Anda di halaman 1dari 56

Skenario 5 Blok 7

Tujuan Pembelajaran
1. Definsi dan Epidemiologi Pneumotoraks
2. Etiologi dan Patofisiologi Pneumotoraks
3. Komplikasi Pneumotoraks
4. Pemeriksaan fisik dan penunjang Pneumotoraks
5. Manifestasi Klinik Pneumotoraks
6. Tatalaksana Pneumotoraks ( terapi dan edukasi )
DEFINISI DAN EPIDEMIOLOGI
PNEUMOTHORAKS
DEFINISI
Pneumothoraks adalah keadaan ketika ditemukannya
udara di dalam rongga pleura.
Djojodibroto, R.D, 2009

Pneumotoraks adalah suatu kondisi adanya udara yang


terperangkap di rongga pleura akibat robeknya pleura
visceral, dapat terjadi spontan atau karena trauma, yang
mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan negatif
intrapleura
sehingga mengganggu proses pengembangan paru.
American College of Surgeons Commite on Trauma, 2005,
Willimas, 2013. Dikutip dari: repository.usu.ac.id
Pneumothorax adalah adanya udara dalam
rongga pleura. Pneumothorax dapat terjadi
secara spontan atau karena trauma.
British Thoracic Society, 2003 Dikutip dari: eprints.ums.ac.id

Pneumotoraks adalah kumpulan udara


abnormal di ruang pleura dan diklasifikasikan
sebagai spontan (primer atau sekunder) atau
traumatis.
Journal of the American Academy of Physician Assistants, 2013
EPIDEMIOLOGI
• Insidensinya /100.000 = 18-28 laki-laki dan 1,2-6
wanita
• Data di Inggris:
Morbiditas per tahun : 16,7 pria/100.000 dan 5,8/100.000
untuk wanita
Mortalitas per tahun: 1,26/juta (1991) dan 0,62/juta
(1995)
• Laki-laki > perempuan
• Orang yang tinggi dan kurus  PSP
• Perokok
Risiko perokok 12% terkena pneumotoraks pada
pria merokok dibandingkan dengan 0,1% pada
non-perokok.
80-86% pasien muda terus merokok setelah
episode pertama PSP. Risiko kekambuhan PSP
setinggi 54% dalam 4 tahun pertama

Journal Of The American Academy Of Physician


Assistants, 2013
MacDuff, Arnold, and Harvey, 2010
Etiologi dan Patofisiologi
Pneumotoraks
ETIOLOGI PNEUMOTHORAX

• Pneumotoraks terjadi disebabkan adanya


kebocoran dibagian paru yang berisi udara
melalui robekan atau pecahnya pleura.

Alsagaff, Hood. Mukty, H. Abdul. Dasar - Dasar Ilmu


Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga University Press;
2009. p. 162-179.
Berdasarkan penyebab
Pneumothorax diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Pneumotorak spontan adalah setiap pneumotorak yang
terjadi tiba-tiba tanpa adanya suatu penyebab.
Dibagi 2 jenis yaitu :

a. Pneumotorak spontan primer adalah suatu


pneumotorak yang terjadi tanpa adanya riwayat penyakit
paru yang mendasari sebelumnya, umumnya pada individu
sehat, dewasa muda, tidak berhubungan dengan aktivitas
fisik yang berat tetapi justru terjadi pada saat istirahat dan
sampai sekarang belum diketahui penyebabnya.
b.  Pneumotorak spontan sekunder adalah
suatu pneumotorak yang terjadi karena penyakit
paru yang mendasarinya (tuberkolosis paru,
PPOK, asma bronkiale, pneumonia, dan tumor
paru.
2. Pneumotorak traumatic adalah adalah pneumotorak
yang terjadi akibat suatu penetrasi ke dalam rongga pleura
karena luka tusuk atau luka tembak atau tusukan
jarum/kanul.
Pneumotorak traumatic juga terbagi 2 jenis yaitu :
a. Pneumotorak traumatic bukan iatrogenic adalah
pneumotorak yang terjadi karena jejas kecelakaan
misalnya jejas dinding pada dada terbuka/tertutup.

b. Pneumotorak traumatic iatrogenic adalah


pneumotorak yang terjadi akibat tindakan oleh tenaga
medis.
KLASIFIKASI TRAUMATIC IATROGENIC

– Pneumotorak traumatic iatrogenic aksidental,


adalah pneumotorak yang terjadi akibat tindakan
medis karena kesalahan/komplikasi tindakan tersebut.
– Pneumotorak traumatic iatrogenic artificial
(deliberate) adalah pneumotorak yang sengaja
dikerjakan dengan cara mengisi udara kedalam rongga
pleura melalui jarum dengan suatu alat Maxwell Box.
Biasanya untuk terapi tuberkolosis, atau untuk menilai
permukaan paru.
Berdasarkan fistula/fistel
Pneumothorax diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Pneumotoraks Tertutup (Simple Pneumothorax)
Pada tipe ini, pleura dalam keadaan tertutup (tidak
ada jejas terbuka pada dinding dada), sehingga tidak
ada hubungan dengan dunia luar.

2. Pneumotoraks Terbuka (Open Pneumothorax)


terdapat hubungan antara rongga pleura dengan
bronkus yang merupakan bagian dari dunia
luar (terdapat luka terbuka pada dada).
Patofisiologi Pneumotoraks
KOMPLIKASI PADA
PNEUMOTORKS
Tension Pneumothorax
• Pneumotoraks yang disertai peningkatan
tekanan intra toraks yang semakin lama
semakin bertambah atau progresif.
• Mekanisme ventil atau udara dapat masuk
dengan mudah, tetapi tidak dapat keluar.
Open Pneumothorax
• Terjadi karena luka terbuka yang cukup besar
pada toraks sehingga udara dapat keluar dan
masuk rongga intra toraks dengan mudah.
• Tekanan intra toraks sama dengan tekanan
udara luar. Dikenal juga sebagai sucking-
wound.
Hematothorax
• Terakumulasinya darah pada rongga toraks
akibat trauma tumpul atau tembus pada
toraks.
• Sumber perdarahan umumnya berasal dari A.
interkostalis atau A. mamaria interna.
Pio-pneumothorax
• Pneumothorax disertai infeksi membentuk gas
atau robekan septik jaringan paru atau
esofagus ke arah rongga pleura.
• Jenis kuman yang sering terdapat adalah :
Stafilokokus aureus, Pseudomonas sp.,
Klebsiella sp., M. tuberkulosis
Pemeriksaan fisik dan penunjang
Pneumotoraks
Pemeriksaan fisik Pneumotoraks
Inspeksi
Dapat terjadi pencembungan pada sisi yang
sakit (hiperekspansi dinding dada )
Pada waktu respirasi bagian yang sakit
gerakannya tertinggal
Trakea dan jantung terdorong ke sisi yang
sehat
Palpasi
Pada sisi yang sakit ruang antara costa dapat
normal atau melebar
Iktus jantung terdorong ke sisi toraks yang
sehat
Fremitus suara melemah atau menghilang
pada sisi yang sakit
Perkusi
Suara perkusi pada sisi yang sakit hipersonor
sampai timpani dan tidak menggetar
Batas jantung terdorong ke arah toraks yang
sehat,apabila tekanan intrapleura tinggi
Auskultasi
Pada bagian yang sakit, suara nafas melemah
sampai menghilang
Suara nafas terdengar amforik bila ada fistel
bronkopleura yang cukup besar pada
pneumotoraks terbuka
Suara vokal melemah dan tidak menggetar
serta bronkofoni negatif
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PNEUMOTHORAX
Pemeriksaan Penunjang

Foto
CT-Scan
thoraks

Torakoskopi AGD
Foto thoraks

Pneumotoraks, tampak bayangan hiperlusen avaskular pada


lapang paru dextra. Tampak paru dextra kolaps
Tampak hiperlusen avaskular pada lapang paru dextra.
Tampak paru dextra kolaps , Tampak deviasi trakea ke kiri
CT - scan

Pemeriksaan ini lebih spesifik untuk membedakan antara


emfisema bullosa dengan pneumotoraks
Torakoskopi

Torakoskopi merupakan tindakan invasive, tetapi memiliki


sensitivitas yang lebih besar dibandingkan CT-scan.
AGD
Analisa gas darah arteri memberikan gambaran hipoksemia
Pada pasien dengan gagal napas yang berat secara signifikan
meningkatkan mortalitas sebesar 10%.

• AGD dilakukan untuk mengevaluasi status O2, dan CO2


dalam darah arteri
• AGD dilakukan mengidentifikasi adanya gangguan
keseimbangan O2 &CO2, gangguan asam & basa dan
penyebab terjadinya gangguan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
• Sudoyo, Aru W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam jilid II Ed. IV. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
• Hood Alsagaff, M. Jusuf Wibisono, Winariani.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. LAB/SMF Ilmu
Penyakit Paru dan Saluran Nafas FK UNAIR-
RSUD Dr. Soetomo. 2004.
Manifestasi Klinik Pneumotoraks
• Gejalanya sangat bervariasi, tergantung
kepada jumlah udara yang masuk ke dalam
rongga pleura dan luasnya paru-paru yang
mengalami kolaps (mengempis)
• Gejalanya bisa berupa
– Nyeri dada
– Sesak nafas
– Dada terasa sempit
– Mudah lelah
– Batuk iritatif
– Denyut jantung yang cepat
– Warna kulit menjadi kebiruan
Tatalaksana Pneumotoraks
( terapi dan edukasi )
TATALAKSANA TERAPI
TATALAKSANA
 Tindakan pengobatan pneumotoraks
tergantung dari luasnya pneumotoraks
 Prinsip tatalaksana pneumotoraks adalah
- Mengeluarkan udara dari rongga pleura
- Mengembangkan paru kolaps
- Menutup kebocoran
- Mencegah pneumotoraks berulang
PRINSIP-PRINSIP PENANGANAN
PNEUMOTORAKS
1. Observasi dan pemberian oksigen
dilakukan jika luas pneumotoraks < 15%
dari hemitoraks

Apabila fistula Udara dalam Laju resorbsi


dari alveoli rongga pkeura akan ↑ jika
kerongga pleura perlahan” akan ditambah
telah menutup diresorbsi oksigen
PRINSIP-PRINSIP PENANGANAN
PNEUMOTORAKS
2. Aspirasi dengan jarum dan tube torakostomi (Dekompresi)
dilakukan seawal mungkin pada penderita pneumotoraks
yang luasnya > 15% dari hemitoraks, bertujuan untuk
mengeluarkan udara dari rongga pleura (dekompresi).
Tindakan dekompresi dilakukan dengan cara :
- Menusuk jarum melalui dinding dada sampai masuk
rongga pleura, sehingga tekanan positif keluar melalui
jarum tersebut
- Membuat hubungan dengan udara luar melalui saluran
kontraventil, yaitu dengan :
PRINSIP-PRINSIP PENANGANAN
PNEUMOTORAKS

a. Jarum infus set ditusukkan kedinding dada


sampai masuk kerongga pleura, kemudian
ujung pipa plastik dipangkal saringan tetesan
dipotong dan dimasukankedalam botol berisi
air kemudian klem dibuka, maka akan timbul
gelembung-gelembung udara didalam botol.
PRINSIP-PRINSIP PENANGANAN
PNEUMOTORAKS

b. Jarum abbocath 14 ditusukkan kerongga pleura


dan setelah mandrin dicabut, dihubungkan
dengan pipa infuse set.
c. Water Sealed Drainage (WSD) : pipa khusus
(kateter urine) yang steril dimasukkan kerongga
pleura dengan perantaraan trokar atau klem
penjepit. Sebelumnya, lakukanlah insisi kulit pada
ruang antar iga keenam pada linea mid-klavikula.
PRINSIP-PRINSIP PENANGANAN
PNEUMOTORAKS
PRINSIP-PRINSIP PENANGANAN
PNEUMOTORAKS
PRINSIP-PRINSIP PENANGANAN
PNEUMOTORAKS
3. Torakoskopi (Operasi)
- merupakan suatu tindakan untuk melihat langsung kedalam rongga toraks
dengan alat bantu torakoskop.
- Dipandu dengan video (Video Assisted Thoracoscopy Surgery = VATS)
- Tindakan ini dilakukan apabila :
▪ tindakan aspirasi maupun WSD gagal
▪ paru tidak mengembang setelah 3 hari pemasangan tube torakostomi
▪ terjadinya fistula bronkopleura
▪ timbulnya kembali pneumotoraks setelah tindakan pleurodesis
▪ pada pasien yang berkaitan dengan pekerjaannya agar tidak mudah kambuh
kembali seperti pada pilot dan penyelam
PRINSIP-PRINSIP PENANGANAN
PNEUMOTORAKS
4. Torakotomi (Operasi)
- Tindakan pembedahan ini indikasinya sama
degan torakoskopi
- Dilakukan tindakan ini jika torakoskopi gagal
TATALAKSANA EDUKASI
ISTIRAHAT TOTAL UNTUK MENGHINDARI KERJA
PARU YANG BERAT

Sumber:
Alsgaff, Hood. Mukti, H. Abdul. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga University Press;
2009. p. 162-179
TIDAK MENGEJAN, BATUK, DAN BERSIN
TERLALU KERAS

Sumber:
Alsgaff, Hood. Mukti, H. Abdul. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga University Press;
2009. p. 162-179
TIDAK MENYELAM SEBELUM PARU SEMBUH
TOTAL PASCA PLEURECTOMY

Sumber:
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu. Penyakit Dalam Jilid II Ed. V.
Jakarta: Interna Publishing; 2009. p. 1640-1644
TIDAK MEROKOK

• Untuk mengurangi produksi mukus


• Menjaga sirkulasi udara di paru tetap bersih
• Supaya dinding alveoli paru tidak menipis

Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Atelektasis di akses pada 4 Oktober 2017 pukul 22.04 WIB


MAKAN MAKANAN BERGIZI DAN MINUM AIR
MINERAL SECARA TERATUR

Sumber gambar: http://www.fanpop.com/clubs/diet-and-exercise/images/30746207/title/food-pyramid-photo di


akses pada 4 Oktober 2017 pukul 22.25 WIB
Daftar Pustaka
• Dr.Jan Tambayong.Patofisiologi.editor;Monica
Ester.Jakarta.EGC.2000
• Hood alsagaf, M.Jusuf Wibisono, Winariani ,Buku ajar ilmu
penyakit paru 2004,LAB / SMF Ilmu penyakit paru dan
saluran nafas FK UNAIR –RSUD Dr. Soetomo, Surabaya 2004
• Tanto C . Kapita Selekta Kedokteran . Edisi IV . Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2014.
• Hisyam Barmawi, Budiono Eko. Pneumotoraks Spontan. Hal
14-23
https://www.scribd.com/mobile/document/357087460/PNE
UMOTOAKS-pdf#
diakses 2 oktober 2017

Anda mungkin juga menyukai