Anda di halaman 1dari 9

KORELASI DAN

PEARSON
 Seringkali dalam suatu penelitian kita ingin mengetahui
hubungan antara dua variabel yang berjenis numerik.

CONTOH
1. hubungan berat badan dengan tekanan darah,
2. hubungan umur dengan kadar Hb, dsb.

Hubungan antara dua variabel numerik dapat dihasilkan dua


jenis, yaitu derajat/keeratan hubungan, digunakan
korelasi. Sedangkan bila ingin mengetahui bentuk
hubungan antara dua variabel digunakan analisis regresi
linier.
Korelasi

 Korelasi di samping dapat untuk mengetahui


derajat/keeratan hubungan, korelasi dapat juga untuk
mengetahui arah hubungan dua variabel numerik.

 Contoh
Misalnya, apakah hubungan berat badan dan tekanan
darah mempunyai derajatyang kuat atau lemah, dan juga
apakah kedua variabel tersebut berpola positif atau
negatif.
 Secara sederhana atau secara visual hubungan dua
variabel dapat dilihat dari diagram tebar/pencar (Scatter
Plot).

 Diagram tebar adalah grafik yang menunjukkan titik-titik


perpotongan nilai data dari dua variabel (X dan Y).
 Nilai korelasi (r) berkisar 0 s.d. 1 atau bila
dengan disertai arahnya nilainya antara –1 s.d.
+1.
r = 0 = tidak ada hubungan linier
 r = -1 = hubungan linier negatif sempurna
 r = +1 = hubungan linier positif sempurna
 Bagaimana interprestasi hasil korelasi

1. Hipotesis korelatif wajib digunakan bila variabel yg dihubungkan


adalah variavel numerik dan numerik.uji korelasi yang digunakan
adalah pearson bila salah satu variabel berdistribsui normal. Jika
sebaran data tidak normal,dilakukan transformasi.
2. jika hasil transformasi tidak nomral, gunakan uji korelasi spearman.
3. Untuk masalah lain hubungan katagorik-katagorik dan katagorik
nuerik),secara statistik bisa mengunakan hipoteis korelatif maumpun
komperatif. Komunitas ilmiah kesehatan lebih banyak enggunakan
komperatif.
4. Uji korelasi yg melibatkan variabel nominal jarang sekali digunakan
5. Uji korelasi pearson,spearman,gamma dan koefiiensi kotigensi.
Panduan hipotesis koralatif
1.Kekuatan korelasi secara statistik
0,0-< 0,2 = sangat lemah
0,2 - 0,4 = lemah
0,4 - < 0,6 = sedang
0,6 - < 0,8 = Kuat
0,8 – 1,00 = Sangat Kuat
2. Arah korelasi Positif = semakin tinggi
variabel A semakin tinggi variabel B
Negatif = semakin tinggi variabel a
semakin rendah variabel B
3. Nilai p = nilai p > 0,05 Korelasi tidak
bermakna
= nilai p < 0,05 bermakna
Contoh soal
Ingin mengetahui korelasi antara skor depresi
dengan skor ansietas.kesalahan tipe satu 5
%,subjek 80 orang.

Anda mungkin juga menyukai