Anda di halaman 1dari 18

JAMSOSTEK DAN K3 SERTA PELAKSANAAN

UU KETENAGAKERJAAN PASCA PUTUSAN


MK

Inisiasi Tuton ke 4
Hukum Ketenagakerjaan
Program Studi Ilmu Hukum
Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Penulis : Ikhwan Aulia Fatahillah, SH., MH.


E-mail : ikhwanaf@gmail.com
Penelaah : Tiesna
E-mail : tiesna@ecampus.ut.ac.id
Program Jamsostek pada prinsipnya memberikan
perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan minimal
bagi tenaga kerja dan keluarganya, dengan memberikan
kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan
keluarga sebagai pengganti sebagian atau seluruhnya
penghasilan yang hilang, akibat risiko sosial.
Pengertian dan Layanan Jamsostek
1. Pengertian Jamsostek
Ketentuan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang
Jaminan Sosial Tenaga Kerja menyebutkan bahwa apa yang dimaksud
Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga
kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai penggantian
sebagian dan penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan
sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja
berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan
meninggal dunia.
2. Lingkup Layanan Jamsostek

Sebagaimana diatur dalam pasal 6 Undang-Undang Nomor 3


tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, ruang lingkup
jamsostek meliputi empat program, yaitu :
a. Program Jaminan Kecelakaan Kerja
b. Program Jaminan Kematian
c. Program Jaminan Hari Tua
d. Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
3. Premi Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Besaran pembayaran premi (iuran) jamsostek
dihitung sesuai dengan presentase gaji individu
karyawan dan kekurangannya menjadi tanggung
jawab pengusaha (pemberi kerja). Hal tersebut telah
diatur sesuai dengan pasal 9 Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia nomor 14 tahun 1992 tentang
Penyelenggaran Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
Program dan Prosedur Pendaftaran Jamsostek

1. Jaminan Jamsostek Pekerja Harian


Lepas/Borongan
Tenaga kerja harian lepas, borongan dan yang bekerja
berdasarkan perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT)
memiliki kekhasan tersendiri terutama dalam penerimaan
upah yang sifatnya tidak teratur, tidak seperti pada
karyawan tetap.
2. Jamsostek untuk Jasa Konstruksi.
Tenaga kerja pada sektor jasa konstruksi mempunyai
karakteristik yang unik yaitu sering berpindah-pindah
tempat kerja bergantung pada proyek yang sedang
dikerjakan. Apabila proyek telah selesai dan ada proyek
baru di tempat lain, maka tenaga kerja ikut berpindah
untuk mengerjakan prooyek yang baru tersebut
3. Prosedur Pendaftaran Program Jamsostek

Pengusaha yang diwajibkan mengikutsertakan


tenaga kerjanya dalam program Jamsostek
wajib mendaftarkan perusahaan dan tenaga
kerjanya sebagai peserta program Jamsostek.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
1. Sejarah K3
Sejarah lahirnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
sebenarnya muncul bersamaan dengan revolusi industri di
Eropa, terutama Inggris, Jerman dan Prancis serta revolusi
industri di Amerika Serikat. Era ini ditandai adanya
pergeseran besar-besaran dalam penggunaan mesin-mesin
produksi menggantikan tenaga kerja manusia
2. Aspek Hukum K3

Secara definitif Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


pada era sekarang ini dipahami sebagai instrumen
yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan
hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat
kecelakaan kerja.
3. Kesehatan & Keselamatan Kerja

Dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-hari karyawan/pekerja di


sektor kesehatan tidak terkecuali di Rumah Sakit maupun
perkantoran, akan terpajan dengan resiko bahaya di tempat
kerjanya.

Resiko ini bervariasi mulai dari yang paling ringan sampai yang
paling berat tergantung jenis pekerjaannya.
4. Pengendalian K3 & Pengusaha

Tingkat kesadaran para pengusaha di Indonesia soal


pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di
perusahaan  terus meningkat.

Hal ini tercermin dari meningkatnya jumlah perusahaan yang


menerima penghargaan zero accident (kecelakaan kerja nihil)
dan Sistem Manajemen K3 (SMK3) 2013 yang diberikan oleh
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 
Putusan MK Tentang Mogok Kerja

1. Mogok Kerja
Hubungan antara pekerja dan pengusaha dalam melaksanakan
hak dan kewajibannya, masing-masing telah diatur melalui
sarana-sarana hubungan industrial dengan cara komunikasi
dan konsultasi yaang efektif. Namun ada kalanya pihak
pekerja/buruh tidak merasa terwakili kepentingannya
melalui sarana tersebut, sehingga sering kali harus
melakukan tindakan mogok kerja
Penyebab terjadinya mogok kerja yang dilakukan pihak
pekerja antara lain disebabkan:

Pertama, tingkat upah buruh yang rata-rata masih rendah


serta syarat-syarat kerja yang dirasakan oleh kaum buruh
kurang memadai, telah memicu terjadinya pemogokan-
pemogokan. Sebagian besar dari pemogokan-pemogokan
yang terjadi dilatar belakangi tuntutan kenaikan upah.
Kedua, tuntutan buruh terhadap pengusaha agar melaksanakan
ketentuan-ketentuan hukum perburuhan. Tuntutan semacam ini
sering disebut tuntutan kaum buruh yang bersifat normatif.

Ketiga, pemogokan-pemogokan yang disebabkan adanya


tuntutan hak-hak dasar (fundamental rights) kaum buruh.
Misalnya pemogokan-pemogokan yang berlatar belakang atau
bertujuan untuk mendirikan serikat buruh di perusahaan tempat
mereka bekerja.
Keempat, mogok oleh para pekerja dianggap sebagai pilihan
yang efektif atau ampuh. Karena dari kasus-kasus pemogokan
yang terjadi di berbagai wilayah, para pengusaha baru
mengabulkan tuntutan buruh-buruhnya setelah mereka
mengadakan pemogokan.
2. Putusan Mahkamah Konstitusi

Ketentuan mogok kerja yang diatur dalam Pasal 137–144


Undang-undang Ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003 bahwa
mogok kerja sebagai hak dasar pekerja/buruh dan serikat
pekerja/serikat buruh dilakukan secara sah, tertib, dan damai
sebagai akibat gagalnya perundingan, menurut penggugat
ketentuan tersebut melanggar standar perburuhan
international karena membatasi alasan mogok kerja yakni
hanya boleh dilakukan akibat “gagalnya perundingan”.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai