Anda di halaman 1dari 27

PENYAKIT HIV AIDS

Oleh:

HIJRAL ASWAD, S.Si.M.Kes.


Mengenal HIV
HIV (Human
Immunodeficiency Virus)---
Famili Retroviridae

Penyebab penyakit AIDS,


menurunkan sistem kekebalan
tubuh
Sejarah HIV
Pertama kali ditemukan
oleh Luc montagnier dari
Institute Pasteur Prancis
tahun 1984, diberi nama
lymphadenopathy
associated virus (LAV).
Tahun 1984, Robert Gallo dari
National Cancer Institute
Amerika Serikat,
mengidentifikasi virus retrovirus
dari penderita AIDS dan diberi
nama human T-lymphotropic
virus tipe 3 (HTLV-3)
Tahun 1985, Cherman &
Barre; juga meneliti retrovirus
penyebab AIDS, dan diberi
nama lymphadenopathy-AIDS
virus (LAV/HTLV-3)
Tahun 1986, International
Committee on Taxonomy of
Viruses, menyimpulkan nama
retrovirus penyebab AIDS
adalah Human
Immunodeficiency Virus
(HIV)
Tipe HIV
HIV-1
HIV-2

HIV-2 membutuhkan waktu yang


lebih lama untuk menimbulkan
gejala AIDS daripada HIV-1
Epidemi HIV dunia disebabkan
HIV-1, sedangkan penyebaran
HIV-2 terbatas di wilayah Afrika
Barat
Tipe Gen Utama HIV
Gen gag
Mengkode sintesis protein
struktural (protein penyusun
nukleokapsid)
Gen pol
Mengkode enzim reverse
transkriptase

Gen env
Mengkode sintesis glikoprotein
selunbung
Morfologi HIV
Tropisma spesifik HIV adalah sel
limfosit T-helper atau CD4 yang
berperan dalam sistem kekebalan
selular

Serangan HIV pada sel


limfosit menyebabkan efek
sitopatik berupa sel raksasa
berinti banyak
Sifat-Sifat HIV
HIV tidak stabil, dapat
dimusnahkan dengan senyawa
antiseptik etanol 70%, sodium
hipoklorit dan formalin

HIV dapat mati pada suhu 56


derajat celcius selama 30 menit
REPLIKASI VIRUS HIV
1. Penempelan HIV melalui protein gp120
pada reseptor CD4
2. Pelepasan selubung dan RNA viral masuk
ke dalam sitoplasma
3. Konversi RNA menjadi DNA proviral oleh
enzim reverse transkriptase
4. DNA virus bermigrasi masuk ke nukleus
sel hospes
5. Replikasi DNA proviral dan terintegrasi
dengan DNA sel dengan bantuan enzim
integrase
6. Transkripsi DNA proviral menjadi mRNA
7. mRNA keluar dari nukleus menuju sitoplasma
sel hospes
8. Translasi RNA virus menghasilkan sintesa
poliprotein utama (p160, p120, p55) sesuai
proses reproduksi virus
9. Proses morfogenesis----RNA viral dan protein-
protein viral terakumulasi di permukaan dalam
membran plasma membentuk virion
10. Ketika proses perakitan berlangsung, enzim
protease viral bekerja melepaskan virion HIV
dari membran sel melalui proses budding
dengan membawa gp120 dan gp41 sebagai
selubung viral
Penularan HIV
Kontak seksual dengan orang
terinfeksi
Darah yang terinfeksi
Penggunaan bersama jarum
suntik
Secara vertikal; dari ibu ke janin
selama kehamilan atau pada saat
melahirkan melalui sekret vagina
Apabila tidak ada mekanisme yang dapat
menghantar HIV masuk ke dalam darah orang
lain, penularan HIV tidak akan terjadi

Sekitar 85% HIV ditularkan melalui


hubungan seksual yang tidak aman dengan
mitra seksual yang mengidap HIV

HIV tidak akan ditularkan melalui pemakaian


alat rumah tangga, penggunaan kolam renang,
toilet umum, dan gigitan nyamuk atau
serangga lainnya.
Patogenesis HIV
 Bersifat limfotropik dan mempunyai kemampuan
merusak sel darah putih yaitu sel limfosit atau CD4

 Masa inkubasi berkisar 6 minggu- 6 tahun atau lebih,


rata-rata 28 bulan

 Kecepatanpenurunan CD4 dapat dijadikan petunjuk


perkembangan penyakit AIDS

 Kecepatan penurunan dari waktu ke waktu mencapai


rata-rata 100 sel/tahun
Manifestasi Klinis
(Menurut Badan Kesehatan WHO)
 Stadium 1; Infeksi HIV bersifat asimptomatis,
terdapat indikasi limfadenopati umum, namun
performa penderita baik dan dapat beraktifitas
seperti biasanya

 Stadium 2; gejala penurunan berat badan, infeksi


mukosa, dermatitis, infeksi jamur, sariawan
berulang-ulang, herpes zoster, infeksi saluran
pernafasan, sinusitis berkepanjangan dan
limfadenopati generalisata yang persisten. Namun,
penderita umumnya masih dapat beraktifitas
Stadium 3; muncul gejala AIDS Related
complex, meliputi penurunan berat badan yang
signifikan, kelelahan, demam berkepanjangan,
diare kronis selama lebih dari 4 minggu,
kandidiasis oral, penurunan sistem imun yang
ditandai infeksi tuberkulosis dan infeksi berat
lainnya

Stadium 4; full blown AIDS, ditandai dengan


HIV wasting syndrome berupa penurunan berat
badan yang drastis, diare kronis lebih dari satu
bulan dan demam tinggi lebih dari satu bulan
Pada stadium akhir, terjadi berbagai
infeksi sistemik dan komplikasi yang
disebabkan jamur, parasit dan bakteri
utamanya tuberkulosis.
Diagnosa HIV
 ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay)
Tes ini mendeteksi keberadaan antibodi HIV dalam
darah

Western Blotting
Mendeteksi pita protein spesifik pada individu yang
terinfeksi HIV

PCR

Mendeteksi fragmen DNA/RNA viral yang spesifik


pada orang yang terinfeksi
Pengobatan
Tujuan; Menghambat rute replikasi virus
dalam sel

HIV sangat mudah bermutasi sehingga resisten


terhadap obat, sehingga obat anti-HIV dalam
bentuk kombinasi

Pengobatan anti HIV di padukan dengan obat


immunomodulator untuk meningkatkan daya
tahan tubuh
Tujuan Pengobatan Antiretroviral
Mengurangi laju penularan HIV
Memelihara fungsi sel kekebalan tubuh guna
meningkatkan kadar sel CD4
Menurunkan komplikasi HIV
Memperbaiki kualitas hidup orang dengan HIV-
AIDS
Menekan replikasi virus secara maksimal dan
berkelanjutan
Menurunkan angka kesakitan dan kematian
akibat HIV-AIDS

Anda mungkin juga menyukai