Disusun Oleh :
P27820820011
JURUSAN KEPERAWATAN
2020
RINGKASAN JURNAL 1
A. RINGKASAN JURNAL
1) JUDUL
Factors Related To Event DHF In Children In Mawar Care
2) PENELITI
Haerani, dkk
3) RINGKASAN JURNAL
Menurut data World Health Organization (WHO) 2014, penyakit Demam
Berdarah Dengue pertama kali dilaporkan di Asia Tenggara pada tahun 1954
yaitu di Filipina, selanjutnya menyebar ke berbagai negara. Sebelum tahun 1970
hanya 9 negara yang mengalami wabah DBD, namun sekarang DBD menjadi
penyakit endemik pada lebih dari 100 negara, diantaranya adalah Afrika, Amerika,
Mediteronia Timur, Asia Tenggara dan Pasifik Barat memiliki angka tertinggi
terjadinya kasus DBD. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan
salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Penyakit
demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang sering
merisaukan masyarakat karena dapat menyebabkan kematian (Rachmad, 2016).
Virus dengue penyebab DBD memerlukan bantuan nyamuk untuk berpindah ke
tubuh manusia (Nadesul, 2007).
4) TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian DBD pada
anak di Ruang Perawatan Mawar RSUD H. Andi Sulthan Daeng Radja
Bulukumba Tahun 2018.
5) KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
a) Kelebihan
- Sampel banyak
- Menggunakan teknik pengambilan sampel total sampling
b) Kekurangan
Menggunakan data sekunder
B. METODE ANALISA PICO
1) PROBLEM
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian ini
adalah 162 anak yang menderita DBD yang di dapatkan di rekam medik RSUD H.
Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba 2018 rentang waktu Januari – Desember
2018. Sampel dalam penelitian ini adalah 162 anak yang menderita DBD di rekam
medik RSUD H. Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba 2018, rentang waktu
Januari – Desember 2018.
2) INTERVENTION
Sumber data pada penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu rekam medik
RSUD H. Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba, pengambilan data mulai dari
bulan Januari – Desember 2018. Data yang dikumpulkan terdiri dari beberapa
bagian antara lain tentang data karakteristik responden yang terdiri dari umur,
jenis kelamin, pendidikan, lingkungan, dan kejadian DBD. Teknik analisa data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan analisis bivariat.
Analisis univariat digunakan untuk mendiskripsikan variabel variabel penelitian
yaitu data umur, jenis kelamin, pendidikan, lingkungan, dan kejadian DBD.
Sedangkan Analisa bivariat dilakukan untuk menguji hipotesis hubungan antara
faktor penyebab BDB dengan kejadian DBD pada anak di Ruang Perawatan
Mawar RSUD H. Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba Tahun 2018.
3) COMPARATION
Peneliti : Tuti Sandra, dkk, judul : Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap
Kejadian Demam Berdarah Dengue pada Anak Usia 6-12 Tahun Di Kecamatan
Tembalang
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang terbukti berpengaruh
terhadap kejadian DBD pada anak usia 6 - 12 tahun yaitu pendidikan ibu
rendah, kebiasaan tidak memakai obat anti nyamuk dan kebiasaan tidak
memakai pakaian panjang. Faktor yang terbukti tidak berpengaruh:
kebiasaan tidur siang, kebiasaan menggantung pakaian, forum
penyampaian informasi dan rutinitas pemeriksaan jentik dan praktik PSN.
4) OUTCOME
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara umur, jenis kelamin,
pendidikan dan lingkungan dengan kejadian DBD di RSUD H. Andi Sulthan
Daeng Radja Bulukumba. Faktor yang paling berpengaruh pada kejadian DBD
pada anak adalah anak-anak yang usia sekolah atau yang berusia kurang dari 15
tahun. Hal ini disebabkan karena sistem kekebalan tubuh pada anak-anak masih
kurang sehingga rentan terhadap penyakit dan aktivitas anak-anak lebih banyak
diluar rumah pada siang hari, sedangkan kita ketahui bahwa nyamuk aedes aegypti
menggigit pada siang hari
RINGKASAN JURNAL 2
A. RINGKASAN JURNAL
1) JUDUL
Karakteristik Pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) pada Ruang Rawat Inap
Anak di RSUD Undata Palu Tahun 2017
2) PENELITI
Ita Indah Agustini, dkk
3) RINGKASAN JURNAL
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari
genus Aedes, misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat
muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit
ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat. Di
Indonesia, anak-anak merupakan kelompok usia yang paling banyak menderita
DBD, dengan proporsi sekitar 30%. Kasus ini pertama kali terjadi di Surabaya
pada tahun 1968. Penyakit ini ditemukan di 200 kota 27 provinsi dan telah terjadi
KLB.
4) TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui bagaimana karakteristik penderita Demam Berdarah Dengue
(DBD) di Ruang Rawat Inap Anak di RSUD Undata Palu Tahun 2017
5) KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
a) Kelebihan
Menggunakan teknik pengambilan sampel total sampling
b) Kekurangan
- Tidak dijelaskan jumlah populasi dalam penelitian
- Menggunakan data sekunder berupa rekam medik
B. METODE ANALISA PICO
1) PROBLEM
Merupakan penelitian observasional deskriptif dengan pendekatan survey. Sampel
dalam penelitian adalah anak yang dirawat di Ruang Rawat Inap Anak di RSUD
Undata Palu Tahun 2017 sebanyak 49 sampel.
2) INTERVENTION
Data diperoleh menggunakan data sekunder yaitu catatan rekam medis (buku
status) yang ada di rekam medik Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu tahun
2017, pengambilan data mulai dari tanggal 8 juli – 27 juli. Data yang
dikumpulkan terdiri dari beberapa bagian antara lain tentang data karakteristik
responden yang terdiri dari usia, jenis kelamin, keluhan utama, manifestasi klinis,
jumlah trombosit, persentase hematokrit, derajat keparahan, penatalaksanaan, dan
lama rawat inap. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis deskriptif untuk mendiskripsikan variabel variabel penelitian yaitu data
usia, jenis kelamin, keluhan utama, manifestasi klinis, jumlah trombosit,
persentase hematokrit, derajat keparahan, penatalaksanaan, dan lama rawat inap
penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di Ruang Rawat Inap Anak di RSUD
Undata Palu Tahun 2017.
3) COMPARATION
Peneliti : Artawan, dkk, judul : Karakteristik Pasien Anak dengan Infeksi Dengue
di RSUP Sanglah Tahun 2013-2014
Hasil : Hasil penelitian ini adalah, lelaki dan perempuan memiliki peluang
yang hampir sama mengalami infeksi dengue, usia pasien yang paling
sering mengalami infeksi dengue adalah 5-10 tahun dengan gizi baik.
Pada pemeriksaan fisik sering ditemukan adanya hepatomegali,
sedangkan gambaran laboratorium yang banyak ditemukan adalah
leukopenia dan trombositopenia. Diagnosis pasien demam dengue, DBD,
dan DSS angka kejadianya hampir sama.
4) OUTCOME
Dari hasil dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat dapat di simpulkan
bahwa karakteristik pasien pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) pada ruang
rawat inap Anak di RSUD Undata Palu tahun 2017 adalah Umur paling banyak
pada kelompok umur 5 – 14 tahun, Jenis kelamin terbanyak yaitu pada perempuan,
Keluhan utama paling banyak datang dengan keluhan utama demam dan atau
mual, muntah, pusing serta lemah, Manifestasi klinis terbanyak adalah
petekie dan atau pendarahan spontan, Jumlah trombosit yang paling banyak yaitu
≤100.000/mm3, Persentase hematokrit terbanyak adalah ≤ 40%, Derajat
keparahan yang paling banyak dialami yaitu derajat I, Penatalaksanaan paling
banyak adalah tidak sesuai standar prosedur medis (SPM), Lama rawat inap yang
paling banyak adalah < 7 hari.
RINGKASAN JURNAL 3
A. RINGKASAN JURNAL
1) JUDUL
Korelasi Status Hemodinamik Dengan Derajat Dengue Hemorrhagic Fever Pada
Anak
2) PENELITI
Indah Jayani, dkk
3) RINGKASAN JURNAL
Dengue haemorrage fever merupakan infeksi arbovirus (arthropod-borne
virus) akut yang ditularkan oleh nyamuk spesies aedes (Hassan & Alatas, 2002).
Host alami DHF adalah manusia, agentnya adalah virus dengue yang perantaranya
ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus family Flaviviridae
dan genus Flavivirus, terdiri dari 4 serotipe yaitu Den-1, Den-2, Den-3, dan
Den-4 (Candra, 2010).
Pemeriksaan laboratorium sangat membantu untuk menegakkan diagnosis
infeksi dengue. Pada DHF adanya renjatan dan syok perlu diperhatikan karena hal
ini merupakan manifestasi yang mengarah ke kondisi DSS. Komplikasi yang
sering terjadi adalah perdarahan dan seringkali mempunyai prognosi yang buruk.
Penyebab perdarahan adalah adanya kelainan homeostasis utama, yaitu
vaskulopati, kelainan trombosit dan penurunan kadar faktor pembekuan. Secara
klinis vaskulopati bermanifestasi sebagai ptekia, uji bendung positif, perembesan
plasma dan elektrolit serta protein ke dalam rongga ekstravaskuler.
Berdasarkan hal tersebut selain melihat dari tanda dan gejala, pemeriksaan
darah lengkap perlu dilakukan sebagai pencegahan dan dengan adanya nilai yang
pasti dari pemeriksaan darah untuk menentukan prognosis infeksi dengue
sehingga mencegah ke kondisi DSS, maka penelitian ini dilakukan untuk
mencari hubungan antara status hemodinamik dengan derajat DHF pada anak.
4) TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui hubungan status hemodinamik dengan derajat dengue
hemorraghic fever (DHF) pada anak di Ruang Anggrek Rsud Gambiran Kota
Kediri tahun 2016
5) KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
a) Kelebihan
Menggunakan teknik pengambilan sampel simple random sampling
b) Kekurangan
Tidak dijelaskan bagaimana alur dalam mengambil data
B. METODE ANALISA PICO
1) PROBLEM
Menggunakan desain analitik korelasional dengan rancangan penelitian cross
sectional untuk mengidentifikasi hubungan antara status hemodinamik dengan
derajat dengue hemorrhagic fever (DHF) pada anak. Populasi penelitian ini adalah
pasien anak DHF di RSUD Gambiran kota Kediri tahun 2016 berjumlah 139
pasien. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian pasien anak DHF di RSUD
Gambiran kota Kediri tahun 2016 sebanyak 43 pasien sampel
2) INTERVENTION
Pengambilan data secara retrospektif. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah simple random sampling. Data yang dikumpulkan terdiri dari
beberapa bagian antara lain tentang usia, jenis kelamin, nilai hematokrit, nilai
trombosit, nilai hemoglobin, nilai leukosit, dan derajat DHF. Teknik analisa data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan analisis bivariat.
Analisis univariat digunakan untuk mendiskripsikan variabel variabel penelitian
yaitu data usia, jenis kelamin, nilai hematokrit, nilai trombosit, nilai hemoglobin,
nilai leukosit, dan derajat DHF. Sedangkan Analisa bivariat dilakukan untuk
menguji hipotesis hubungan antara status hemodinamik dengan derajat DHF pada
anak di ruang Anggrek RSUD Gambiran kota Kediri tahun 2016.
3) COMPARATION
Peneliti : Ni Made R.A.R., dkk, judul : Kelainan Hematologi Pada Demam
Berdarah Dengue
Hasil : Kelainan hematologi pada demam berdarah dengue dapat
berupa
vaskulopati, koagulopati, trombositopenia,
peningkatan jumlah hematokrit dan hemoglobin,
lekopeni, koagulasi intravaskular diseminata
serta penekanan sumsum tulang. Kelainan hematologi yang timbul pada demam
berdarah dengue dan beberapa infeksi virus lainnya terjadi
karena respon dari sistem imun pejamu terhadap infeksi virus dengue dan
melibatkan proses interaksi beberapa sitokin proinflamasi.
4) OUTCOME
Hasil penelitian menunjukkan 1) Terdapat hubungan antara nilai hematokrit
dengan derajat DHF pada anak di RSUD Gambiran kota Kediri tahun 2016
dengan kekuatan korelasi sedang dan arah hubungan positif atau searah yang
artinya semakin tinggi nilai hematokrit maka semakin tinggi/parah derajat
kliniknya. 2.) Terdapat hubungan antara nilai trombosit dengan derajat DHF pada
anak di RSUD Gambiran kota Kediri tahun 2016 dengan kekuatan korelasi kuat
dan arah hubungan negative atau tidak searah yang artinya semakin rendah nilai
trombosit maka semakin tinggi/parah derajat kliniknya. 3.) Terdapat hubungan
antara nilai hemoglobin dengan derajat DHF pada anak di RSUD Gambiran kota
Kediri tahun 2016 dengan kekuatan korelasi sedang dan arah korelasi positif yang
artinya semakin tinggi nilai hemoglobin maka semakin tinggi/parah derajat
kliniknya. 4.) Terdapat hubungan antara nilai leukosit dengan derajat DHF pada
anak di RSUD Gambiran kota Kediri tahun 2016 dengan kekuatan korelasi kuat
dan arah hubungan negative atau tidak searah yang artinya semakin rendah nilai
leukosit maka semakin tinggi/parah derajat kliniknya.
RINGKASAN JURNAL 4
A. RINGKASAN JURNAL
1) JUDUL
Efektivitas Pemberian Terapi Cairan Inisial Dibandingkan Terapi Cairan Standar
WHO terhadap Lama Perawatan pada Pasien Demam Berdarah di Bangsal Anak
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul
2) PENELITI
Dyah A. Perwitasari, dkk
3) RINGKASAN JURNAL
Infeksi dengue merupakan sebuah penyakit menular yang menjangkit manusia
dan banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Infeksi dengue ditularkan
melalui nyamuk, khususnya jenis Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Pada kasus DBD, untuk menurunkan angka morbiditas dan mortilitas,
dibutuhkan
pengobatan yang optimal. Salah satu terapi yang perlu diperhatikan adalah
pemberian terapi cairan baik dari segi jenis, jumlah, serta kecepatan cairan untuk
mencegah terjadinya perembesan plasma yang umumnya terjadi pada fase
penurunan suhu di hari ke 3–6. Terjadinya kehilangan cairan pada ruang
intravaskular dapat diatasi dengan pemberian salah satu jenis cairan seperti
kristaloid (ringer laktat, ringer asetat, cairan salin) ataupun koloid. Oleh karena itu,
interpretasi yang cermat dan penilaian pada data klinis dan laboratoris untuk
manajemen kebutuhan cairan pasien DBD sangat penting untuk dilakukan.
4) TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui perbedaan pemberian terapi cairan inisial terhadap perbaikan
klinis, laboratoris, dan lama rawat inap dibandingkan terapi standar WHO pada
pasien dengue fever (DF) dan dengue hemorrhagic fever (DHF) di bangsal anak
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul, Yogyakarta.
5) KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
a) Kelebihan
Penelitian telah disetujui komite etik
b) Kekurangan
- Tidak dijelaskan jumlah populasi dan sampel pada penelitian
- Pasien DF/DHF dianggap sama dari segi tingkat keparahannya
B. METODE ANALISA PICO
1) PROBLEM
Penelitian menggunakan desain penelitian eksperimental single blind randomised
clinical trial. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien anak berusia 1 bulan
sampai 18 tahun yang menderita DF dan DHF di RS PKU Muhammadiyah Bantul
pada bulan Februari – Juni 2018. Sampel penelitian ini adalah seluruh pasien
dengan DBD yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
2) INTERVENTION
Peneliti mengumpulkan data berupa karakteristik responden yang terdiri dari jenis
kelamin, usia, suhu, penyakit penyerta, antipiretik. Variabel penelitian terdiri dari
variabel bebas (terapi cairan standar WHO dan cairan inisial) dan variabel terikat
(pemeriksaan suhu badan, hematokrit, trombosit dan lama rawat inap).
Pengambilan data dilakukan pada pasien yang telah mendapatkan terapi cairan
standar WHO (6–7 mL/kgBB/jam) dan cairan inisial (10 mL/kgBB/15 menit).
Jenis cairan yang diberikan untuk kristaloid berupa ringer laktat, sedangkan untuk
koloid berupa gelofusal. Pengukuran suhu badan dilakukan pada saat pasien masuk
rumah sakit dan pengukuran suhu selanjutnya dilakukan minimal setiap 8 jam/hari
selama menjalani perawatan, sedangkan pengukuran hematokrit dan trombosit
dilakukan pada saat pasien masuk rumah sakit dan pengukuran selanjutnya
dilakukan setiap 24 jam selama menjalani perawatan. Pengukuran lama rawat inap
dihitung berdasarkan hari saat pasien mulai diberikan cairan inisial/standar WHO
hingga dinyatakan sembuh dan dibolehkan pulang oleh dokter penanggung jawab
pasien. Analisis data menggunakan unpaired t-test dan Mann-Whitney untuk
mengetahui perbedaan antarkelompok pemberian terapi cairan inisial dan terapi
standar WHO terhadap perbaikan klinis, laboratoris dan lama rawat inap pada
pasien dengue fever (DF) dan dengue hemorrhagic fever (DHF) di bangsal anak
RS PKU Muhammadiyah Bantul.
3) COMPARATION
Peneliti : Baiq Adelina A. M., dkk, judul : Efektivitas Cairan Kristaloid dan
Koloid Pasien Demam Berdarah Anak di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Bantul
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua kelompok menunjukkan
perbedaan yang bermakna (p < 0,05) terhadap nilai trombosit (24 dan 48
jam pemberian cairan), nilai hematokrit (72 jam pemberian cairan) dan
lama rawat inap sedangkan kedua kelompok tidak menunjukkan
perbedaan bermakna (p > 0,05) pada gejala demam (suhu tubuh). Terapi
cairan koloid memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap perbaikan
gejala klinis dan laboratoris serta mengurangi lama rawat inap pasien.
4) OUTCOME
Hasil penelitian menunjukkan kedua kelompok tidak menunjukkan perbedaan
bermakna terhadap rata-rata suhu badan dan hematokrit (p>0,05), sedangkan
kedua kelompok menunjukkan perbedaan yang bermakna terhadap rata-rata
peningkatan trombosit dan lama rawat inap (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
kelompok cairan inisial memiliki rata-rata lama rawat inap lebih cepat dibanding
kelompok standar WHO yang disertai dengan peningkatan trombosit selama
menjalani rawat inap. Simpulan dari penelitian ini adalah pemberian terapi cairan
inisial tidak memberikan perbedaan yang signifikan terhadap rata-rata suhu badan
dan hematokrit, sedangkan efektivitas antara kedua kelompok menunjukkan
perbedaan yang bermakna terhadap rata-rata peningkatan trombosit dan lama
rawat inap.
RINGKASAN JURNAL 5
A. RINGKASAN JURNAL
1) JUDUL
Clinical profile and outcome of dengue fever and dengue haemorrhagic fever in
pediatric age group
2) PENELITI
Jasashree Choudhury, et, al
3) RINGKASAN JURNAL
Infeksi dengue, demam berdarah virus yang ditularkan oleh arthropoda, terus
menjadi tantangan utama bagi kesehatan masyarakat, terutama di Asia Tenggara.
Memiliki distribusi geografis yang luas dan dapat muncul dengan spektrum klinis
yang beragam. Diperkirakan sedikitnya 2,5 miliar orang di seluruh dunia tinggal
di daerah yang berisiko tinggi terkena infeksi virus dengue. Perkiraan
menunjukkan bahwa setiap tahun lebih dari 50 juta kasus demam berdarah dengue
(DBD) terjadi di negara-negara Asia dengan angka kematian kasus kurang dari
5%. Dari penderita DBD, setidaknya 90% adalah anak-anak di bawah usia 15
tahun. Kami telah melakukan studi observasi dengue dan demam berdarah dengue
dimana kami telah mempelajari pola klinis dari presentasi dengue.
4) TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui profil klinis dan hasil akhir dari demam berdarah dan demam
berdarah dengue pada kelompok usia anak
5) KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
a) Kelebihan
Jumlah sampel yang banyak
b) Kekurangan
Tidak dijelaskan jumlah populasi pada penelitian
B. METODE ANALISA PICO
1) PROBLEM
Penelitian ini dilakukan di CICU dan PICU dari perguruan tinggi kedokteran
SCB, Cuttack, Odisha, India dari Juni 2014 hingga Mei 2015. Populasi penelitian
adalah pasien dengan demam berdarah yang dikonfirmasi secara serologis dari
usia 1 tahun hingga 16 tahun dilibatkan dalam penelitian ini dengan sampel
sebanyak 100 pasien.
2) INTERVENTION
Data diperoleh setelah peneliti mendapat persetujuan tertulis dari orang tua.
Pemeriksaan klinis rinci dilakukan. Parameter laboratorium seperti estimasi
hemoglobin serial, hematokrit serial, jumlah trombosit, tes fungsi hati, sonografi
perut, dada, rontgen, tes serologi untuk demam berdarah: NS1 Antigen, IgG dan
antibodi IgM dilakukan Pengobatan simtomatik dilakukan untuk demam.
Manajemen cairan dilakukan sesuai dengan pedoman manajemen cairan WHO
2012. Selama periode pengobatan grafik pemantauan untuk parameter vital
digunakan. Saline isotonik digunakan untuk manajemen awal. Cairan intravena
dihentikan setelah pasien stabil secara hemodinamik. Analisis dilakukan dengan
menggunakan Microsoft Excel dan nilai P <0,05 dianggap signifikan.
3) COMPARATION
Peneliti : Andi dan I Made, judul : Gambaran Gejala Klinis Demam Berdarah
Dengue padaAnak di RSUP Sanglah, Denpasar Selama Bulan Januari-
Desember 2013
Hasil : Hasil penelitian didapatkan Gambaran klinis yang dominan terjadi pada
pasien DBD adalah demam (100%), muntah (58,33%), nyeri perut
(54,17%), mual (41,67%), nafsu makan dan minum menurun (37,5%),
nyeri kepala, dan uji tourniquet. Pada DBD didapatkan trombositopenia
100% , sedangkan yang mengalami hemokonsentrasi pada pasien DBD
74%.
4) OUTCOME
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa infeksi dengue merupakan penyakit yang
sistematis dan dinamis. Ini memiliki spektrum klinis yang luas yang mencakup
manifestasi parah dan non-parah. Demam, muntah, sakit perut, hepatomegali,
diatesis perdarahan (petechiae, epistaksis, tourniquet positif, hematemesis) dan
hipotensi merupakan gejala klinis yang umum pada DBD. Setelah masa inkubasi,
penyakit dimulai secara tiba-tiba dan diikuti oleh tiga fase yaitu demam, kritis,
dan pemulihan. Indeks kecurigaan yang tinggi untuk diagnosis dini, pemantauan,
dan pengelolaan cairan yang tepat serta pengobatan suportif sesuai pedoman
WHO dapat mengurangi kematian pada pasien demam berdarah parah. Tes
serologi, hematokrit, jumlah trombosit, enzim hati dan ultrasonografi abdomen
serta terapi cairan berguna dalam penatalaksanaan semua kasus.
Volume 3, Nomor 1, April 2019
JL JURNAL LIFE BIRTH
p-ISSN: 2580-0574 ; e-ISSN:
B
Factors Related To Event DHF In Children In Mawar Care
ABSTRACT
DHF is an acute epidemic disease caused by a virus transmitted by Aedes Aegepty. According to 2014
World Health Organization (WHO) data, Dengue Hemorrhagic Fever was first reported in Southeast
Asia in 1954 in the Philippines, then spread to various countries. Before 1970 only 9 countries
experienced DHF outbreaks, but now DHF has become an endemic disease in more than 100
countries, including Africa, America, Eastern Mediterranean, Southeast Asia and the Western Pacific
which have the highest number of DHF cases. The purpose of this study is to know the factors
associated with the incidence of DHF in children in the Mawar Care Room of RSUD H.Andi Sulthan
Daeng Radja Bulukumba in 2018. The method used in this study is analytical method. The sample in
this study amounted to 162 people using total sampling. Retrieval of secondary data. Analysis of the
data used by using the chi-square test. This research was conducted using the chi-square test with a
level of confidence (α = 0.05) and the value of p-value = 0,000 was obtained, meaning p <α
(0,000
<0.05). There is a relationship between the incidence of DHF in children in the Mawar Care Room of
H.Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba Hospital. It is recommended that hospital institutions
continue to provide information about factors related to the incidence of DHF.
https://doi.org/10.37362/jlb.v3i1.293 Page 27
Volume 3, Nomor 1, April 2019
JL JURNAL LIFE BIRTH
p-ISSN: 2580-0574 ; e-ISSN:
B
I. PENDAHULUAN
Menurut data World Health Organization (WHO) 2014, penyakit Demam Berdarah
Dengue pertama kali dilaporkan di Asia Tenggara pada tahun 1954 yaitu di Filipina,
selanjutnya menyebar ke berbagai negara. Sebelum tahun 1970 hanya 9 negara yang
mengalami wabah DBD, namun sekarang DBD menjadi penyakit endemik pada lebih dari
100 negara, diantaranya adalah Afrika, Amerika, Mediteronia Timur, Asia Tenggara dan
Pasifik Barat memiliki angka tertinggi terjadinya kasus DBD. Penyakit Demam Berdarah
Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia.
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang sering
merisaukan masyarakat karena dapat menyebabkan kematian (Rachmad, 2016). Virus dengue
penyebab DBD memerlukan bantuan nyamuk untuk berpindah ke tubuh manusia (Nadesul,
2007).
Data Depkes RI tahun 2013, kasus demam berdarah dengue terjadi di 31 provinsi dengan
pasien 48.905 oarng, 376 diantaranya meninggal dunia. Sepanjang tahun 2012 kemenkes
mencatat 90.245 orang. Tahun 2010 angka kematian mencapai 0,87 persen, pada tahun 2011
meningkat menjadi 0,91 persen dan sempat menurun pada tahun 2012 menjadi 0,90 dengan
total kasus tahun 2012 90.245 orang dan jumlah kematian 816 orang. Tahun 2013 selama
januari sampai juni demam berdarah dengue dialporkan terjadi di 31 provinsi dengan jumlah
kasus sebanyak 48.905 orang, dan 376 diantaranya meniggal dunia. Provinsi yang dilaporkan
kejadian luar biasa demam berdarah dengue tahun 2013 yaitu almpung, sulsel, kalteng dan
papua Papua (kemenkes, 2016).
Kasus DBD di Sulawesi Selatan pada tahun 2011 kategori tinggi pada Kabupaten
Bulukumba Kabupaten Gowa, Kabupaten Maros, Kabupaten Bone, dan Kabupaten Luwu
(130-361 kasus) dan yang terendah yaitu kabupaten selayar, kabupaten sinjai, dan kabupaten
tana torajaterendah (0-19 kasus). Adapun kabupaten yang tidak mendapat kasus DBD adalah
kabupaten bantaeng. Pada tahun 2013 kasus DBD di Sulawesi Selatan sebesar 5.030 kasus
dilaporkan 48 penderita DBD yang meninggal dengan CFR 22,64%, rata-rata angka insiden
rate di provinsi sulawesi selatan cenderung mengalami penurunan bila dibandingkan dengan
target nasional (36/100.000 penduduk). Hal ini menunjukkan upaya peningkatan pencegahan
dan penanggulanagn kasus DBD semakin membaik, namun hal ini masih perlu dukungan dari
berbagai pihak (Riskesdas, 2015). Berdasarkan data awal yang diperoleh dari Register RSUD
H. Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba pada tahun 2016 jumlah pasien Demam
Berdarah yang dirawat di Ruang Perawatan Mawar sebanyak 171 orang sedangkan pada
tahun 2017
https://doi.org/10.37362/jlb.v3i1.293 Page 28
Volume 3, Nomor 1, April 2019
JL JURNAL LIFE BIRTH
p-ISSN: 2580-0574 ; e-ISSN:
B
jumlah penderita DBD yang dirawat menurun sebanyak 157 orang dan kembali meningkat di
tahun 2018 sebanyak 162 orang.
II. METODE PENELITIAN
Desain penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang
bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian DBD pada
anak. Dengan pengambilan data di rekam medik di RSUD H. Andi Sulthan Daeng Radja
Bulukumba (Notoadmodjo, 2011).
Populasi dan sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah 162 anak yang menderita DBD yang di dapatkan di
rekam medik RSUD H. Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba 2018 rentang waktu Januari –
Desember 2018. Sampel dalam penelitian ini adalah 162 anak yang menderita DBD di rekam
medik RSUD H. Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba 2018, rentang waktu Januari –
Desember 2018.
Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling. Total sampling
adalah tehnik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan jumlah populasi
(sugiyono, 2007).
Instrumen pengumpulan data
Instrumen penelitian adalah alat ukur yang akan digunakan untuk mengumpulkan data,
instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pengambilan data melalui
rekam medik RSUD H. Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba, pengambilan data mulai dari
bulan Januari – Desember 2018.
Analisa data
Analis univariat adalah data yang diperoleh dari hasil pengumpulan disajikan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi, ukuran tendensi sentral atau grafik (Suryono &
Anggraeni, 2013). Dimana data yang akan dianalisis adalah umur, jenis kelamin, pendidikan
dan Umur,
untuk analisa bivariate menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan (α=0,05).
III. HASIL
Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan dari 162 penderita DBD berdasarkan faktor umur,
sebagian besar yaitu kanak-kanak sebanyak 93 orang (57%), yang berusia remaja awal
sebanyak 39 orang (24%) dan Balita sebanyak 30 orang (18,5%). Berdasarkan jenis
kelamin, sebagian besar penderita DBD berjenis kelamin laki-laki sebanyak 106 orang
(65,4%) dan
https://doi.org/10.37362/jlb.v3i1.293 Page 29
yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 56 orang (34,6%). Berdasarkan tabel
pendidikan
Volume 3, Nomor 1, April 2019
JL JURNAL LIFE BIRTH
p-ISSN: 2580-0574 ; e-ISSN:
B
orang tua yaitu yang berpendidikan tinggi sebanyak 44 orang (27,2%) dan yang
berpendidikan rendah sebanyak 118 orang (72,8%). Berdasarkan lingkungan yaitu yang
tinggal di kota sebanyak 102 orang (63%) dan yang tinggal di desa sebanyak 60 orang (37%).
Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan dan
Lingkungan
Karakteristik Frekuensi Persentase
%
Umur
Balita 30 18,5%
Kanak-kanak 93 57%
Remaja awal 39 24%
Jenis kelamin
Laki-laki 106 65,4%
Perempuan 56 34,6%
Pendidikan
Tinggi 44 27,2%
Rendah 118 72,8%
Lingkungan
Desa 60 37%
Kota 102 63%
Total 162 100%
Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 162 orang berdasarkan kejadian DBD
terdapat 135 orang (83,3%) yang positif dan 27 orang (16,7%) yang positif dengan
komplikasi lain.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian DBD
Kejadian DBD Frekuensi Persentase (%)
Positif 135 83,3%
Positif dengan komplikasi 27 1 6,7%
Total 162 100%
Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan dari 162 penderita berdasarkan umur yaitu dari 30
penderita yang umur balita terdapat 20 orang (66,7%) yang positif DBD dan 10 orang (33,3%)
yang positif dengan komplikasi,. Umur kanak-kanak sebanyak 93 orang terdapat 80 orang
yang positif, 13 (14,0%) orang yang positif dengan komplikasi. Sedangkan umur remaja awal
sebanyak 39 orang, terdapat 35 orang (89,7% ) yang positif dan yang positif dengan
komplikasi sebanyak 4 orang (10,3%). dari 106 orang (64,8%) yang berjenis kelamin laki-laki
terdapat 97 orang (59,9%) yang positif, dan yang positif dengan komplikasi sebanyak 9 orang
(5,6%). Sedangkan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 56 orang (34,6%) dan terdapat
38 orang (23,5%) yang positif dan yang positif dengan komplikasi sebanyak 18 orang (11%).
dari 118 orang (72,8%) yang berpendidikan rendah, terdapat 103
https://doi.org/10.37362/jlb.v3i1.293 Page 30
Volume 3, Nomor 1, April 2019
JL JURNAL LIFE BIRTH
p-ISSN: 2580-0574 ; e-ISSN:
B
orang (63,6%) yang positif dan yang positif dengan komplikasi sebanyak 15 orang (9,3%).
Sedangkan yang pendidikan tinggi sebanyak 44 orang (27,2%), terdapat 32 orang (19,8%)
yang positif dan yang positif dengan komplikasi sebanyak 12 orang(7,4%). dari 162 orang
penderita DBD , berdasarkan lingkungan yaitu yang tinggal di desa sebanyak 60 orang (37%),
terdapat 41 orang (25,3%) yang positif, dan yang positif dengan komplikasi sebanyak 19
orang (11,7%), sedangkan yang tinggal di kota sebanyak 102 orang (63%), yang positif
sebanyak 94 orang (58%) dan yang positif dengan komplikasi sebanyak 8 orang (5%).
Tabel 3. Distribusi faktor umur dengan kejadian DBD di RSUD H. Andi Sulthan Dg
Radja Bulukumba
Demam berdarah
Positif Positif dengan komplikasi
Umur jumlah Nilai P
f % f % f %
DAFTAR PUSTAKA
Dardjito, E. et al. (2008) ‘Beberapa Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian
Penyakit DBD Di Kab Banyumas’, Media Litbang Kesehatan, XVIII, pp. 126–136.
Fathi (2005) ‘Peran Faktor Lingkungan Dan Perilaku Terhadap Penularan Demam
Berdarah Dengue Di Kota Mataram’, Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol. 2, No. 1, Juli 2005 :
1 - 10, pp. 1–11.
Gama T, A. (2010) ‘Analisis faktor risiko kejadian demam berdarah dengue di desa
mojosongo kabupaten boyolali’, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadyah
Surakarta, 5, pp. 1–9.
https://doi.org/10.37362/jlb.v3i1.293 Page 33
Volume 3, Nomor 1, April 2019
JL JURNAL LIFE BIRTH
p-ISSN: 2580-0574 ; e-ISSN:
B
HASMI, L. (2015) ‘Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Mengenai Penyakit DBD dengan
Kejadian Dbd Pada Anak Di Ruangan Anak RSUD DR. Muhammad Zein Painan Tahun
2014’.
Misnadyarli (2009) ‘Demam Berdarah Dengue (DBD): Ekstrak Daun Jambu Biji Bisa untuk
Mengatasi DBD - Misnadiarly - Google Buku’. jakarta: yayasan pustak obor indonesia.
Nadesul, H. (2007) ‘Cara Mudah Mengalahkan Demam Berdarah’, Buku Kompas, Jakarta.
jakarta: penerbit buku kompas.
Niluh, A. (2009) ‘Pengetahuan ibu tentang penyakit demam berdarah dengan kejadian
demam berdarah di puskesmas bojolali.’, pp. 4–25.
Novrita, B., Mutahar, R. and Purnamasari, I. (2017) ‘The Analysis Of Incidence Of Dengue
Hemorrhagic Fever In Public Health Center Of Celikah Ogan Komering Ilir Regency Demam
Berdarah Dengue ( DBD ) salah dalam waktu singkat dan menimbulkan Berdasarkan
dokumen RPJMN target pengendalian DBD yaitu IR DBD pada’, 8(1), pp. 19–27.
Nur Purwoko Widodo (2012) ‘Faktor - Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam
Berdarah Dengue (DBD) Di di Kecamtan Ngawi’.
Oktri, H. (2008) ‘Demam Berdarah Dengue - Google Buku’. yogyakarta: Kanusius.
Rachmad (2016) ‘Hubungan Pengetahuan dan Sikap Terhadap Tindakan Pencegahan Demam
Berdarah Dengue Pada Masyarakat Di Kecamatan Baiturrahman’, Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Medisia, 1(November), pp. 1–5.
riskesdas (2015) ‘profil kesehatan makasaar 2015’.
Umaya, R. and Dkk (2013) ‘Hubungan Karakteristik Pejamu, Lingkungan Fisik Dan
Pelayanan Kesehatan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (Dbd) Di Wilayah Kerja
Puskesmas Talang Ubi Pendopo Tahun 2012’, Ilmu Kesehatan Masyarakat, 4(November), pp.
262–269.
WATI, W. E. (2009) ‘Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam Berdarah
Dengue (Dbd) Di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009’.
ABSTRACT
Background: Indonesia's dengue fever remains a health problem because there are many
endemic areas. DHF endemic area in general is a source of spread of disease to other
areas. Peneletian purpose of this is to know how the characteristics of patients with
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) in the inpatient unit at Children's Hospital Undata
Palu 2017.
Methods: This research is a descriptive technique of making a total sampling rate of 49
children who met the inclusion criteria obtained from hospital medical records Undata
Palu 2017.
Results: Found distribution DHF patients highest child under age> 5-14 years of 37
(75%). Gender Most women were 28 people (57%). The main complaint most include fever,
nausea, dizziness, vomiting and weak that 29 people (59%). Most clinical
manifestations are petechiae and spontaneous bleeding were 26 cases (53%). Platelet
count ≤ 100,000 / mm3 total of 32 cases (65%). Hematocrit percentage at most is ≤ 40%
35 (71%). The degree of severity of the most widely experienced that degree I as many as
28 people (57%). Based management is not fit most standard medical procedures (SPM) 38
(77%). Long hospitalization most is <7 days, 42 people (85%).
Conclusion: Characteristics of dengue patients in the inpatient unit at Children's Hospital
in 2017 Undata Palu most was the highest age> 5-14 years, female gender. The main
complaint II, clinical manifestations II, Number platelet ≤ 100,000 / mm3, percentage of
hematocrit ≤ 40%. Severity grade I, Management does not match the standard medical
procedures (SPM), Old hospitalization <7 days.
ABSTRAK
Latar Belakang : Di Indonesia penyakit DBD masih merupakan masalah kesehatan karena
masih banyak daerah yang endemik. Daerah endemik DBD pada umumnya merupakan
sumber penyebaran penyakit ke wilayah lain. Tujuan peneletian ini adalah Untuk
mengetahui bagaimana Karakteristik pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) pada ruang
rawat inap Anak di RSUD Undata Palu tahun 2017.
Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan tehnik
pengambilan total sampling sebanyak 49 orang anak yang memenuhi kriteria inklusi
diperoleh dari data rekam medis RSUD Undata Palu tahun 2017.
Hasil : Ditemukan distribusi penderita DBD anak tertinggi menurut usia >5-14 tahun 37
orang (75%). Jenis Kelamin terbanyak adalah perempuan sebanyak 28 orang (57%).
Keluhan utama paling banyak berupa demam, mual, pusing, muntah serta lemah yaitu 29
orang (59%). Manifestasi klinis terbanyak adalah petekie dan pendarahan spontan sebanyak
26 kasus (53%). Jumlah trombosit ≤ 100.000/mm3 sebanyak 32 kasus (65%). Persentase
hematokrit paling banyak adalah ≤ 40% 35 orang (71%). Derajat keparahan yang paling
banyak dialami yaitu derajat I sebanyak 28 orang ( 57%). Berdasarkan penatalaksanaan
paling banyak adalah tidak sesuai standar prosedur medis (SPM)
38 orang (77%). Lama rawat inap yang paling banyak adalah < 7 hari yaitu 42 orang
(85%). Kesimpulan : Karakteristik pasien DBD pada ruang rawat inap Anak di RSUD
Undata Palu tahun 2017 terbanyak adalah usia tertinggi >5-14 tahun, jenis Kelamin
perempuan. Keluhan utama II, Manifestasi klinis II, Jumlah tombosit ≤ 100.000/mm3,
Persentase hematokrit ≤ 40%. Derajat keparahan derajat I, Penatalaksanaan tidak sesuai
standar prosedur medis (SPM), Lama rawat inap < 7 hari.
merupakan salah satu penyakit yang setiap Demam Berdarah Dengue (DBD) pada
tahunnya menjangkiti masyarakat wilayah ruang rawat inap Anak di RSUD Undata
kelurahan yang ada di Kota Palu. Palu tahun 2017 berdasarkan catatan
Berdasarkan data surveilans penyebaran rekam medis (buku status) yang ada di
kasus DBD di 45 wilayah kelurahan pada Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu.
tiga tahun terakhir (2011= 1061 kasus, Metode pengambilan sampel yang di
2012= 1051 kasus, dan 2013= 863 kasus), gunakan dalam penelitian ini adalah Total
keseluruhan wilayah Kota Palu telah di jumlah sampel sebanyak 49 sampel yang
kategorikan Endemis kasus DBD dan memenuhi kriteria inklusi. Penelitian ini
hanya terdapat satu kelurahan yang masih dilakukan pada tanggal 8 juli – 27 juli.
bahwa jumlah pasien yang terbanyak terbanyak demam dan atau mual, pusing
derajat III yaitu sebanyak 7 orang (14%), distribusi pasien anak penderita DBD
sedangkan derajat IV yaitu sebanyak 0 yang rawat inap di RSUD Undata palu
DBD yang rawat inap di RSUD Undata menggigit dari pagi dan
spesifik adalah demam, pusing, lemah 79 Dengue (DBD) pada ruang rawat inap
orang (33%). Anak di RSUD Undata Palu tahun 2017
berdasarkan derajat keparahan yang tertinggi
hemorragik cenderung
adalah derajat I sebanyak 28 orang (57%).
mungkin
menjadi manifestasi selama ini : positif uji
Hasil ini berbeda dari derajat keparahan
torniquet petechiae, ekimosis
berdasarkan tanda dan gejala yang tercatat
purpura, pendarahan atau mukosa,
direkam medis menunjukkan derajat II
hematemesis atau melena [5]. dan
lebih banyak. Hal ini menunjukkan
rawat inap Anak di RSUD Undata Palu medis (SPM) 38 orang dengan
tahun 2017 adalah sebagai berikut: persentase 77%.
9. Lama rawat inap yang paling
1. Umur paling banyak pada kelompok banyak
umur 5 – 14 tahun sebanyak 37 orang adalah < 7 hari yaitu 42 orang
dengan persentase 75%. dengan persentase 85%.
2. Jenis kelamin terbanyak yaitu pada SARAN
perempuan 28 orang dengan
1. Kepada pihak Dinas Kesehatan Palu
persentase 57%.
disarankan untuk melakukan upaya
3. Keluhan utama paling banyak
datang promosi dan preventif pada sekolah –
atau mual, muntah, pusing serta 2. Kepada pihak RSUD Undata Palu
Palu
4. Soedarto (2011)
Jakarta
Abstrak
Abstract
The purpose of this study was to determine the correlation between hemodynamic
status with the degree of dengue hemorraghic fever (DHF) in children. The
research design was cross sectional and retrospective data collection with sample.
The sample was 43 participants. The sample was selected by simple random
sampling technique. The result of the spearman rank test obtained strong negative
relationship between platelets with DHF degree (ρ = 0,000; r = -0,719), strong
negative relationship between leukocytes with DHF degree (ρ = 0,000; r =
-0,639), moderate positive relationship between hemoglobin with a degree of DHF
(ρ = 0,000; r = 0.574), a positive relationship between hematocrit and DHF
degrees (ρ = 0.002; r = 0.464). As conclusion, there was a relationship between
platelets, leukocytes, hemoglobin and hematocrit with degrees of DHF.
PENDAHULUAN
Dengue haemorrage fever merupakan infeksi arbovirus (arthropod-borne
virus) akut yang ditularkan oleh nyamuk spesies aedes (Hassan & Alatas, 2002).
Host alami DHF adalah manusia, agentnya adalah virus dengue yang perantaranya
ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus family Flaviviridae
dan genus Flavivirus, terdiri dari 4 serotipe yaitu Den-1, Den-2, Den-3, dan Den-4
(Candra, 2010).
Di Indonesia, jumlah kasus demam berdarah cenderung meningkat dari
tahun ke tahun. Meningkatnya demam berdarah di berbagai kota di Indonesia
disebabkan oleh sulitnya pengendalian penyakit yang ditularkan oleh nyamuk
Aedes aegypti. Angka kesakitan/incidence rate (IR) pada kasus DHF yang terjadi
di Indonesia mengalami trend meningkat selama 5 tahun terakhir, yaitu dari tahun
2011 sampai dengan tahun 2015, pada tahun 2011 (IR 27,67 per 100.000
penduduk atau 27.670 orang dan tahun 2015 (IR 50,75 per 100.000
penduduk
atau 50.750 orang). Target Renstra Kementerian Kesehatan untuk angka
kesakitan DHF tahun 2015 sebesar < 49 per 100.000 penduduk, dengan demikian
Indonesia belum mencapai target Renstra 2015 (RI, 2016). Kementerian
Kesehatan RI mencatat jumlah penderita DHF di Indonesia pada bulan Januari-
Februari 2016 sebanyak 8.487 orang penderita DHF dengan jumlah kematian 108
orang. Golongan terbanyak yang mengalami DHF di Indonesia pada usia 5-14
tahun mencapai 43,44% dan usia 15-44 tahun mencapai 33,25% (RI, 2016).
Jumlah kematian tertinggi akibat DHF terjadi di Jawa Timur sebanyak 283
kematian, diikuti oleh Jawa Tengah 255 kematian, dan Kalimantan Timur
sebanyak 65 kematian (RI, 2016). Di Kediri jumlah kasus DHF tahun 2014
sebesar 172 kasus terjadi peningkatan ditahun 2015 menjadi 276 kasus, ini
menandakan terjadi peningkatan sebesar 104 kasus selama 1 tahun. Untuk angka
Case Fatality Rate (CFR) mengalami peningkatan 0,4% dengan adanya 1 kasus
kematian (Profil Kesehatan kota kediri, 2015).
Masalah yang didapatkan dari data survey di RSUD Gambiran Kota Kediri
dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti pada tanggal 9
maret 2017 diperoleh data DHF selama 1 tahun di tahun 2016 sebanyak 243
pasien dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Jumlah kasus pasien
DHF pada
anak sebanyak 139 paling tinggi pada usia 5-14 tahun dengan jumlah 112 pasien
dan pada usia 1-4 tahun dengan jumlah 25 pasien. Selisih penderita DHF antara
usia dewasa dan anak adalah 104 pasien, hal ini menunjukkan bahwa penderita
DHF paling banyak terjadi pada anak, selain itu pada pemeriksaan darah pasien
dhf ditemukan 20 pasien anak dengan DHF 60% diantaranya memiliki hasil
pemeriksaan darah yang meningkat dan menurun dibawah harga normal.
Angka kesakitan DHF yang tinggi disebabkan karena adanya iklim yang
tidak stabil dan curah hujan cukup banyak pada musim penghujan yang
merupakan sarana perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti yang cukup
potensial. Angka kesakitan dan kematian DHF diberbagai negara sangat bervariasi
dan tergantung pada status kekebalan dari populasi, kepadatan dari vektor dan
frekuensi penularan (seringnya terjadi penularan virus dengue), prevalensi sero
tipe virus dengue dan keadaan cuaca (Soegijanto, 2006). Faktor lain penyebab
DHF adalah sanitasi lingkungan yang buruk, perilaku masyarakat tidak sehat,
kurang memperhatikan sampah yang dapat digunakan sebagai sarang nyamuk
seperti botol bekas, ban, pot bunga, bak mandi yang harus dikuras minimal
seminggu sekali, perilaku di dalam rumah pada siang hari dan mobilitas
penduduk. Mobilitas penduduk memegang peranan paling besar dalam penularan
virus dengue, orang yang diam (tidak bergerak) 3,3 kali akan lebih banyak digigit
nyamuk Ae. Aegypti dibandingkan dengan orang yang lebih aktif, dengan
demikian orang yang kurang aktif akan lebih besar risikonya untuk tertular virus
dengue.
Untuk menegakkan diagnosis laboratoris DHF pada anak maupun dewasa
belum pernah dibedakan secara jelas, dimana masih memakai kriteria umum
yaitu isolasi virus dengan cara kultur, pemeriksaan serologis dengan mendeteksi
antibodi anti-Dengue, maupun pemeriksaan asam nukleat dari RNA virus dengue.
Infeksi virus dengue dapat diidentifikasi melalui gejala dan pemeriksaan darah di
laboratorium. Pada saat awal demam dijumpai jumlah leukosit normal, kemudian
menjadi leukopenia selama fase demam. Trombosit ditemukan normal, demikian
pula semua faktor pembekuan, tetapi saat epidemik/wabah dapat dijumpai
trombositopenia. Pemeriksaan laboratorium didapatkan trombositopenia dan
hemokonsentrasi. Kondisi DSS ditemukan dengan hasil laboratorium
Tabel 2 Variabel Penelitian pada Anak di ruang Anggrek RSUD Gambiran kota
Kediri tahun 2016
Derajat DHF paling rendah, yaitu pada derajat 4 yaitu sebanyak 2 pasien
(4,7%) dan terbanyak pada derajat 1 yaitu 27 pasien (62,8%).
Tabel 3 Hubungan antara status hemodinamik dengan derajat DHF pada anak di
ruang Anggrek RSUD Gambiran kota Kediri tahun 2016 (n=43)
Nilai Hematokrit (%)
Derajat Infeksi DHF
Mean SD Median
Nilai Leukosit
Derajat Infeksi DHF Mean SD Median
1 6632 3007 6750
2 5280 1005 5200
3 1585 478 1500
4 1100 ,000 1100
r = -0,639 Sig.(2-tailed) = ,000 α = 0,05
B. PEMBAHASAN
Setelah diuji dengan uji Spearman rho dengan menggunakan komputer,
didapatkan pada α=0,05 diperoleh ρ value=0,002 sehingga dapat disimpulkan
bahwa ρ value < α jadi dapat diinterprestasikan pada penelitian ini bahwa ada
hubungan antara nilai hematokrit dengan derajat DHF pada anak di ruang anggrek
RSUD Gambiran kota Kediri tahun 2016 dengan coefficient correlation sedang
yaitu sebesar r=0,464 dengan makna arah korelasi positif yaitu semakin tinggi
nilai hematokrit maka semakin tinggi/parah derajat kliniknya.
Pada α=0,05 diperoleh ρ value=0,000 sehingga dapat disimpulkan bahwa ρ
value < α jadi dapat diinterprestasikan pada penelitian ini bahwa ada
hubungan antara nilai trombosit dengan derajat DHF pada anak di ruang anggrek
RSUD Gambiran kota Kediri tahun 2016 dengan coefficient correlation kuat yaitu
sebesar r= -0,719 dengan makna arah korelasi negatif yaitu semakin rendah nilai
trombosit maka semakin tinggi/parah derajat kliniknya.
Pada α=0,05 diperoleh ρ value=0,000 sehingga dapat disimpulkan bahwa ρ
value < α jadi dapat diinterprestasikan pada penelitian ini bahwa ada
hubungan antara nilai hemoglobin dengan derajat DHF pada anak di ruang
anggrek RSUD Gambiran kota Kediri tahun 2016 dengan coefficient correlation
sedang yaitu sebesar r=0,574 dengan makna arah korelasi positif yaitu semakin
tinggi nilai hemoglobin maka semakin tinggi/parah derajat kliniknya.
Pada α=0,05 diperoleh ρ value=0,000 sehingga dapat disimpulkan bahwa ρ
value < α jadi dapat diinterprestasikan pada penelitian ini bahwa ada
hubungan antara nilai leukosit dengan derajat DHF pada anak di ruang anggrek
RSUD Gambiran kota Kediri tahun 2016 dengan coefficient correlation
kuat yaitu
sebesar r= -0,639 dengan makna arah korelasi negatif yaitu semakin rendah nilai
leukosit maka semakin tinggi/parah derajat kliniknya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok infeksi dengue derajat 3
dan 4/ syok terdapat 7 sampel memiliki peningkatan nilai hematokrit awal dengan
rerata nilai hematokrit pada derajat 3 yaitu 46,37 dan pada derajat 4 yaitu 49,30.
Harga normal hematokrit pada usia <1 tahun 44-65%, usia 1-3 tahun 29-40%, usia
4-10 tahun 31-43% (Kee, 2007). Peningkatan hematokrit karena adanya
hemokonsentrasi, hemokonsentrasi merupakan salah satu tanda terjadinya
kebocoran plasma. Hal ini terjadi karena pada infeksi dengue terjadi perembesan
plasma melalui endotel dinding pembuluh darah (Hadinegoro, 2006).
Menurut pendapat peneliti hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi
peningkatan hematokrit pada saat hari pertama pasien mengalami infeksi dengue
dibuktikan dengan adanya hemokonsentrasi, pada pemeriksaan darah saat awal
terjadinya infeksi bisa ditemukan pemeriksaan darah dalam batas normal akan
tetapi kadarnya akan meningkat seiring dengan adanya hemokonsentrasi.
Menurut Hadinegoro (2006) penurunan kadar trombosit disertai peningkatan
hematokrit. Keadaan hemokonsentrasi dengan peningkatan hematokrit >
20% merupakan tanda adanya peningkatan permeabilitas kapiler dan perembesan
plasma. Pada penelitian ini ditemukan pada derajat 3 dan 4 dengan peningkatan
nilai hematokrit >20% sebanyak 7 sampel yang mengalami hemokonsentrasi juga
nilai trombositnya menurun dibawah harga normal, peningkatan hematokrit juga
dipengaruhi oleh nilai trombosit yang menurun sebagai akibat adanya penggantian
cairan atau adanya perdarahan. Peningkatan hematokrit yang disertai dengan
penurunan trombosit menunjukkan bahwa telah terjadi hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit >20%) yang ditandai dengan kebocoran plasma
disebabkan pada penderita infeksi dengue terjadi perdarahan dibuktikan dengan
sample pemeriksaan darah responden dengan peningkatan hematokrit juga
trombositnya menurun dibawah harga normal yakni dibawah 100.000/µl, hal ini
menunjukkan bahwa penderita mengalami trombositopenia. Jika kadar trombosit
terus menurun dibawah harga normal maka mengindikasikan penderita dengan
infeksi dengue memasuki fase kritis, sesuai dengan kriteria WHO (2009) salah
satu klasifikasi pasien dengue berat yaitu adanya perdarahan berat.
hemoglobin dengan derajat DHF pada anak di RSUD Gambiran kota Kediri tahun
2016 dengan kekuatan korelasi sedang dan arah korelasi positif yang artinya
semakin tinggi nilai hemoglobin maka semakin tinggi/parah derajat kliniknya. 4.)
Terdapat hubungan antara nilai leukosit dengan derajat DHF pada anak di RSUD
Gambiran kota Kediri tahun 2016 dengan kekuatan korelasi kuat dan arah
hubungan negative atau tidak searah yang artinya semakin rendah nilai leukosit
maka semakin tinggi/parah derajat kliniknya.
UCAPAN TERIMAKASIH
Terima kasih disampaikan pada Rumah sakit Umum Daerah Gambiran kota
Kediri yang telah memberikan fasilitas didalam proses penelitian. Terimakasih
pada LP3M Universitas Kadiri yang telah memberikan dana untuk penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta:
Rineka cipta.
Aryati. (2001). Nilai Diagnostik Dengue Rapid Test untuk Diagnosis Demam
Berdarah Dengue. Bandung: Airlangga University Press.
Hassan, R., & Alatas, H. (2002). Ilmu Kesehatan Anak 2. Jakarta: Infomedika.
Nelson. (1999). ilmu kesehatan anak edisi 15 vol.2. jakarta: buku kedokteran
EGC.
Pusat Data dan Survei Epidemiologi Kementrian Kesehatan RI. (2010). Buletin
Jendela Epidemiologi .
Rena, N., Utama, S., & Pratiwi, T. (2009). Kelainan Hematologi pada Demam.
Jurnal Penyakit Dalam , 10:218-19.
Rena, Susila, U., & Parwati, T. (2009). kelainan hematologi pada demam berdarah
dengue. Jurnal penyakit dalam .
Satari, & Meiliasari. (2004). Demam berdarah: Perawatan di rumah dan rumah
sakit+menu. Jakarta: Puspa Swara.
Soedarmo, Garna, Hadinegoro, & Satari. (2010). Buku ajar infeksi dan pediatri
tropis (Edisi Kedua). Jakarta: Badan Penerbit IDAI.
Kata kunci: Cairan inisial, demam berdarah dengue, hematokrit, lama rawat inap, suhu badan,
trombosit
Keywords: Body temperature, dengue hemorrhagic fever, hematocrit, initial fluid, length of stay,
platelets
Korespondensi: Asnia Rahmawati, S.Farm., Apt, Program Studi Magister Farmasi, Universitas Ahmad
Dahlan, Yogyakarta, D.I. Yogyakarta 55164, Indonesia, email: asnia.rahmawati91@gmail.com
Naskah diterima: 11 September 2018, Diterima untuk diterbitkan: 17 April 2019, Diterbitkan: 28 Juni 2019
91
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 8, Nomor 2, Juni 2019
laboratorium yang lengkap (trombosit dan mulai diberikan cairan inisial/standar WHO
hematokrit) tiap 24 jam, dan wali pasien hingga dinyatakan sembuh dan dibolehkan
bersedia mengisi informed consent. Kriteria pulang oleh dokter penanggung jawab pasien.
eksklusi meliputi pasien rujukan dari rumah
sakit lain yang telah mendapatkan terapi Hasil
cairan awal DBD dan pasien yang mendapat
rujukan ke tingkat rumah sakit yang lebih Karakteristik pasien yang menerima terapi
tinggi. Penelitian ini telah mendapatkan cairan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
persetujuan kelaikan etik (ethical clearance) Diketahui bahwa perbandingan jenis kelamin
dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan RSUD pasien laki-laki dengan perempuan adalah
Dr. Moewardi dengan nomor 62/II/HREC/ 1:1. Pasien laki-laki mendominasi sebesar
2018, izin penelitian dari Direktur Utama 66,7% pada penggunaan terapi cairan inisial
RS PKU Muhammadiyah Bantul beserta izin sedangkan pasien perempuan mendominasi
wali pasien (informed consent). sebesar 66,7% pada penggunaan terapi cairan
Pengambilan data dilakukan pada pasien standar WHO (p=0,021). Sebesar 62,5% pasien
yang telah mendapatkan terapi cairan standar didominasi oleh kelompok usia 0–60 bulan,
WHO (6–7 mL/kgBB/jam) dan cairan inisial sedangkan sisanya didominasi oleh kelompok
(10 mL/kgBB/15 menit). Pengukuran suhu usia 72–132 bulan yakni sebesar 29,2% dan
badan dilakukan pada saat pasien masuk kelompok usia 144–216 bulan sebesar 8,3%
rumah sakit dan pengukuran suhu selanjutnya dengan mean±SD 64,38±45,547 bulan. Pada
dilakukan minimal setiap 8 jam/hari selama penelitian ini, terdapat perbedaan usia pada
menjalani perawatan, sedangkan pengukuran antarkelompok (p=0,005). Data karakteristik
hematokrit dan trombosit dilakukan pada pasien lainnya terdapat pada Tabel 1. Seluruh
saat pasien masuk rumah sakit dan variabel tidak menunjukkan perbedaan antar
pengukuran selanjutnya dilakukan setiap 24 kelompok (p>0,05). Tidak adanya perbedaan
jam selama menjalani perawatan. antarkelompok menunjukkan adanya kemiripan
Pengukuran lama rawat inap dihitung karakteristik pasien penelitian yang tinggi.
berdasarkan hari saat pasien
Tabel 1 Karakteristik Pasien Dengue Fever (DF)/Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)
Jumlah Total Standar WHO Cairan Inisial
Karakteristik Keterangan Nilai p
n (%) n (%) n (%)
Jenis kelamin Laki-laki 24 (50,0) 8 (33,3) 16 (66,7)
0,021a*
Perempuan 24 (50,0) 18 (66,7) 8 (33,3)
Usia (bulan) 0–60 30 (62,5) 12 (40) 18 (60,0)
72–132 14 (29,2) 8 (57,1) 6 (42,9) 0,005b*
144–216 4 (8,3) 4 (100,0) 0 (0,0)
Mean±SD (bulan) 64,38±45,547 82,50±48,934 46,25±34,045 -
Suhu awal Mean±SD (°C) - 37,57±1,15 37,04±0,65 0,054b
Penyakit penyerta Ada 20 (41,7) 9 (37,5) 11 (45,8)
0,558a
Tidak ada 28 (58,3) 15 (62,5) 13 (54,2)
Antipiretik Tidak ada 20 (41,7) 9 (37,5) 11 (45,8)
0,558a
Ada (IV) 28 (58,3) 15 (62,5) 13 (54,2)
Diagnosis penyakit DF 38 (79,2) 18 (75) 20 (83,3)
DHF 10 (20,8) 6 (25) 4 (16,7) 0,477a
Uji Chi-square, bUji unpaired t-test, *Significant p-value
a
93
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 8, Nomor 2, Juni 2019
Berdasarkan Tabel 2, hasil uji unpaired t- pada pasien penelitian ini rata-rata 37,7%.
test dan Mann-Whitney menunjukkan nilai Nilai hematokrit minimal yang menggunakan
p>0,05, yang artinya secara statistik tidak ada cairan standar WHO yaitu 28% dan hematokrit
perbedaan yang bermakna antara penggunaan maksimal 46,6%, sedangkan pada pasien yang
terapi cairan standar WHO dan cairan inisial mendapat terapi cairan inisial, nilai hematokrit
terhadap suhu badan. Menurut teori, pada minimal dan maksimal sebesar 31,9% dan
fase kritis, terutama hari ke–5 demam, suhu 41,8%.
badan akan mengalami penurunan sekitar Trombositopenia merupakan salah satu
≤37,5 °C.1 Pada penelitian ini, data kriteria penting yang digunakan sebagai
yang diambil yakni rata-rata suhu badan indikator potensial tingkat keparahan klinis
pasien di hari ke–5 demam, dan diketahui DBD. Trombositopenia merupakan kondisi
bahwa suhu pasien yang menggunakan yang menggambarkan penurunan trombosit.
cairan standar WHO berkisar 37,0 °C, Kadar trombosit sebesar <50.000/mm3 disebut
sedangkan yang menggunakan cairan trombositopenia berat, sedangkan 50.000–
inisial berkisar 36,8 °C. 100.000/mm3 disebut trombositopenia sedang.5
Berdasarkan Tabel 3, hasil uji unpaired t- Pada penderita DBD, jumlah trombosit sebesar
test menunjukkan nilai p>0,05, yang artinya ≤100.000/µL umumnya ditemukan pada
secara statistik tidak terdapat perbedaan hari
bermakna antara penggunaan terapi cairan ke–3 sampai ke–7.6
standar WHO dan cairan inisial terhadap Hasil dari uji unpaired t-test menunjukkan
hematokrit. Berdasarkan teori, fase kritis DBD, nilai p<0,05, artinya secara statistik terdapat
yaitu periode kebocoran plasma dimulai saat perbedaan yang bermakna antara penggunaan
transisi dari fase febris ke fase afebris yang terapi cairan standar WHO dan cairan inisial
ditandai dengan peningkatan hematokrit, terhadap peningkatan trombosit setiap
terjadi pada hari ke–3–6. Pengambilan data pengukuran 24 jam (Tabel 3). Hal tersebut
dilakukan pada fase kritis (terutama hari ke– didukung oleh perbedaan rata-rata trombosit
3–6 demam), dan diperoleh nilai hematokrit pada demam hari ke–5, sebesar 34,21x103/µL,
94
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 8, Nomor 2, Juni 2019
Tabel 3 Efektivitas Terapi Cairan terhadap Luaran Terapi Hematokrit dan Trombosit
Hematokrit Trombosit
Hari Demam Standar Cairan Standar Cairan
WHO Inisial Nilai p WHO Inisial Nilai p
(n=24) (n=24) (n=24) (n=24)
Demam hari ke–4
Mean±SD 37,7±4,8 37,0±3,0 0,560a 135,9±45,4 159,7±32,4 0,004a*
n (%) 24 (100,0) 24 (100,0) 24 (100,0) 24 (100,0)
Demam hari ke–5
Mean±SD 37,0±4,2 35,1±2,4 0,060a 114,8±45,6 149,0±37,9 0,007a*
n (%) 24 (100,0) 24 (100,0) 24 (100,0) 24 (100,0)
Demam hari ke–6
Mean±SD 37,0±4,3 35,0±2,6 0,055a 113,5± 45,4 154,4±32,4 0,009a*
n (%) 24 (100,0) 23 (95,8) 24 (100,0) 23 (95,8)
Demam hari ke–7
Mean±SD 36,1±4,9 37,5±3,4 0,403a 108,0±56,7 157,0±38,6 0,012a*
n (%) 17 (70,8) 13 (54,2) 17 (70,8) 13 (54,2)
Demam hari ke–8
Mean±SD 35,5±4,6 38,3±4,9 0,361a 98,3±60,4 183,3±37,5 0,039a*
n (%) 12 (50,0) 3 (12,5) 12 (50,0) 3 (12,5)
Uji unpaired t-test, *Significant p-value
a
yang dilakukan Setiawati (2011) di RSUP tinggi seperti ketika awal infeksi, sebab tubuh
Persahabatan dan RSUD Budhi Asih Jakarta telah membentuk antibodi spesifik sehingga
yang menyatakan bahwa usia yang rentan tubuh mampu mengatasi virus tersebut. Akan
terinfeksi DBD terbanyak adalah anak usia tetapi, jika fase kritis tidak dapat teratasi,
sekolah, yakni berjumlah 39 anak (65%).6 terjadi syok yang ditandai dengan penurunan
Menurut Syahribulan et al. (2012), untuk suhu badan di bawah normal sehingga tubuh
mendapatkan protein yang dibutuhkan dalam pasien akan terasa dingin apabila disentuh.
proses pematangan telur melalui darah yang Pada penelitian ini, rata-rata suhu tubuh
dihisap dari host, nyamuk betina Aedes akan pasien hari ke–4 dan ke–5 demam mengalami
aktif terbang pada saat anak-anak biasanya penurunan yang menandakan terjadinya fase
beraktivitas di luar rumah, yakni pagi hari kritis pada pasien DF/DHF, yakni berkisar
antara pukul 08.00–12.00 WIB dan sore hari 37,4 °C dan 37,2 °C pada pasien kelompok
pukul 15.00–17.00 WIB.9,10 pengguna cairan standar WHO, dan berkisar
Pada hasil penelitian ini, rata-rata keluarga 37,2 °C dan 36,8 °C pada pasien kelompok
pasien DF/DHF akan membawa anaknya ke cairan inisial. Menurut WHO (2011), pasien
rumah sakit setelah menjalani pengobatan yang dapat bertahan setelah 24 hingga 48 jam
sendiri atau ke dokter pribadi minimal pada masa kritis akan mengalami reabsorbsi cairan
hari ke–3 demam dan maksimal pada hari kompartemen ekstravaskuler secara bertahap
ke–5 demam. Hal ini didukung dengan hasil dalam 48 hingga 72 jam yang ditandai dengan
penelitian Nugraha dan Widijatmoko (2010) stabilnya status hemodinamik. Hal tersebut
bahwa pengambilan sampel darah paling didukung oleh hasil mean±SD suhu badan
banyak dilakukan pada hari ke–4 demam, saat memasuki fase pemulihan, yakni demam
yakni sebanyak 26,92%.11 Terapi pengobatan hari ke–6 sampai ke–8, menunjukkan bebas
pasien DBD pada dasarnya terdiri atas dua demam pada penggunaan terapi cairan inisial
jenis, yakni terapi suportif dan simptomatik. dan terapi cairan standar WHO, walaupun
Pengobatan dengan pemberian terapi cairan secara statistik tidak terdapat perbedaan yang
pengganti, contohnya cairan intravena, disebut signifikan (p>0,05).
sebagai terapi suportif, sedangkan pemberian Pada DBD, terjadinya infeksi virus dengue
terapi antipiretik, misal parasetamol, dikenal akan merangsang terjadinya respon tubuh
dengan terapi simptomatik.3 imun spesifik yang lalu membentuk ikatan
Demam yang terjadi pada kasus infeksi (kompleks) dengan virus. Ikatan ini akan
dengue dikenal dengan istilah pelana kuda. mengaktifkan komplemen seperti mediator
Ketika awal sakit, pasien mengalami demam C3a dan C5a yang memengaruhi sel endotel
tinggi akibat viremia selama 2 hari, kemudian vaskuler dan menimbulkan perembesan
akan terjadi penurunan suhu tubuh yang plasma.12 Terjadinya kebocoran plasma ke
biasanya terjadi pada demam hari ke–4 dan ruang ekstravaskular akan mengakibatkan
ke–5 yang disebut sebagai fase kritis. Fase terjadinya peningkatan nilai hematokrit. 4
ini disebabkan oleh replikasi virus sehingga Hemokonsentrasi akibat perembesan plasma
tubuh menjadi terhindar dari respon imun. dapat ditentukan berdasarkan peningkatan
Sitokin yang dihasilkan menjadi berkurang nilai hematokrit. Salah satu tanda/bukti awal
dan selanjutnya akan bertambah kembali jika peningkatan hematokrit yakni nilai berada
proses replikasi tersebut telah selesai. Pada sebesar 10–15% di atas baseline.4 Menurut
hari ke–6 demam, virus dengue akan siap WHO (2011), jika pasien selamat pada 24–48
dikeluarkan melalui proses lisis sel dan suhu jam di fase kritisnya, akan terjadi reabsorbsi
tubuh akan meningkat kembali, namun tidak cairan ekstravaskular selama 48–72 jam.
96
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 8, Nomor 2, Juni 2019
97
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 8, Nomor 2, Juni 2019
risiko penularan. Aspirator. 2010;2(2): 9. Syahribulan, Biu FM, Hassan MS. Waktu
110–9. aktivitas menghisap darah nyamuk Aedes
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. aegypti dan Aedes albopictus di Desa
Situasi DBD di Indonesia [diunduh Pa’lanassang Kelurahan Barombong
November 2017]. Tersedia dari: http:// Makassar Sulawesi Selatan. J Ekologi
www.depkes.go.id/resources/download/ Kesehatan. 2012;11(4):306–14.
pusdatin /info datin/infodatindbd2016 10. Pranata IWA, I Gusti AA. Gambaran pola
3. Chen K, Pohan HT, Sinto R. Diagnosis penatalaksanaan demam berdarah
dan terapi cairan pada demam berdarah dengue (DBD) pada anak di instalasi
dengue. Medicinus. 2009;22(1):3–7. rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah
4. World Health Organization. Comprehensive Kabupaten Buleleng tahun 2013. E-
guidelines for prevention and control of Jurnal Medika. 2017;6(5):21–7.
dengue and dengue haemorrhagic fever. 11. Nugraha J, Widijatmoko TE. Peran
India: WHO Press; 2011. antigen Ns1 dengue terhadap penghitungan
5. Cahyani M, Tjeng WS, Khotimat S. trombosit dan penampakan (manifestasi)
Hubungan antara peningkatan nilai klinis penjangkitan/penularan (infeksi)
hematokrit, derajat trombositopenia, dan virus dengue. Indones J Clin Pathol Med
status gizi lebih dengan kejadian syok Laboratory. 2010;16(3):110–7. doi: 10.242
pada pasien demam berdarah dengue 93/ijcpml.v16i3.1038
anak di RSUD Abdul Wai-Iab Sjahranie 12. Sudjana P. Diagnosis dini penderita
Samarinda. J Kedokt Mulawarman. 2018; demam berdarah dengue dewasa. Buletin
4(1):21–8. Jendela Epidemiologi. 2010;2:21–5.
6. Setiawati S. Analisis faktor-faktor risiko 13. Sari RC, Kahar H, Puspitasari D. Pola
terjadinya dengue syok sindrom (DSS) jumlah trombosit pasien infeksi virus
pada anak dengan demam berdarah dengue yang dirawat di SMF Ilmu
dengue (DBD) di RSUP Persahabatan Kesehatan Anak RSUD Dr. Soetomo
dan RSUD Budhi Asih (tesis). Jakarta: Surabaya. Sari Pediatri. 2017;19(1):1–6.
Universitas Indonesia; 2011. doi: 10.14238/sp19.1.2017.1-6
7. Zumaroh. Evaluasi pelaksanaan 14. Divy NPA, Sudarmaja IM, Swastika IK.
surveilans kasus demam berdarah dengue Karakteristik penderita demam berdarah
di Puskesmas Putat Jaya berdasarkan dengue (DBD) di RSUP Sanglah Bulan
atribut surveilans. Epidemilogi. Juli-Desember tahun 2014. E-Jurnal
2015;3(1):82–94. Medika. 2018;7(7):1–7.
8. Kulkarni MJ, Sarathi V, Bhalla V, Shivpuri 15. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar
D, Acharya U. Clinico-epidemiological metodologi penelitian klinis, edisi ke-5.
profile of children hospitalized with Jakarta: Sagung Seto; 2014.
dengue. Indian J Pediatr. 2010;7:1103–7.
doi: 10.1007/s12098-010-0202-2.
© 2019 Rahmawati et al. The full terms of this license incorporate the Creative Common Attribution-Non Commercial License (https://
creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/). By accessing the work you hereby accept the terms. Non-commercial use of the work are
permitted without any further permission, provided the work is properly attributed.
98
International Journal of Contemporary Pediatrics
Choudhury J et al. Int J Contemp Pediatr. 2016 May;3(2):442-444
http://www.ijpediatrics.com pISSN 2349-3283 | eISSN 2349-3291
DOI: http://dx.doi.org/10.18203/2349-3291.ijcp20161025
Research Article
1
Department of Pediatrics, IMS & SUM Hospital, BBSR, Bhubaneswar Orissa, India
2
Department of Anaesthesiology and Critical Care, SCB Medical College, Hospital, Cuttack, Orissa, India
*Correspondence:
Dr. Jasashree Choudhury,
E-mail: drjasashree@gmail.com
Copyright: © the author(s), publisher and licensee Medip Academy. This is an open-access article distributed under
the terms of the Creative Commons Attribution Non-Commercial License, which permits unrestricted non-commercial
use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited.
ABSTRACT
Background: Dengue infection, an arthropod-borne viral hemorrhagic fever, continues to be a major challenge to
public health, especially in South-East Asia. We have done an observational study of dengue and dengue hemorrhagic
fever in which we have studied the clinical pattern of dengue presentation.
Methods: This study was conducted in the CICU and PICU of SCB medical college, Cuttack, Odisha, India. 100
patients, serologically dengue positive were included in this study. Hematological and other clinical parameters were
evaluated. Statistical analysis was done after estimating p-value.
Results: Fever, vomiting, abdominal pain, hepatomegaly, bleeding diathesis and hypotension were common clinical
symptoms. Serological tests, hematocrit, platelet counts, liver enzymes and abdominal ultrasonography and fluid
therapy were useful in management of all cases.
Conclusions: Patients presented with variable symptoms both in dengue fever and dengue hemorrhagic fever in
pediatric age group.
INTRODUCTION METHODS
Dengue infection, an arthropod-borne viral hemorrhagic This study was conducted in the CICU and PICU of SCB
fever, continues to be a major challenge to public health, medical college, Cuttack, Odisha, India. Patients with
especially in South-East Asia.1 It has a wide geographical serologically confirmed dengue from 1 yr age to 16 years
distribution and can present with a diverse clinical were included in this study. The period of study was from
spectrum.2 It has been estimated that at least 2.5 billion June 2014 to May 2015. 100 patients were included in
people worldwide live in areas where there is a significant this study. Patients were enrolled after obtaining written
risk of infection from the dengue virus.3 Estimates suggest consent from parents. Patients with enteric fever,
that annually over 50 million cases of dengue Rickettsial fever, malaria, leptospirosis, septicemia and
hemorrhagic fever (DHF) occur in Asian countries with a viral hemorrhagic fever other than dengue were excluded
case fatality rate of less than 5%3. Of those with DHF, at from this study. Detailed clinical examination was done.
least 90% are children younger than 15 years old.3 We Laboratory parameters like serial hemoglobin estimation,
have done an observational study of dengue and dengue serial hematocrit, platelet counts, liver function tests,
hemorrhagic fever in which we have studied the clinical abdominal sonography, chest, X-ray, serology tests for
pattern of dengue presentation. dengue: NS1 Antigen, IgG and IgM antibody were done.
International Journal of Contemporary Pediatrics | April-June 2016 | Vol 3 | Issue 2 Page 442
Choudhury J et al. Int J Contemp Pediatr. 2016 May;3(2):442-444
According to WHO 2012 classification, they were Sonographic evidence of hepatomegaly was seen in 90%
classified as dengue, dengue fever with warning signs and of cases. Plasma leakage in the form of ascites and pleural
severe dengue.4 effusion was found in 25% of cases. For evidence of
dengue, NS1 antigen was the most common evidence,
Symptomatic treatment was done for fever. Fluid 94% has NS1 positive, 24 cases were positive for IgG. 28
management was done according to WHO 2012 fluid cases were positive for IgM (Table 3).
management guidelines. During the treatment period
monitoring charts for vital parameters were used. Isotonic Table 3: Investigations in dengue.
saline was used for initial management. Intravenous
fluids were discontinued after patient became Investigations Number of cases Percentage
hemodynamically stable. Analysis was done using Hemoconcentration 100 100
Microsoft Excel and P values <0.05 were considered Thrombocytopenia 94 94
significant. AST/ALT elevation 97 97
Sonographic
RESULTS evidence of 90 90
hepatomegaly
100 children were included in this study. There was a Sonographic 25 25
seasonal incidence from September to November, which evidence of free fluid
was the post monsoon period. Average number of days NS1 Antigen 88 88
for admission was 8-10 days. The most prevalent IgG 24 24
symptoms of dengue were fever, vomiting, rash, IgM 28 28
abdominal pain and bleeding diathesis. History of fever
was elicited in 100% of cases (p value 0.000). The next According to revised classification of WHO in 2012,
common symptom was abdominal pain and vomiting. Dengue without warning signs constituted to 5% of cases.
Table 1 here illustrates the symptomatology. Dengue with warning signs constituted 35% of cases.
Sever Dengue constituted 60% of cases. All the patients
Table 1: Symptoms of dengue. were administered parenteral fluids along with supportive
management. Monitoring charts were maintained. The
Symptoms Numbers of cases Percentage parenteral fluids used in our study were (0.9%) normal
Fever 100 100 saline.100% of cases were treated with 0.9% NS. The
Abdominal pain 90 90 mortality was 10%. Those patients had presented with
Vomiting 74 74 multi organ dysfunction with renal failure, pulmonary
Bleeding diathesis 27 27 edema and encephalopathy.
Rash 25 25
DISCUSSION
45% had fever at admission. Hypotension with low pulse
volumes were found in 65% of patients. 90% of patients Dengue has a wide clinical spectrum that includes both
had hepatomegaly. Poor tissue perfusion was found in severe and non-severe manifestations. After incubation
19% of cases as indicated by prolonged capillary refill period, the illness begins abruptly and is followed by
time (CRT). Bleeding diathesis in form of petechiae, three phases febrile, critical and recovery.4The
epistaxis, positive tourniquet, hematemesis was found in characteristics studied were age, sex and seasonal
55% of cases. Third space losses (pleural effusion and incidence, number of days of admission, clinical
ascites) was found in 25% of cases (Table 2). symptoms, clinical signs and investigations. In our study
the youngest child was 1year old and the oldest was 16
Table 2: Clinical signs of dengue. years old. There was a distinct higher incidence in older
age group above 10 years accounting for 60% of the total
Signs Number of cases Percentage cases. There was a male preponderance in our study. The
Fever at admission 45 45 male to female ratio was 2:1. This was statistically
Hypotension with significant (p value 0.004). 95% of cases needed
65 65
Low pulse volume admission in pediatric/central intensive care unit. A
CRT >3 19 19 seasonal pattern was observed, 18% of cases were in June
Bleeding diathesis 55 55 to August, 60% of cases were from September to
Hepatomegaly 90 90 November, 10% of cases were from December to
Free fluid (ascites, February and 10% of cases were from March to May.
25 25 Highest incidence occurred during the monsoon and post
pleural effusion)
monsoon season. Wongkoon S, et al have also described
seasonal pattern of dengue which corresponded with the
There was no statistically significant difference in any of
rainy season due to abundance of mosquito breeding in
the investigations (p value 0.245). Hemoconcentration
the season.5
was evident by increased hematocrit, was seen in 100%
of patients. Thrombocytopenia was seen in 94% of cases.
International Journal of Contemporary Pediatrics | April-May 2016 | Vol 3 | Issue 2 Page 443
Choudhury J et al. Int J Contemp Pediatr. 2016 May;3(2):442-444
International Journal of Contemporary Pediatrics | April-May 2016 | Vol 3 | Issue 2 Page 444