Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN HEPATITIS

MAKALAH

Tugas pada Mata Kuliah Konsep Dasar Keperawatan (KDK)


Program Studi Ilmu Keperawatan Semester IV

Dosen Pengampu
Aris Citra Wisuda ,S.Kep., Ners.,M.Kes.,M.Kep

Disusun oleh Kelompok 8 :

Ronaldo 18.1420130.13
Dessy Tri Ramadhani 18.1420130.14
Yuliana Purnamasari 18.1420130.31
Emilia Pusita S 18.1420130.40

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA


PALEMBANG 2020

KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat-Nya saya dapat

menyusun dan menyelesaikan Makalah ini dengan judul “ Asuhan Keperawatan hepatitis”

Penyusunan makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat tugas mata kuliah Konsep

Dasar Keperawatan (KDK) dengan dosen pengampuh Bapak Aris Citra Wisuda ,S.Kep.,

Ners.,M.Kes.,M.Kep Program Studi Ilmu Keperawatan.

Kami memahami sepenuhnya bahwa makalah ini tak luput dari kesalahan dikarenakan

keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki.Sehingga banyak terdapat

kekurangan yang terdapat dalam penulisan makalah ini dari segi isi maupun penulisannya..Atas

perhatiannya saya ucapkan terimakasih.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Palembang , 5 Juni 2020

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. Latar Belakang...............................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................................4
C. Tujuan............................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................5
BAB III KESIMPULAN.....................................................................................................................23
A. KESIMPULAN...........................................................................................................................23
B. SARAN.......................................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................24

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi virus hepatitis B yang oleh masyarakat awam dikenal sebagai ‘penyakit
kuning’masih merupakan masalah kesehatan serius sampai saat ini. Infeksi yang terjadi dapat
bersifat sementara (transient), yaitu pada hepatitis B akut. Ini terutama dijumpai pada penderita
dewasa dengan kompetensi imunitas yang baik. Umumnya penderita hepatitis akut pada orang
dewasa akan sembuh secara sempurna ( > 90%). Hanya sebagian kecil yang menetap
(permanent) dan menjadi kronik (5 – 10%).
Sebaliknya jika infeksi terjadi pada masa bayi dan anak-anak, sebagian besar akan menjadi
kronik (pengidap > 90%). Ini disebabkan karena sistem imunologi bayi belum sempurna dan
bersifat toleran terhadap virus. Sebagian dari pengidap ini akan berkembang menjadi sirosis hati
bahkan karsinoma hepatoseluler primer.
Terdapat suatu fenomena, di mana makin tinggi prevalensi infeksi hepatitis B di suatu tempat,
maka infeksi pada bayi dan anak-anak makin banyak dijumpai.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dirumuskan masalah yaitu :
1. Pengertian hepatitis
2. Apa saja jenis hepatitis
3. Bagaiamana cara penularanya
4. Bagaimana tata cara asuhan keperawatan pada hepatitis

C. Tujuan
1. Dapat Mengetahui Pengertian hepatitis
2. Dapat Mengetahui apa saja jenis hepatitis
3. Dapat Mengetahui Bagaiamana cara penularannya
4. Dapat Mengetahui Bagimana cara memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
hepatitis

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hepatitis

Hepatitis merupakan suatu peradangan hati yang dapat disebabkan oleh infeksi atau oleh
toksin termasuk alkohol dan dijumpai pada kanker hati (Corwn Elizabeth J, 2001). Sedangkan
menurut Smeltzer Suzanne C (2002), hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai
nekrosis dan inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokimia
serta seluler yang khas. Hepatitis virus yang sudah teridentifikasi secara pasti adalah hepatitis A, B,
C, D dan E. Hepatitis A dan E mempunyai cara penularan yang serupa (jalur vekal-oral) sedangkan
hepatitis B, C dan D mempunyai banyak karakteristik yang sama.

Hepatitis kemungkinan terjadi sebagai infeksi sekunder selama perjalanan infeksi dengan
virus-virus lainnya , seperti : Cytomegalovirus ,Virus Epstein-Barr, Virus Herpes simplex dan
Virus Varicella-zoster.
Klien biasanya dapat sembuh secara total dari hepatitis , tetapi kemungkinan mempunyai
penyakit liver residu . Meskipun angka kematian dari hapetitis relatif lama atau panjang , pada
hepatitis virus akut bisa berakhir dengan kematian

B. Etiologi dan patofisiologi


Hepatitis Virus
a. Hepatitis A
Nama virusnya HAV/Hepatitis infeksiosa dengan agen virus RNA untai tunggal dan
disebabkan oleh virus RNA dari famili enterovirus serta dapat terjadi pada usia anak-anak &
dewasa muda. Cara penularan fekal-oral, makanan, penularan melalui air, parenteral (jarang),
seksual (mungkin) dan penularan melalui darah. Masa inkubasi 15-45 hari, rata-rata 30 hari pada
usia anak-anak dan dewasa muda. Resiko penularan pada sanitasi buruk, daerah padat seperti
rumah sakit, pengguna obat, hubungan seksual dengan orang terinfeksi dan daerah endemis.
Tanda dan gejala dapat terjadi dengan atau tanpa gejala, sakit mirip flu.
Virus ini merupakan virus RNA kecil berdiameter 27 nm yang dapat dideteksi didalam
feses pada masa inkubasi dan fase praikterik. Awalnya kadar antibodi IgM anti-HAV meningkat
tajam, sehingga memudahkan untuk mendiagnosis secara tepat adanya suatu inveksi HAV. Setelah
masa akut antibodi IgG anti-HAV menjadi dominan dan bertahan seterusnya hingga menunjukkan
bahwa penderita pernah mengalami infeksi HAV di masa lampau da memiliki imunitas sedangkan
keadaan karier tidak pernah ditemukan.
Manifestasi kliniknya banyak pasien tidak tampak ikterik dan tanpa gejala. Ketika gejalanya
muncul bentuknya berupa infeksi saluran nafas atas dan anoreksia yang terjadi akibat pelepasan
toksin oleh hati yang rusak atau akibat kegagalan sel hati yang rusak untuk melakukan
detoksifikasi produk yang abnormal. Gejala dispepsia dapat ditandai dengan rasa nyeri
epigastium,mual, nyeri ulu hati dan flatulensi. Semua gejala akan hilang setelah fase ikterus.
b. Hepatitis B
Nama virusnya HBV/Hepatitis serum dengan agen virus DNA berselubung ganda yang
dapat terjadi pada semua usia. Cara penularannya parenteral (fekal-oral) terutama melalui darah,
kontak langsung, kontak seksual, oral-oral dan perinatal. Masa inkubasinya 50-180 hari dengan
rata-rata 60-90 hari. Resiko penularan pada aktivitas homoseksual, pasangan seksual multipel,
pengguna obat melalui suntikan IV, hemodialisis kronis, pekerja layanan kesehatan, tranfusi darah
dan bayi lahir dengan ibu terinfeksi. Bisa terjadi tanpa gejala akan tetapi bisa timbul atralgia dan
ruam. Dapat juga mengalami penurunan selera makan, dispepsia, nyeri abdomen, pegal-pegal
menyeluruh, tidak enak badan dan lemah. Apabila ikterus akan disertai dengan tinja berwarna
cerah dan urin berwarna gelap. Hati penderita akan terasa nyeri tekan dan membesar hingga
panjangnya mencapai 12-14 cm, limpa membesar dan kelenjar limfe servikal posterior juga
membesar.
Virus hepatitis B merupakan virus DNA yang tersusun dari partikel HbcAg, HbsAg, HbeAg
dan HbxAg. Virus ini mengadakan replikasi dalam hati dan tetap berada dalam serum selama
periode yang relatif lama sehingga memungkinkan penularan virus tersebut.
3. Hepatitis C
Nama virusnya RNA HCV/sebelumnya NANBH dengan agen virus RNA untai tunggal yang
dapat terjadi pada semua usia. Cara penularan terutama melalui darah hubungan seksual dan
perinatal. Masa inkubasinya 15-160 hari dengan rata-rata 50 hari. Resiko penularannya pada
pengguna obat suntik, pasien hemodialisis, pekerja layanan keehatan, hubungan seksual, resipien
infeksi sebelum Juli 1992, resipien faktor pembekuan sebelum tahun 1987 dan bayi yang lahir dari
ibu terinfeksi.

HCV merupakan virus RNA rantai tunggal, linear berdiameter 50-60 nm. Pemeriksaan imun
enzim untuk mendeteksi antibodi terhadap HCV banyak menghasilkan negatif-palsu sehingga
digunakan pemeriksaan rekombinan suplemental (recombinant assay, RIBA).

4. Hepatitis D
Nama virusnya RNA HDV/agen delta atau HDV (delta) dengan agen virus RNA untai
tunggal, dapat terjadi pada semua usia. Cara penularan terutama darah tapi sebagian melalui
hubungan seksual dan parenteral. Masa inkubasinya 30-60 hari, 21-140 hari rata-rata 40 hari yang
terjadi pada semua usia. Resiko penularan pada pengguna obat IV, penderita hemovilia dan
resipien konsentrat faktor pembekuan.
Hepatitis D terdapat pada beberapa kasus hepatitis B. Karena memerlukan antigen
permukaan hepatitis B untuk replikasinya, maka hanya penderita hepatitis B yang beresiko
terkenahepatitis D. Antibodi anti-delta dengan adanya BBAg pada pemeriksaan laboratorium
memastikan diagnosis tersebut. Gejala hepatitis D serupa hepatitis B kecuali pasiennya lebih
cenderung untuk menderita hepatitis fulminan dan berlanjut menjadi hepatitis aktif yang kronis
serta sirosis hati.
5. Hepatitis E
Nama virusnya RNA HEV/agen penyebab utama untuk NANBH dengan agen virus RNA
untai tunggal tak berkapsul. Cara penularan fekal-oral dan melali air, bisa terjadi pada dewasa
muda hingga pertengahan. Masa inkubasinya 15-60 hari, rata-rata 40 hari. Resiko penularannya
pada air minum terkontaminasi dan wisatawan pada daerah endemis.
HEV merupakan suatu virus rantai tunggal yang kecil berdiameterkurang lebih 32-34 nm
dan tidak berkapsul. HEV adalah jenis hepatitis non-A, non-B, pemeriksaan serologis untuk HEV
menggunakan pemeriksaan imun enzim yang dikodekan khusus.
Racun dan pengaruh obat ( kimia ) hepatitis
2 Tipe Utama Toxic Hepatitis Yang Dikenal :
1. Direct Toxic Hepatitis ( DTH )
DTH dihasilkan dalam nekrosis dan infiltrasi lemak dari liver. Penyebab racun hepatitis
adalah racun yang umum yang sistematis atau diubah di liver dari metabolisme toxic.
Masyarakat yang mempunyai kebiasaan buruk seperti alcoholic dapat memiliki DTH sebagai
contoh, Acetaminophen ( Tylenol, Exdol ), dalam penggunaan secara bersamaan Over The
Counter ( OTC ) analgesik dapat menyebabkan nekrosis hepatic yang hebat. Industri toxin,
seperti Carbon Tetrachloride, Trichloroethylene dan phosphor kuning, juga memiliki efek direct
toxic pada liver.
2. Iodiosyncratic Toxic Hepatitis ( ITH )
ITH dihasilkan dari pergantian morfologi liver yang sama ditemukan divirus hepatitis.
Dalam reaksi obat Iodiosyncratic, kasus hepatitis tidak terprediksi dan jarang. Ini mungkin
terjadi disetiap saat selama atau dalam waktu dekat setelah membuka obat.
Agen yang dihasilkan di ITH meliputi :
 Halothane, agent anestesi.
 Methyldopa ( Aldomet, Dopamet ), obat anti hipertensi.
 Isoniazid ( INH, Isotamine ), agent anti tuberculosa.
 Phenytoin ( Dilantin ), anti konvulsant.

3. Komplikasi hepatitis
Kegagalan sel liver untuk regenerasi, dengan kemajuan proses nekrotik dihasilkan secara
hebat, sering membentuk hepatitis yang fatal yang lebih dikenal dengan hepatitis fulminan. Bentuk
nekrosis hepatitis secara besar – besaran sangat jarang. Hepatitis kronik terjadi seperti hepatitis B
atau hepatitis C. Infeksi sangat tidak mungkin pada agent delta hepatitis ( HDV ), dalam klien
dengan penampakan antigen hepatitis B atau HbS Ag mungkin menuju hepatitis kronik yang akut
dan kemunduran klinis. Dalam beberapa kasus hepatitis fulminan dengan kematian mungkin
terjadi.
Pada seseorang dengan hepatitis kronik aktif ( CAH ) kerusakan liver yang meningkat dan
dikarakteristikkan oleh nekrosis hepatitis secara terus – menerus, inflamasi akut dan fibrosis. Klien
mungkin tidak ada gejala untuk waktu yang lama dari proses penyakit liver atau fibrosis yang terus
menerus mungkin menuju ke kerusakan liver, sirosis, dan kematian.
Hepatitis kronik aktif mungkin di manifestasikan oleh :
 Gejala klinik persistent dan hepatomegali.
 Adanya kelanjutan dari HbS Ag.
 Pengangkatan, turun naiknya tingkatan serum aspartate amino transferase ( AST ), billirubin
dan alkaline phospatase untuk 6 – 12 bulan setelah terjadi hepatitis akut.
Biopsi liver lebih mudah oleh keseimbangan diagnosa hepatitis kronik. Pada seseorang
dengan hepatitis kronik persistent dan hepatitis kronik lobar,kerusakan liver tidak meningkat
setelah tanda pengambilan.Tipe dari hepatitis dihasilkan dari infeksi dengan dan virus
hepatitis B dan hepatitis C. Pada kesalahan yang tidak meningkat, perkembangan serosis
jarang. Banyak klien dengan hepatitis kronik persisten tidak ada gejala dan fisiknya terlihat
normal. Data laboratorium mungkin menampakkan peningkatan serum AST dan alkaline
phospatase yang mungkin tetap bertahan sampai 1 tahun.
4. Etiologi
Penyebab hepatitis meliputi :
 Infeksi virus.
 Obat-obatan, bahan kimia, dan racun.
 Reaksi transfusi darah yang tidak terlindungi virus hepatitis.
5. Perbedaan tanda-tanda dari 5 tipe virus hepatitis

Tanda Hepatitis A Hepatitis B Hepatitis C Delta Hepatitis E


( non-A, non- Hepatitis
B hepatitis)
Persamaan *Infeksihepati *Serum *Epidemi non-
tis. hepatitis. A, non-B
*Inkubasi *Inkubasi hepatitis atau
hepatitis hepatitis dengan
yang yang masuknya
pendek. panjang. transmisi
hepatitis.
Diagnosa Anti HAV Ig HbS Ag Anti HDV Anti HEV
penyakit akut. M dalam dalam serum. titer naik.
serum.
Waktu 28 – 94 hari. 17 – 98 hari. 17 – 98 hari. 2 – 9 minggu
inkubasi
Kelompok Lebih banyak Semua Semua umur, Pecandu obat. Orang yang
resiko tinggi pada anak – kelompok terjadi setelah tinggal pada
anak dan latar umur transfusi daerah kumuh.
belakang beresiko, darah.
institusional. terutama
pecandu obat,
klien
hemodialisis
dan orang –
orang
kesehatan.
Musin Penghujan Setiap tahun Setiap tahun Setiap tahun Setiap tahun
dan awal
kemarau.
Transmisi Melalui oral Melalui Darah dan Infeksi Melalui oral
fecal antara transfusi cairan darah. gabungan dari fecal,
seseorang darah dan hepatitis B, transmisi dari
yang tinggal produk darah. non perkutan, cairan yang
bersama kontak terkontaminasi
dengan tertutup.
kontak
langsung.

Peradangan virus pada hati umumnya dalam bentuk hepatitis. Hepatitis A disebabkan
oleh virus hepatitis A dan Hepatitis B juga terinfeksi oleh virus hepatitis B. Virus hepatitis C
( HCV ) belum dapat diidentifikasi. Ini menunjukkan bahwa sedikitnya dua virus dalam
klasifikasi ini. HCV negatif non A, hepatitis non B mungkin timbul karena infeksi oleh virus
yang belum terisolasi atau terinfeksi HCV yang tidak dapat teridentifikasi oleh penanda
serologi.
Empat tipe virus hepatitis, delta hepatitis hanya terjadi pada virus hepatitis B dan
disebabkan oleh virus hepatitis D. Hepatitis E disebabkan oleh virus hepatitis E.
Penyaringan rutin dari donor darah dan menghapuskan penjualan sumber darah membuat
penurunan terjadinya hepatitis B setelah transfusi darah. Bagaimanapun resiko vital hepatitis
setelah transfusi merupakan masalah penyebab utama dan tergantung pada metode dimana
produksi darah diproses. Berbagai macam produk darah membawa resiko besar klien dengan
hemodialisis juga membawa resiko tinggi terkena hepatitis B.
Laporan kasus pada DEPKES daerah untuk semua tipe hepatitis vital diketahui
jumlahnya untuk mencegah penyebaran.
6. Penerangan perawatan pencegahan hepatitis virus
 Gunakan pencegahan umum atau pencegahan substansi tubuh untuk menjaga perpindaham
kuman antara klien atau antara klien dengan staf perawat kesehatan
 Menghapuskan penggunaan jarum dan benda tajam lainnya dengan mengganti sistem
penggunaan jarum
 Ambil vaksin hepatitis B ( hepatovax-B, recombinex HB ) diberikan dengan tiga seri
suntikan. Vaksin ini juga untuk menjaga atau mencegah hepatitis B
 Untuk postexposure mencegah hepatitis B, lihat atau cari segera perhatian medis untuk
kemungkinan administrasi imuno globulin hepatitis B ( HBIG ) atau imuno globulin ( IG )
 Laporkan semua kasus hepatitis pada DEPKES Daerah.

7. Pencegahan hepatitis virus


 Memelihara sanitasi yang baik dan kebersihan diri. Cuci tangan kamu sebelum makan dan
setelah dari toilet.
 Minum air yang sudah masak oleh sistem pencucian air
 Jika transportasi tidak berkembang atau kota non industri, minum hanya dengan air botol.
Hindarkan makanan yang telah dicuci dengan air, seperti sayuran mentah, buah dan sop.
 Pergunakan sanitasi yang baik untuk mencegah panyebaran kuman antar anggota keluarga.
Jangan menggunakan bagian tempat tidur dari linen, handuk, alat makan dan gelas minuman
sesama keluarga,
 Jangan berbagi jarum suntikan.

8. Kejadian / pengaruh
Hepatitis A umumnya kebanyakan tipe hepatitis virus dunia. Dan yang tertinggi adalah
hepatitis B. Dan jumlahnya 40 % tercatat kasus hepatitis vital (Dindanz, 1992 )
Ini meningkat kejadiannya pada wabah penggunaan obat IV. Kebersihan rendah merupakan bentuk
penyebab utama dari perpindahan pada kelompokm ini.
Sekitar 5 % dari populasi dunioa terinfeksi virus hepatitis B ( Wright, 1992). Hepatitis B
utamanya terjadi pada dewasa muda di USA. Dengan 75 % terjadi pada kasus antara umur 15 dan
39 tahun. Kejadian ini meningkat selama 1980 dan awal 1990. Kira – kira 300.000 kasus baru dari
terjadinya hepatitis B di USA setiap tahun 59 % dari semua kasus pengguna obat IV, heteroseksual
dengan gantai pasangan dan homoseksual laki-laki. 3 % dari semua kasus terjadi pada pekerja
perawat kesehatan.
Hepatitis C ( Infeksi HCV ) jumlahnya kira – kira 20 % dari semua kasus hepatitis vital yang
tercatat oleh perawat kontrol kuman Amerika (CDC) dan biasanya ddisebabkan oleh
penyebaran hepatitis. Penyebab 80 % dari kasus penyebarab hepatitis kronik ( Dindanz, 1992 ).
Kejadian ini mungkin diremehkan karena belum terlaporkan / rendahnya laporan. Beberapa klien
dengan hepatitis kronik, 95 % terinfeksi dengan jalan transfusi darah. Hepatitis kronik berkembang
sekitar 50 % dari klien dengan infeksi HCV akut dan terjadinya sirosis 20 % dari klien ini ( Wright,
1992 )

9. Pertimabangan Perubahan Bentuk


Infeksi dengan agen delta telah menyebar di seluruh dunia bagaimanapun di negara Mediterania,
Afrika Timur, Eropa Selatan dan Timur Tengah. Infeksi delta mewabah pada beberapa orang
dengan hepatitis B. Penyakit hepatitis E telah ditemukan di India dan telah tercatat sedikit kasus di
Asia, Afrika dan Meksiko (Herrera, 1993 )

10. Manajemen kolaborasi


TINDAKAN.
Riwayat :
Ketika diperoleh riwayat dari klien dengan dicurigai hepatitis vital perawat mengatakan pada
klien bahwa dia diketahui mengidap hepatitis A atau B. Pearawat menanyakan apakah klien baru –
baru ini melakukan transfusi darah atau melakukan hemodialisis untuk penyakit ginjal. Perawat
bertanya tentang :
- Aktifitas social termasuk hubungan seksual ( heteroseksual, biseksual atau homo seksual )
- Penggunaan obat – obatan
- Menggunakan anting atau tattoo
- Akomodasi kehidupan seperti barak militer yang penuh, institusi yang benar atau apartemen
yang padat, atau pusat penampungan orang dengan lambat mental.
Riwayat pekerjaan klien dimasukkan. Perawat mempunyai pertanyaan khusus tentang
pekerjaan sebagai berikut :
- Pekerja perawat kesehatan seperti teknisi laboratorium
- Perawat di area beresiko tinggi seperti ruangan operasi, ruangan darurat, klinik perawatan
kritis dan klinik hemodialisis dan feresis.
- Seorang pegawai di pusat perkembangan lambat mental.
Perawat menanyakan pada klien apakah baru – baru ini melakukan perjalanan ke negara
asinga atu daerah yang sanitasinya jelek / fasilitas air yang jelek. Juga ditanyakan tentang
penyerapan air dan kemungkinan sumber kontaminasi atau penyerapan dari kerang – kerangan
seperti oister.

11. Tindakan fisik / manifestasi klinik


Hepatitis Vital
Sumber dan penyebab dari manifestasi klinik dari semua kelima tipe hepatitis vital adalah sama.
Perawat menetapkan keluhan subyektif klien secara umum, menentukan apakah terjadi gejala akut
( hepatitis A atau E ) atau tipuan ( hepatitis B atau C )
Klien mungkin merasa lelah dan kehilangan selera. Selanjutnya perawat memeriksa kelanjutan
untuk mengira perjalanan klien ;
 Perasaan umum yang tidak nyaman
 Lemah
 Mialgias ( nyeri otot )
 Sakit kepala
 Arthritis
 Intabilitas
 Depresi
 Nausea
 Muntah
Perawat menanyakan pada klien apakah kehilangan selera pada akhir – akhir ini. Makan
makanan kotor. Perokok yang tidak suka sigaret.
Perawat palpasi pada kuadran kanan atas abdominal untuk melihat hati tidak lembut dan
letaknya. Klien mungkin merasa nyeri hati dengan pergerakan kulit, sclera, dan membran mucus
diperiksa untuk melihat penyakit kuning. Klien mungkin melakukan perawatan medis hanya setelah
terlihat penyakit kuning, dipercaya bahwa gejala samar yang lain adalah sindrom seperti influenza
yang terus menerus.
Penyakit kuning pada hepatitis dihasilkan dari penyumbatan intra hepatic dan disebabkan
oleh oedema dari saluran empedu hati. Urine gelap dan berwarna seperti tanah liat sering dialami
oleh klien tersebut. Perawat mengambil urine dan contoh spesimen untuk inspeksi visual dan
analisis laboratorium.
Perawat juga melihat kulit apakah timbul kudis ( gatal ) pada klien dengan diagnosa hepatitis
B dan C. Benjolan tidak teratur dari erythema, berwarna merah atau urtycaria mungkin terjadi.
Klien sering mengalami pruritus ( gatal ) dan mungkin mempunyai abrasi kulit karena garukan.
Klien dengan hepatitis A biasanya merasa demam, suhunya mungkin diantara 38C – 40C.
Demam mungkin dalam grade rendah atau tidak dengan hepatitis B / C

12. Racun dan obat penyebab hepatitis


Penggambaran klinik pada racun dan obat penyebab hepatitis tergantung pada agen kausatif.
Reaksi idiosyncratic mungkin menghasilkan manifestasi klinik yang tidak dapat dibedakan dari
beberapa hepatitis vital atau mungkin seolah – olah merupakan gejala pipa empedu ekstrahepatik
seperti sakit kuning yang keras, kudis, arthalgias dan demam.

13. Tindakan psikososial


Hepatitis vital biasanya terjadi pada penderita akut. Gejala ini mungkin meringankan dan
mengurangi dengan cepat atau tidak diketahui. Manifestasi klinik dari hepatitis B dapat tetap dalam
usaha selama 6 bulan.
Problem emosional untuk menyenangkan klien sering terpusat pada perasaan mereka atau
marah karena sakit dan merasa lelah dari pengungkapan selera. Perasaan tidak umum secara umum
tidak aktifitas dan keluhan samar menunjukkan depresi dan keputusasaan. Klien khawatir tentang
efek panas dan komplikasi.
Klien dengan hepatitis vital sering merasa bersalah bahwa mereka membawa virus untuk
orang lain. Injfeksi adanya penyakit hepatitis dapat menyebabkan kesenjangan sosial, kien akan
merasa malu dengan adanya tindakan isolasi dan perasaan kesehatan yang diberikan oleh pihak
rumah sakit dan akhirnya berkelanjutan di rumah. Adanya ras malu inilah menyebabkan klien
membatasai interaksi sosial dengan lingkungan sekitar. Klien takut akan penyebarab virus kepada
keluarga dan teman.
Anggota keluarga klien setiap takut kontak dengan penyakit dan mereka akan menjaga jarak
dengan klien. Perawat memberi ijin kepada klien beserta keluarganya untuk saling mengungkapkan
perasaannya dan mengetahui penyebab penyebarannya. Tindakan pencegahan berupa isolasi
membuat klien beserta keluarganya menjadi gelisah.
Jika penyebarab Hepatitis B disebabkab oleh tindakan tingkah laku sosial yang buruk seperti
; penggunaan obat-obatan terlarang dan perilaku homoseksual maka klien akan merasa malu dan
bersalah. Klien tidak dapat kembali bekerja sampai hasil tes darah yang menunjukkan serologi
bernilai negatif. Kerugian biaya pengobatan dan rawat inap bagi klien dengan tampa adanya
asuransi kesehatan menyebabkan pasien beserta keluarganya sangat cemas akan keuangan yang
harus ditanggung.

C. Proses Keperawatan pengkajian berdasarkan nanda dan NIC Noc


1. Pengkajian
Laboratorium.
Ditemukannya Hepatitis A dan B menunjukkan tingkatan nilai enzim hatinya yang akut,
ditunjukkan adanya kerusakan sel-sel hati dan khususnya nilai serologi.
Serum Enzim-enzim Liver.
Tingkatan alanine aminotransferase atau ALT bernilai lebih dari 1000 mU/mL dan mungkin
lebih tinggi sampai 4000 mU/mL dalam beberapa kasus virus Hepatitis nilai aspartat
aminotransferase atau AST antara 1000 – 2000 mU/mL. Alanine pospatase nilai normalnya 30 – 90
IU/L atau sedikit lebih tinggi. Nilai serum total bilirubin naik kepuncak 2,5 mG/dL dan berlangsung
ketat dengan tanda-tanda klinik penyakit kuning. Tingkatan nilai bilirubin juga terdapat pada urine.
Pemeriksaan serologi.
Dinyatakan terkena Hepatitis A jika virus Hepatitis A anti body ( Anti-HAV ) terdeteksi dalam
darah. Peradangan pada liver yang terjadi secara terus – menerus disebabkan oleh HAV adalah bukti
nyata munculnya antibody Imonoglobin M ( Ig M ) yang bertahan dalam darah 4 – 6 minggu.
Infeksi senbelumnya diindikasi dengan munculnya antobodi Imonoglobin G atau Ig G. Antobodi ini
terdapat dalam serum dan melindungi kekebalan HAV secara permanen.
Kemunculan virus Hepatitis B ( HBV ) dapat dinyatakan jika test serologi memperkuat
kemunculan sistem antogen antibody Hepatitis B dalam darah. HBV adalah virus DNA double –
shelled yang terdirri dari dalam intim dan diluar kerangka. Antigen terletak diatas permukaan ataau
kerangka virus ( HBSAG ) sangat penting bagi pemeriksaan serologi dan mereka akhirnya
memunculkan diagnosa Hepatitis B. Selama HBSAG terdapat dalam darah maka klien diperkirakan
dapat menularkan Hepatitis B. Ketakutan para peneliti selorogi selama lebih dari 6 bulan
menunjukkan faktor pembawa pada Hepatitis atau hepatitis kronik. Secara normal tingkatan
HBSAG akan mengalami kemunduran dan bahkan menghilang setelah masa Hepatitis B akut.
Munculnya antibody terhadap HBSAG dalam darah menunjukkan kesembuhan dan kekebalan
terhadap Hepatitis B.
Hepatitis B bermula saat antigen ( Hbe AG ) ditemukan didalam serum 1 minggu setelah
kemunculan HBs AG, kemunculan inilah yang menentukan kondisi klien. Seseorang klien yang
hasil testnya pada HbsAG dan HbeAG bernilai positif lebih menularkan penyakit dari pada klien
yang testnya untuk HbsAG positif ddan HbeAG negatif.
Kemunculan Hepatitis D bisa dipastikan dengan mengidentifikasi antigen D pada intrahepatik
atau sering kali didapatkan dengan naiknya titer antibody virus Hepatitis D ( Anti – HD ).
Penyebaran antigen Hepatitis D ( HDAG ) merupakan diagnosa penyakit akut, tetapi hanya dapat
diketahui melalui laporan pemeriksaan serum.
Mereka mempunyai kecanggihan atau alat yang canggih untuk memeriksa test serologi pada
Hepatitis C. Penemuan perdana : Enzim ImonoAssay ( EIA ) yang digunakaan untuk memriksa
antibody virus Hepatitis C ( anti HCV ). Pengujian mereka tidak membedakaan antara IgM dan IgG.
Saat ini penemuan kedua : Enzim ImonoAssay dengan kemampuan dapat mendeteksi antibody
dengan menambahkan antigen sebelum digunakan dan sekarang ini EIA tidak dapat diandalkan
untuk test serologi scrining untuk mgidentifikasi Hepatitis C. Hal ini akan menambahkan nomor
hasil positif yang palsu dengan adanya test screening yang dilakukan. Pada kejadian yang sama
serokan versi dengan Hepatitis C akan tertunda sanpai tahun depan. Meskipun meningkatnya hasil
ImonoAssay akan menambah spesifikasi dan sensitifitas untuk test. Anti HCV menentukan diagnosa
yang tepat, merupakan kombinasi dari pemeriksaan secara klinis biokimia dan hasil serologi. Hal ini
bukan untuk para peneliti serologi Hepatitis E.
Pengkajian Radiografi.
Hanya dengan penggunaan X-Ray dapat menemukan pembesaran liver dengan menempatkan X-
Ray tepat diatas bagian abdominal.
Pengkajian Diagnosa Yang Lain.
Hepatitis kronik merupakan diagnosa biasa biopsy jaringan perkutan pada liver. Biopsi
membedakan antara antif kronik dengan Hepatitis kronik persisten.
Penemuan jaringan lemak yang masuk pada spesimen biopsy liver dan peradangan dengan
neutrofil yang tetap dengan Hepatitis Laennecs ( yang disebabkan oleh alkohol ).

2. Diagnosa Keperawatan.
Diagnosa keperawatan digunakan pada klien dengan Hepatitis virus akut yang
disebabkan oleh :
1. Intoleransi aktifitas sehubungan dengan ketidaknyamanan ataau rasa tidak nyaman.
2. Berubahnya nutrisi yang masuk kedalam tubuh atau kurang dari kebutuhan tubuh
sehubungan dengan anoreksia, nausea dan vomiting.
Diagnosa Keperawataan Tambahan.
Klien dengan Hepatitis virus merupakan bukti problem sekunder yang disebabkan oleh :
1. Anxietas sehubungan dengan rawat inap dirumah sakit dan waktu sakit yang cukup
lama.
2. Nyeri sehubungan dengan peradangan pada liver.
3. Berubahnya aktifitas yang semakin berkurang sehubungan dengan isolasi sosial.
a. Resiko tinggi kerusakan integritas jaringan kulit sehubungan dengan kekurangan dan
kruritus.
b. Isolasi sosial sehubungan dengan resiko penyebarab infeksi.

3. Rencana dan tindakan


A. Intoleransi Aktifitas.
Perencanaan : Meningkatkan aktifitasnya ssampai seperti pada saat sebelum sakit.
Intervensi : Klien dengan Hepatitis virus akut diyakini adanya peradangan yang ganas pada
liver. Klien yang tidak dirawat inap untuk Hepatitis virus tidak perlu mendapatkan
perawatan secara spesifik kecuali Hepatitis C. Hepatitis C diobati dengan
menggunakan alpha – interferon, dimana berguna untuk memperkuat sistem
kekebalan tubuh.
Rencana keperawatan untuk semua klien-klien dengan Hepatitis virus didasarkan
ukuran liver yang normal, maningkatkan regenerasi selular dan mencegah adanya
komplikasi.
Selama stadium akut pada hepatitis virus interensi ditujukan menghentikan
peradangan liver sampai meningkatkan regenerasi sel hepar. Istirahat merupakan
interensi yang penting untuk mengurangi permintaan metabolis liver dan
meningkatkan suplay darah. Keperawatan biasanya berupa dukungan.
Berdasarkan Secara Fisik : Perawat mengkaji respon klien terhadap aktifitas dan periode
istirahat. Bedrest secara total dianjurkan selama fase ikteri halus
pada Hepatitis. Klien biasanya lelah dan tampak malas, tetapi
waktu istirahat diselang-seling dengan waktu aktifitas dianjurkan
dan biasanya sekali-kali dilakukan untuk meningkatkan
penyembuhan hepar.
Rencana keperawatan pada klien dan perubahan-peruahan yang
dibutuhkan untuk menunjukkan sekumpulan gejala-gejala
keganasan dan hasil dari test fungsi hati ddan menentukan enzim-
enzim. Masa istirahaat tetap dilakukan aktifitas sepeerti
perawataan diri sendiri berjalan-jalan dilakukan sampai dapat
ditoleransi sebagai aktifitas tetap.
Berdasarkan Secara Psikis :Istirahat secara psikis dan emosional sangatlah penting. Karena
bedrest dan in aktifitas menyebabkan ansietas. Perawat
memasukkan pengalihan aktifitas dalam rencanaa
keperawatannya misalnya, perawat menanyakan keperluan klien
dengan membawa sesuatu materi bacaan : majalah, buku, Koran.
Rumah sakit menyediakan TV dan telephon. Perawat juga
menganjurkan pada staf dan anggota keluarga untuk meluangkan
waktu untuk masuk kekamar klien.
4. Perencanaan
Perubahan Nutrisi Yang Masuk Kurang Dari Kebutuhan Tubuh.
Perencanaan : Intake nutrisi dan kalori yang optimal pada klien sehingga
meningkatkan penyembuhan jaringan liver.
Intervensi : Dorongan terapi nutrisi ditujukan untuk meningkatkan regenerasi sel-sel
hepar atau oleh kelebihan cairan seperti biasanya dan diet balance yang baik.
Hal ini tidaklah selalu tepat karena nausea dan vomiting, anoreksia dan
biasanya tidak suka terhadap makanan.
Tindakan keperawatan untuk meningkatkan intake nutrisi yang baik dengan :
1. Terapi diet.
2. Obat-obat pengontrol nausea.
3. Perlakuan menyenangkan yang biasa dilakukan.

NO NANDA NOC NIC

1 Risiko gangguan pemenuhan NOC : NIC :


kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b/d intake Nutritional Status : food Nutrition Management
nutrisi yang tidak adekuat akibat and Fluid Intake
mual dan nafsu makan yang
menurun Kriteria Hasil : 1. Kaji adanya
alergi makanan
· Adanya peningkatan
berat badan sesuai dengan 2. Kolaborasi dengan
tujuan ahli gizi untuk
menentukan jumlah
· Berat badan ideal kalori dan nutrisi yang
sesuai dengan tinggi badan dibutuhkan pasien.

· Mampu 3. Anjurkan pasien


mengidentifikasi untuk meningkatkan
kebutuhan nutrisi protein dan vitamin C

· Tidak ada tanda tanda 4. Yakinkan diet


malnutrisi yang dimakan
mengandung tinggi
· Tidak terjadi serat untuk mencegah
penurunan berat konstipasi
badan yang berarti
5. Ajarkan pasien
bagaimana membuat
catatan makanan harian.

6. Monitor jumlah nutrisi dan


kandungan kalori

7. Kaji kemampuan pasien untuk


mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan

Nutrition Monitoring

1. BB pasien dalam batas normal

2. Monitor adanya penurunan


berat badan

3. Monitor kulit kering dan


perubahan pigmentasi

4. Monitor turgor kulit

5. Monitor kekeringan, rambut


kusam, dan mudah patah

6. Monitor mual dan muntah

7. Monitor kadar albumin, total


protein, Hb, dan kadar Ht

8. Monitor pucat,
kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
9. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.

10. Catat jika lidah


berwarna magenta, scarlet

2 Resiko kekurangan volume NOC: NIC :


cairan yang berhubungan dengan
muntah, diare, dan pendarahan · Fluid balance Fluid management

· Hydration 1. Timbang
popok/pembalut
· Nutritional Status jika diperlukan
: Food and Fluid Intake
2. Pertahankan catatan
Kriteria Hasil : intake dan output yang
akurat
· Mempertahankan
urine output sesuai dengan 3. Monitor status hidrasi
usia dan BB, BJ urine ( kelembaban membran
normal, HT normal mukosa, nadi adekuat,
tekanan darah ortostatik ),
· Tekanan darah, nadi, jika diperlukan
suhu tubuh dalam batas
normal 4. Monitor vital sign

· Tidak ada tanda 5. Monitor masukan


tanda dehidrasi, Elastisitas makanan / cairan dan
turgor kulit baik, hitung intake kalori
membran mukosa lembab, harian
tidak ada rasa haus yang
berlebihan 6. Kolaborasikan
pemberian cairan
IV

7. Monitor status nutrisi

8. Berikan cairan IV
pada suhu ruangan

9. Dorong masukan oral

10. Berikan
penggantian nesogatrik
sesuai output

11. Dorong keluarga


untuk membantu pasien
makan

12. Tawarkan snack


( jus buah, buah segar )

13. Kolaborasi dokter


jika tanda cairan
berlebih muncul
meburuk 15. Persiapan
untuk tranfusi
14. Atur kemungkinan tranfusi

3 Nyeri berhubungan NOC : NIC :


dengan proses patologis
penyakit · Pain Level, Pain Management
· Pain control,

· Comfort level

Kriteria Hasil :

· Mampu mengontrol nyeri

· Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas,


frekuensi dan tanda nyeri)

· Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri


berkurang

· Tanda vital dalam rentang normal


1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

3. Kurangi faktor presipitasi nyeri

4. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter
personal)

5. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

6. Ajarkan tentang teknik non farmakologi

7. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

8. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

9. Tingkatkan istirahat

Analgesic Administration

1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat

2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi

3. Cek riwayat alergi

4. Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian
lebih dari satu
Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara

Terapi Diet .
Diet spesial biasanya tidak dikehendaki. Diet tinggi karbohidrat dan kalori
dengan kualitas lemak dan protein yang layak sedikitnya, sering makan akan lebih
baik dari pada tiga kali makan dalam porsi besar. Perawaat bertanya tentang
makaanan pilihan klien karena makanan favorit ditoleransi lebih baik dari pada
makanan yang diberikan secara acak. Klien dianjurkan menyiapkan menu diet,
menyelaksi makanan yang menarik. Perawat berkonsultasi dengan ahli gizi tentang
sumber-sumber gizi yang mengandung kalori tinggi seperti susu.
Dokter spesialis memerintahkan untuk tambahan vitamin jika intake kalori
sangat kurang seperti ensure. Jika klien tidak dapat menerima makanan secara oral,
makanan diberikan secara sonde.
Erawat menanyakan kepada keluarga klien apkah menyiapkan makanan

21
favorit dari rumah dan membawanya ke RS jika mungkin. Makanan yang berlemak
dan makanan yang digoreng perlu dihindari dan menyediakan makanan tinggi
karbohidrat dan protein.

Terapi Obat.
Dokter menulis resep obat anti-emetic untuk menghilangkan rasa mual
seperti : trimethobenzamide hydrochorida (Tigon,Tegamide ) dan Dimenhydrinate
( Dramaamine, Travomine ), Proclhorperazine maleate ( Compazine ) ,
Phenothiazine, dilarang atau dihindari karena potensial akan efek hepatotoxic.

Perlakuan Yang Menyenangkan.


Setia makanan dan aroma kemungkinan merangsang nausea. Perawaat
menghentikan atau menghilangkan penyebab pendorong nausea bila perlu. Suatu
usaha untuk mendorong napsu makan.. Pasien menyediakan atau perawatan mulut
atau melatih melakukan oral higine sebelum makan . Hindarkan makan dengan tidur,
klien makan dengan duduk di kursi di atas meja. Ini sulit dilakukan dirumah sakit tapi
harus dilakukan dirumah. Perawat menyediakan bedpan, urinal didekat klien dan
menyediakan penyegar ruangan.

RENCANA PEMULANGAN
* Persiapan perawatan di rumah
Jika mungkin klien disedikan kamar mandi sendiri untuk personal higien,
mesin cuci sendiri, handuk sendiri, alat makan dan minum sendiri, pisau cukur
sendiri, dan makanan klien disendirikan.
*Pendidikan kesehatan
Perawat mengajarkan klien dan keluarga untuk mengobservasi pencegahan
transmisi infeksi. Perawat menganjurkan klien untuk menghindari alkohol dan minum
obat yang tidak diresepkan oleh dokter. Misal acetominophen (Tylenol,Exdol) selama
3-12 bulan. Klien harus mengukur pola istirahat dari toleransi fisik peningkatan
aktivitas. Perawat menganjurkan klien beraktivitas untuk mencegah kelelahan. Klien
makan makanan ringan, tinggi karbohidrat dan rendah lemak. Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang diit dan perencanaan menu. Perawat mengajarkan klien tentang penyebab
penyakit dan menghindari aktivitas seksual sampai test HBsAg negatif.

22
Panduan pendidikan virus hepatitis
- Hindari obat-obatan yang tidak diresepkan oleh dokter
- Hindari alkohol
- Istirahat yang cukup dan tidur di malam hari secara adekuat
- Makan makanan tinggi karbohidrat dan rendah lemak
- Hindari aktivitas seksual sampai test antibody negatif
- Ikuti panduan pencegahan transmisi penyakit
* Persiapan Psikososial
Dirumah, klien mermerlukan peningkatan aktivitas social tapi terjadi isolasi
social karena penyebab. Perawat memberikan dukungan emosional. Perawat
menjelaskan klien dapat kontak dengan orang lain selama personal hygine baik.
Kontak yang dekat seperti berpelukan, berciuman harus dicegah sampai tes HbsAg
negatif
* Sumber Perawatan Kesehatan
Klien dengan virus hepatitis dan keluarga harus kontak dengan pelayanan
kesehatan untuk mendapatkan informasi dalam mengontrol infeksi. Klien dirumah
diberi batasan toleransi aktivitas/ dukungan keluarga minimal dalam melakukan
aktivitas sehari- hari, persiapan makanan.

5. Diagnosa keperawatan
1. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum
Kriteria hasil : Klien dapat meningkatkan aktivitasnya.
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual, muntah
Kriteria hasil : Klien mendapatkan intake nutrisi dan kalori secara optimal untuk
meningkatkan penyembuhan jaringan liver.

6. Intervensi
Diagnosa no 1
1. Beri waktu pada klien untuk istirahat
2. Lakukan perawatan yang tidak melelahkan
3. Anjurkan bedtrest untuk masa penyembuhan
4. Beri jadwal aktivitas pada klien , misal : perawatan diri sebelum ambulasi
Rasional no 1- 4 : Istirahat meningkatkan penyembuhan liver, mengurangi radang Sel
hepatic.

23
5. Berikan aktivitas yang disukai klien , misal : membaca, menoton Tv
6. Anjurkan pada keluarga dan pengunjung untuk tidak terlalu lama menjenguk
Rasional no 5 – 6 : Kunjungan dan aktivitas independaen menurunkan kecemasan.
Perawat harus mencegah kunjungan yang terlalu lama karena menimbulkan kelelahan.

Diagnosa no 2
1. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet TKTPRL
R : Diet tinggi karbohidrat memberikan energi, protein memberikan regenerasi
Sel hepatic.
2. Berkan makanan ringan ( camilan )
3. Berikan makanan yang disukai klien dan diizinkan oleh menu
4. Berkan makanan tinggi protein misal : susu
5. Berikan suplemaen vitamin dan makanan cair seperti Ensure/Ensure plus
6. Hindari makanan berlemak dan kering yang dapat menimbulkan mual
Rasional no 2 – 6 : Makanan berat menyebabkan anoreksia, makan terlalu banyak
menyebabkan distensi abdomen, mual dan muntah.
7. Beri anti antiemetic seperti trimothobensamide hydrochloride ( Tigan ) sesuai
resep dokter
R : Antiemetic untuk menurunkan mual dan muntah .
8. Hindarkan bau yang tidak enak dari klien
R : Bau yang tidak enak menyebabkan mual .
7. Evaluasi
Pada diagnosa keperwatan dan dukungan intervensi perawatan kesehatan,
perawat mengevaluasi perawatan pada klien :
1. Klien akan membatasi aktivitas fisik
2. Klien akan melakukan isolasi yang diperlukan
3. Klien akan meningkatkan intake nutrisi
4. Klien akan rutin melakukan perawatan medis dan pemeriksaan laboratorium

24
BAB III
KESIMPULAN

A. KESIMPULAN
Setelah liver membuka sejumlah agen , seperti virus. Liver menjadi membesar
dan mendesak dengan meradangnya sel-sel hati , lymfosit-lymfosit , bertambahnya
cairan , sehingga dalam kuadran kanan atas terasa sakit dan tidak nyaman . Sebagai
kemajuan dan kelanjutan proses penyakit , pembelahan sel-sel hati yang normal
berubah menjadi peradangan yang meluas , nekrosis dan regenerasi dari sel-sel hepar .
meningkatnya penekanan dalam lintasan sirkulasi disebabkan karena masuk dan
bercampur dengan aliran darah kedalam pembelahan jaringan-jaringan hepar ( sel-sel
hepar ) . Oedema dari saluran-saluran empedu hati yang terdapat pada jaringan
intrahepatik menyebabkan kekuningan.
hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan
inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokimia
serta seluler yang khas. Hepatitis virus yang sudah teridentifikasi secara pasti adalah
hepatitis A, B, C, D dan E. Hepatitis A dan E mempunyai cara penularan yang serupa
(jalur vekal-oral) sedangkan hepatitis B, C dan D mempunyai banyak karakteristik
yang sama.

B. SARAN
Diharapkan kepada pembaca untuk dapat memberikan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan penulisan makalah kami di kesempatan berikutnya.

25
DAFTAR PUSTAKA

Corwm, Elizabeth J,2001, Buku Saku Patofisiologi; alih bahasa Brahm U. Pendit...(et. Al.) ;
Editor Endah P, Jakarta : EGC

Johnson Marion, dkk, 2000, Nursing Out Come Classification (NOC), Mosby.

Mansjoer A., dkk, 2005, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1, Jakarta, Media Aesculapius.

Mc. Closkey, Jo

anne Mc., Nursing Intervention Classification (NIC), Mosby.

Price, Sylvia Anderson, 2006, Patofisiologi : Konsep Klinis Proes-proses Penyakit.; alih
bahasa, Brahm U. Pendit…(et. Al.) edisi 6, Jakarta : EGC

Priharjo Robert, 2006, Pengkajian Fisik Keperawatan, Jakarta, EGC.

Ralph Sheila Sparh S., dkk, Nursing Diagnosis : Definition & Classification 2005-2006,
NANDA International.

Suddarth & Brunner, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2,
Jakarta, EGC.

www.google Scholer.com

26

Anda mungkin juga menyukai