegalan kata dasar dilakukan sbb:
 a. Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan,
pemenggalan itu dilakukan di antara kedua huruf vokal
itu. Misalnya: bu-at ru-ang ku-li-ah
 b. Jika berbentuk diftong, pemenggalannya tidak pernah
dipisahkan. Misalnya: au-la sau-da- ra am-boi
 c. Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk
gabungan huruf konsonan, di antara dua buah huruf vokal,
pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.
Misalnya: ba-pak ba-rang mu-ta-khir
25
2) Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan,
termasuk awalan yang mengalami perubahan
bentuk serta partikel yang biasanya ditulis
serangkai dengan kata dasarnya, dapat
dipenggal pada pergantian baris.
Misalnya: main-an mem-buat-kan buang-lah

3) Bentuk dasar pada kata turunan sedapat


mungkin tidak dipenggal jika pergantian baris.
Misalnya: pergi-lah bukan per-gi-lah me-rasa-kan
bukan me-ra-sa-kan

26
4) Akhiran –i tidak dipenggal jika pergantian baris.
Misalnya: cintai bukan cinta-i tulisi bukan tulis-i

5) Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan
salah satu unsur itu dapat ber- gabung dengan unsur
lain, pemenggalan itu dapat dilakukan (1) di antara
unsur-unsur itu atau (2) pada unsur gabungan itu.
Misalnya: bio-grafi atau bi-o-gra-fi intro-speksi atau in-
tro-spek-s

27
2. Pemakaian Huruf Kapital dan Hiruf Miring
3) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua
a.Huruf Kapital kata (termasuk semua unsur bentuk ulang sempurna) di
1) Huruf kapital dipakai sebagai dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul
huruf pertama kata pada awal kalimat. karangan kecuali kata depan atau konjungsi. Misalnya:
Misalnya: Mereka sedang belajar Dia belum berlangganan jurnal Masyarakat Linguistik
ketika kami datang. Semangat juang Indonesia. Saya sedang menulis makalah‖Asas-Asas
orang Aceh perlu diteladani oleh Kurikulum”.
semua orang. 4) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur
2) Huruf kapital dipakai sebagai huruf singkata nama gelar, pangkat, dan sapaan. Misalnya:
pertama petikan langsung. Misalnya: Tamu yang datang itu Ibu Dr. Andina Sehati, M.A.
Naja bertanya, ―Kapan mereka Ayahnya bernama Prof. Dr. Sukmadilara.
datang?‖ ―Besok pagi,‖ kata Akbar,
―dia akan berangkat‖.

28
b. Huruf Miring
1) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan
nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam
tulisan. Misalnya: Kami berlangganan Media Indonesia
sejak setahun yang lalu. Setiap pagi dia sarapan berita-
berita dari Kompas.
2) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan
atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau
kelompok kata. Misalnya: Huruf pertama yang dia tulis
ialah c. Dia bukan menipu, tetapi ditipu.
3) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan
kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah
disesuaikan ejaannya. Misalnya: Nama ilmiah buah
manggis ialah Carcinia mangostana. Politik adu domba
atau devide et impera pernah diterapkan penjajah di
negera kita ini.
29
3. Penulisan Kata b. Kata Turunan
1) Imbuhan ditulis serangkai dengan
a. Kata Dasar Kata yang kata dasarnya. Misalnya: Hatinya
berupa kata dasar ditulis bergetar ketika mendengar suara
sebagai satu kesatuan. gadis itu. Jangan pernah
Misalnya: Gadis Aceh itu mempermainkan hatinya lagi!
sangat cantik. Badan 2) Jika bentuk dasar berupa
Agung tinggi besar. gabungan kata, awalan atau
akhiran ditulis serangkai dengan
kata yang langsung mengikuti atau
mendahuluinya. Misalnya: Anak-
anak bertepuk tangan ketika
badut itu datang. Jangan sebar
luaskan berita buruk ini ya!
30
c. Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis d. Gabungan Kata
secara lengkap 1) Gabungan kata
dengan yang lazim disebut e. Kata Ganti ku, kau, mu,
menggunakan tanda kata majemuk, dan nya
hubung. Misalnya: termasuk istilah
Anak-anak itu Kata ganti ku dan kau
khusus, unsur- ditulis serangkai dengan kata
sedang belajar unsurnya ditulis
berhitung. Kami yang mengikutinya; ku, mu,
terpisah. Misalnya: dan nya ditulis serangkai
ingin berjalan-jalan Kalau ada
di bumi Aceh dengan kata yang
kesempatan, aku mendahuluinya. Misalnya:
sepuas-puasnya. ingin menjadi Semua yang kumiliki adalah
seorang duta besar. milikmu juga. Kudatangi
Berbaktilah kepada rumahnya kemarin sore.
kedua orang tuamu!

31
f. Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari
ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya kecuali di dalam
gabungan kata yang sudah g. Kata si dan sang
lazim dianggap sebagai satu
kata seperti kepada dan Kata si dan sang ditulis
daripada. Misalnya: Kami akan terpisah dari kata yang
segera berangkat ke Nangroe mengikutinya. Misalnya:
Aceh Darusalam. Di mana Naja Harimau itu marah sekali
tinggal sekarang? kepada sang Kancil. Surat
itu dikembalikan kepada si
pengirim

32
i. Singkatan dan Akronim
1) Singkatan ialah bentuk yang
h. Partikel dipendekkan yang terdiri atas satu huruf
1) Partikel -lah, -kah, dan – atau lebih.
tah ditulis serangkai dengan a) Singkatan nama orang , nama gelar,
kata yang mendahuluinya. sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan
Misalnya: Masuklah dengan tanda titik. Misalnya: Pengarang novel Pada
hati-hati ke kamar pasien! Sebuah Kapal adalah N.H. Dini. Kami
Apakah Anda tahu perbedaan mengundang Siti Sunarti, S.Kar. sebagai
telur angsa dan telur bebek? pembicara pada seminar nanti.

Akronim lain yang berupa gabungan huruf awal suatu kata, seperti
halnya singkatan yang berupa gabungan huruf awal, seluruhnya ditulis
dengan huruf kapital dan tidak diikuti tanda titik. Misalnya:
ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
IKIP institut keguruan dan ilmu pendidikan

33
j. Angka dan Lambang Bilangan Angka dan lambang bilangan dipakai
untuk menyatakan:
1) nomor: 0 s.d 9, I,II,III,dll.
2) ukuran, satuan waktu, nilai uang: 5 kg, 17 Agustus 1945, 1 jam 20
menit 3) nomor jalan atau rumah pada alamat: Jalan Moh. Ramdan
No. 15
4) nomor bab atau ayat kitab suci: Bab X , Pasal 5, Halaman 21
5) lambang bilangan dengan huruf: dua ratus dua puluh dua (222)
6) lambang bilangan tingkat: abad ke-20 atau abad XX
7) lambang bilangan yang mendapat akhiran –an: tahun ‘90-an
8) lambang bilangan yang dinyatakan dengan satu atau dua kata
ditulis dengan huruf kecuali dipakai berturut-turut: Dia sudah tiga
kali bertandang ke rumah saya. Di antara 100 orang yang hadir, 60
orang setuju dan 40 orang tidak setuju.
9) lambang bilangan pada awal kalimat: Seratus dua puluh orang
selamat pada kecelakaan pesawat itu.
10) lambang bilangan utuh yang besar: 250 juta rupiah.
34
4. Penulisan Unsur Serapan

Kaidah ejaan yang berlaku untuk unsur serapan adalah


sebagai berikut ini.
1) aa menjadi a: octaaf oktaf
2) ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e:
aerodinamics aerodinamika
3) ai tetap ai: trailer trailer
4) au tetap au: hydraulic hidraulik
5) c di muka a,u,o dan konsonan menjadi k: cubic kubik

35
5. Contoh Model Pembelajaran

1) Kompetensi Dasar Menulis hasil wawancara ke dalam beberapa


paragraf dengan menggunakan ejaan yang tepat.
2) ndikator Siswa mampu:
a. menjelaskan tujuan wawancara
b. menjelaskan bentuk-bentuk pertanyaan dan jawaban dalam
wawancara
c. mendaftar pertanyaan untuk wawancara
d. menulis hasil wawancara ke dalam beberapa paragra dengan
menggunakan ejaan yang tepat.
36
3) Materi Pembelajaran
a. wawancara
b. bentuk-bentuk pertanyaan
dan jawaban dalam
wawancara 5) Media dan Sumber a. Media:
c. daftar pertanyaan wawancara a) poster atau foto orang terkenal
d. ejaan dan tanda baca b) bintang dari kertas berwarna-warni
4) Waktu: 2 X 45 menit c) teks wawancara dari koran atau
5) Media dan Sumber a. Media: majalah b. Sumber: buku teks

a) poster atau foto orang terkenal 6) Metode: Pendekatan Kontekstual


(Contextual Teaching and Learning)
b) bintang dari kertas berwarna-
warni 7) Pengaturan Ruang Kelas a. Tempat
duduk siswa diatur berkelompok. b. Di
c) teks wawancara dari koran atau atas meja disiapkan foto atau poster
majalah b. Sumber: buku teks orang terkenal

37
Kegiatan Pembelajaran

N
Langkah-langkah Waktu Metode
o

1 Pembukaan 5’ Ceramah

Pembelajaran
2 Kegiatan inti 80’ Tanya jawab
Sanggahan

3 Penutup 5’ Ceramah

38
Tanda Baca
Tanda baca adalah simbol yang tidak berhubungan dengan Fonem (suara)
atau kata dan Frasa pada suatu bahasa, melainkan berperan untuk menunjukkan
struktur dan organisasi suatu tulisan, dan juga intonasi serta jeda yang dapat diamati
sewaktu pembacaan. Aturan tanda baca berbeda antar bahasa, lokasi, waktu, dan
terus berkembang. Beberapa aspek tanda baca adalah suatu gaya spesifik yang
karenanya tergantung pada pilihan penulis.
Jenis-Jenis Tanda Baca dan Contoh
Penggunaannya
1. TANDA TITIK
 Tanda Titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Contoh:
Saya suka makan nasi.
Apabila dilanjutkan dengan kalimat baru, harus diberi jarak satu ketukan.
 Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
Contoh:  Irwan S. Gatot
Apabila nama itu ditulis lengkap, tanda titik tidak dipergunakan.
Contoh: Anthony Tumiwa
 Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
Contoh:
Dr. (doktor)
S.E. (sarjana ekonomi)
Kol. (kolonel)
Bpk. (bapak)
 Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum. Pada singkatan yang terdiri
atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu tanda titik.
Contoh:
dll. (dan lain-lain)
dsb. (dan sebagainya)
tgl. (tanggal)
hlm. (halaman)
 Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu atau jangka
waktu.
Contoh:
Pukul 7.10.12 (pukul 7 lewat 10 menit 12 detik) 0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
 Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Contoh: Kota kecil itu berpenduduk 51.156 orang.
 Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Contoh:
Nama Ivan terdapat pada halaman 1210 dan dicetak tebal.
Nomor Giro 033983 telah saya berikan kepada Mamat.
Tanda Koma (,)

 Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.


 

Contoh:
Saya menjual baju, celana, dan topi.
Contoh penggunaan yang salah:
  Saya membeli udang, kepiting dan ikan.
 Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang
berikutnya, yang didahului oleh kata seperti, tetapi, dan melainkan.
Contoh:
Saya bergabung dengan Wikipedia, tetapi tidak aktif.
 Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat
tersebut mendahului induk kalimatnya.
Contoh:
Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
 Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak
kalimat tersebut mengiringi induk kalimat.
Contoh:
  Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
 Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antara kalimat yang terdapat
pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan
tetapi.
Contoh:
Oleh karena itu, kamu harus datang.
Jadi, saya tidak jadi datang.
 Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, yang terdapat pada
awal kalimat.
Contoh:
O, begitu.
Wah, bukan main.
 Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Contoh: Kata adik, "Saya sedih sekali".
Tanda Titik Koma (;)
      

 Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis
dan setara.
Contoh:
Malam makin larut; kami belum selesai juga.
 Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu
kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Contoh:
Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik
menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran
pilihan pendengar.
Tanda Titik Dua (:)

 Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau
pemerian.
Contoh:
-Kita sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
-Fakultas itu mempunyai dua jurusan: Ekonomi Umum dan Ekonomi Perusahaan.
 Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Contoh:
Ketua                          : Borgx
Wakil Ketua                : Hayabuse
Sekretaris                    : Ivan Lanin
Wakil Sekretaris          : Irwan Gatot
Bendahara                   : Rinto Jiang
 Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam
percakapan.
Contoh:
Borgx :"Jangan lupa perbaiki halaman bantuan Wikipedia!"
Rex    : "Siap, Boss!"
 Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat
dalam kitab-kitab suci, atau (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan.
Contoh:
(i) Tempo, I (1971), 34:7
(ii) Surah Yasin:9
(iii) Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.
  Tanda titik dua dipakai untuk menandakan nisbah (angka banding).

Contoh: Nisbah siswa laki-laki terhadap perempuan ialah 2:1.


  Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang

mengakhiri pernyataan.
Contoh: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari
Tanda Hubung (-)

Tanda Hubung (-)


 Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Contoh:
anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan
Tanda ulang singkatan (seperti pangkat 2) hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai
pada teks karangan.
 Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
Contoh:
- p-e-n-g-u-r-u-s
- 8-4-1973
 Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan.
Bandingkan:
ber-evolusi dengan be-revolusi
dua puluh lima-ribuan (20×5000) dengan dua-puluh-lima-ribuan (1×25000).
Istri-perwira yang ramah dengan istri perwira-yang ramah
Tanda Pisah (–, —)

 Tanda pisah em (—) membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberikan penjelasan khusus di luar bangun
kalimat.
Contoh:
Wikipedia Indonesia—saya harapkan—akan menjadi Wikipedia terbesar.
 Tanda pisah em (—) menegaskan adanya posisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih tegas.
Contoh:
Rangkaian penemuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom—telah mengubah konsepsi kita tentang
alam semesta.
  Tanda pisah en (–) dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti sampai dengan atau di antara dua nama kota

yang berarti 'ke', atau 'sampai'.


Contoh:
1919–1921
Medan–Jakarta
10–13 Desember 1999
Tanda Elipsis (...)


Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus, misalnya untuk
 

menuliskan naskah drama.


Contoh:
Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.
 Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian
yang dihilangkan, misalnya dalam kutipan langsung.
Contoh:
Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah
titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir
kalimat.
Contoh: Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati ....
Tanda Tanya (?)


Tanda tanya dipakai pada akhir tanya.
 

Contoh:
Kapan ia berangkat?
Saudara tahu, bukan?
Penggunaan kalimat tanya tidak lazim dalam tulisan ilmiah.
 Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat

yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.


Contoh:
Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
  
   Tanda Seru (!)

Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah
yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
Contoh:
Alangkah mengerikannya peristiwa itu!
Bersihkan meja itu sekarang juga!
Sampai hati ia membuang anaknya!
Merdeka!
Oleh karena itu, penggunaan tanda seru umumnya tidak digunakan di dalam tulisan
ilmiah atau ensiklopedia. Hindari penggunaannya kecuali dalam kutipan atau transkripsi
drama.
10. Tanda Kurung ((...))
  

a.      Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan.


Contoh:
Bagian Keuangan menyusun anggaran tahunan kantor yang kemudian dibahas dalam
RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) secara berkala.
b.      Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral
pokok pembicaraan.
Contoh:
Satelit Palapa (pernyataan sumpah yang dikemukakan Gajah Mada) membentuk sistem
satelit domestik di Indonesia.
Pertumbuhan penjualan tahun ini (lihat Tabel 9) menunjukkan adanya perkembangan
baru dalam pasaran dalam negeri.
Tanda Kurung Siku ([...])

a.      Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi
atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu
menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam
naskah asli.
Contoh:
Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
b.      Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah
bertanda kurung.
Contoh:
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat
halaman 35–38]) perlu dibentangkan di sini.
Tanda Petik ("...")

a.      Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan


naskah atau bahan tertulis lain.
Contoh:
"Saya belum siap," kata Mira, "tunggu sebentar!"
Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, "Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia."
b.      Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam
kalimat.
Contoh:
Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul "Rapor dan Nilai Prestasi di SMA"
diterbitkan dalam Tempo.
Sajak "Berdiri Aku" terdapat pada halaman 5 buku itu.
Tanda Petik Tunggal ('...')

a.      Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.


Contoh:
Tanya Basri, "Kau dengar bunyi 'kring-kring' tadi?"
"Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang', dan
rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan.
b.      Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau
ungkapan asing.
Contoh:
 feed-back 'balikan'
Tanda Garis Miring (/)

a.      Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun
yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Contoh:
No. 7/PK/1973
Jalan Kramat III/10
tahun anggaran 1985/1986
b.      Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata tiap, per atau sebagai tanda bagi dalam pecahan dan
rumus matematika.
Contoh:
harganya Rp125,00/lembar (harganya Rp125,00 tiap lembar)
kecepatannya 20 m/s (kecepatannya 20 meter per detik)
7/8 atau  ⁄
7
8

x /n!
n

Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai untuk menuliskan tanda aritmetika dasar dalam prosa. Gunakan
tanda bagi  ÷ .
Contoh: 10 ÷ 2 = 5.
Di dalam rumus matematika yang lebih rumit, tanda garis miring atau garis pembagi dapat dipakai.
Tanda Penyingkat (Apostrof)(')

Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian


angka tahun.
Contoh:
Ali 'kan kusurati. ('kan = akan)
Malam 'lah tiba. ('lah = telah)
1 Januari '88 ('88 = 1988)
Sebaiknya bentuk ini tidak dipakai dalam teks prosa biasa.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai