Anda di halaman 1dari 19

WILAYA Kelompok 3

H
KELOMPOK 3

 FELLYTA ZAHRAH ANGGARINI – 08211940000095

 BAHTIAR RAHMAAN IMADUDDIN –


08211940000094
 MUHAMAD IQBAL NURHIDAYAT –
08211940000101
 GABRIELLA S N ERARI – 08211940007002
DEFINISI
Wilayah adalah batasan geografis (delineasi yang dibatasi oleh
koordinat geografis) yang mempunyai pengertian/maksud tertentu
atau sesuai dengan fungsi pengamatan tertentu (Supriyadi et al.,
2012).

Menurut Undang-Undang No. 26 Tahun


2007 tentang Penataan Ruang, wilayah
didefinisikan sebagai ruang yang
merupakan kesatuan geografis beserta
segenap unsur terkait dengan batas dan
sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
administratif dan/atau aspek fungsional.
Wilayah  Unit geografis dengan batas-batas tertentu dimana komponen
wilayah (sub wilayah) saling berinteraksi. Komponen wilayah diantara
lain, biofisik alam, sumber daya buatan, manusia, dan bentuk-bentuk
kelembagaan.
PERENCANAAN WILAYAH
 Penetapan langkah-
langkah yang digunakan
untuk wilayah tertentu
sesuai dengan tujuan
yang ditetapkan,
menetapkan tujuan,
meramalkan suatu yang
akan terjadi,
memperkirakan masalah
yang akan muncul, serta
menetapkan lokasi
tempat kegiatan yang
akan dilaksanakan.
ASPEK
KEWILAYAHAN
ASPEK
KEWILAYAHAN
Aspek wilayah dapat dibagi
menjadi 4, yaitu:

o Wilayah Homogen
o Wilayah Nodal
o Wilayah Fungsional
o Wilayah Administratif
WILAYAH HOMOGEN
(HOMOGENEOUS REGION )
• Didasarkan pada pendapat bahwa wilayah-wilayah geografik dapat dikaitkan
bersama-sama menjadi satu wilayah tunggal apabila wilayah-wilayah tersebut
mempunyai ciri-ciri yang seragam.
• Ciri-ciri ini dapat bersifat ekonomi (misalnya, struktur produksinya serupa),
bersifat geografik (misalnya, topografi atau iklimnya serupa), bahkan dapat
juga bersifat sosial atau politik (misalnya, suatu kepribadian regional atau suatu
kesetiaan yang bersifat tradisionil kepada partai).
• Wilayah homogen dibatasi berdasarkan keserupaannya secara internal (internal
uniformity).
• Sifat-sifat dan ciri-ciri kehomogenan:
 Kondisi ekonomi: wilayah maju, wilayah tertinggal, wilayah miskin
 Kondisi geografi: wilayah pegunungan, wilayah kepulauan, wilayah
tandus, wilayah pesisir
 Kondisi sosial-budaya: wilayah tapal kuda, wilayah mataraman
KONSEP WILAYAH
HOMOGEN

Financial District (FiDi), New York.


Commercial Business District Sudirman, Jakarta.
WILAYAH NODAL
(POLARIZED REGION )
• Wilayah yang secara fungsional mempunyai ketergantungan antara
pusat (central, metropolis) dan daerah periferi (hinterland).
• Tingkat ketergantungan ini dapat dilihat dari arus penduduk, faktor
produksi, barang dan jasa, ataupun komunikasi dan transportasi.
• Batas wilayah nodal ditentukan sejauh mana pengaruh dari suatu
pusat kegiatan ekonomi bila digantikan oleh pengaruh dari pusat
kegiatan ekonomi lainnya.
• Wilayah Nodal terdiri dari bagian-bagian dengan fungsi yang
berbeda-beda, walaupun secara fungsional mereka berkaitan satu
sama lain.
• Contoh wilayah nodal adalah Kawasan Strategis Nasional
JaBoDeTaBekPunJur, yang teridiri dari kota Jakarta sebagai pusat
(intinya), dengan daerah-daerah Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi,
Puncak, dan Cianjur sebagai wilayah hinterland atau pinggirannya,
yang satu sama lain saling melengkapi secara fungsional.
KONSEP WILAYAH NODAL
WILAYAH FUNGSIONAL
• Wilayah yang dibentuk dengan memperhatikan koherensi atau
kesatuan keputusan-keputusan yang bersifat ekonomis atau ekologis
• Wilayah yang cukup besar yang memungkinkan terjadinya
perubahan penting dalam pengelolaan pembangunan
• Suatu contoh wilayah fungsional antara lain:
 BARELANG (Batam, Rempang, Galang) : penekanan pada
aspek fisik dan ekonomi;
 DAS Brantas, DAS Bengawan Solo, etc. : penekanan pada
aspek fisik dan ekologis.
BARELANG SEBAGAI
WILAYAH FUNGSIONAL
WILAYAH
ADMINISTRATIF
• Wilayah yang batas-batasnya ditentukan berdasarkan kepentingan
administrasi pemerintahan atau politik, seperti propinsi, kabupaten,
kecamatan, desa/kelurahan, dan RT/RW.
• Dalam praktek pembangunan wilayah, maka pengertian wilayah
administrasi merupakan pengertian yang paling banyak digunakan.
• Hal ini disebabkan oleh faktor:
 Pelaksanaan kebijakan dan rencana pembangunan wilayah
diperlukan tindakan-tindakan dari berbagai badan pemerintah.
 Batas wilayah ditentukan berdasarkan atas satuan administrasi
pemerintahan lebih mudah dianalisis.
• Pembangunan tidak selamanya berlangsung dalam satu satuan wilayah
administrasi, seperti pengelolaan DAS, pengelolaan pesisir, pengelolaan
lingkungan, yang lebih didasarkan pada batas ekologis dan lintas batas
wilayah administrasi.
KONSEP WILAYAH
ADMINISTRATIF

Batasan wilayah Provinsi


DI Yogyakarta
sebagaimana diatur dalam
UU No. 3 Tahun 1950
tentang Pembentukan
Daerah Istimewa
Yogyakarta.
PENDEKATAN ANALISIS
DALAM PERENCANAAN
PENGEMBANGAN WILAYAH
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN
WILAYAH
Pengembangan wilayah merupakan
upaya mendorong perkembangan wilayah
melalui pendekatan komprehensif
mencakup aspek fisik, ekonomi dan
sosial (Misra R.P, Regional Development,
tahun 1982).
Pendekatan pengembangan wilayah yang
diterapkan terus berevolusi dari
pendekatan yang bertumpu pada
pendekatan ekonomi wilayah kemudian
berkembang dengan mengintegrasikan
pendekatan fisik dan infrastruktur,
sosial/human capital, kelembagaan,
manajemen dan lingkungan.
PRODUK
Produk Perencanaan dibagi menjadi dua, yang pertama adalah produk utama
(diperintahkan menurut undang-undang ) dan produk pelengkap (tidak diperintahkan
melalui undang – undang):
Produk utama :
–  RPJP (Rencana Pembangunan Jangka Panjang), RPJM (Rencana Pembangunan Jangka
Menengah), RKPD (Rencana Kerja Perangkat Daerah), RENSTRA (Rencana Strategis),
SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah).
–  RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah), Rencana Rinci Tata Ruang, Rencana Kawasan
Strategis, dll.
Produk pelengkap :
–   MASTER PLAN KAWASAN, MASTER PLAN KEGIATAN PEMBANGUNAN, dll.
–   RENCANA KHUSUS SEKTORAL : SISTRANAS , TATRAWIL, RIPPDA.
ISU
• Transportasi
Terjadi hubungan yang erat antara pembangunan
wilayah dengan transportasi. Untuk menjembatani
pembangunan wilayah dibutuhkan transportasi yang
berkapasitas efektif dan efisien.
Transportasi ini akan membantu dalam melakukan
distribusi barang dan jasa yang dapat mendorong
meningkatnya pengembangan wilayah.
Infrastruktur transportasi dalam kenyataanya
mengalami hambatan seperti kemacetan dan
kerusakan prasarana. Ketika transportasi yang ada
dalam kondisi baik maka pembangunan wilayah yang
akan dilakukanpun semakin mudah. Pendistribusian
jasa dan barang akan lebih optimal, ketika sarana
transportasi yang ada mendukung begitu pula
sebaliknya.

Anda mungkin juga menyukai