Anda di halaman 1dari 60

TUGAS KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

ANALISIS JURNAL KASUS KELOMPOK KHUSUS ANAK

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

Disusun Oleh :

CINDY APRILIA PAMUJI

P27820820011

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN SURABAYA

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

2020
RINGKASAN JURNAL 1

A. RINGKASAN JURNAL
1) JUDUL
Factors Related To Event DHF In Children In Mawar Care
2) PENELITI
Haerani, dkk
3) RINGKASAN JURNAL
Menurut data World Health Organization (WHO) 2014, penyakit Demam
Berdarah Dengue pertama kali dilaporkan di Asia Tenggara pada tahun 1954
yaitu di Filipina, selanjutnya menyebar ke berbagai negara. Sebelum tahun 1970
hanya 9 negara yang mengalami wabah DBD, namun sekarang DBD menjadi
penyakit endemik pada lebih dari 100 negara, diantaranya adalah Afrika, Amerika,
Mediteronia Timur, Asia Tenggara dan Pasifik Barat memiliki angka tertinggi
terjadinya kasus DBD. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan
salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Penyakit
demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang sering
merisaukan masyarakat karena dapat menyebabkan kematian (Rachmad, 2016).
Virus dengue penyebab DBD memerlukan bantuan nyamuk untuk berpindah ke
tubuh manusia (Nadesul, 2007).
4) TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian DBD pada
anak di Ruang Perawatan Mawar RSUD H. Andi Sulthan Daeng Radja
Bulukumba Tahun 2018.
5) KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
a) Kelebihan
- Sampel banyak
- Menggunakan teknik pengambilan sampel total sampling
b) Kekurangan
Menggunakan data sekunder
B. METODE ANALISA PICO
1) PROBLEM
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian ini
adalah 162 anak yang menderita DBD yang di dapatkan di rekam medik RSUD H.
Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba 2018 rentang waktu Januari – Desember
2018. Sampel dalam penelitian ini adalah 162 anak yang menderita DBD di rekam
medik RSUD H. Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba 2018, rentang waktu
Januari – Desember 2018.
2) INTERVENTION
Sumber data pada penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu rekam medik
RSUD H. Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba, pengambilan data mulai dari
bulan Januari – Desember 2018. Data yang dikumpulkan terdiri dari beberapa
bagian antara lain tentang data karakteristik responden yang terdiri dari umur,
jenis kelamin, pendidikan, lingkungan, dan kejadian DBD. Teknik analisa data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan analisis bivariat.
Analisis univariat digunakan untuk mendiskripsikan variabel variabel penelitian
yaitu data umur, jenis kelamin, pendidikan, lingkungan, dan kejadian DBD.
Sedangkan Analisa bivariat dilakukan untuk menguji hipotesis hubungan antara
faktor penyebab BDB dengan kejadian DBD pada anak di Ruang Perawatan
Mawar RSUD H. Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba Tahun 2018.
3) COMPARATION
Peneliti : Tuti Sandra, dkk, judul : Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap
Kejadian Demam Berdarah Dengue pada Anak Usia 6-12 Tahun Di Kecamatan
Tembalang
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang terbukti berpengaruh
terhadap kejadian DBD pada anak usia 6 - 12 tahun yaitu pendidikan ibu
rendah, kebiasaan tidak memakai obat anti nyamuk dan kebiasaan tidak
memakai pakaian panjang. Faktor yang terbukti tidak berpengaruh:
kebiasaan tidur siang, kebiasaan menggantung pakaian, forum
penyampaian informasi dan rutinitas pemeriksaan jentik dan praktik PSN.
4) OUTCOME
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara umur, jenis kelamin,
pendidikan dan lingkungan dengan kejadian DBD di RSUD H. Andi Sulthan
Daeng Radja Bulukumba. Faktor yang paling berpengaruh pada kejadian DBD
pada anak adalah anak-anak yang usia sekolah atau yang berusia kurang dari 15
tahun. Hal ini disebabkan karena sistem kekebalan tubuh pada anak-anak masih
kurang sehingga rentan terhadap penyakit dan aktivitas anak-anak lebih banyak
diluar rumah pada siang hari, sedangkan kita ketahui bahwa nyamuk aedes aegypti
menggigit pada siang hari
RINGKASAN JURNAL 2

A. RINGKASAN JURNAL
1) JUDUL
Karakteristik Pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) pada Ruang Rawat Inap
Anak di RSUD Undata Palu Tahun 2017
2) PENELITI
Ita Indah Agustini, dkk
3) RINGKASAN JURNAL
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari
genus Aedes, misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat
muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit
ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat. Di
Indonesia, anak-anak merupakan kelompok usia yang paling banyak menderita
DBD, dengan proporsi sekitar 30%. Kasus ini pertama kali terjadi di Surabaya
pada tahun 1968. Penyakit ini ditemukan di 200 kota 27 provinsi dan telah terjadi
KLB.
4) TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui bagaimana karakteristik penderita Demam Berdarah Dengue
(DBD) di Ruang Rawat Inap Anak di RSUD Undata Palu Tahun 2017
5) KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
a) Kelebihan
Menggunakan teknik pengambilan sampel total sampling
b) Kekurangan
- Tidak dijelaskan jumlah populasi dalam penelitian
- Menggunakan data sekunder berupa rekam medik
B. METODE ANALISA PICO
1) PROBLEM
Merupakan penelitian observasional deskriptif dengan pendekatan survey. Sampel
dalam penelitian adalah anak yang dirawat di Ruang Rawat Inap Anak di RSUD
Undata Palu Tahun 2017 sebanyak 49 sampel.
2) INTERVENTION
Data diperoleh menggunakan data sekunder yaitu catatan rekam medis (buku
status) yang ada di rekam medik Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu tahun
2017, pengambilan data mulai dari tanggal 8 juli – 27 juli. Data yang
dikumpulkan terdiri dari beberapa bagian antara lain tentang data karakteristik
responden yang terdiri dari usia, jenis kelamin, keluhan utama, manifestasi klinis,
jumlah trombosit, persentase hematokrit, derajat keparahan, penatalaksanaan, dan
lama rawat inap. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis deskriptif untuk mendiskripsikan variabel variabel penelitian yaitu data
usia, jenis kelamin, keluhan utama, manifestasi klinis, jumlah trombosit,
persentase hematokrit, derajat keparahan, penatalaksanaan, dan lama rawat inap
penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di Ruang Rawat Inap Anak di RSUD
Undata Palu Tahun 2017.
3) COMPARATION
Peneliti : Artawan, dkk, judul : Karakteristik Pasien Anak dengan Infeksi Dengue
di RSUP Sanglah Tahun 2013-2014
Hasil : Hasil penelitian ini adalah, lelaki dan perempuan memiliki peluang
yang hampir sama mengalami infeksi dengue, usia pasien yang paling
sering mengalami infeksi dengue adalah 5-10 tahun dengan gizi baik.
Pada pemeriksaan fisik sering ditemukan adanya hepatomegali,
sedangkan gambaran laboratorium yang banyak ditemukan adalah
leukopenia dan trombositopenia. Diagnosis pasien demam dengue, DBD,
dan DSS angka kejadianya hampir sama.
4) OUTCOME
Dari hasil dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat dapat di simpulkan
bahwa karakteristik pasien pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) pada ruang
rawat inap Anak di RSUD Undata Palu tahun 2017 adalah Umur paling banyak
pada kelompok umur 5 – 14 tahun, Jenis kelamin terbanyak yaitu pada perempuan,
Keluhan utama paling banyak datang dengan keluhan utama demam dan atau
mual, muntah, pusing serta lemah, Manifestasi klinis terbanyak adalah
petekie dan atau pendarahan spontan, Jumlah trombosit yang paling banyak yaitu
≤100.000/mm3, Persentase hematokrit terbanyak adalah ≤ 40%, Derajat
keparahan yang paling banyak dialami yaitu derajat I, Penatalaksanaan paling
banyak adalah tidak sesuai standar prosedur medis (SPM), Lama rawat inap yang
paling banyak adalah < 7 hari.
RINGKASAN JURNAL 3

A. RINGKASAN JURNAL
1) JUDUL
Korelasi Status Hemodinamik Dengan Derajat Dengue Hemorrhagic Fever Pada
Anak
2) PENELITI
Indah Jayani, dkk
3) RINGKASAN JURNAL
Dengue haemorrage fever merupakan infeksi arbovirus (arthropod-borne
virus) akut yang ditularkan oleh nyamuk spesies aedes (Hassan & Alatas, 2002).
Host alami DHF adalah manusia, agentnya adalah virus dengue yang perantaranya
ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus family Flaviviridae
dan genus Flavivirus, terdiri dari 4 serotipe yaitu Den-1, Den-2, Den-3, dan
Den-4 (Candra, 2010).
Pemeriksaan laboratorium sangat membantu untuk menegakkan diagnosis
infeksi dengue. Pada DHF adanya renjatan dan syok perlu diperhatikan karena hal
ini merupakan manifestasi yang mengarah ke kondisi DSS. Komplikasi yang
sering terjadi adalah perdarahan dan seringkali mempunyai prognosi yang buruk.
Penyebab perdarahan adalah adanya kelainan homeostasis utama, yaitu
vaskulopati, kelainan trombosit dan penurunan kadar faktor pembekuan. Secara
klinis vaskulopati bermanifestasi sebagai ptekia, uji bendung positif, perembesan
plasma dan elektrolit serta protein ke dalam rongga ekstravaskuler.
Berdasarkan hal tersebut selain melihat dari tanda dan gejala, pemeriksaan
darah lengkap perlu dilakukan sebagai pencegahan dan dengan adanya nilai yang
pasti dari pemeriksaan darah untuk menentukan prognosis infeksi dengue
sehingga mencegah ke kondisi DSS, maka penelitian ini dilakukan untuk
mencari hubungan antara status hemodinamik dengan derajat DHF pada anak.
4) TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui hubungan status hemodinamik dengan derajat dengue
hemorraghic fever (DHF) pada anak di Ruang Anggrek Rsud Gambiran Kota
Kediri tahun 2016
5) KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
a) Kelebihan
Menggunakan teknik pengambilan sampel simple random sampling
b) Kekurangan
Tidak dijelaskan bagaimana alur dalam mengambil data
B. METODE ANALISA PICO
1) PROBLEM
Menggunakan desain analitik korelasional dengan rancangan penelitian cross
sectional untuk mengidentifikasi hubungan antara status hemodinamik dengan
derajat dengue hemorrhagic fever (DHF) pada anak. Populasi penelitian ini adalah
pasien anak DHF di RSUD Gambiran kota Kediri tahun 2016 berjumlah 139
pasien. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian pasien anak DHF di RSUD
Gambiran kota Kediri tahun 2016 sebanyak 43 pasien sampel
2) INTERVENTION
Pengambilan data secara retrospektif. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah simple random sampling. Data yang dikumpulkan terdiri dari
beberapa bagian antara lain tentang usia, jenis kelamin, nilai hematokrit, nilai
trombosit, nilai hemoglobin, nilai leukosit, dan derajat DHF. Teknik analisa data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan analisis bivariat.
Analisis univariat digunakan untuk mendiskripsikan variabel variabel penelitian
yaitu data usia, jenis kelamin, nilai hematokrit, nilai trombosit, nilai hemoglobin,
nilai leukosit, dan derajat DHF. Sedangkan Analisa bivariat dilakukan untuk
menguji hipotesis hubungan antara status hemodinamik dengan derajat DHF pada
anak di ruang Anggrek RSUD Gambiran kota Kediri tahun 2016.
3) COMPARATION
Peneliti : Ni Made R.A.R., dkk, judul : Kelainan Hematologi Pada Demam
Berdarah Dengue
Hasil : Kelainan hematologi pada demam berdarah dengue dapat
berupa
vaskulopati, koagulopati, trombositopenia,
peningkatan jumlah hematokrit dan hemoglobin,
lekopeni, koagulasi intravaskular diseminata
serta penekanan sumsum tulang. Kelainan hematologi yang timbul pada demam
berdarah dengue dan beberapa infeksi virus lainnya terjadi
karena respon dari sistem imun pejamu terhadap infeksi virus dengue dan
melibatkan proses interaksi beberapa sitokin proinflamasi.
4) OUTCOME
Hasil penelitian menunjukkan 1) Terdapat hubungan antara nilai hematokrit
dengan derajat DHF pada anak di RSUD Gambiran kota Kediri tahun 2016
dengan kekuatan korelasi sedang dan arah hubungan positif atau searah yang
artinya semakin tinggi nilai hematokrit maka semakin tinggi/parah derajat
kliniknya. 2.) Terdapat hubungan antara nilai trombosit dengan derajat DHF pada
anak di RSUD Gambiran kota Kediri tahun 2016 dengan kekuatan korelasi kuat
dan arah hubungan negative atau tidak searah yang artinya semakin rendah nilai
trombosit maka semakin tinggi/parah derajat kliniknya. 3.) Terdapat hubungan
antara nilai hemoglobin dengan derajat DHF pada anak di RSUD Gambiran kota
Kediri tahun 2016 dengan kekuatan korelasi sedang dan arah korelasi positif yang
artinya semakin tinggi nilai hemoglobin maka semakin tinggi/parah derajat
kliniknya. 4.) Terdapat hubungan antara nilai leukosit dengan derajat DHF pada
anak di RSUD Gambiran kota Kediri tahun 2016 dengan kekuatan korelasi kuat
dan arah hubungan negative atau tidak searah yang artinya semakin rendah nilai
leukosit maka semakin tinggi/parah derajat kliniknya.
RINGKASAN JURNAL 4

A. RINGKASAN JURNAL
1) JUDUL
Efektivitas Pemberian Terapi Cairan Inisial Dibandingkan Terapi Cairan Standar
WHO terhadap Lama Perawatan pada Pasien Demam Berdarah di Bangsal Anak
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul
2) PENELITI
Dyah A. Perwitasari, dkk
3) RINGKASAN JURNAL
Infeksi dengue merupakan sebuah penyakit menular yang menjangkit manusia
dan banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Infeksi dengue ditularkan
melalui nyamuk, khususnya jenis Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Pada kasus DBD, untuk menurunkan angka morbiditas dan mortilitas,
dibutuhkan
pengobatan yang optimal. Salah satu terapi yang perlu diperhatikan adalah
pemberian terapi cairan baik dari segi jenis, jumlah, serta kecepatan cairan untuk
mencegah terjadinya perembesan plasma yang umumnya terjadi pada fase
penurunan suhu di hari ke 3–6. Terjadinya kehilangan cairan pada ruang
intravaskular dapat diatasi dengan pemberian salah satu jenis cairan seperti
kristaloid (ringer laktat, ringer asetat, cairan salin) ataupun koloid. Oleh karena itu,
interpretasi yang cermat dan penilaian pada data klinis dan laboratoris untuk
manajemen kebutuhan cairan pasien DBD sangat penting untuk dilakukan.
4) TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui perbedaan pemberian terapi cairan inisial terhadap perbaikan
klinis, laboratoris, dan lama rawat inap dibandingkan terapi standar WHO pada
pasien dengue fever (DF) dan dengue hemorrhagic fever (DHF) di bangsal anak
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul, Yogyakarta.
5) KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
a) Kelebihan
Penelitian telah disetujui komite etik
b) Kekurangan
- Tidak dijelaskan jumlah populasi dan sampel pada penelitian
- Pasien DF/DHF dianggap sama dari segi tingkat keparahannya
B. METODE ANALISA PICO
1) PROBLEM
Penelitian menggunakan desain penelitian eksperimental single blind randomised
clinical trial. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien anak berusia 1 bulan
sampai 18 tahun yang menderita DF dan DHF di RS PKU Muhammadiyah Bantul
pada bulan Februari – Juni 2018. Sampel penelitian ini adalah seluruh pasien
dengan DBD yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
2) INTERVENTION
Peneliti mengumpulkan data berupa karakteristik responden yang terdiri dari jenis
kelamin, usia, suhu, penyakit penyerta, antipiretik. Variabel penelitian terdiri dari
variabel bebas (terapi cairan standar WHO dan cairan inisial) dan variabel terikat
(pemeriksaan suhu badan, hematokrit, trombosit dan lama rawat inap).
Pengambilan data dilakukan pada pasien yang telah mendapatkan terapi cairan
standar WHO (6–7 mL/kgBB/jam) dan cairan inisial (10 mL/kgBB/15 menit).
Jenis cairan yang diberikan untuk kristaloid berupa ringer laktat, sedangkan untuk
koloid berupa gelofusal. Pengukuran suhu badan dilakukan pada saat pasien masuk
rumah sakit dan pengukuran suhu selanjutnya dilakukan minimal setiap 8 jam/hari
selama menjalani perawatan, sedangkan pengukuran hematokrit dan trombosit
dilakukan pada saat pasien masuk rumah sakit dan pengukuran selanjutnya
dilakukan setiap 24 jam selama menjalani perawatan. Pengukuran lama rawat inap
dihitung berdasarkan hari saat pasien mulai diberikan cairan inisial/standar WHO
hingga dinyatakan sembuh dan dibolehkan pulang oleh dokter penanggung jawab
pasien. Analisis data menggunakan unpaired t-test dan Mann-Whitney untuk
mengetahui perbedaan antarkelompok pemberian terapi cairan inisial dan terapi
standar WHO terhadap perbaikan klinis, laboratoris dan lama rawat inap pada
pasien dengue fever (DF) dan dengue hemorrhagic fever (DHF) di bangsal anak
RS PKU Muhammadiyah Bantul.
3) COMPARATION
Peneliti : Baiq Adelina A. M., dkk, judul : Efektivitas Cairan Kristaloid dan
Koloid Pasien Demam Berdarah Anak di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Bantul
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua kelompok menunjukkan
perbedaan yang bermakna (p < 0,05) terhadap nilai trombosit (24 dan 48
jam pemberian cairan), nilai hematokrit (72 jam pemberian cairan) dan
lama rawat inap sedangkan kedua kelompok tidak menunjukkan
perbedaan bermakna (p > 0,05) pada gejala demam (suhu tubuh). Terapi
cairan koloid memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap perbaikan
gejala klinis dan laboratoris serta mengurangi lama rawat inap pasien.
4) OUTCOME
Hasil penelitian menunjukkan kedua kelompok tidak menunjukkan perbedaan
bermakna terhadap rata-rata suhu badan dan hematokrit (p>0,05), sedangkan
kedua kelompok menunjukkan perbedaan yang bermakna terhadap rata-rata
peningkatan trombosit dan lama rawat inap (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
kelompok cairan inisial memiliki rata-rata lama rawat inap lebih cepat dibanding
kelompok standar WHO yang disertai dengan peningkatan trombosit selama
menjalani rawat inap. Simpulan dari penelitian ini adalah pemberian terapi cairan
inisial tidak memberikan perbedaan yang signifikan terhadap rata-rata suhu badan
dan hematokrit, sedangkan efektivitas antara kedua kelompok menunjukkan
perbedaan yang bermakna terhadap rata-rata peningkatan trombosit dan lama
rawat inap.
RINGKASAN JURNAL 5

A. RINGKASAN JURNAL
1) JUDUL
Clinical profile and outcome of dengue fever and dengue haemorrhagic fever in
pediatric age group
2) PENELITI
Jasashree Choudhury, et, al
3) RINGKASAN JURNAL
Infeksi dengue, demam berdarah virus yang ditularkan oleh arthropoda, terus
menjadi tantangan utama bagi kesehatan masyarakat, terutama di Asia Tenggara.
Memiliki distribusi geografis yang luas dan dapat muncul dengan spektrum klinis
yang beragam. Diperkirakan sedikitnya 2,5 miliar orang di seluruh dunia tinggal
di daerah yang berisiko tinggi terkena infeksi virus dengue. Perkiraan
menunjukkan bahwa setiap tahun lebih dari 50 juta kasus demam berdarah dengue
(DBD) terjadi di negara-negara Asia dengan angka kematian kasus kurang dari
5%. Dari penderita DBD, setidaknya 90% adalah anak-anak di bawah usia 15
tahun. Kami telah melakukan studi observasi dengue dan demam berdarah dengue
dimana kami telah mempelajari pola klinis dari presentasi dengue.
4) TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui profil klinis dan hasil akhir dari demam berdarah dan demam
berdarah dengue pada kelompok usia anak
5) KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
a) Kelebihan
Jumlah sampel yang banyak
b) Kekurangan
Tidak dijelaskan jumlah populasi pada penelitian
B. METODE ANALISA PICO
1) PROBLEM
Penelitian ini dilakukan di CICU dan PICU dari perguruan tinggi kedokteran
SCB, Cuttack, Odisha, India dari Juni 2014 hingga Mei 2015. Populasi penelitian
adalah pasien dengan demam berdarah yang dikonfirmasi secara serologis dari
usia 1 tahun hingga 16 tahun dilibatkan dalam penelitian ini dengan sampel
sebanyak 100 pasien.
2) INTERVENTION
Data diperoleh setelah peneliti mendapat persetujuan tertulis dari orang tua.
Pemeriksaan klinis rinci dilakukan. Parameter laboratorium seperti estimasi
hemoglobin serial, hematokrit serial, jumlah trombosit, tes fungsi hati, sonografi
perut, dada, rontgen, tes serologi untuk demam berdarah: NS1 Antigen, IgG dan
antibodi IgM dilakukan Pengobatan simtomatik dilakukan untuk demam.
Manajemen cairan dilakukan sesuai dengan pedoman manajemen cairan WHO
2012. Selama periode pengobatan grafik pemantauan untuk parameter vital
digunakan. Saline isotonik digunakan untuk manajemen awal. Cairan intravena
dihentikan setelah pasien stabil secara hemodinamik. Analisis dilakukan dengan
menggunakan Microsoft Excel dan nilai P <0,05 dianggap signifikan.
3) COMPARATION
Peneliti : Andi dan I Made, judul : Gambaran Gejala Klinis Demam Berdarah
Dengue padaAnak di RSUP Sanglah, Denpasar Selama Bulan Januari-
Desember 2013
Hasil : Hasil penelitian didapatkan Gambaran klinis yang dominan terjadi pada
pasien DBD adalah demam (100%), muntah (58,33%), nyeri perut
(54,17%), mual (41,67%), nafsu makan dan minum menurun (37,5%),
nyeri kepala, dan uji tourniquet. Pada DBD didapatkan trombositopenia
100% , sedangkan yang mengalami hemokonsentrasi pada pasien DBD
74%.
4) OUTCOME
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa infeksi dengue merupakan penyakit yang
sistematis dan dinamis. Ini memiliki spektrum klinis yang luas yang mencakup
manifestasi parah dan non-parah. Demam, muntah, sakit perut, hepatomegali,
diatesis perdarahan (petechiae, epistaksis, tourniquet positif, hematemesis) dan
hipotensi merupakan gejala klinis yang umum pada DBD. Setelah masa inkubasi,
penyakit dimulai secara tiba-tiba dan diikuti oleh tiga fase yaitu demam, kritis,
dan pemulihan. Indeks kecurigaan yang tinggi untuk diagnosis dini, pemantauan,
dan pengelolaan cairan yang tepat serta pengobatan suportif sesuai pedoman
WHO dapat mengurangi kematian pada pasien demam berdarah parah. Tes
serologi, hematokrit, jumlah trombosit, enzim hati dan ultrasonografi abdomen
serta terapi cairan berguna dalam penatalaksanaan semua kasus.
Volume 3, Nomor 1, April 2019
JL JURNAL LIFE BIRTH
p-ISSN: 2580-0574 ; e-ISSN:
B
Factors Related To Event DHF In Children In Mawar Care

Haerani1, Haerati2, Bau Ranti3


1Department of Nursing, Stikes Panrita Husada Bulukumba, Indonesia
2Department of Nursing, Stikes Panrita Husada Bulukumba,

Indonesia 3 Nursing Student, Stikes Panrita Husada Bulukumba,


Indonesia

Corresponding author: Haerani


Email: ainunhaerani@gmail.com

ABSTRACT
DHF is an acute epidemic disease caused by a virus transmitted by Aedes Aegepty. According to 2014
World Health Organization (WHO) data, Dengue Hemorrhagic Fever was first reported in Southeast
Asia in 1954 in the Philippines, then spread to various countries. Before 1970 only 9 countries
experienced DHF outbreaks, but now DHF has become an endemic disease in more than 100
countries, including Africa, America, Eastern Mediterranean, Southeast Asia and the Western Pacific
which have the highest number of DHF cases. The purpose of this study is to know the factors
associated with the incidence of DHF in children in the Mawar Care Room of RSUD H.Andi Sulthan
Daeng Radja Bulukumba in 2018. The method used in this study is analytical method. The sample in
this study amounted to 162 people using total sampling. Retrieval of secondary data. Analysis of the
data used by using the chi-square test. This research was conducted using the chi-square test with a
level of confidence (α = 0.05) and the value of p-value = 0,000 was obtained, meaning p <α
(0,000
<0.05). There is a relationship between the incidence of DHF in children in the Mawar Care Room of
H.Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba Hospital. It is recommended that hospital institutions
continue to provide information about factors related to the incidence of DHF.

Keywords: DHF Events, Environment, Education

https://doi.org/10.37362/jlb.v3i1.293 Page 27
Volume 3, Nomor 1, April 2019
JL JURNAL LIFE BIRTH
p-ISSN: 2580-0574 ; e-ISSN:
B
I. PENDAHULUAN
Menurut data World Health Organization (WHO) 2014, penyakit Demam Berdarah
Dengue pertama kali dilaporkan di Asia Tenggara pada tahun 1954 yaitu di Filipina,
selanjutnya menyebar ke berbagai negara. Sebelum tahun 1970 hanya 9 negara yang
mengalami wabah DBD, namun sekarang DBD menjadi penyakit endemik pada lebih dari
100 negara, diantaranya adalah Afrika, Amerika, Mediteronia Timur, Asia Tenggara dan
Pasifik Barat memiliki angka tertinggi terjadinya kasus DBD. Penyakit Demam Berdarah
Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia.
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang sering
merisaukan masyarakat karena dapat menyebabkan kematian (Rachmad, 2016). Virus dengue
penyebab DBD memerlukan bantuan nyamuk untuk berpindah ke tubuh manusia (Nadesul,
2007).
Data Depkes RI tahun 2013, kasus demam berdarah dengue terjadi di 31 provinsi dengan
pasien 48.905 oarng, 376 diantaranya meninggal dunia. Sepanjang tahun 2012 kemenkes
mencatat 90.245 orang. Tahun 2010 angka kematian mencapai 0,87 persen, pada tahun 2011
meningkat menjadi 0,91 persen dan sempat menurun pada tahun 2012 menjadi 0,90 dengan
total kasus tahun 2012 90.245 orang dan jumlah kematian 816 orang. Tahun 2013 selama
januari sampai juni demam berdarah dengue dialporkan terjadi di 31 provinsi dengan jumlah
kasus sebanyak 48.905 orang, dan 376 diantaranya meniggal dunia. Provinsi yang dilaporkan
kejadian luar biasa demam berdarah dengue tahun 2013 yaitu almpung, sulsel, kalteng dan
papua Papua (kemenkes, 2016).
Kasus DBD di Sulawesi Selatan pada tahun 2011 kategori tinggi pada Kabupaten
Bulukumba Kabupaten Gowa, Kabupaten Maros, Kabupaten Bone, dan Kabupaten Luwu
(130-361 kasus) dan yang terendah yaitu kabupaten selayar, kabupaten sinjai, dan kabupaten
tana torajaterendah (0-19 kasus). Adapun kabupaten yang tidak mendapat kasus DBD adalah
kabupaten bantaeng. Pada tahun 2013 kasus DBD di Sulawesi Selatan sebesar 5.030 kasus
dilaporkan 48 penderita DBD yang meninggal dengan CFR 22,64%, rata-rata angka insiden
rate di provinsi sulawesi selatan cenderung mengalami penurunan bila dibandingkan dengan
target nasional (36/100.000 penduduk). Hal ini menunjukkan upaya peningkatan pencegahan
dan penanggulanagn kasus DBD semakin membaik, namun hal ini masih perlu dukungan dari
berbagai pihak (Riskesdas, 2015). Berdasarkan data awal yang diperoleh dari Register RSUD
H. Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba pada tahun 2016 jumlah pasien Demam
Berdarah yang dirawat di Ruang Perawatan Mawar sebanyak 171 orang sedangkan pada
tahun 2017
https://doi.org/10.37362/jlb.v3i1.293 Page 28
Volume 3, Nomor 1, April 2019
JL JURNAL LIFE BIRTH
p-ISSN: 2580-0574 ; e-ISSN:
B
jumlah penderita DBD yang dirawat menurun sebanyak 157 orang dan kembali meningkat di
tahun 2018 sebanyak 162 orang.
II. METODE PENELITIAN
Desain penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang
bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian DBD pada
anak. Dengan pengambilan data di rekam medik di RSUD H. Andi Sulthan Daeng Radja
Bulukumba (Notoadmodjo, 2011).
Populasi dan sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah 162 anak yang menderita DBD yang di dapatkan di
rekam medik RSUD H. Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba 2018 rentang waktu Januari –
Desember 2018. Sampel dalam penelitian ini adalah 162 anak yang menderita DBD di rekam
medik RSUD H. Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba 2018, rentang waktu Januari –
Desember 2018.
Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling. Total sampling
adalah tehnik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan jumlah populasi
(sugiyono, 2007).
Instrumen pengumpulan data
Instrumen penelitian adalah alat ukur yang akan digunakan untuk mengumpulkan data,
instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pengambilan data melalui
rekam medik RSUD H. Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba, pengambilan data mulai dari
bulan Januari – Desember 2018.
Analisa data
Analis univariat adalah data yang diperoleh dari hasil pengumpulan disajikan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi, ukuran tendensi sentral atau grafik (Suryono &
Anggraeni, 2013). Dimana data yang akan dianalisis adalah umur, jenis kelamin, pendidikan
dan Umur,
untuk analisa bivariate menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan (α=0,05).
III. HASIL
Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan dari 162 penderita DBD berdasarkan faktor umur,
sebagian besar yaitu kanak-kanak sebanyak 93 orang (57%), yang berusia remaja awal
sebanyak 39 orang (24%) dan Balita sebanyak 30 orang (18,5%). Berdasarkan jenis
kelamin, sebagian besar penderita DBD berjenis kelamin laki-laki sebanyak 106 orang
(65,4%) dan
https://doi.org/10.37362/jlb.v3i1.293 Page 29
yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 56 orang (34,6%). Berdasarkan tabel
pendidikan
Volume 3, Nomor 1, April 2019
JL JURNAL LIFE BIRTH
p-ISSN: 2580-0574 ; e-ISSN:
B
orang tua yaitu yang berpendidikan tinggi sebanyak 44 orang (27,2%) dan yang
berpendidikan rendah sebanyak 118 orang (72,8%). Berdasarkan lingkungan yaitu yang
tinggal di kota sebanyak 102 orang (63%) dan yang tinggal di desa sebanyak 60 orang (37%).
Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan dan
Lingkungan
Karakteristik Frekuensi Persentase
%
Umur
Balita 30 18,5%
Kanak-kanak 93 57%
Remaja awal 39 24%
Jenis kelamin
Laki-laki 106 65,4%
Perempuan 56 34,6%
Pendidikan
Tinggi 44 27,2%
Rendah 118 72,8%
Lingkungan
Desa 60 37%
Kota 102 63%
Total 162 100%
Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 162 orang berdasarkan kejadian DBD
terdapat 135 orang (83,3%) yang positif dan 27 orang (16,7%) yang positif dengan
komplikasi lain.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian DBD
Kejadian DBD Frekuensi Persentase (%)
Positif 135 83,3%
Positif dengan komplikasi 27 1 6,7%
Total 162 100%
Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan dari 162 penderita berdasarkan umur yaitu dari 30
penderita yang umur balita terdapat 20 orang (66,7%) yang positif DBD dan 10 orang (33,3%)
yang positif dengan komplikasi,. Umur kanak-kanak sebanyak 93 orang terdapat 80 orang
yang positif, 13 (14,0%) orang yang positif dengan komplikasi. Sedangkan umur remaja awal
sebanyak 39 orang, terdapat 35 orang (89,7% ) yang positif dan yang positif dengan
komplikasi sebanyak 4 orang (10,3%). dari 106 orang (64,8%) yang berjenis kelamin laki-laki
terdapat 97 orang (59,9%) yang positif, dan yang positif dengan komplikasi sebanyak 9 orang
(5,6%). Sedangkan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 56 orang (34,6%) dan terdapat
38 orang (23,5%) yang positif dan yang positif dengan komplikasi sebanyak 18 orang (11%).
dari 118 orang (72,8%) yang berpendidikan rendah, terdapat 103

https://doi.org/10.37362/jlb.v3i1.293 Page 30
Volume 3, Nomor 1, April 2019
JL JURNAL LIFE BIRTH
p-ISSN: 2580-0574 ; e-ISSN:
B
orang (63,6%) yang positif dan yang positif dengan komplikasi sebanyak 15 orang (9,3%).
Sedangkan yang pendidikan tinggi sebanyak 44 orang (27,2%), terdapat 32 orang (19,8%)
yang positif dan yang positif dengan komplikasi sebanyak 12 orang(7,4%). dari 162 orang
penderita DBD , berdasarkan lingkungan yaitu yang tinggal di desa sebanyak 60 orang (37%),
terdapat 41 orang (25,3%) yang positif, dan yang positif dengan komplikasi sebanyak 19
orang (11,7%), sedangkan yang tinggal di kota sebanyak 102 orang (63%), yang positif
sebanyak 94 orang (58%) dan yang positif dengan komplikasi sebanyak 8 orang (5%).
Tabel 3. Distribusi faktor umur dengan kejadian DBD di RSUD H. Andi Sulthan Dg
Radja Bulukumba
Demam berdarah
Positif Positif dengan komplikasi
Umur jumlah Nilai P
f % f % f %

Balita 20 66,7% 10 33,3% 30 100%


Kanak-kanak 80 86,8% 13 14,0% 93 100% 0,000
Remaja 35 89,7% 4 10,3% 39 100%
Demam berdarah
Jenis kelamin Positif Positif dengan komplikasi
jumlah Nilai p
f % f % f
%
Laki-laki 97 59,9% 9 5,6% 106 64,8% 0,000
Perempuan 38 23,5% 18 11% 56 34,6%
Demam berdarah
Pendidikan Positif Positif dengan komplikasi
jumlah Nilai p
f % f % f
%
Tinggi 32 19,8% 12 7,4% 44 27,2% 0,027 103
Rendah 63,6% 15 9,3% 118 72,8%
Demam berdarah
Lingkungan Positif negatif jumlah
f % f % f % Nilai p
Pedesaan 41 25,3% 19 11,7% 60 37% 0,000
Perkotaan 94 58% 8 5% 102 63%
Total 135 27 162
IV. PEMBAHASAN 100%
Berdasarkan hasil analisis data tersebut di atas, maka peneliti berasumsi bahwa faktor
yang paling berpengaruh pada kejadian DBD pada anak adalah anak-anak yang usia sekolah
atau yang berusia kurang dari 15 tahun. Hal ini disebabkan karena sistem kekebalan tubuh
pada anak-anak masih kurang sehingga rentan terhadap penyakit dan aktivitas anak-
anak
https://doi.org/10.37362/jlb.v3i1.293 Page 31
Volume 3, Nomor 1, April 2019
JL JURNAL LIFE BIRTH
p-ISSN: 2580-0574 ; e-ISSN:
B
lebih banyak diluar rumah pada siang hari, sedangkan kita ketahui bahwa nyamuk aedes
aegypti menggigit pada siang hari.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh (Susmaneli, 2011)
mengatakan bahwa Umur merupakan variabel yang selalu diperhatikan didalam penyelidikan-
penyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun angka kematian,
hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur. Meskipun DBD mampu
dan terbukti menyerang tubuh manusia dewasa, namun lebih banyak kasus ditemukan pada
pasien anak-anak yang berusia kurang dari 15 tahun. Hal ini disebabkan karena sistem
kekebalan tubuh pada anak-anak masih kurang sehingga rentan terhadap penyakit dan
aktivitas anak- anak lebih banyak diluar rumah pada siang hari, sedangkan nyamuk aedes
aegypti menggigit pada siang hari. Berdasarkan hasil analisis data di atas, maka peneliti
berasumsi bahwa ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian DBD pada anak di
RSUD H. Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba. hal tersebut karena anak laki-laki lebih
banyak yang beraktivitas di luar rumah, bermain dengan waktu yang lebih lama layaknya anak
yang seusianya, sedangkan kita ketahui bahwa nyamuk aedes aegypti menggigit pada siang
hari.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh (Novrita, Mutahar and
Purnamasari, 2017) bahwa responden laki-laki mempunyai risiko 4,9 kali lebih besar daripada
yang berjenis kelamin perempuan untuk menderita penyakit DBD. Jenis kelamin
laki-laki memiliki potensi tertular DBD menjadi lebih besar, hal ini terjadi karena
produksi cytokine pada perempuan lebih besar daripada laki-laki sehingga respon imun pada
perempuan lebih baik di banding laki-laki. Berdasarkan hasil analisis data di atas, maka
peneliti berasumsi bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan kejadian DBD pada anak di
RSUD H. Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba. hal tersebut karena semakin tinggi
pendidikan ibu maka ibu semakin mereka mudah menerima dan mengembangkan
pengetahuan dan teknologi serta memilki kepedulian yang besar terhadap pencegahan
penyebaran DBD.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Sandra, 2019)
Tingkat pendidikan ibu adalah tingkat pendidikan formal yang ditamat-kan oleh responden.
Proporsi pendidikan ibu pada kategori pendidikan rendah lebih besar pada kasus 45(64,3%)
dibandingkan dengan kelompok kontrol 29 (41,4%).Hasil uji chisquarediperoleh nilai pvalue
lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,007yang berarti ada pengaruh faktor pendidikan ibu terhadap
kejadian DBD pada anak usia 6-12 tahun dengan nilai pvalue=0,007. Berdasarkan hasil
analisis data di atas, maka peneliti berasumsi bahwa ada hubungan antara lingkungan dengan
https://doi.org/10.37362/jlb.v3i1.293 Page 32
Volume 3, Nomor 1, April 2019
JL JURNAL LIFE BIRTH
p-ISSN: 2580-0574 ; e-ISSN:
B
kejadian DBD pada anak di RSUD H. Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba. hal tersebut
karena lingkungan perkotaan ketika musim hujan itu terdapat banyak genangan air dan
kepadatan penduduk yang menyebabkan terjadinya perkembang biakan nyamuk aedes aegypti
yang lebih banyak dan jarak yang dekat antara rumah ke rumah sehingga nyamuk aedes
aegypti lebih muda menularkan ke anak yang lain.
Hasil penelitian ini sejalan Hasil penelitian ini membuktikan adanya hubungan yang
signifikan antara kepadatan rumah dengan kejadian DBD. Nyamuk Aedes aegypti bersifat
domestik karena jarak terbangnya pendek (100 meter). Apabila rumah penduduk saling
berdekatan maka nyamuk dengan mudah berpindah dari satu rumah ke rumah lainnya.
Apabila salah satu penghuni rumah ada yang menderita DBD maka virus tersebut dapat
ditularkan kepada tetangganya melaui gigitan nyamuk Aedes aegypt
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan tujuan khusus yang di ungkapkan pada bab sebelumnya, maka peneneliti
merumuskan kesimpulan dari penelitian ini yaitu Terdapat hubungan antara umur, jenis
kelamin, pendidikan dan lingkungan dengan kejadian DBD di RSUD H. Andi Sulthan Daeng
Radja Bulukumba. Berdasarkan manfaat yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka
dalam penelitian ini saran yang diajukan penulis adalah dengan mengimplementasikan
sejumlah strategi teknis dalam upaya meminimalisir tingginya frekuensi terhadap kejadian
DBD disarankan agar di setiap rumah sakit kiranya terus memberi informasi bagi masyarakat
untuk lebih mengenal faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian DBD.

DAFTAR PUSTAKA

Ayudhya, P. et al. (2013) ‘Hubungan Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Tentang


Penyakit Demam Berdarah Dengue Dengan Pencegahan Vektor di Kelurahan Malalayang 1
Barat Kota Manado’, pp. 9–13.

Dardjito, E. et al. (2008) ‘Beberapa Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian
Penyakit DBD Di Kab Banyumas’, Media Litbang Kesehatan, XVIII, pp. 126–136.

Fathi (2005) ‘Peran Faktor Lingkungan Dan Perilaku Terhadap Penularan Demam
Berdarah Dengue Di Kota Mataram’, Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol. 2, No. 1, Juli 2005 :
1 - 10, pp. 1–11.

Gama T, A. (2010) ‘Analisis faktor risiko kejadian demam berdarah dengue di desa
mojosongo kabupaten boyolali’, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadyah
Surakarta, 5, pp. 1–9.

Ginanjar, D. G. (2013) Demam Berdarah. yogyakarta.

https://doi.org/10.37362/jlb.v3i1.293 Page 33
Volume 3, Nomor 1, April 2019
JL JURNAL LIFE BIRTH
p-ISSN: 2580-0574 ; e-ISSN:
B
HASMI, L. (2015) ‘Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Mengenai Penyakit DBD dengan
Kejadian Dbd Pada Anak Di Ruangan Anak RSUD DR. Muhammad Zein Painan Tahun
2014’.

Lontoh, R. Y., Rattu, A. J. M. and Kaunang, W. P. J. (2016) ‘Tindakan Pencegahan Demam

Berdarah Dengue’, PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi, 5(1), pp. 382–389.

Misnadyarli (2009) ‘Demam Berdarah Dengue (DBD): Ekstrak Daun Jambu Biji Bisa untuk
Mengatasi DBD - Misnadiarly - Google Buku’. jakarta: yayasan pustak obor indonesia.

Nadesul, H. (2007) ‘Cara Mudah Mengalahkan Demam Berdarah’, Buku Kompas, Jakarta.
jakarta: penerbit buku kompas.

Niluh, A. (2009) ‘Pengetahuan ibu tentang penyakit demam berdarah dengan kejadian
demam berdarah di puskesmas bojolali.’, pp. 4–25.

Novrita, B., Mutahar, R. and Purnamasari, I. (2017) ‘The Analysis Of Incidence Of Dengue
Hemorrhagic Fever In Public Health Center Of Celikah Ogan Komering Ilir Regency Demam
Berdarah Dengue ( DBD ) salah dalam waktu singkat dan menimbulkan Berdasarkan
dokumen RPJMN target pengendalian DBD yaitu IR DBD pada’, 8(1), pp. 19–27.

Nur Purwoko Widodo (2012) ‘Faktor - Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam
Berdarah Dengue (DBD) Di di Kecamtan Ngawi’.
Oktri, H. (2008) ‘Demam Berdarah Dengue - Google Buku’. yogyakarta: Kanusius.

Pandelaki, D. (2017) ‘Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Stigma


Masyarakatat di Desa Watumena Kecamatan Eris Kabupaten Minahasa’, e-Journal
Keperawatan (eKp) Volume 5 Nomor 2 Agustus 2017, 5, pp. 1–5.

Rachmad (2016) ‘Hubungan Pengetahuan dan Sikap Terhadap Tindakan Pencegahan Demam
Berdarah Dengue Pada Masyarakat Di Kecamatan Baiturrahman’, Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Medisia, 1(November), pp. 1–5.
riskesdas (2015) ‘profil kesehatan makasaar 2015’.

Sandra, T. (2019) ‘Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Kejadian Demam Berdarah


Dengue pada Anak Usia 6-12 Tahun Di Kecamatan Tembalang’, 4(1), pp. 1–10.

Susmaneli, H. (2011) ‘Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian DBD di RSUD


Kabupaten Rokan Hulu’, 1(5), pp. 149–154.

Umaya, R. and Dkk (2013) ‘Hubungan Karakteristik Pejamu, Lingkungan Fisik Dan
Pelayanan Kesehatan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (Dbd) Di Wilayah Kerja
Puskesmas Talang Ubi Pendopo Tahun 2012’, Ilmu Kesehatan Masyarakat, 4(November), pp.
262–269.

WATI, W. E. (2009) ‘Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam Berdarah
Dengue (Dbd) Di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009’.

WHO (2016) ‘Demam Berdarah Dengue’. jakarta: EGC.


https://doi.org/10.37362/jlb.v3i1.293 Page 34
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 5 No. 3 September 2018

KARAKTERISTIK PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA


RUANG RAWAT INAP ANAK DI RSUD UNDATA PALU TAHUN 2017

Ita Indah Agustini*, Elli Yane Bangkele**, Mohammad Salman**,


Moh. Ardi Munir**

*Mahasiswa Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako


**Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako

ABSTRACT
Background: Indonesia's dengue fever remains a health problem because there are many
endemic areas. DHF endemic area in general is a source of spread of disease to other
areas. Peneletian purpose of this is to know how the characteristics of patients with
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) in the inpatient unit at Children's Hospital Undata
Palu 2017.
Methods: This research is a descriptive technique of making a total sampling rate of 49
children who met the inclusion criteria obtained from hospital medical records Undata
Palu 2017.
Results: Found distribution DHF patients highest child under age> 5-14 years of 37
(75%). Gender Most women were 28 people (57%). The main complaint most include fever,
nausea, dizziness, vomiting and weak that 29 people (59%). Most clinical
manifestations are petechiae and spontaneous bleeding were 26 cases (53%). Platelet
count ≤ 100,000 / mm3 total of 32 cases (65%). Hematocrit percentage at most is ≤ 40%
35 (71%). The degree of severity of the most widely experienced that degree I as many as
28 people (57%). Based management is not fit most standard medical procedures (SPM) 38
(77%). Long hospitalization most is <7 days, 42 people (85%).
Conclusion: Characteristics of dengue patients in the inpatient unit at Children's Hospital
in 2017 Undata Palu most was the highest age> 5-14 years, female gender. The main
complaint II, clinical manifestations II, Number platelet ≤ 100,000 / mm3, percentage of
hematocrit ≤ 40%. Severity grade I, Management does not match the standard medical
procedures (SPM), Old hospitalization <7 days.

Keywords: Characteristics, DHF in children, Undata hospitals Palu

49 Ita I. Agustini, dkk., Karakteristik Pasien Demam Berdarah ....


MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 5 No. 3 September 2018

ABSTRAK

Latar Belakang : Di Indonesia penyakit DBD masih merupakan masalah kesehatan karena
masih banyak daerah yang endemik. Daerah endemik DBD pada umumnya merupakan
sumber penyebaran penyakit ke wilayah lain. Tujuan peneletian ini adalah Untuk
mengetahui bagaimana Karakteristik pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) pada ruang
rawat inap Anak di RSUD Undata Palu tahun 2017.
Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan tehnik
pengambilan total sampling sebanyak 49 orang anak yang memenuhi kriteria inklusi
diperoleh dari data rekam medis RSUD Undata Palu tahun 2017.
Hasil : Ditemukan distribusi penderita DBD anak tertinggi menurut usia >5-14 tahun 37
orang (75%). Jenis Kelamin terbanyak adalah perempuan sebanyak 28 orang (57%).
Keluhan utama paling banyak berupa demam, mual, pusing, muntah serta lemah yaitu 29
orang (59%). Manifestasi klinis terbanyak adalah petekie dan pendarahan spontan sebanyak
26 kasus (53%). Jumlah trombosit ≤ 100.000/mm3 sebanyak 32 kasus (65%). Persentase
hematokrit paling banyak adalah ≤ 40% 35 orang (71%). Derajat keparahan yang paling
banyak dialami yaitu derajat I sebanyak 28 orang ( 57%). Berdasarkan penatalaksanaan
paling banyak adalah tidak sesuai standar prosedur medis (SPM)
38 orang (77%). Lama rawat inap yang paling banyak adalah < 7 hari yaitu 42 orang
(85%). Kesimpulan : Karakteristik pasien DBD pada ruang rawat inap Anak di RSUD
Undata Palu tahun 2017 terbanyak adalah usia tertinggi >5-14 tahun, jenis Kelamin
perempuan. Keluhan utama II, Manifestasi klinis II, Jumlah tombosit ≤ 100.000/mm3,
Persentase hematokrit ≤ 40%. Derajat keparahan derajat I, Penatalaksanaan tidak sesuai
standar prosedur medis (SPM), Lama rawat inap < 7 hari.

Kata Kunci : Karakteristik, DBD anak, RSUD Undata Palu

PENDAHULUAN Penyakit ini berkaitan dengan kondisi


lingkungan dan perilaku masyarakat[2].
Demam Dengue
Berdarah adalah (DBD) Di Indonesia, anak-anak merupakan
penyakit
virus dengue,
yang yang masuk
disebabkan
ke peredaran
oleh kelompok usia yang paling banyak
darah manusia melalui gigitan nyamuk menderita DBD, dengan proporsi sekitar
dari genus Aedes, misalnya Aedes aegypti 30%. Kasus ini pertama kali terjadi di
atau Aedes albopictus. Penyakit DBD Surabaya pada tahun 1968. Penyakit ini
dapat muncul sepanjang tahun dan dapat ditemukan di 200 kota 27 provinsi dan
menyerang seluruh kelompok telah terjadi KLB. Data dari Departemen
umur. Kesehatan RI melaporkan bahwa pada

50 Ita I. Agustini, dkk., Karakteristik Pasien Demam Berdarah ....


MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 5 No. 3 September 2018

tahun 2004 tercatat 17.707 orang terkena METODE


DBD di 25 provinsi dengan kematian 322 Jenis penelitian yang akan digunakan
penderita selama bulan Januari dan dalam penelitian ini adalah observasional
Febuari [7].
deskriptif dengan pendekatan
survey
Demam Berdarah Dengue (BDB) untuk mengetahui karakteristik pasien

merupakan salah satu penyakit yang setiap Demam Berdarah Dengue (DBD) pada

tahunnya menjangkiti masyarakat wilayah ruang rawat inap Anak di RSUD Undata

kelurahan yang ada di Kota Palu. Palu tahun 2017 berdasarkan catatan

Berdasarkan data surveilans penyebaran rekam medis (buku status) yang ada di

kasus DBD di 45 wilayah kelurahan pada Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu.

tiga tahun terakhir (2011= 1061 kasus, Metode pengambilan sampel yang di

2012= 1051 kasus, dan 2013= 863 kasus), gunakan dalam penelitian ini adalah Total

dapat disimpulkan bahwa secara Sampling. Dari hasil penelitian didapatkan

keseluruhan wilayah Kota Palu telah di jumlah sampel sebanyak 49 sampel yang

kategorikan Endemis kasus DBD dan memenuhi kriteria inklusi. Penelitian ini

hanya terdapat satu kelurahan yang masih dilakukan pada tanggal 8 juli – 27 juli.

bersifat sporadis yaitu kelurahan Tipo[1]. Dalam penelitian ini sampel di


kelompokan berdasarkan usia, jenis
Dengan memperhatikan data-data kelamin, keluhan utama, manifestasi
tersebut diatas bahwa penyakit diare persentase
klinis, jumlah
masih menjadi penyakit dengan angka
trombosit,
hematokrit,
kejadian yang tinggi khususnya pada anak derajat
penatalaksanaan, dan lama rawatkeparahan,
inap.
di rumah sakit Umum Anutapura Palu
dengan jumlah yang meningkat dari tahun HASIL

ke tahun. Hal yang Tabel 1. Distribusi


inilah Karakteristik Responden Berdasarkan
melatarbelakangi peneliti untuk
Kelompok Usia
melakukan penelitian berjudul Usia Frekuensi Persentase
(%)
“Karakteristik pasien Demam Berdarah <1 tahun 2 4
1-5 tahun 10 20
Dengue (DBD) pada ruang rawat inap >5-14 tahun 37 75
Total 49 100
Anak di RSUD Undata Palu tahun 2017”

51 Ita I. Agustini, dkk., Karakteristik Pasien Demam Berdarah ....


MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 5 No. 3 September 2018

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa Tabel 3. Distribusi


Karakteristik Responden Berdasarkan
jumlah pasien yang terbanyak menderita
Keluhan Utama
DBD adalah pada kelompok umur >5-14 Keluhan Frekuensi Persentase
Utama (%)
tahun sebanyak 37 orang dengan Keluhan I 18 36
(Demam
persentase 75 % disusul oleh kelompok
dan
umur 1-5 tahun sebanyak 10 orang atau
Mual, Pusing)
dengan persentase 20 % dan kelompok Keluhan I dan 29 59
atau
umur <1tahun sebanyak 2 orang dengan Muntah;
dan atau serta
persentase 4%. Lemah
Keluhan II dan 2 4
Tabel 2. Distribusi atau Gelisah
Total 49 100
Karakteristik Responden Berdasarkan
Jenis Kelamin Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat
Jenis Frekuensi Persentase
Kelamin (%)
bahwa jumlah pasien yang terbanyak
Laki-laki 21 42 menderita DBD adalah pada Keluhan
Perempuan 28 57
Total 49 100 utama keluhan I dan atau muntah; dan
atau serta lemah yaitu sebanyak 29 orang

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat dengan persentase 59%, kemudian kedua

bahwa jumlah pasien yang terbanyak terbanyak demam dan atau mual, pusing

menderita DBD adalah pada jenis yaitu sebanyak 18 orang dengan


kelamin perempuan sebanyak 28 orang persentase 36 %, sedangkan keluhan II
dengan persentase 57%, sedangkan laki- dan atau gelisah yaitu sebanyak 2 orang
laki sebanyak 21 orang dengan dengan persentase 4%.
persentase 42%.
Tabel 4. Distribusi Karakteristik
Responden Berdasarkan Manifestasi
Klinis

52 Ita I. Agustini, dkk., Karakteristik Pasien Demam Berdarah ....


MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 5 No. 3 September 2018

Klinis Frekuensi Persentase Jumlah Frekuensi Persentase


(%) Trombosit (%)
Klinis I 14 28 ≤ 100.000/mm3 32 65
(Petekie) > 100.000/mm3 17 34
Klinis I 26 53 Total 49 100
dan Atau
Pendarahan
Spontan
Klinis II dan 9 18 Berdasarkan tabel 5 terlihat bahwa
atau Akral
jumlah trombosit anak penderita DBD
Dingin
Serta Nadi paling banyak adalah pasien dengan
Lemah
Klinis III dan 0 0 jumlah trombosit ≤ 100.000/mm3
atau Nadi Tidak
Teraba (trombositopenia) sebanyak 32 kasus
Total 49 100
dengan persentase 65%. Sedangkan
Berdasarkan tabel 4 dapat terlihat >
bahwa dari 49 pasien anak penderita 100.000/mm3
jumlah 17
sebanyak trombosit
dengan persentase 34%.
DBD, di temukan tanda klinis terbanyak
Tabel 6. Distribusi Karakteristik
adalah klinis I dan atau pendarahan Responden Berdasarkan Persentase
spontan sebanyak 26 kasus dengan Hematokrit
persentase 53%, kemudian kedua Persentase Frekuensi Persentase
Hematokrit (%)
terbanyak klinis (petekie) yaitu sebanyak ≤ 40% 35 71
> 40% 14 28
14 kasus dengan persentase 28%,
Total 49 100
sedangkan ketiga tebanyak klinis II dan
atau akral dingin serta nadi lemah yaitu
Berdasarkan tabel 6 terlihat bahwa
sebanyak 9 kasus dengan persentase
jumlah trombosit pasien anak penderita
18%, sedangakn klinis III dan atau nadi
DBD paling banyak adalah pasien
tidak teraba yaitu sebanyak 0 kasus
dengan peresentase hematokrit ≤ 40%
dengan persentase 0%.
sebanyak 35 kasus dengan persentase
71%. Sedangkan persentase hematokrit >
Tabel5. Distribusi Karakteristik
Responden Berdasarkan Jumlah 40% sebanyak 14 dengan persentase
Trombosit 28%.

53 Ita I. Agustini, dkk., Karakteristik Pasien Demam Berdarah ....


MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 5 No. 3 September 2018

Tabel 7. Distribusi Karakteristik palu tahun 2017 adalah 38 orang atau


Responden Berdasarkan Derajat
77% tidak sesuai standar prosedur medis
Keparahan
(SPM) dan 11 orang atau 22% sesuai
Derajat Frekuensi Persentase
Keparahan (%) standar prosedur medis.
Derajat I 28 57
Derajat II 14 28
Derajat III 7 14 Tabel 9. Distribusi Karakteristik
Derajat IV 0 0 Responden Berdasarkan Lama Rawat
Total 49 100 Inap
Lama Rawat Frekuensi Persentase
Inap (%)
Berdasarkan tabel 7 Derajat keparahan
< 7 hari 42 85
yang paling banyak dialami pasien anak
≥ 7 hari 7 14
Demam Berdarah Dengue di RSUD Total 49 100
Undata palu tahun 2017 dari 49 kasus
yaitu derajat I sebanyak 28 orang (57%),
derajat II yaitu sebanyak 14 orang (28%), Berdasarkan tabel 9 menggambarkan

derajat III yaitu sebanyak 7 orang (14%), distribusi pasien anak penderita DBD

sedangkan derajat IV yaitu sebanyak 0 yang rawat inap di RSUD Undata palu

orang (0%). tahun 2017 yaitu yang paling banyak


adalah < 7 hari yaitu 42 orang dengan
Tabel 8. Distribusi persentase 85%, sedangkan terendah
Karakteristik Responden Berdasarkan
Penatalaksanaan adalah ≥7 hari yaitu 7 orang dengan
Penatalaksan Frekuensi Persentase
aan (%) persentase 14%.
Sesuai 11 22
Standar
Prosedur PEMBAHASAN
Medis
Tidak Sesuai 38 77 proporsi penderita DBD berdasarkan
Standar
Prosedur usia adalah usia 11 - 19 tahun, dan
Medis
Total 49 100 menurut Gandahusada (1998) usia >5-14
tahun merupakan usia sekolah, hal ini ada

Berdasarkan tabel 8 menunjukkan kaitannya dengan vektor yaitu nyamuk

penatalaksanaan pasien anak penderita Aedes Aegypti dan A albopictus. A aegypti

DBD yang rawat inap di RSUD Undata menggigit dari pagi dan

54 Ita I. Agustini, dkk., Karakteristik Pasien Demam Berdarah ....


MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 5 No. 3 September 2018

puncaknya setelah matahari terbit (8.00- trombositopenia biasanya dapat


10.00) dan sebelum matahari terbenam dijumpai antara hari sakit ketiga sampai
(15.00-17.00). Berdasarkan hasil tersebut ketujuh dikarenakan trombosit kehilangan
dapat disimpulkan tingkat penularan DBD fungsi agregasi dan mengalami
banyak terjadi di sekolah, sehingga perlu metamorfosis oleh karena itu sistem RE
dilakukan pencegahan DBD di sekolah sehingga terjadi usia
seperti fogging[4]. pemendekan trombosit.
Kemudian
kriteria untuksesuai dengan
mendiagnosa DBD menurut
pada umumnya laki-laki dan
WHO salah satunya yaitu jika pada
perempuan mempunyai perbandingan
pemeriksaan sampel darah penderita
yang sama dalam hal infeksi dengue. Di
dijumpai jumlah trombosit ≤ 100.000/μl.
Indonesia tidak ada perbedaan yang
bermakna antara jumlah kasus laki-laki peningkatan hematokrit hingga 20%
dan perempuan dan dilaporkan tidak ada atau lebih membuktikan adanya
kejadian yang bermakna pada kejadian kebocoran plasma, umumnya dimulai hari
syok pada anak laki-laki dan perempuan[6]. ke-3 pada kasus DBD[5]. Hasil ini sesuai
penelitian Hasibuan yaitu distribusi
kriteria DBD adalah demam 2 hari dan
proporsi tertinggi penderita DBD
diikuti oleh 2 kriteria mual, muntah, rash,
berdasarkan persentase hematokrit yaitu
tornikuet positif dan leukopenia. Namun
dengan persentase hematokrit ≤ 40%
penelitian Safina (2012)
(57,2%).
menyebutkan proporsi penderita DBD
paling banyak dengan keluhan utama yang Distribusi pasien Demam Berdarah

spesifik adalah demam, pusing, lemah 79 Dengue (DBD) pada ruang rawat inap
orang (33%). Anak di RSUD Undata Palu tahun 2017
berdasarkan derajat keparahan yang tertinggi
hemorragik cenderung
adalah derajat I sebanyak 28 orang (57%).
mungkin
menjadi manifestasi selama ini : positif uji
Hasil ini berbeda dari derajat keparahan
torniquet petechiae, ekimosis
berdasarkan tanda dan gejala yang tercatat
purpura, pendarahan atau mukosa,
direkam medis menunjukkan derajat II
hematemesis atau melena [5]. dan
lebih banyak. Hal ini menunjukkan

55 Ita I. Agustini, dkk., Karakteristik Pasien Demam Berdarah ....


MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 5 No. 3 September 2018

adanya kekurang sesuaian penilaian tepat guna dapat menyebabkan masalah


derajat yang dicatat berdasar diagnosis resistensi antibiotik dan juga
dan berdasar tanda-gejala di rekam medis menyebabkan peningkatan
RSUD Undata Palu[3[. Apa bila pengobatan. biaya
masyarakat yang mengalami tanda gejala
Distribusi pasien anak penderita DBD
dari penyakit DBD itu sendiri maka sangat
yang rawat inap di RSUD Undata Palu
penting untuk datang memeriksakannya
tahun 2017 berdasarkan lama rawat inap
ke RS agar cepat di tangani sesuai dengan
yang paling banyak adalah < 7 hari yaitu
derajat keparahan yang di alaminya.
42 orang dengan persentase 85%.
Hasil
Distribusi pasien anak penderita DBD
ini menunjukkan dalam waktu < 7 hari
berdasarkan penatalaksanaan dari
pasien telah memenuhi kriteria untuk
kasus 49menunjukkan masih tinggi
dipulangkan yaitu pasien DBD rawat inap
penatalaksanaan
diruang perawatan anak sampai hasil
tidak
prosedur medis (SPM) yaitusesuai standar
38 orang atau laboratorium normal ( trombosit >
77% dan selebihnya sesuai 150.000/mm3 dan hematokrit normal), < 7
standar
prosedur medis. Hal ini di karenakan hari merupakan waktu yang lebih singkat
masih tingginya penggunaan antibiotik dari masa pemulihan menurut standar
pada pasien DBD, menurut pelayanan medis RSUD Undata Palu yang
dimana
standar prosedur medis antibiotik menyatakan semua pasien tersangka DBD
diberikan bila terdapat dan DBD dirawat inap 7 – 14 hari di
kemungkinan terjadi infeksi sekunder. ruang perawatan anak sampai hasil
laboratorium normal.
DBD merupakan suatu penyakit
infeksi yang disebabkan oleh KESIMPULAN
sehingga virus,
pemberian antibiotik
dalam Dari hasil dan pembahasan yang
pengobatan DBD tidak diperlukan kecuali
telah diuraikan pada bab sebelumya, maka
jika ditemukan infeksi sekunder (standar
dapat dapat di simpulkan bahwa
prosedur medis RSUD Palu,
karakteristik pasien pasien Demam
Undata 2017). Penggunaan
Berdarah Dengue (DBD) pada ruang
berlebihanantibiotik
pada beberapa kasus yang

56 Ita I. Agustini, dkk., Karakteristik Pasien Demam Berdarah ....


tidak
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 5 No. 3 September 2018

rawat inap Anak di RSUD Undata Palu medis (SPM) 38 orang dengan
tahun 2017 adalah sebagai berikut: persentase 77%.
9. Lama rawat inap yang paling
1. Umur paling banyak pada kelompok banyak
umur 5 – 14 tahun sebanyak 37 orang adalah < 7 hari yaitu 42 orang
dengan persentase 75%. dengan persentase 85%.
2. Jenis kelamin terbanyak yaitu pada SARAN
perempuan 28 orang dengan
1. Kepada pihak Dinas Kesehatan Palu
persentase 57%.
disarankan untuk melakukan upaya
3. Keluhan utama paling banyak
datang promosi dan preventif pada sekolah –

dengan keluhan utama demam dan sekolah di tingkat SD maupun SLTP

atau mual, muntah, pusing serta 2. Kepada pihak RSUD Undata Palu

lemah yaitu sebanyak 29 orang disarankan agar penatalaksanaan


dengan presentase 59%. pasien DBD sesuai Standar Prosedur
4. Manifestasi klinis terbanyak adalah Medis (SPM) begitu pula penggunaan
petekie dan atau pendarahan spontan antibiotik pada kasus Demam
sebanyak 26 kasus dengan presentase Berdarah Dengue
53%. 3. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat
5. Jumlah trombosit yang paling banyak mengembangkan penelitian lebih dalam
yaitu ≤100.000/mm3 sebanyak 32 lagi mengenai karakteristik Demam
orang dengan persentase 65%. Berdarah Dengue (DBD).
6. Persentase hematokrit terbanyak
DAFTAR PUSTAKA
adalah ≤ 40% sebanyak 35 orang
1. Dinas Kesehatan Palu (2013) Seksi
dengan persentase 71%.
Pengendalian Penyakit Tahun 2013.
7. Derajat keparahan yang paling
Dinas Kesehatan Kota Palu
banyak dialami yaitu derajat I
2. KEMENKES RI (2017) Profil
sebanyak 28 orang dengan persentase
Kesehatan Indonesia Tahun 2013.
57%.
Jakarta: Kemenkes
8. Penatalaksanaan paling banyak
adalah tidak sesuai standar prosedur

57 Ita I. Agustini, dkk., Karakteristik Pasien Demam Berdarah ....


MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 5 No. 3 September 2018

3. RSUD Undata, 2017. Profil Rumah

Sakit Umum Daerah Undata Palu.

Palu

4. Soedarto (2011)

BukuAjar Parasitologi Kedokteran,

Jakarta

5. Suhendro, dkk. (2009) Demam


Berdarah Dengue dalam : Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam , Jilid
III, Edisi V,Jakarta: Interna
Publishing
6. Valentino Bima.,2012 Hubungan
Antara Hasil Pemeriksaan Darah
Di Rsup Dr. Kariadi
Lengkap Dengan Derajat Klinik
Semarang.Semarang: Fakultas
Infeksi Dengue Pada Pasien Dewasa
Kedokteran, Universitas DiPonegoro
7. Widoyono (2005) Penyakit Tropis
Epidemiologi, Penularan,
Pencegahan & Pemberantasannya,
Edisi 2.Safitri Amalia. Astika wati
Rina: Penerbit Erlangga

58 Ita I. Agustini, dkk., Karakteristik Pasien Demam Berdarah ....


KORELASI STATUS HEMODINAMIK DENGAN DERAJAT
DENGUE HEMORRHAGIC FEVER PADA ANAK
Indah Jayani1, Susmiati2, Cicik Kurniawati
Universitas Kadiri, Kediri
Email: indah.jayani@unik-kediri.ac.id
Diterima: 8 Maret 2018 Disetujui: 29 Maret 2018

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan status hemodinamik


dengan derajat dengue hemorraghic fever (DHF) pada anak. Penelitian ini
merupakan penelitian analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional dan
pengambilan data secara retrospektif dengan populasi sebanyak 139 dan sampel
adalah 43 yang dipilih dengan teknik simple random sampling. Hasil analisis
dengan uji korelasi spearman rank didapatkan hubungan negative kuat antara
trombosit dengan derajat DHF (ρ=0,000;r=-0,719), hubungan negative kuat
antara leukosit dengan derajat DHF (ρ=0,000;r=-0,639), hubungan positif
sedang antara hemoglobin dengan derajat DHF (ρ=0,000;r=0,574), hubungan
positif sedang antara hematokrit dengan derajat DHF (ρ=0,002;r=0,464).
Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan antara trombosit, leukosit,
hemoglobin dan hematokrit dengan derajat DHF.

Kata Kunci : hematokrit; trombosit; hemoglobin; leukosit; derajat DHF

Rujukan artikel penelitian:


Jayani, I., Susmiati, Kurniawati, C. (2018). Korelasi Status Hemodinamik dengan
Derajat Dengue Hemorraghic Fever pada Anak. Nursing Sciences Journal. Vol. 1
(2): 123-132
Indah Jayani : Korelasi Status Hemodinamik dengan Derajat Dengue Hemorraghic

Abstract

The Correlation between Hemodynamic Status with the Degree of Dengue


Hemorraghic Fever in Children

The purpose of this study was to determine the correlation between hemodynamic
status with the degree of dengue hemorraghic fever (DHF) in children. The
research design was cross sectional and retrospective data collection with sample.
The sample was 43 participants. The sample was selected by simple random
sampling technique. The result of the spearman rank test obtained strong negative
relationship between platelets with DHF degree (ρ = 0,000; r = -0,719), strong
negative relationship between leukocytes with DHF degree (ρ = 0,000; r =
-0,639), moderate positive relationship between hemoglobin with a degree of DHF
(ρ = 0,000; r = 0.574), a positive relationship between hematocrit and DHF
degrees (ρ = 0.002; r = 0.464). As conclusion, there was a relationship between
platelets, leukocytes, hemoglobin and hematocrit with degrees of DHF.

Keywords: hematocrit; platelets; hemoglobin; leukocytes; degree of DHF

NSJ – Volume 1 Nomor 2, April 2018 | 126


Indah Jayani : Korelasi Status Hemodinamik dengan Derajat Dengue Hemorraghic

PENDAHULUAN
Dengue haemorrage fever merupakan infeksi arbovirus (arthropod-borne
virus) akut yang ditularkan oleh nyamuk spesies aedes (Hassan & Alatas, 2002).
Host alami DHF adalah manusia, agentnya adalah virus dengue yang perantaranya
ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus family Flaviviridae
dan genus Flavivirus, terdiri dari 4 serotipe yaitu Den-1, Den-2, Den-3, dan Den-4
(Candra, 2010).
Di Indonesia, jumlah kasus demam berdarah cenderung meningkat dari
tahun ke tahun. Meningkatnya demam berdarah di berbagai kota di Indonesia
disebabkan oleh sulitnya pengendalian penyakit yang ditularkan oleh nyamuk
Aedes aegypti. Angka kesakitan/incidence rate (IR) pada kasus DHF yang terjadi
di Indonesia mengalami trend meningkat selama 5 tahun terakhir, yaitu dari tahun
2011 sampai dengan tahun 2015, pada tahun 2011 (IR 27,67 per 100.000
penduduk atau 27.670 orang dan tahun 2015 (IR 50,75 per 100.000
penduduk
atau 50.750 orang). Target Renstra Kementerian Kesehatan untuk angka
kesakitan DHF tahun 2015 sebesar < 49 per 100.000 penduduk, dengan demikian
Indonesia belum mencapai target Renstra 2015 (RI, 2016). Kementerian
Kesehatan RI mencatat jumlah penderita DHF di Indonesia pada bulan Januari-
Februari 2016 sebanyak 8.487 orang penderita DHF dengan jumlah kematian 108
orang. Golongan terbanyak yang mengalami DHF di Indonesia pada usia 5-14
tahun mencapai 43,44% dan usia 15-44 tahun mencapai 33,25% (RI, 2016).
Jumlah kematian tertinggi akibat DHF terjadi di Jawa Timur sebanyak 283
kematian, diikuti oleh Jawa Tengah 255 kematian, dan Kalimantan Timur
sebanyak 65 kematian (RI, 2016). Di Kediri jumlah kasus DHF tahun 2014
sebesar 172 kasus terjadi peningkatan ditahun 2015 menjadi 276 kasus, ini
menandakan terjadi peningkatan sebesar 104 kasus selama 1 tahun. Untuk angka
Case Fatality Rate (CFR) mengalami peningkatan 0,4% dengan adanya 1 kasus
kematian (Profil Kesehatan kota kediri, 2015).
Masalah yang didapatkan dari data survey di RSUD Gambiran Kota Kediri
dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti pada tanggal 9
maret 2017 diperoleh data DHF selama 1 tahun di tahun 2016 sebanyak 243
pasien dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Jumlah kasus pasien
DHF pada

NSJ – Volume 1 Nomor 2, April 2018 | 127


Indah Jayani : Korelasi Status Hemodinamik dengan Derajat Dengue Hemorraghic

anak sebanyak 139 paling tinggi pada usia 5-14 tahun dengan jumlah 112 pasien
dan pada usia 1-4 tahun dengan jumlah 25 pasien. Selisih penderita DHF antara
usia dewasa dan anak adalah 104 pasien, hal ini menunjukkan bahwa penderita
DHF paling banyak terjadi pada anak, selain itu pada pemeriksaan darah pasien
dhf ditemukan 20 pasien anak dengan DHF 60% diantaranya memiliki hasil
pemeriksaan darah yang meningkat dan menurun dibawah harga normal.
Angka kesakitan DHF yang tinggi disebabkan karena adanya iklim yang
tidak stabil dan curah hujan cukup banyak pada musim penghujan yang
merupakan sarana perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti yang cukup
potensial. Angka kesakitan dan kematian DHF diberbagai negara sangat bervariasi
dan tergantung pada status kekebalan dari populasi, kepadatan dari vektor dan
frekuensi penularan (seringnya terjadi penularan virus dengue), prevalensi sero
tipe virus dengue dan keadaan cuaca (Soegijanto, 2006). Faktor lain penyebab
DHF adalah sanitasi lingkungan yang buruk, perilaku masyarakat tidak sehat,
kurang memperhatikan sampah yang dapat digunakan sebagai sarang nyamuk
seperti botol bekas, ban, pot bunga, bak mandi yang harus dikuras minimal
seminggu sekali, perilaku di dalam rumah pada siang hari dan mobilitas
penduduk. Mobilitas penduduk memegang peranan paling besar dalam penularan
virus dengue, orang yang diam (tidak bergerak) 3,3 kali akan lebih banyak digigit
nyamuk Ae. Aegypti dibandingkan dengan orang yang lebih aktif, dengan
demikian orang yang kurang aktif akan lebih besar risikonya untuk tertular virus
dengue.
Untuk menegakkan diagnosis laboratoris DHF pada anak maupun dewasa
belum pernah dibedakan secara jelas, dimana masih memakai kriteria umum
yaitu isolasi virus dengan cara kultur, pemeriksaan serologis dengan mendeteksi
antibodi anti-Dengue, maupun pemeriksaan asam nukleat dari RNA virus dengue.
Infeksi virus dengue dapat diidentifikasi melalui gejala dan pemeriksaan darah di
laboratorium. Pada saat awal demam dijumpai jumlah leukosit normal, kemudian
menjadi leukopenia selama fase demam. Trombosit ditemukan normal, demikian
pula semua faktor pembekuan, tetapi saat epidemik/wabah dapat dijumpai
trombositopenia. Pemeriksaan laboratorium didapatkan trombositopenia dan
hemokonsentrasi. Kondisi DSS ditemukan dengan hasil laboratorium

NSJ – Volume 1 Nomor 2, April 2018 | 128


Indah Jayani : Korelasi Status Hemodinamik dengan Derajat Dengue Hemorraghic

menunjukkan adanya kegagalan sirkulasi ditandai dengan penurunan demam,


keringat dingin dan nadi cepat, serta tidak terukurnya tekanan darah (Aryati,
2001).
Pemeriksaan laboratorium sangat membantu untuk menegakkan diagnosis
infeksi dengue. Pada DHF adanya renjatan dan syok perlu diperhatikan
karena hal ini merupakan manifestasi yang mengarah ke kondisi DSS. Komplikasi
yang sering terjadi adalah perdarahan dan seringkali mempunyai prognosi yang
buruk. Penyebab perdarahan adalah adanya kelainan homeostasis utama, yaitu
vaskulopati, kelainan trombosit dan penurunan kadar faktor pembekuan. Secara
klinis vaskulopati bermanifestasi sebagai ptekia, uji bendung positif, perembesan
plasma dan elektrolit serta protein ke dalam rongga ekstravaskuler.
Berdasarkan hal tersebut selain melihat dari tanda dan gejala, pemeriksaan
darah lengkap perlu dilakukan sebagai pencegahan dan dengan adanya nilai
yang pasti dari pemeriksaan darah untuk menentukan prognosis infeksi dengue
sehingga mencegah ke kondisi DSS, maka penelitian ini dilakukan untuk mencari
hubungan antara status hemodinamik dengan derajat DHF pada anak.

BAHAN DAN METODE


Desain penelitian ini adalah analitik korelasional dengan rancangan
penelitian cross sectional untuk mengidentifikasi hubungan antara status
hemodinamik dengan derajat dengue hemorrhagic fever (DHF) pada anak di
Ruang Anggrek Rsud Gambiran Kota Kediri tahun 2016 yang berjumlah 139
pasien anak. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian sebagian pasien anak
DHF di RSUD Gambiran kota Kediri tahun 2016 sebanyak 43 pasien. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah simple random sampling.
Variabel independen dalam penelitian ini adalah hematokrit, trombosit,
hemoglobin, leukosit dan variabel dependen adalah derajat DHF.

NSJ – Volume 1 Nomor 2, April 2018 | 129


Indah Jayani : Korelasi Status Hemodinamik dengan Derajat Dengue Hemorraghic

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. HASIL
Tabel 1 Karakteristik Anak di ruang Anggrek RSUD Gambiran kota Kediri tahun
2016

Variabel Frekuensi (43) Persentase (%)


Usia
<1 4 9,3%
1-3 2 4,7%
4-6 6 14,0%
7-14 31 72,1%
Jenis Kelamin
Laki-laki 27 62,8%
Perempuan 16 37,2%
(Sumber : Data Sekunder, 2016)

Kelompok usia responden tertinggi 7-14 tahun berjumlah 31 pasien (72,1%)


sedangkan kelompok usia terendah 1-3 tahun berjumlah 2 pasien (4,7%). Jenis
kelamin responden yang paling banyak terdapat pada jenis kelamin laki-laki
sebanyak 27 orang (62,8%) dan terendah pada perempuan sebanyak 16 paien
(37,2%).

Tabel 2 Variabel Penelitian pada Anak di ruang Anggrek RSUD Gambiran kota
Kediri tahun 2016

Variabel Frekuensi (43) Persentase (%)


Derajat DHF
1 27 62,8%
2 7 16,3%
3 7 16,3%
4 2 4,7%
(Sumber : Data Sekunder, 2016)

Derajat DHF paling rendah, yaitu pada derajat 4 yaitu sebanyak 2 pasien
(4,7%) dan terbanyak pada derajat 1 yaitu 27 pasien (62,8%).

NSJ – Volume 1 Nomor 2, April 2018 | 130


Indah Jayani : Korelasi Status Hemodinamik dengan Derajat Dengue Hemorraghic

Tabel 3 Hubungan antara status hemodinamik dengan derajat DHF pada anak di
ruang Anggrek RSUD Gambiran kota Kediri tahun 2016 (n=43)
Nilai Hematokrit (%)
Derajat Infeksi DHF
Mean SD Median

1 39,60 5,32 39,60


2 41,10 5,78 41
3 46,37 6,04 45,70
4 49,30 ,000 49,30
r= 0,464 Sig.(2-tailed) = ,002 α = 0,05

Nilai Trombosit (ribu/mm3)


Derajat Infeksi DHF
Mean SD Median
1 131.259 46.95 125.000
2 57.571 26.74 50.000
3 45.571 3423 44.000
4 66.000 ,000 66.000
r = -0,719 Sig.(2-tailed) = ,000 α = 0,05

Nilai Hemoglobin (gr%)


Derajat Infeksi DHF
Mean SD Median
1 13,00 1,351 12,60
2 14,36 2,584 13,80
3 15,57 1,618 16,00
4 18,50 ,707 18,50
r = 0,574 Sig.(2-tailed) = ,000 α = 0,05

NSJ – Volume 1 Nomor 2, April 2018 | 131


Indah Jayani : Korelasi Status Hemodinamik dengan Derajat Dengue Hemorraghic

Nilai Leukosit
Derajat Infeksi DHF Mean SD Median
1 6632 3007 6750
2 5280 1005 5200
3 1585 478 1500
4 1100 ,000 1100
r = -0,639 Sig.(2-tailed) = ,000 α = 0,05

B. PEMBAHASAN
Setelah diuji dengan uji Spearman rho dengan menggunakan komputer,
didapatkan pada α=0,05 diperoleh ρ value=0,002 sehingga dapat disimpulkan
bahwa ρ value < α jadi dapat diinterprestasikan pada penelitian ini bahwa ada
hubungan antara nilai hematokrit dengan derajat DHF pada anak di ruang anggrek
RSUD Gambiran kota Kediri tahun 2016 dengan coefficient correlation sedang
yaitu sebesar r=0,464 dengan makna arah korelasi positif yaitu semakin tinggi
nilai hematokrit maka semakin tinggi/parah derajat kliniknya.
Pada α=0,05 diperoleh ρ value=0,000 sehingga dapat disimpulkan bahwa ρ
value < α jadi dapat diinterprestasikan pada penelitian ini bahwa ada
hubungan antara nilai trombosit dengan derajat DHF pada anak di ruang anggrek
RSUD Gambiran kota Kediri tahun 2016 dengan coefficient correlation kuat yaitu
sebesar r= -0,719 dengan makna arah korelasi negatif yaitu semakin rendah nilai
trombosit maka semakin tinggi/parah derajat kliniknya.
Pada α=0,05 diperoleh ρ value=0,000 sehingga dapat disimpulkan bahwa ρ
value < α jadi dapat diinterprestasikan pada penelitian ini bahwa ada
hubungan antara nilai hemoglobin dengan derajat DHF pada anak di ruang
anggrek RSUD Gambiran kota Kediri tahun 2016 dengan coefficient correlation
sedang yaitu sebesar r=0,574 dengan makna arah korelasi positif yaitu semakin
tinggi nilai hemoglobin maka semakin tinggi/parah derajat kliniknya.
Pada α=0,05 diperoleh ρ value=0,000 sehingga dapat disimpulkan bahwa ρ
value < α jadi dapat diinterprestasikan pada penelitian ini bahwa ada
hubungan antara nilai leukosit dengan derajat DHF pada anak di ruang anggrek
RSUD Gambiran kota Kediri tahun 2016 dengan coefficient correlation
kuat yaitu

NSJ – Volume 1 Nomor 2, April 2018 | 132


Indah Jayani : Korelasi Status Hemodinamik dengan Derajat Dengue Hemorraghic

sebesar r= -0,639 dengan makna arah korelasi negatif yaitu semakin rendah nilai
leukosit maka semakin tinggi/parah derajat kliniknya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok infeksi dengue derajat 3
dan 4/ syok terdapat 7 sampel memiliki peningkatan nilai hematokrit awal dengan
rerata nilai hematokrit pada derajat 3 yaitu 46,37 dan pada derajat 4 yaitu 49,30.
Harga normal hematokrit pada usia <1 tahun 44-65%, usia 1-3 tahun 29-40%, usia
4-10 tahun 31-43% (Kee, 2007). Peningkatan hematokrit karena adanya
hemokonsentrasi, hemokonsentrasi merupakan salah satu tanda terjadinya
kebocoran plasma. Hal ini terjadi karena pada infeksi dengue terjadi perembesan
plasma melalui endotel dinding pembuluh darah (Hadinegoro, 2006).
Menurut pendapat peneliti hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi
peningkatan hematokrit pada saat hari pertama pasien mengalami infeksi dengue
dibuktikan dengan adanya hemokonsentrasi, pada pemeriksaan darah saat awal
terjadinya infeksi bisa ditemukan pemeriksaan darah dalam batas normal akan
tetapi kadarnya akan meningkat seiring dengan adanya hemokonsentrasi.
Menurut Hadinegoro (2006) penurunan kadar trombosit disertai peningkatan
hematokrit. Keadaan hemokonsentrasi dengan peningkatan hematokrit >
20% merupakan tanda adanya peningkatan permeabilitas kapiler dan perembesan
plasma. Pada penelitian ini ditemukan pada derajat 3 dan 4 dengan peningkatan
nilai hematokrit >20% sebanyak 7 sampel yang mengalami hemokonsentrasi juga
nilai trombositnya menurun dibawah harga normal, peningkatan hematokrit juga
dipengaruhi oleh nilai trombosit yang menurun sebagai akibat adanya penggantian
cairan atau adanya perdarahan. Peningkatan hematokrit yang disertai dengan
penurunan trombosit menunjukkan bahwa telah terjadi hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit >20%) yang ditandai dengan kebocoran plasma
disebabkan pada penderita infeksi dengue terjadi perdarahan dibuktikan dengan
sample pemeriksaan darah responden dengan peningkatan hematokrit juga
trombositnya menurun dibawah harga normal yakni dibawah 100.000/µl, hal ini
menunjukkan bahwa penderita mengalami trombositopenia. Jika kadar trombosit
terus menurun dibawah harga normal maka mengindikasikan penderita dengan
infeksi dengue memasuki fase kritis, sesuai dengan kriteria WHO (2009) salah
satu klasifikasi pasien dengue berat yaitu adanya perdarahan berat.

NSJ – Volume 1 Nomor 2, April 2018 | 133


Indah Jayani : Korelasi Status Hemodinamik dengan Derajat Dengue Hemorraghic

Hasil penelitian didapatkan dari 43 responden yang diteliti hampir


setengahnya memiliki jumlah trombosit awal < 100.000/µl (Trombositopenia).
Menurut Kee (2007) nilai rujukan trombosit normal yaitu 150.000/µl-400.000/µl,
dikatakan trombositopenia apabila jumlah trombosit dibawah 100.000/µl dan
hemoragi dapat terjadi jika penurunan trombosit yang bersirkulasi sebanyak <50%
jika penurunan tersebut termasuk kategori berat (<50.000/µl). Hasil penelitian
Khrisnamurti (2002) menyatakan bahwa pada fase akut semakin rendah jumlah
trombosit maka semakin parah derajat klinisnya (Khrishnamurti et al., 2002).
Penelitian sebelumnya juga menyatakan hal yang sama bahwa terdapat hubungan
yang bermakna antara jumlah trombosit dengan derajat keparahan infeksi dengue
(Mathondang & Widodo, 2004).
Penelitian ini menunjukkan bahwa rerata nilai trombosit pada derajat satu
yaitu 131.259/µl dengan jumlah responden pada derajat satu sebanyak 27
responden sedangkan pada derajat berat derajat 3 dan 4 rerata nilai trombositnya
<50.000/µl. Menurut Kee (2007) yang menyatakan bahwa hemoragi dapat
terjadi jika penurunan trombosit yang bersirkulasi sebanyak <50% jika penurunan
tersebut termasuk kategori berat (<50.000/µl). Apabila jumlah trombosit pada
penderita DHF mengalami penurunan maka mengindikasikan penderita DHF
memasuki fase kritis dan memerlukan penambahan trombosit (Efendi, 1995).
Peneliti berpendapat hal ini menunjukkan terjadinya trombositopenia pada kasus
berat, pada dhf grade berat membutuhkan observasi ketat dan merupakan
kegawatdaruratan medik. Sesuai dengan fungsi trombosit sebagai sistem
pembekuan darah sehingga apabila berkurangnya zat pembeku darah dalam
plasma mengakibatkan perdarahan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Setiawati (2011) dan mendukung penelitian Mayurasakorn dan
Suttipun (2010) yang menjelaskan bahwa rata-rata trombosit anak dengan DHF
adalah <100.000/µl. Pada anak dengan DSS rata-rata trombositnya 58.000/µl.
Penelitian Subahagio (2009) juga menyatakan bahwa anak dengan DSS
trombositnya <100.000/µl.
Peneliti berpendapat jika salah satu komponen darah meningkat maupun
menurun dari kadar yang semestinya maka akan mempengaruhi komponen darah
yang lain seperti peningkatan hematokrit dan hemoglobin terjadi karena

NSJ – Volume 1 Nomor 2, April 2018 | 134


Indah Jayani : Korelasi Status Hemodinamik dengan Derajat Dengue Hemorraghic

hemokonsentrasi yang mengakibatkan kebocoran plasma, kebocoran plasma


menimbulkan hilangnya volume intravaskuler dan sirkulasi tidak memadai,
sirkulasi yang tidak memadai ini akan menyebabkan penurunan trombosit, pada
umumnya penurunan trombosit disebabkan oleh 2 hal yakni kerusakan trombosit
di peredaran darah atau kurangnya produksi trombosit di sumsum tulang. Pada
DHF adanya infeksi dengue yang mengaktivasi kompleks virus dan antibody ini
menyebabkan penekanan trombosit di sumsum tulang hal ini menunjukkan bahwa
telah terjadi penurunan trombosit di sumsum tulang dan apabila trombosit turun
hingga dibawah batas normal maka disebut dengan trombositopenia.
Hasil penelitian didapatkan data rerata nilai hemoglobin pada derajat satu
adalah 13,00. Rerata nilai hemoglobin pada derajat dua adalah 14,36. Rerata
nilai hemoglobin pada derajat tiga adalah 15,57. Rerata nilai hemoglobin pada
derajat empat adalah 18,50. Kadar hemoglobin pada hari-hari pertama biasanya
normal atau sedikit menurun, tetapi kemudian kadarnya akan naik mengikuti
peningkatan hemokonsentrasi dan merupakan kelainan hematologi paling awal
yang ditemukan pada DHF (Rena et al., 2009. Peneliti berpendapat pada saat awal
infeksi dengue hasil pemeriksaan darah bisa ditemukan dalam batas normal akan
tetapi pada infeksi dengue setelah terjadi serangan infeksi virus maka tubuh akan
mengaktifkan sistem komplemen antara kompleks virus dan antibody dalam
sirkulasi darah, pada hemoglobin meningkat seiring dengan adanya
hemokonsentrasi, hemokonsentrasi menyebabkan peningkatan hematokrit. Telah
dibuktikan hemokonsentrasi terjadi karena adanya peningkatan hematokrit dan
hemoglobin. Pada peningkatan hemoglobin, hematokrit juga mengalami
peningkatan.
Penelitian ini ditemukan nilai hemoglobin meningkat pada derajat yang
parah yaitu pada derajat 3 dan 4 dimana semakin tinggi nilai hemoglobin
berarti semakin tinggi/parah derajat klinisnya. Hal ini disebabkan oleh kebocoran
plasma akibat peningkatan permeabilitas vaskuler yang merupakan manifestasi
klinis DBD/SSD, adanya kebocoran protein dan masuknya cairan ke dalam
ruangan ekstravaskuler mengakibatkan hemokonsentrasi (peningkatan hemoglobin
dan hematokrit).

NSJ – Volume 1 Nomor 2, April 2018 | 135


Indah Jayani : Korelasi Status Hemodinamik dengan Derajat Dengue Hemorraghic

Hasil penelitian yang didapatkan sebanyak 16 sampel yang menunjukkan


jumlah leukosit awal < 4000µl (leukopenia). Rerata nilai leukosit pada derajat tiga
adalah 1.585 dan rerata nilai leukosit pada derajat empat adalah 1.100. Nilai
rujukan leukosit normal yaitu 4000µl-10.000µl, dikatakan leukopenia apabila
jumlah leukosit <4000µl. Leukopenia pada infeksi dengue terjadi disebabkan
karena adanya penekanan sumsum tulang akibat dari proses infeksi virus secara
langsung ataupun karena mekanisme tidak langsung melalui produksi sitokin-
sitokin proinflamasi yang menekan sumsum tulang (Rena et al., 2009). Pada
serangan virus dengue leukosit menurun karena sumsum tulang ditekan oleh
reaksi imun akibat masukknya virus dengue (Nadesul, 2007).
Menurut pendapat peneliti adanya infeksi virus dengue yang menyerang
system peredaran darah mangaktifkan kompleks virus dan antibody, virus dan
antibody ini akan memicu reaksi imun pada penderita yang mengakibatkan
penekanan sumsum tulang, sel darah putih (leukosit) menurun dan komponen
cairan dalam darah keluar ke jaringan sekitar. Leukopenia dan trombositopenia
merupakan keadaan yang hampir selalu muncul pada DHF. Selain itu seperti yang
kita ketahui leukosit merupakan komponen darah yang fungsinya sebagai
mekanisme daya tahan tubuh, anak yang usianya lebih muda memiliki faktor daya
tahan tubuh belum sempurna dibandingkan dengan orang dewasa sehingga anak
beresiko terkena penyakit lebih besar termasuk terkena penyakit yang disebabkan
oleh virus dengue.

SIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat di simpulkan
sebagai berikut : 1.) Terdapat hubungan antara nilai hematokrit dengan derajat
DHF pada anak di RSUD Gambiran kota Kediri tahun 2016 dengan kekuatan
korelasi sedang dan arah hubungan positif atau searah yang artinya semakin tinggi
nilai hematokrit maka semakin tinggi/parah derajat kliniknya. 2.) Terdapat
hubungan antara nilai trombosit dengan derajat DHF pada anak di RSUD
Gambiran kota Kediri tahun 2016 dengan kekuatan korelasi kuat dan arah
hubungan negative atau tidak searah yang artinya semakin rendah nilai trombosit
maka semakin tinggi/parah derajat kliniknya. 3.) Terdapat hubungan antara nilai

NSJ – Volume 1 Nomor 2, April 2018 | 136


Indah Jayani : Korelasi Status Hemodinamik dengan Derajat Dengue Hemorraghic

hemoglobin dengan derajat DHF pada anak di RSUD Gambiran kota Kediri tahun
2016 dengan kekuatan korelasi sedang dan arah korelasi positif yang artinya
semakin tinggi nilai hemoglobin maka semakin tinggi/parah derajat kliniknya. 4.)
Terdapat hubungan antara nilai leukosit dengan derajat DHF pada anak di RSUD
Gambiran kota Kediri tahun 2016 dengan kekuatan korelasi kuat dan arah
hubungan negative atau tidak searah yang artinya semakin rendah nilai leukosit
maka semakin tinggi/parah derajat kliniknya.

UCAPAN TERIMAKASIH
Terima kasih disampaikan pada Rumah sakit Umum Daerah Gambiran kota
Kediri yang telah memberikan fasilitas didalam proses penelitian. Terimakasih
pada LP3M Universitas Kadiri yang telah memberikan dana untuk penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni. (2010). Stop! Demam Berdarah Dengue. Bogor: Bogor

publshing. Arikunto, S. (2006). prosedur penelitian suatu pendekatan praktik.

Jakarta:
Rineka cipta.

Aryati. (2001). Nilai Diagnostik Dengue Rapid Test untuk Diagnosis Demam
Berdarah Dengue. Bandung: Airlangga University Press.

candra, A. (2010). Demam Berdarah De ngue: Epidemiologi, Patogenesis, dan


Faktor Risiko Penularan. Aspirator Vol 2 No 2 , 110-119.

Candra, A. (2010). Dengue Hemorrhagic Fever: Epidemiology, Pathogenesis, and


Its Transmission Risk Factors. Aspirator Vol. 2 No. 2 , 110 –119.

Dinas Kesehatan kota Kediri. (2008). Prevalensi Kejadian Demam Berdarah


Dengue. Kediri.

Gandasoebrata, R. (2007). Penuntun Laboratorium Klinik . Jakarta: Dian rakyat.

Hadinegoro, S. R. (2006). Tatalaksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia.


jakarta: Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit
Menular dan
Penyehatan Lingkungan.

Halstead. (1998). Pathogenesis of Dengue:Chalenges to Molecular Biology


Science.

Hassan, R., & Alatas, H. (2002). Ilmu Kesehatan Anak 2. Jakarta: Infomedika.

NSJ – Volume 1 Nomor 2, April 2018 | 137


Indah Jayani : Korelasi Status Hemodinamik dengan Derajat Dengue Hemorraghic

Hidayat, A. A. (2014). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.


Jakarta Selatan: Salemba Medika.

Hidayat, A. A. (2014). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.


Jakarta Selatan: Salemba Medika.

Hidayat, A. A. (2014). Metodologi Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa


Data. Jakarta: Salemba Medika.

HR, H., & Suprapto, S. I. (2014). Penyakit Infeksi Di Indonesia. Yogyakarta:


Nuha Medika.

Kee, J. L. ( 2007). Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik. Jakarta:


EGC. Mansjoer, A. (2000). kapita selekta kedokteran edisi 3 jilid 2.
Jakarta: Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Mathondang, & Widodo, D. (2004). The correlation between thrombopoietin and


platelet count in adult dengue viral infection patients. Acta Med Indonesia
J Intern Med.

Nelson. (1999). ilmu kesehatan anak edisi 15 vol.2. jakarta: buku kedokteran
EGC.

Pham HV, D. H. (2011). Ecological Factors Assosiated with Dengue Fever in a


Central Highland Proince ietnam. BMC Infection diseases .

Pramudiyo, M. N. (2015). Factor Related to The Occurence of Dengue


Hemorrhagic Fever and Dengue Virus Serotipe in Semarang District.
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol.14 No.2

Pusat Data dan Survei Epidemiologi Kementrian Kesehatan RI. (2010). Buletin
Jendela Epidemiologi .

Rena, N., Utama, S., & Pratiwi, T. (2009). Kelainan Hematologi pada Demam.
Jurnal Penyakit Dalam , 10:218-19.

Rena, Susila, U., & Parwati, T. (2009). kelainan hematologi pada demam berdarah
dengue. Jurnal penyakit dalam .

Rena, Utama,S., & Parwati, T. (2009).Kelainan


Hematologi Pada DemamBerdarah Dengue. Jurnal Penyakit Dalam ,
volume 10 nomor 3.

RI, K. K. (2016). Profil Kesehatan Indonesia tahun 2015;Penyakit Tular Vektor


dan Zoonosis Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Kementerian Kesehatan
RI.

S. T., & U. A. (2000). Epidemiologi dan Penanggulangan Penyakit Demam


Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta: Balai penerbit FKUI p.14-39.

NSJ – Volume 1 Nomor 2, April 2018 | 138


Indah Jayani : Korelasi Status Hemodinamik dengan Derajat Dengue Hemorraghic

Satari, & Meiliasari. (2004). Demam berdarah: Perawatan di rumah dan rumah
sakit+menu. Jakarta: Puspa Swara.

Soedarmo, Garna, Hadinegoro, & Satari. (2010). Buku ajar infeksi dan pediatri
tropis (Edisi Kedua). Jakarta: Badan Penerbit IDAI.

Soegijanto, S. (2006). Demam Berdarah Dengue. Surabaya: Airlangga University


Press.

Soegijanto, S. (2006). Demam Berdarah Dengue edisi 2. Surabaya: Airlangga


University Press.

NSJ – Volume 1 Nomor 2, April 2018 | 139


Jurnal Farmasi Klinik Indonesia, Juni 2019 Tersedia online pada:
Vol. 8 No. 2, hlm 91–98 http://ijcp.or
ISSN: 2252–6218 .id
Artikel Penelitian DOI:
10.15416/ijcp.
Efektivitas Pemberian Terapi Cairan Inisial Dibandingkan Terapi2019.8.2.91
Cairan
Standar WHO terhadap Lama Perawatan pada Pasien Demam
Berdarah di Bangsal Anak Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul
Asnia Rahmawati1,4, Dyah A. Perwitasari1, Nurcholid U. Kurniawan2,3
1
Program Studi Magister Farmasi, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, Indonesia,
2
Staf Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Ahmad Dahlan,
Yogyakarta, Indonesia, 3KSM Ilmu Kesehatan Anak RS PKU Muhammadiyah
Bantul, Yogyakarta, Indonesia, 4UPTD Puskesmas Tamalanrea, Makassar, Indonesia
Abstrak
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue.
Kasus DBD di Kabupaten Bantul pada tahun 2016 berjumlah 1.706 dengan 13 kematian. Salah satu
kunci keberhasilan terapi pada pasien DBD adalah menjaga tercukupinya kebutuhan cairan pasien
selama fase kritis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pemberian terapi cairan inisial
terhadap perbaikan klinis, laboratoris dan lama rawat inap dibandingkan terapi standar WHO pada
pasien dengue fever (DF) dan dengue hemorrhagic fever (DHF) di bangsal anak RS PKU
Muhammadiyah Bantul. Penelitian ini dilakukan di bangsal anak RS PKU Muhammadiyah Bantul
pada bulan Februari sampai dengan Juni tahun 2018 menggunakan metode eksperimental single blind
randomised clinical trial pada dua kelompok yaitu cairan standar WHO (n=24) dan cairan inisial
(n=24). Hasil yang diukur yaitu luaran terapi suhu badan, hematokrit, trombosit dan lama rawat inap.
Perbedaan antarkelompok dianalisis dengan unpaired t-test dan Mann-Whitney. Berdasarkan hasil
penelitian, kedua kelompok tidak menunjukkan perbedaan bermakna terhadap rata-rata suhu badan
dan hematokrit (p>0,05), sedangkan kedua kelompok menunjukkan perbedaan yang bermakna
terhadap rata-rata peningkatan trombosit dan lama rawat inap (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
kelompok cairan inisial memiliki rata-rata lama rawat inap lebih cepat 4,00±0,7 hari dibanding
kelompok standar WHO yang disertai dengan peningkatan trombosit selama menjalani rawat inap.
Simpulan dari penelitian ini adalah pemberian terapi cairan inisial tidak memberikan perbedaan yang
signifikan terhadap rata-rata suhu badan dan hematokrit, sedangkan efektivitas antara kedua
kelompok menunjukkan perbedaan yang bermakna terhadap rata-rata peningkatan trombosit dan
lama rawat inap.

Kata kunci: Cairan inisial, demam berdarah dengue, hematokrit, lama rawat inap, suhu badan,
trombosit

Effectiveness of Initial Fluid Therapy Compared to WHO


Standard Therapy on the Length of Stay of Patients with Dengue
Fever
in Children’s Ward PKU Muhammadiyah Bantul Hospital
Abstract
Dengue hemorrhagic fever (DHF) is an infectious disease caused by the dengue virus. The
number of dengue cases in Bantul Regency in 2016 was 1,706 with 13 deaths. One of the keys to
successful therapy in DHF patients is to maintain adequate fluid requirements for patients during the
critical phase. This study aimed to determine differences in initial fluid therapy for clinical, laboratory
improvement and length of stay compared to WHO standard therapy in dengue fever (DF) and DHF
patients in pediatric ward PKU Muhammadiyah Bantul Hospital, Yogyakarta, Indonesia. This research
was conducted in the pediatric ward of PKU Muhammadiyah Bantul Hospital in February 2018 to June
2018 using a single blind randomized clinical trial experimental method. Samples were divided into
two groups, namely WHO standard fluid (n=24) and initial fluid (n=24). The results measured were
body temperature, hematocrit, platelets and length of stay. Differences between groups were analyzed
using unpaired t-test and Mann-Whitney. The two groups showed a significant difference toward the
increase in platelets and length of stay (p<0.05). This suggests that the initial fluid group had an average
length of stay 4.00±0.7 days faster than the WHO standard group which was accompanied by an
increase in platelets during hospitalization. In conclusion, the initial fluid therapy did not give a
significant difference to the mean body temperature and hematocrit, while the effectiveness between the
two groups showed a significant difference toward the increase in platelets and length of stay.

Keywords: Body temperature, dengue hemorrhagic fever, hematocrit, initial fluid, length of stay,
platelets
Korespondensi: Asnia Rahmawati, S.Farm., Apt, Program Studi Magister Farmasi, Universitas Ahmad
Dahlan, Yogyakarta, D.I. Yogyakarta 55164, Indonesia, email: asnia.rahmawati91@gmail.com
Naskah diterima: 11 September 2018, Diterima untuk diterbitkan: 17 April 2019, Diterbitkan: 28 Juni 2019

91
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 8, Nomor 2, Juni 2019

Pendahuluan Oleh karena itu, interpretasi yang cermat dan


penilaian pada data klinis dan laboratoris
Infeksi dengue merupakan sebuah penyakit untuk manajemen kebutuhan cairan pasien
menular yang menjangkit manusia dan banyak DBD sangat penting untuk dilakukan. Tujuan
ditemukan di daerah tropis dan subtropis. dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
Infeksi dengue ditularkan melalui nyamuk, perbedaan pemberian terapi cairan inisial
khususnya jenis Aedes aegypti dan Aedes terhadap perbaikan klinis, laboratoris dan
albopictus.1 Berdasarkan data yang diperoleh lama rawat inap dibandingkan terapi standar
dari World Health Organization (WHO) pada WHO pada pasien dengue fever (DF) dan
tahun 1968 sampai dengan 2009, Indonesia dengue hemorrhagic fever (DHF) di bangsal
merupakan salah satu negara di kawasan Asia anak Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Tenggara yang tercatat dengan angka kejadian Bantul, Yogyakarta. Penelitian ini dapat
DBD tertinggi. Angka kejadian DBD tersebut menjadi masukan dalam menunjang
tercatat di 34 provinsi di Indonesia, yakni pengobatan terkait pemberian terapi cairan
sebanyak 100.347 pasien DBD pada tahun inisial yang dapat digunakan dalam
2014, yang di antaranya terdapat 907 pasien tatalaksana pasien DBD.
yang tidak dapat tertolong, sedangkan pada Metode
tahun 2015 terdapat peningkatan kejadian
DBD menjadi 126.675 pasien dengan 1.229 Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
pasien di antaranya meninggal dunia.2 desain penelitian eksperimental single blind
Pada kasus DBD, untuk menurunkan randomised clinical trial. Variabel penelitian
angka morbiditas dan mortilitas, dibutuhkan terdiri dari variabel bebas (terapi cairan
pengobatan yang optimal. Salah satu terapi standar WHO dan cairan inisial) dan variabel
yang perlu diperhatikan adalah pemberian terikat (pemeriksaan suhu badan, hematokrit,
terapi cairan baik dari segi jenis, jumlah, serta trombosit dan lama rawat inap). Adapun
kecepatan cairan untuk mencegah terjadinya jenis cairan yang diberikan untuk kristaloid
perembesan plasma yang umumnya terjadi berupa ringer laktat, sedangkan untuk koloid
pada fase penurunan suhu di hari ke-3–6. 3 berupa gelofusal, dan pemberian salah satu
Terjadinya kehilangan cairan pada ruang jenis cairannya disesuaikan dengan prosedur
intravaskular dapat diatasi dengan pemberian terapi cairan berdasarkan diagnosis dokter
salah satu jenis cairan seperti kristaloid (ringer penanggungjawab terkait derajat keparahan
laktat, ringer asetat, cairan salin) ataupun demam berdarah pasien. Data pasien yang
koloid.4 Penelitian uji klinis terkait pemberian diperoleh merupakan data pasien yang berobat
cairan baik dari segi jumlah ataupun kecepatan pada bulan Februari–Juni 2018 di bangsal
masih sangat sedikit diperoleh. anak RS PKU Muhammadiyah Bantul.
Meskipun demikian, pemberian cairan Populasi dalam penelitian ini adalah pasien
yang cukup diharapkan mampu mengatasi anak berusia 1 bulan sampai 18 tahun yang
kebocoran plasma yang terjadi pada ruang menderita DF (ICD-10: A90) dan DHF
intravaskular. Menurut Chen et al. (2009), (ICD- 10: A91) di RS PKU Muhammadiyah
pada umumnya proses kebocoran plasma dan Bantul. Sampel penelitian ini adalah seluruh
trombositopenia terjadi antara hari keempat pasien dengan DBD yang memenuhi kriteria
hingga keenam sejak demam berlangsung.3 inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah
Selanjutnya, proses kebocoran plasma akan pasien perempuan dan laki-laki usia 1 bulan
berkurang dan cairan akan kembali dari ruang sampai 18 tahun, pasien yang mendapat
interstitial ke intravaskular di hari ketujuh. perawatan di IGD dan bangsal anak minimal
1 hari, data
92
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 8, Nomor 2, Juni 2019

laboratorium yang lengkap (trombosit dan mulai diberikan cairan inisial/standar WHO
hematokrit) tiap 24 jam, dan wali pasien hingga dinyatakan sembuh dan dibolehkan
bersedia mengisi informed consent. Kriteria pulang oleh dokter penanggung jawab pasien.
eksklusi meliputi pasien rujukan dari rumah
sakit lain yang telah mendapatkan terapi Hasil
cairan awal DBD dan pasien yang mendapat
rujukan ke tingkat rumah sakit yang lebih Karakteristik pasien yang menerima terapi
tinggi. Penelitian ini telah mendapatkan cairan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
persetujuan kelaikan etik (ethical clearance) Diketahui bahwa perbandingan jenis kelamin
dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan RSUD pasien laki-laki dengan perempuan adalah
Dr. Moewardi dengan nomor 62/II/HREC/ 1:1. Pasien laki-laki mendominasi sebesar
2018, izin penelitian dari Direktur Utama 66,7% pada penggunaan terapi cairan inisial
RS PKU Muhammadiyah Bantul beserta izin sedangkan pasien perempuan mendominasi
wali pasien (informed consent). sebesar 66,7% pada penggunaan terapi cairan
Pengambilan data dilakukan pada pasien standar WHO (p=0,021). Sebesar 62,5% pasien
yang telah mendapatkan terapi cairan standar didominasi oleh kelompok usia 0–60 bulan,
WHO (6–7 mL/kgBB/jam) dan cairan inisial sedangkan sisanya didominasi oleh kelompok
(10 mL/kgBB/15 menit). Pengukuran suhu usia 72–132 bulan yakni sebesar 29,2% dan
badan dilakukan pada saat pasien masuk kelompok usia 144–216 bulan sebesar 8,3%
rumah sakit dan pengukuran suhu selanjutnya dengan mean±SD 64,38±45,547 bulan. Pada
dilakukan minimal setiap 8 jam/hari selama penelitian ini, terdapat perbedaan usia pada
menjalani perawatan, sedangkan pengukuran antarkelompok (p=0,005). Data karakteristik
hematokrit dan trombosit dilakukan pada pasien lainnya terdapat pada Tabel 1. Seluruh
saat pasien masuk rumah sakit dan variabel tidak menunjukkan perbedaan antar
pengukuran selanjutnya dilakukan setiap 24 kelompok (p>0,05). Tidak adanya perbedaan
jam selama menjalani perawatan. antarkelompok menunjukkan adanya kemiripan
Pengukuran lama rawat inap dihitung karakteristik pasien penelitian yang tinggi.
berdasarkan hari saat pasien
Tabel 1 Karakteristik Pasien Dengue Fever (DF)/Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)
Jumlah Total Standar WHO Cairan Inisial
Karakteristik Keterangan Nilai p
n (%) n (%) n (%)
Jenis kelamin Laki-laki 24 (50,0) 8 (33,3) 16 (66,7)
0,021a*
Perempuan 24 (50,0) 18 (66,7) 8 (33,3)
Usia (bulan) 0–60 30 (62,5) 12 (40) 18 (60,0)
72–132 14 (29,2) 8 (57,1) 6 (42,9) 0,005b*
144–216 4 (8,3) 4 (100,0) 0 (0,0)
Mean±SD (bulan) 64,38±45,547 82,50±48,934 46,25±34,045 -
Suhu awal Mean±SD (°C) - 37,57±1,15 37,04±0,65 0,054b
Penyakit penyerta Ada 20 (41,7) 9 (37,5) 11 (45,8)
0,558a
Tidak ada 28 (58,3) 15 (62,5) 13 (54,2)
Antipiretik Tidak ada 20 (41,7) 9 (37,5) 11 (45,8)
0,558a
Ada (IV) 28 (58,3) 15 (62,5) 13 (54,2)
Diagnosis penyakit DF 38 (79,2) 18 (75) 20 (83,3)
DHF 10 (20,8) 6 (25) 4 (16,7) 0,477a
Uji Chi-square, bUji unpaired t-test, *Significant p-value
a

93
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 8, Nomor 2, Juni 2019

Tabel 2 Efektivitas Terapi Cairan terhadap Luaran Terapi Suhu Badan


Suhu Badan
Hari Demam Standar WHO Cairan Inisial Nilai p
(n=24) (n=24)
Demam hari ke–4
Mean±SD 37,4±0,8 37,2±0,5
n (%) 0,258a
24 (100,0) 24 (100,0)
Demam hari ke–5
Mean±SD 37,0±0,5 36,8±0,3
n (%) 0,134b
24 (100,0) 24 (100,0)
Demam hari ke–6
Mean±SD 36,7±0,4 36,8±0,4
n (%) 0,605b
24 (100,0) 24 (100,0)
Demam hari ke–7
Mean±SD 36,7±0,5 36,7±0,2
n (%) 0,594b
21 (87,5) 19 (79,2)
Demam hari ke–8
Mean±SD 36,8±0,6 36,6±0,2
n (%) 0,462a
13 (54,2) 5 (20,8)
Uji unpaired t-test, bUji Mann-Whitney
a

Berdasarkan Tabel 2, hasil uji unpaired t- pada pasien penelitian ini rata-rata 37,7%.
test dan Mann-Whitney menunjukkan nilai Nilai hematokrit minimal yang menggunakan
p>0,05, yang artinya secara statistik tidak ada cairan standar WHO yaitu 28% dan hematokrit
perbedaan yang bermakna antara penggunaan maksimal 46,6%, sedangkan pada pasien yang
terapi cairan standar WHO dan cairan inisial mendapat terapi cairan inisial, nilai hematokrit
terhadap suhu badan. Menurut teori, pada minimal dan maksimal sebesar 31,9% dan
fase kritis, terutama hari ke–5 demam, suhu 41,8%.
badan akan mengalami penurunan sekitar Trombositopenia merupakan salah satu
≤37,5 °C.1 Pada penelitian ini, data kriteria penting yang digunakan sebagai
yang diambil yakni rata-rata suhu badan indikator potensial tingkat keparahan klinis
pasien di hari ke–5 demam, dan diketahui DBD. Trombositopenia merupakan kondisi
bahwa suhu pasien yang menggunakan yang menggambarkan penurunan trombosit.
cairan standar WHO berkisar 37,0 °C, Kadar trombosit sebesar <50.000/mm3 disebut
sedangkan yang menggunakan cairan trombositopenia berat, sedangkan 50.000–
inisial berkisar 36,8 °C. 100.000/mm3 disebut trombositopenia sedang.5
Berdasarkan Tabel 3, hasil uji unpaired t- Pada penderita DBD, jumlah trombosit sebesar
test menunjukkan nilai p>0,05, yang artinya ≤100.000/µL umumnya ditemukan pada
secara statistik tidak terdapat perbedaan hari
bermakna antara penggunaan terapi cairan ke–3 sampai ke–7.6
standar WHO dan cairan inisial terhadap Hasil dari uji unpaired t-test menunjukkan
hematokrit. Berdasarkan teori, fase kritis DBD, nilai p<0,05, artinya secara statistik terdapat
yaitu periode kebocoran plasma dimulai saat perbedaan yang bermakna antara penggunaan
transisi dari fase febris ke fase afebris yang terapi cairan standar WHO dan cairan inisial
ditandai dengan peningkatan hematokrit, terhadap peningkatan trombosit setiap
terjadi pada hari ke–3–6. Pengambilan data pengukuran 24 jam (Tabel 3). Hal tersebut
dilakukan pada fase kritis (terutama hari ke– didukung oleh perbedaan rata-rata trombosit
3–6 demam), dan diperoleh nilai hematokrit pada demam hari ke–5, sebesar 34,21x103/µL,
94
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 8, Nomor 2, Juni 2019

Tabel 3 Efektivitas Terapi Cairan terhadap Luaran Terapi Hematokrit dan Trombosit
Hematokrit Trombosit
Hari Demam Standar Cairan Standar Cairan
WHO Inisial Nilai p WHO Inisial Nilai p
(n=24) (n=24) (n=24) (n=24)
Demam hari ke–4
Mean±SD 37,7±4,8 37,0±3,0 0,560a 135,9±45,4 159,7±32,4 0,004a*
n (%) 24 (100,0) 24 (100,0) 24 (100,0) 24 (100,0)
Demam hari ke–5
Mean±SD 37,0±4,2 35,1±2,4 0,060a 114,8±45,6 149,0±37,9 0,007a*
n (%) 24 (100,0) 24 (100,0) 24 (100,0) 24 (100,0)
Demam hari ke–6
Mean±SD 37,0±4,3 35,0±2,6 0,055a 113,5± 45,4 154,4±32,4 0,009a*
n (%) 24 (100,0) 23 (95,8) 24 (100,0) 23 (95,8)
Demam hari ke–7
Mean±SD 36,1±4,9 37,5±3,4 0,403a 108,0±56,7 157,0±38,6 0,012a*
n (%) 17 (70,8) 13 (54,2) 17 (70,8) 13 (54,2)
Demam hari ke–8
Mean±SD 35,5±4,6 38,3±4,9 0,361a 98,3±60,4 183,3±37,5 0,039a*
n (%) 12 (50,0) 3 (12,5) 12 (50,0) 3 (12,5)
Uji unpaired t-test, *Significant p-value
a

menunjukkan bahwa trombosit penggunaan Pembahasan


terapi cairan inisial meningkat lebih cepat
setelah melewati 48–72 jam dari masa kritis, Hasil penelitian yang diperoleh mengenai
yakni perbedaan rata-rata trombosit demam gambaran subjek terhadap jenis kelamin pada
hari ke–8 sebesar 49,00x103/µL. kedua kelompok baik laki-laki atau perempuan
Berdasarkan Tabel 4, dapat diketahui bahwa menunjukkan perbandingan yang tidak jauh
analisis uji unpaired t-test bernilai p=0,004, berbeda. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
yang secara statistik menunjukkan terdapat suatu faktor risiko terjadinya infeksi bukanlah
perbedaan yang bermakna antara penggunaan disebabkan oleh jenis kelamin. Hal ini
terapi cairan standar WHO dibandingkan didukung hasil penelitian Zumaroh et al.
cairan inisial terhadap hasil lama rawat inap (2015) yang menyatakan perbandingan
pasien DF/DHF. Hasil mean±SD menunjukkan anak lelaki yang terkena DBD tidak jauh
bahwa lama perawatan di rumah sakit pasien berbeda dengan anak perempuan, yakni
yang diberikan cairan inisial lebih cepat 4 hari 1,2:1.7
dengan simpang baku 0,7, sedangkan pasien Hasil penelitian Kulkarni et al. (2010) di
yang diberikan terapi cairan standar WHO India menunjukkan bahwa pasien yang
memiliki lama rawat inap selama 4,96 hari paling banyak dirawat akibat virus dengue
dengan simpang baku 1,4. adalah pasien kelompok usia 6–12 tahun.8
Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian
Tabel 4 Efektivitas Terapi Cairan Terhadap Luaran Terapi Lama Rawat Inap
Lama Rawat Inap
Kelompok Nilai p
n Mean±SD
Standar WHO 24 4,96±1,4 0,004a*
Cairan Inisial 24 4,00±0,7
a
Uji unpaired t-
test, *Significant
p-value
95
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 8, Nomor 2, Juni 2019

yang dilakukan Setiawati (2011) di RSUP tinggi seperti ketika awal infeksi, sebab tubuh
Persahabatan dan RSUD Budhi Asih Jakarta telah membentuk antibodi spesifik sehingga
yang menyatakan bahwa usia yang rentan tubuh mampu mengatasi virus tersebut. Akan
terinfeksi DBD terbanyak adalah anak usia tetapi, jika fase kritis tidak dapat teratasi,
sekolah, yakni berjumlah 39 anak (65%).6 terjadi syok yang ditandai dengan penurunan
Menurut Syahribulan et al. (2012), untuk suhu badan di bawah normal sehingga tubuh
mendapatkan protein yang dibutuhkan dalam pasien akan terasa dingin apabila disentuh.
proses pematangan telur melalui darah yang Pada penelitian ini, rata-rata suhu tubuh
dihisap dari host, nyamuk betina Aedes akan pasien hari ke–4 dan ke–5 demam mengalami
aktif terbang pada saat anak-anak biasanya penurunan yang menandakan terjadinya fase
beraktivitas di luar rumah, yakni pagi hari kritis pada pasien DF/DHF, yakni berkisar
antara pukul 08.00–12.00 WIB dan sore hari 37,4 °C dan 37,2 °C pada pasien kelompok
pukul 15.00–17.00 WIB.9,10 pengguna cairan standar WHO, dan berkisar
Pada hasil penelitian ini, rata-rata keluarga 37,2 °C dan 36,8 °C pada pasien kelompok
pasien DF/DHF akan membawa anaknya ke cairan inisial. Menurut WHO (2011), pasien
rumah sakit setelah menjalani pengobatan yang dapat bertahan setelah 24 hingga 48 jam
sendiri atau ke dokter pribadi minimal pada masa kritis akan mengalami reabsorbsi cairan
hari ke–3 demam dan maksimal pada hari kompartemen ekstravaskuler secara bertahap
ke–5 demam. Hal ini didukung dengan hasil dalam 48 hingga 72 jam yang ditandai dengan
penelitian Nugraha dan Widijatmoko (2010) stabilnya status hemodinamik. Hal tersebut
bahwa pengambilan sampel darah paling didukung oleh hasil mean±SD suhu badan
banyak dilakukan pada hari ke–4 demam, saat memasuki fase pemulihan, yakni demam
yakni sebanyak 26,92%.11 Terapi pengobatan hari ke–6 sampai ke–8, menunjukkan bebas
pasien DBD pada dasarnya terdiri atas dua demam pada penggunaan terapi cairan inisial
jenis, yakni terapi suportif dan simptomatik. dan terapi cairan standar WHO, walaupun
Pengobatan dengan pemberian terapi cairan secara statistik tidak terdapat perbedaan yang
pengganti, contohnya cairan intravena, disebut signifikan (p>0,05).
sebagai terapi suportif, sedangkan pemberian Pada DBD, terjadinya infeksi virus dengue
terapi antipiretik, misal parasetamol, dikenal akan merangsang terjadinya respon tubuh
dengan terapi simptomatik.3 imun spesifik yang lalu membentuk ikatan
Demam yang terjadi pada kasus infeksi (kompleks) dengan virus. Ikatan ini akan
dengue dikenal dengan istilah pelana kuda. mengaktifkan komplemen seperti mediator
Ketika awal sakit, pasien mengalami demam C3a dan C5a yang memengaruhi sel endotel
tinggi akibat viremia selama 2 hari, kemudian vaskuler dan menimbulkan perembesan
akan terjadi penurunan suhu tubuh yang plasma.12 Terjadinya kebocoran plasma ke
biasanya terjadi pada demam hari ke–4 dan ruang ekstravaskular akan mengakibatkan
ke–5 yang disebut sebagai fase kritis. Fase terjadinya peningkatan nilai hematokrit. 4
ini disebabkan oleh replikasi virus sehingga Hemokonsentrasi akibat perembesan plasma
tubuh menjadi terhindar dari respon imun. dapat ditentukan berdasarkan peningkatan
Sitokin yang dihasilkan menjadi berkurang nilai hematokrit. Salah satu tanda/bukti awal
dan selanjutnya akan bertambah kembali jika peningkatan hematokrit yakni nilai berada
proses replikasi tersebut telah selesai. Pada sebesar 10–15% di atas baseline.4 Menurut
hari ke–6 demam, virus dengue akan siap WHO (2011), jika pasien selamat pada 24–48
dikeluarkan melalui proses lisis sel dan suhu jam di fase kritisnya, akan terjadi reabsorbsi
tubuh akan meningkat kembali, namun tidak cairan ekstravaskular selama 48–72 jam.

96
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 8, Nomor 2, Juni 2019

Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian yakni 4,3 hari.14


ini: nilai maksimal hematokrit yang diperoleh Terdapat beberapa keterbatasan pada
setelah 72 jam mendapatkan terapi cairan penelitian ini, salah satunya pasien DF/DHF
menunjukkan bahwa nilai hematokrit pasien dianggap sama dari segi tingkat keparahannya
kelompok penggunaan terapi cairan inisial (grade I, II, III, IV). Selain itu, jumlah sampel
(39%) menurun lebih cepat dibandingkan penelitian ini pun terbatas. Oleh karena itu,
dengan kelompok penggunaan terapi cairan untuk mendapatkan sampel minimum yang
standar WHO (48%) walaupun tidak berbeda lebih banyak, diperlukan peningkatan power
secara signifikan (p>0,05). Nilai hematokrit penelitian.15
kembali stabil saat memasuki fase pemulihan
pada demam hari ke–7 dan 8 dengan nilai Simpulan
hematokrit pasien kelompok cairan standar
WHO yaitu 36,1% dan 35,5%, dan kelompok Efektivitas terapi cairan standar WHO dan
cairan inisial sebesar 37,5% dan 38,2%. terapi cairan inisial secara statistik tidak
Berdasarkan penelitian ini, pasien mampu menunjukkan perbedaan bermakna terhadap
melewati masa kritis dan terdapat perbedaan perbaikan klinis (suhu badan) dan nilai
yang signifikan (p<0,05) antara kelompok hematokrit (p>0,05); dan menunjukkan
penggunaan terapi cairan inisial dan terapi perbedaan bermakna terhadap peningkatan
cairan standar WHO terhadap perubahan rata- trombosit dan penurunan lama rawat inap
rata peningkatan trombosit selama pasien (p<0,05).
dirawat. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Sari et al. (2017) pada pasien DHF dengan Ucapan Terima Kasih
disertai syok memperoleh rata-rata trombosit
52,382 sel/mm3 yang terjadi pada hari ke–3 Terima kasih kepada segenap tim peneliti
demam dan peningkatan trombosit terjadi (dokter jaga IGD, apoteker, perawat) dan
pada hari ke–7 demam.13 Masa viremia hanya pegawai staf RS PKU Muhammadiyah PKU
berlangsung selama 5–7 hari. Jika pasien Bantul Yogyakarta yang telah membantu dalam
mampu melewati masa kritis, setelah 48–72 pengambilan data penelitian.
jam dari masa kritis, cairan ekstravasasi akan
masuk kembali ke dalam intravaskular dan Pendanaan
jumlah trombosit pasien secara alami akan
meningkat hingga lebih dari 150.000/µL dalam Penelitian ini tidak didanai oleh sumber hibah
waktu 2–3 hari setelah masa kritis4. manapun.
Secara umum, lama perjalanan penyakit
DBD adalah 7–10 hari. Selama pengambilan Konflik Kepentingan
sampel, rata-rata keluarga pasien membawa
anaknya ke rumah sakit untuk melakukan Seluruh penulis menyatakan tidak terdapat
pengobatan minimal pada hari ke–3 demam potensi konflik kepentingan dengan penelitian,
dan maksimal di hari ke–5 demam. Hal ini kepenulisan (authorship), dan atau publikasi
diperkuat dengan rata-rata lama rawat inap artikel ini.
pasien DBD yang diperoleh pada penelitian
ini, yakni 4,48 hari. Hasil yang serupa juga Daftar Pustaka
ditemukan pada penelitian oleh Divy et al.
(2018) di RSUP Sanglah yang memperoleh 1. Candra A. Demam berdarah dengue:
hasil rata-rata lama rawat inap pasien DBD Epidemiologi, patogenesis, dan faktor

97
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 8, Nomor 2, Juni 2019

risiko penularan. Aspirator. 2010;2(2): 9. Syahribulan, Biu FM, Hassan MS. Waktu
110–9. aktivitas menghisap darah nyamuk Aedes
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. aegypti dan Aedes albopictus di Desa
Situasi DBD di Indonesia [diunduh Pa’lanassang Kelurahan Barombong
November 2017]. Tersedia dari: http:// Makassar Sulawesi Selatan. J Ekologi
www.depkes.go.id/resources/download/ Kesehatan. 2012;11(4):306–14.
pusdatin /info datin/infodatindbd2016 10. Pranata IWA, I Gusti AA. Gambaran pola
3. Chen K, Pohan HT, Sinto R. Diagnosis penatalaksanaan demam berdarah
dan terapi cairan pada demam berdarah dengue (DBD) pada anak di instalasi
dengue. Medicinus. 2009;22(1):3–7. rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah
4. World Health Organization. Comprehensive Kabupaten Buleleng tahun 2013. E-
guidelines for prevention and control of Jurnal Medika. 2017;6(5):21–7.
dengue and dengue haemorrhagic fever. 11. Nugraha J, Widijatmoko TE. Peran
India: WHO Press; 2011. antigen Ns1 dengue terhadap penghitungan
5. Cahyani M, Tjeng WS, Khotimat S. trombosit dan penampakan (manifestasi)
Hubungan antara peningkatan nilai klinis penjangkitan/penularan (infeksi)
hematokrit, derajat trombositopenia, dan virus dengue. Indones J Clin Pathol Med
status gizi lebih dengan kejadian syok Laboratory. 2010;16(3):110–7. doi: 10.242
pada pasien demam berdarah dengue 93/ijcpml.v16i3.1038
anak di RSUD Abdul Wai-Iab Sjahranie 12. Sudjana P. Diagnosis dini penderita
Samarinda. J Kedokt Mulawarman. 2018; demam berdarah dengue dewasa. Buletin
4(1):21–8. Jendela Epidemiologi. 2010;2:21–5.
6. Setiawati S. Analisis faktor-faktor risiko 13. Sari RC, Kahar H, Puspitasari D. Pola
terjadinya dengue syok sindrom (DSS) jumlah trombosit pasien infeksi virus
pada anak dengan demam berdarah dengue yang dirawat di SMF Ilmu
dengue (DBD) di RSUP Persahabatan Kesehatan Anak RSUD Dr. Soetomo
dan RSUD Budhi Asih (tesis). Jakarta: Surabaya. Sari Pediatri. 2017;19(1):1–6.
Universitas Indonesia; 2011. doi: 10.14238/sp19.1.2017.1-6
7. Zumaroh. Evaluasi pelaksanaan 14. Divy NPA, Sudarmaja IM, Swastika IK.
surveilans kasus demam berdarah dengue Karakteristik penderita demam berdarah
di Puskesmas Putat Jaya berdasarkan dengue (DBD) di RSUP Sanglah Bulan
atribut surveilans. Epidemilogi. Juli-Desember tahun 2014. E-Jurnal
2015;3(1):82–94. Medika. 2018;7(7):1–7.
8. Kulkarni MJ, Sarathi V, Bhalla V, Shivpuri 15. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar
D, Acharya U. Clinico-epidemiological metodologi penelitian klinis, edisi ke-5.
profile of children hospitalized with Jakarta: Sagung Seto; 2014.
dengue. Indian J Pediatr. 2010;7:1103–7.
doi: 10.1007/s12098-010-0202-2.

© 2019 Rahmawati et al. The full terms of this license incorporate the Creative Common Attribution-Non Commercial License (https://
creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/). By accessing the work you hereby accept the terms. Non-commercial use of the work are
permitted without any further permission, provided the work is properly attributed.

98
International Journal of Contemporary Pediatrics
Choudhury J et al. Int J Contemp Pediatr. 2016 May;3(2):442-444
http://www.ijpediatrics.com pISSN 2349-3283 | eISSN 2349-3291

DOI: http://dx.doi.org/10.18203/2349-3291.ijcp20161025
Research Article

Clinical profile and outcome of dengue fever and dengue haemorrhagic


fever in pediatric age group
Jasashree Choudhury1*, Debaprasad Mohanty2, Sidharth Sraban Routray2

1
Department of Pediatrics, IMS & SUM Hospital, BBSR, Bhubaneswar Orissa, India
2
Department of Anaesthesiology and Critical Care, SCB Medical College, Hospital, Cuttack, Orissa, India

Received: 29 January 2016


Accepted: 02 March 2016

*Correspondence:
Dr. Jasashree Choudhury,
E-mail: drjasashree@gmail.com

Copyright: © the author(s), publisher and licensee Medip Academy. This is an open-access article distributed under
the terms of the Creative Commons Attribution Non-Commercial License, which permits unrestricted non-commercial
use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited.

ABSTRACT

Background: Dengue infection, an arthropod-borne viral hemorrhagic fever, continues to be a major challenge to
public health, especially in South-East Asia. We have done an observational study of dengue and dengue hemorrhagic
fever in which we have studied the clinical pattern of dengue presentation.
Methods: This study was conducted in the CICU and PICU of SCB medical college, Cuttack, Odisha, India. 100
patients, serologically dengue positive were included in this study. Hematological and other clinical parameters were
evaluated. Statistical analysis was done after estimating p-value.
Results: Fever, vomiting, abdominal pain, hepatomegaly, bleeding diathesis and hypotension were common clinical
symptoms. Serological tests, hematocrit, platelet counts, liver enzymes and abdominal ultrasonography and fluid
therapy were useful in management of all cases.
Conclusions: Patients presented with variable symptoms both in dengue fever and dengue hemorrhagic fever in
pediatric age group.

Keywords: Dengue, Fever, Hemorrhagic, Pediatric

INTRODUCTION METHODS

Dengue infection, an arthropod-borne viral hemorrhagic This study was conducted in the CICU and PICU of SCB
fever, continues to be a major challenge to public health, medical college, Cuttack, Odisha, India. Patients with
especially in South-East Asia.1 It has a wide geographical serologically confirmed dengue from 1 yr age to 16 years
distribution and can present with a diverse clinical were included in this study. The period of study was from
spectrum.2 It has been estimated that at least 2.5 billion June 2014 to May 2015. 100 patients were included in
people worldwide live in areas where there is a significant this study. Patients were enrolled after obtaining written
risk of infection from the dengue virus.3 Estimates suggest consent from parents. Patients with enteric fever,
that annually over 50 million cases of dengue Rickettsial fever, malaria, leptospirosis, septicemia and
hemorrhagic fever (DHF) occur in Asian countries with a viral hemorrhagic fever other than dengue were excluded
case fatality rate of less than 5%3. Of those with DHF, at from this study. Detailed clinical examination was done.
least 90% are children younger than 15 years old.3 We Laboratory parameters like serial hemoglobin estimation,
have done an observational study of dengue and dengue serial hematocrit, platelet counts, liver function tests,
hemorrhagic fever in which we have studied the clinical abdominal sonography, chest, X-ray, serology tests for
pattern of dengue presentation. dengue: NS1 Antigen, IgG and IgM antibody were done.

International Journal of Contemporary Pediatrics | April-June 2016 | Vol 3 | Issue 2 Page 442
Choudhury J et al. Int J Contemp Pediatr. 2016 May;3(2):442-444

According to WHO 2012 classification, they were Sonographic evidence of hepatomegaly was seen in 90%
classified as dengue, dengue fever with warning signs and of cases. Plasma leakage in the form of ascites and pleural
severe dengue.4 effusion was found in 25% of cases. For evidence of
dengue, NS1 antigen was the most common evidence,
Symptomatic treatment was done for fever. Fluid 94% has NS1 positive, 24 cases were positive for IgG. 28
management was done according to WHO 2012 fluid cases were positive for IgM (Table 3).
management guidelines. During the treatment period
monitoring charts for vital parameters were used. Isotonic Table 3: Investigations in dengue.
saline was used for initial management. Intravenous
fluids were discontinued after patient became Investigations Number of cases Percentage
hemodynamically stable. Analysis was done using Hemoconcentration 100 100
Microsoft Excel and P values <0.05 were considered Thrombocytopenia 94 94
significant. AST/ALT elevation 97 97
Sonographic
RESULTS evidence of 90 90
hepatomegaly
100 children were included in this study. There was a Sonographic 25 25
seasonal incidence from September to November, which evidence of free fluid
was the post monsoon period. Average number of days NS1 Antigen 88 88
for admission was 8-10 days. The most prevalent IgG 24 24
symptoms of dengue were fever, vomiting, rash, IgM 28 28
abdominal pain and bleeding diathesis. History of fever
was elicited in 100% of cases (p value 0.000). The next According to revised classification of WHO in 2012,
common symptom was abdominal pain and vomiting. Dengue without warning signs constituted to 5% of cases.
Table 1 here illustrates the symptomatology. Dengue with warning signs constituted 35% of cases.
Sever Dengue constituted 60% of cases. All the patients
Table 1: Symptoms of dengue. were administered parenteral fluids along with supportive
management. Monitoring charts were maintained. The
Symptoms Numbers of cases Percentage parenteral fluids used in our study were (0.9%) normal
Fever 100 100 saline.100% of cases were treated with 0.9% NS. The
Abdominal pain 90 90 mortality was 10%. Those patients had presented with
Vomiting 74 74 multi organ dysfunction with renal failure, pulmonary
Bleeding diathesis 27 27 edema and encephalopathy.
Rash 25 25
DISCUSSION
45% had fever at admission. Hypotension with low pulse
volumes were found in 65% of patients. 90% of patients Dengue has a wide clinical spectrum that includes both
had hepatomegaly. Poor tissue perfusion was found in severe and non-severe manifestations. After incubation
19% of cases as indicated by prolonged capillary refill period, the illness begins abruptly and is followed by
time (CRT). Bleeding diathesis in form of petechiae, three phases febrile, critical and recovery.4The
epistaxis, positive tourniquet, hematemesis was found in characteristics studied were age, sex and seasonal
55% of cases. Third space losses (pleural effusion and incidence, number of days of admission, clinical
ascites) was found in 25% of cases (Table 2). symptoms, clinical signs and investigations. In our study
the youngest child was 1year old and the oldest was 16
Table 2: Clinical signs of dengue. years old. There was a distinct higher incidence in older
age group above 10 years accounting for 60% of the total
Signs Number of cases Percentage cases. There was a male preponderance in our study. The
Fever at admission 45 45 male to female ratio was 2:1. This was statistically
Hypotension with significant (p value 0.004). 95% of cases needed
65 65
Low pulse volume admission in pediatric/central intensive care unit. A
CRT >3 19 19 seasonal pattern was observed, 18% of cases were in June
Bleeding diathesis 55 55 to August, 60% of cases were from September to
Hepatomegaly 90 90 November, 10% of cases were from December to
Free fluid (ascites, February and 10% of cases were from March to May.
25 25 Highest incidence occurred during the monsoon and post
pleural effusion)
monsoon season. Wongkoon S, et al have also described
seasonal pattern of dengue which corresponded with the
There was no statistically significant difference in any of
rainy season due to abundance of mosquito breeding in
the investigations (p value 0.245). Hemoconcentration
the season.5
was evident by increased hematocrit, was seen in 100%
of patients. Thrombocytopenia was seen in 94% of cases.

International Journal of Contemporary Pediatrics | April-May 2016 | Vol 3 | Issue 2 Page 443
Choudhury J et al. Int J Contemp Pediatr. 2016 May;3(2):442-444

History of fever was present in all cases. Abdominal pain REFERENCES


was the next common symptom in our study. Agarwal, et
al in their study from Delhi, have also noted fever, 1. Halstead SB. Dengue. Curr Opin Infect Dis.
abdominal pain and vomiting as the commonest 2002;15(5):471-6.
symptoms.6 The commonest hemorrhagic manifestation 2. Seneviratne SL, Malavige GN, deSilva HJ.
was hematemesis and epistaxis which was similar in our Pathogenesis of liver involvement during dengue
study. Similar observations were noted in other studies viral infections. Trans R Soc Trop Med Hyg.
too.7-9 The clinical signs which were studied were fever at 2006;100(8):608-14.
admission, low pulse volume, hypotension, prolonged 3. World Health Organisation. Prevention and control
capillary refill time >3 seconds. Bleeding diathesis, of dengue and dengue hemorrhagic fever:
hepatomegaly, and signs of fluid leakage like ascites and comprehensive guidelines. WHO SEARO Regional
pleural effusion were studied. Through 100% of cases had Publication. 1999:29.
history of fever, only 45% of our cases had fever at 4. Dengue Fact Sheet. WHO SEARO. 2014.
admission. Hypotension with low pulse volume was 5. Wongkoon S, Jaroensutasinee, M, Jaroensutasinee
noted in 65% of cases. 19% of cases had CRT >3 second K. Distribution, seasonal variation and dengue
indicating poor tissue perfusion. 90% of cases had transmission prediction in Sisaket, Thailand. Indian
hepatomegaly. Similar observation has also been made in J Med Res. 2013;138(3):347-53.
other studies.10-12 Hemoconcentraion, thrombocytopenia, 6. Agarwal A, Chandra J, Aneja S, Patwari AK, Dutta
abnormal liver function tests in the form of elevated AK. An epidemic of dengue hemorrhagic fever and
transaminases, ultrasonographic evidence of dengue shock syndrome in children in Delhi. Indian
hepatomegaly along with ascites and/or pleural effusion Pediatr. 1998;35(8):727-9.
and gall bladder wall edema were noted. NS1 antigen was 7. Kabilan L, Balusubramaian S, Keshava SM,
found in 88% of cases. Dengue IgM antibodies in 28% of Thenmozhi V, Sekhar G, Tewari SC, et al. Dengue
cases and IgG in 24% of cases. Previous studies have also disease spectrum among infants in the 2001. Dengue
reported similar findings.13,14 There was no correlation epidemic in Chennai, J Clin Microbiol.
between platelet counts and bleeding manifestations. In 2003;41(8):3919-21.
our study too, though thrombocytopenia was found in 8. Kamath SR, Ranjit S. Clinical features
95% of cases, only 55% of cases had bleeding complications and atypical manifestations
manifestations. of children with severe forms of dengue
fever in South India. Indian J Pediatr.
hemorrhaguic
WHO in their 2012 Handbook on management of 2006;73(10):889-95.
dengue, have described stepwise approach to the 9. Tantawichien T. Dengue fever and dengue
management of dengue, where only isotonic solutions hemorrhagic fever in adolescents and adults. Pediatr
have been advised, followed by serial monitoring of Int Child Health. 2012;32:22-7.
clinical status, fluid balance and hematocrit. Judicious 10. Wiwanitkit V, Manisvanich P. Can Hematocrit and
fluid resuscitation was advised to maintain effective platelet determination on admission predict shock in
circulation during the leak period. Crystalloids were hospitalized children with dengue hemorrhagic
preferred over colloids. In our study of 100 cases of fever? A clinical observation from a small outbreak.
dengue, we found 90% made a complete recovery from Clin Appl Thromb Hemost. 2004;10(1):65-7.
illness. There was 10% mortality. 11. Rajpakse S, Rodrigo C, Rajpakse A. Infect Drug
Resist. 2012;5:103-12.
CONCLUSION 12. Ranjit S. Kissoon N, Jayakumar I. Aggressive
management of dengue shock syndrome may
Dengue infection is a systematic and dynamic disease. It decrease mortality rate: a suggested protocol.
has a wide clinical spectrum that includes both severe and Pediatr Crit Care Med. 2005;6(4):412-9.
non-severe manifestations. After incubation period, the 13. Narayanan M, Aravind MA, Thilothammal N,
illness begins abruptly and is followed by three phases Prema R, Sargunam CS, Rammurty N. Dengue
febrile, critical and recovery. A high index of suspicion fever epidemic in Chennai-a study of clinical profile
for early diagnosis, monitoring and prompt fluid and outcome. Indian Pediatr. 2002;39(11):1027-33.
management and supportive treatment as per WHO 14. Tantracheewathorn T, Tantracheewathorn S. Risk
guideline can reduce mortality in patients of severe factors of dengue shock syndrome in children. J
dengue. Med Assoc. Thai. 2007;90(2):272-7.

Funding: No funding sources


Conflict of interest: None declared Cite this article as: Choudhury J, Mohanty D,
Ethical approval: The study was Routray SS. Clinical profile and outcome of dengue
approved by the fever and dengue haemorrhagic fever in pediatric
Institutional Ethics Committee age group. Int J Contemp Pediatr 2016;3:442-4.

International Journal of Contemporary Pediatrics | April-May 2016 | Vol 3 | Issue 2 Page 444

Anda mungkin juga menyukai