Anda di halaman 1dari 31

PERDARAHAN POST PARTUM

Disusun Oleh:
dr Nindy Putri Elisabet Amtaran

 Pendamping:
dr Aisah
1
Pembimbing:
dr.Kiswa Anggreany, Sp.OG

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


16/10/20
RSUD SK . LERIK, KOTA KUPANG, NUSA TENGGARA TIMUR
2020
2 PENDAHULUAN

 Tiga penyebab utama kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan (30%),


hipertensi dalam kehamilan (25%), dan infeksi (12%).
 Perdarahan post partum merupakan penyebab kematian maternal terbanyak
 Perdarahan post partum dapat menyebabkan kematian ibu 45% pada 24 jam
pertama, 68-73% dalam 1 minggu setelah bayi lahir, dan 82-88% dalam 2 minggu
setelah bayi lahir

16/10/20
3

16/10/20
 Perdarahan pasca persalinan.
 Perdarahan pasca salin.
 Perdarahan post partum.
 Post partum hemorrhage/bleeding(PPH/PPB)
 Hemoragia pospartum (HPP).

Perdarahan lebih dari 500 cc yang terjadi setelah


bayi lahir pervaginam.

Bila sedang Seksio Sesar ≥ 1000 cc


 Angka kejadian tinggi:
 Angka kematian tinggi: tertinggi di Indonesia

Bila tidak ditangani secara cepat dan tepat  dalam


2 jam bisa meninggal

KEGAWATDARURATAN

KEJADIAN
1.Dini / segera / primer : dalam 24 jam I setelah anak lahir
2.Lanjut/lambat/sekunder : > 24 jam – sampai masa nifas
PENYEBAB

TONUS

4T TRAUMA

TISSUE

THROMBIN
Penyebab
Perdarahan
Pasca Salin
PENANGANAN UMUM
1. Mintalah bantuan : mobilisasi seluruh tenaga yang ada dan siapkan fasilitas tindakan gawat
8 darurat.
2. Periksa secara cepat keadaan umum ibu : bila ada tanda presyok/syok segera atasi dan pantau
 Pasang infus cairan IV (pakai jarum besar atau tranfusi set): beri cairan kristaloid selanjutnya
koloid atau transfusi.
 Kandung kencing dipasang keteter menetap.
 Berikan oksigen.
 Baringkan dalam posisi syok.
Pantau cairan yang masuk dan keluar.
3. Pemberian uterotonika :
 Inj. Oksitosin 10 I U secara IM – Metil Ergometrin 0,2 mg secara IM atau IV lanjutkan drip 20 IU
Oksitosin, atau
 Misoprostol 600 – 800 mikrogram secara peroral atau perrektal (jangan pervaginam).
. Tentukan penyebab perdarahan: pastikan plasenta dan selaput ketuban telah lahir dengan lengkap
dan periksa area perineum dan jalan lahir untuk mengetahui laserasi/ trauma.

16/10/20
I. Atonia Uteri

 Predisposisi
 Regangan rahim berlebihan karena kehamilan gamely,
polihidramnion, atau anak terlalu besar.
 Kelelahan karena persalinan lama atau persalinan kasep.
 Kehamilan grande multipara.
 Ibu dengan keadaan umum yang jelek, anemis atau menderita
penyakit menahun.
 Mioma uteri yang mengganggu kontraksi rahim.
 Infeksi intrauterine (Korioamnionitis).
 Ada riwayat pernah atonia uteri.
Tatalaksana Khusu pada atonia uteri :
10
 Lakukan pemijatan uterus.
 Pastikan plasenta lahir lengkap.
 Berikan Uterotonika
 kompresi bimanual internal selama 5 menit.
 Lakukan pasang kondom kateter
 Siapkan tindakan operatif

16/10/20
PARTUS PERVAGINAM

Perbaikan KU Uterotonika
Masase ut. / Evaluasi kausa

ATONIA UTERI

Kompresi bimanual

gagal

KONDOM KATETER

gagal

OPERATIF

Histerektomi Op. Konservatif


KOMPRESI BIMANUAL EKSTERNA
PROSEDUR PEMASANGAN KONDOM
KATETER METODA SAYEBA
PERSIAPAN
A. ALAT
1. Tidak steril: penggantung infus, mangkuk urin, kondom
terbungkus, kateter karet terbungkus, sarung tangan
terbungkus, urobag, set infus, larutan NaCl steril, lampu
sorot
2. Steril: spekulum vagina, klem ovarium, klem tampon, klem
tali pusat, tali kasur, gunting benang, tampon kassa,
mangkok, kassa
B. OBAT-OBATAN: injeksi Oksitosin, injeksi Metil ergometrin,
tablet Misoprostol, inj. antibiotika (derivat penisilin atau
cephalosporin, infus metronidazole, inj. gentamisin)
PROSEDUR PEMASANGAN KONDOM
KATETER METODA SAYEBA
PERSIAPAN
D. PASIEN
1. Persetujuan tindak medis (Informed consent)
2. Dipasang infus NaCl 0.9% atau larutan lain untuk
mencegah dan mengatasi syok
3. Dipasang kateter urin menetap dihubungkan dengan
urobag. Dipasang selama ybs mempergunakan kondom
kateter
4. Posisi litotomi
5. Disinfeksi daerah vulva, vagina dan sekitarnya
E. PENOLONG: Melakukan peresiapan diri dengan alat-alat
pelindung diri
PROSEDUR PEMASANGAN KONDOM
KATETER METODA SAYEBA
PEMASANGAN KONDOM KATETER
1. Kondom, kateter dan sarung tangan yang masih dibungkus,
dibuka bungkusnya dan diletakkan di meja steril
2. Larutan NaCl ditusuk dengan set ingus lalu digantung di
gantungan infus. Jarum infus dilepas
3. Cuci tangan dan memakai sarung tangan steril
4. Masukkan ujung katetr ke dalam kondom lalu ikat pangkalnya
5. Pasang spekulum vagina dan dipegang oleh asisten. Pegang
bibir depan serviks dengan klem ovarium (bila perlu)
6. Masukkan kondom kateter ke dalam kavum uteri dengan
bantuan klem tampon atau klem ovarium sampai menyentuh
permukaan endometrium bagian atas (fundus)
7. Rangkai atau hubungkan pangkal kateter dengan ujung set
infus. Isi cairan NaCl melalui set infus – kateter ke dalam
kondom sekitar 250-500 cc. llihat/raba kondom yang mulai
tampak menonjol di ostium uteri ekstenum, stop pengisian
kondom atau sampai perdarahan berhenti
PROSEDUR PEMASANGAN KONDOM
KATETER METODA SAYEBA
PEMASANGAN KONDOM KATETER
8. Evaluasi adakah perdarahan masih keluar dari samping
kondom
9. Pasang tampon kassa di vagina untuk menahan kondom agar
tidak keluar dari kavum uteri
10. Ikat atau klem kateter agar larutan NaCl tidak keluar.
Lepaskan set infus dari ujung kateter
11. Lanjutkan pemberian uterotonika selama 12 jam
12. Berikan antibiotika, sebaiknya tripel: ampisilin, gentamisin dan
metronidazole injeksi atau cephalosporin
13. Setelah 24 -48 jam tampon dan kondom dilepas secara
bertahap (sekitar 5 menit)
II. Robekan Jalan Lahir

 Robekan jalan lahir terjadi pada persalinan dengan trauma


 Kerusakan jalan lahir  perdarahan massive, karena vaskularisasi yang
banyak selama kehamilan
 Tempat perdarahan :
Introitus vagina khususnya daerah perineum,dinding atas vagina,dan serviks
 Penyebab : luka episiotomi, robekan spontan perineum
partus presipitatus
makrosomia
intervensi obstetrics (forceps, vakum)
Tatalaksana khusus pada ruptura
19 perineum dan robekan dinding vagina:
Derajat Laserasi Perineum

16/10/20
20
 Tatalaksana khusus Robekan Serviks:
 Paling sering terjadi pada bagian lateral bawah kiri dan kanan dari porsio.
 Jepitkan klem ovum pada lokasi perdarahan.
 Jahitan dilakukan secara kontinu dimulai dari ujung atas robekan kemudian ke
arah luar sehingga semua robekan dapat dijahit.
 Bila perdarahan masih berlanjut, berikan 1 g asam traneksamat IV (bolus selama
1 menit, dapat diulang setelah 30 menit)

16/10/20
III. Retensio Plasenta
plasenta belum lahir dalam 30 menit
setelah fetus lahir
Penyebab :
a. Tertahan dalam cavum uteri 
pembukaan menyempit
b. Melekat ke dinding uterus tanpa
kel.anatomi  mudah dilepas dgn
tangan
c. Melekat erat ke ddg uterus krn desidua
basalis sedikit  Plasenta adhesiva
27

16/10/20
Manual Plasenta
28 Penarikan Tali Pusat
Terkendali

16/10/20
29
IV.INVERSIO UTERI
 Keadaaan dimana lapisan dalam uteus
(endometrium) turun dan keluar lewat OUE baik
inkomplit atau komplit
 Tanda-tanda:
 Syok karena kesakitan.
 Perdarahan banyak bergumpal
 Di vulva tampak endometrium terbali atau tanpa
plasenta yang masih melekat.
16/10/20
V. Kelainan Pembekuan Darah
30
 Dicurigai jika penyebab lain telah disingkirkan
 Pada pemeriksaan Lab didaptkan : Waktu pendarahan dan waktu
pembekuan memanjang, trombositopenia, terjadi hipofibrinogenia, dan
terdeteksi adanya FDP (fibrin deradation product) serta perpanjangan tes
protombin dan PTT (partial thromboplastin time).
 Predisposisi untuk terjadinya hal ini adalah retensio plasenta, kematian
janin dalam kandungan, eklampsia, emboli carian ketuban, dan sepsis.

Penanganan :
 Transfusi darah segar

16/10/20
TERIMA
31
KASIH
16/10/20

Anda mungkin juga menyukai