Anda di halaman 1dari 34

AYU MELINDA 201701101

ANNISA PAGOTJA 201801003


ASRIANDINI 201801008
CLAUDIA NATASYA 201801010
ELIN PUSPITASARI 201801013
MUTIARA ANNISA 201801021
KADEK MAHARANI 201801022 HERNIA NUKLEUS PULPOSUS
NOVIANTI 201801024
NURUL FAJRIAH 201801029 Disusun Oleh: Kelompok 1
OLIVIANA 201801031
Kelas : III A KEPERAWATAN
RENALDY 201801034
SISKHA MAUDY PUTRI 201801040
SITI NURUL AMALIA 201801043
DYLAN VAHLERI 201801269
 
A.Anatomi Muskuloskeletal

Merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengatur pergerakan.


Komponen utama dari sistem muskuloskeletal adalah tulang dan
jaringan ikat yang menyusun kurang lebih 25 % berat badan dan otot
menyusun kurang lebih 50%. Sistem ini terdiri atas: 206 tulang, yang
merupakan penyokong gerakan dan melindungi organ internal; sendi
yang memungkinkan gerakan tubuh dua atau tiga dimensi; otot, yang
memungkinkan gerakan tubuh dan internal; tendon dan ligamen, yang
menghubungkan tulang dengan otot.
Sistem muskuloskeletal adalah seluruh kerangka manusia dengan
seluruh Otot yang menggerakkannya dengan tugas melindungi organ
vital dan bertanggung jawab atas pergerakan berbagai otot yang dapat
menggerakkan anggota badan dalam lingkup gerakan sendi tertentu.
1.Anatomi Tulang

Tulang adalah jaringan yang paling keras diantara jaringan ikat lainnya yang terdiri atas
hampir 50 % air dan bagian padat, selebihnya terdiri dari bahan mineral terutama calsium
kurang lebih 67 % dan bahan seluler 33%.
Tulang mencapai kematangannya setelah pubertas dan pertumbuhan seimbang hanya sampai
usia 35 tahun. Berikutnya mengalami percepatan reabsorpsi sehingga terjadi penurunan
massa tulang sehingga pada usia lanjut menjadi rentan terhadap injury. Pertumbuhan
dipengaruhi hormon & mineral.
Fungsi tulang adalah sebagai berikut
 Mendukung jaringan tubuh dan mermberikan bentuk tubuh.
 Melindungi organ tubuh (misalnya jantung, Otak, dan paru-paru) dan jaringan lunak.
 Memberikan pergerakan (otot yang dengan kontraksi dan pergerakan).
 Membentuk sel-sel darah merah didalam sumsum tulang belakang (hematopoiesis).
 Menyimpan garam mineral, misalnya kalsium, fosfor.
 Tulang disusun oleh sel-sel tulang yang terdiri dari osteosit, osteoblast dan osteoklast serta
matriks tulang. Matriks tulang mengandung unsur organik terutama kalsium dan fosfor.
Secara Mikroskopis tulang terdiri dari :
 Sistem Havers (saluran yang berisi serabut saraf,
pembuluh darah, aliran limfe)
 Lamella (lempeng tulang yang tersusun konsentris).
 Lacuna (ruangan kecil yang terdapat di antara
lempengan–lempengan yang mengandung sel tulang).
 Kanalikuli (memancar di antara lacuna dan tempat
difusi makanan sampai ke osteon).
Pembagian Tulang
 Tulang mempunyai dua besar:
 Tulang axial (tulang pada kepala dan badan)
 Seperti: tulang kepala (tengkorak), tulang belakang (vertebrae), tulang rusuk dan sternum.
 Tulang appendicular (tulang tangan dan kaki)
 Seperti: extremitas alas (scapula, klavikula, humerus, ulna, radius, telapak tangan), extremitas bawah
(pelvis, femur, patela, tbia, fibula, telapak kaki).
 Ada 206 tulang dalam tubuh manusia, tulang dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok berdasarkan
bentuknya:
 Ossa Longa (Tulang panjang) : Tulang yang ukuran panjangnya terbesar, contohnya os humerus dan os
femur.
 Ossa Brevia (Tulang pendek) : tulang yang ukurannya pendek, contohnya ossa carpi.
 Ossa Plana (tulang gepeng/pipih) : tulang yg ukurannya lebar, contohnya os scapula.
 Ossa irregular (tulang tak beraturan): Tulang yang tidak beraturan sama seperti dengan tulang pendek.
Contoh tulang yang tidak beraturan yaitu os vertebrae
 Ossa pneumatica (tulang berongga udara), contoh: os maxilla.
2.Sistem Muskuler (Otot)

Otot rnerupakan jaringan peka rangsang (eksitabel) yang dapat


dirangsang secara kimia, listrik dan mekanik untuk menimbulkan
suatu aksi potensial. Otot merupakan alat gerak aktif yang mampu
menggerakkan tulang, kulit dan rambut setelah mendapat rangsangan.
 Kemampuan Otot: Otot memiliki tiga kemampuan khusus yaitu
 Kontraktbilitas: kemampuan untuk berkontraksi / memendek
 Ekstensibilitas: kemampuan untuk melakukan gerakan kebalikan
dari gerakan yang ditimbulkan saat kontraksi
 Elastisitas: kernampuan otot untuk kembali pada ukuran semula
setelah berkontraksi. Saat kembali pada ukuran semula Otot disebut
dalam keadaan relaksasi
Jenis Otot
 Otot Lurik
 Yang termasuk otot lurik adalah otot rangka/otot serat lintang/musculus striated, otot volunteer.
 Struktur: serabut panjang, berwarna/lurik dengan garis terang dan gelap, memiliki inti dalam jumlah banyak dan terietak
dipinggir
 Kontraksi: menurut kehendak (dibawah kendali sistem syaraf pusat), gerakan cepat, kuat, mudah lelah dan tidak beraturan;
 Ciri-ciri otot lurik : Silindris, lurik/garis melintang, banyak memiliki intisel, melekat pada rangka, pengendalian secara sadar.

Otot Polos
 Yang termasuk otot polos adalah otot alat-alat dalam/visceral/musculus nonstriated, otot involunter.
 Struktur: bentuk serabut panjang seperti kumparan, dengan ujung runcing, dengan inti berjumlah satu terletak dibagian
tengah;
 Kontraksi: tidak menurut kehendak atau diluar kendali sistem saraf pusat, gerakan lambat, ritmis dan tidak mudah lelah;
 Ciri-cirir otot polos: gelondong, tiap 1 sel memiliki 1 inti sel, polos, pengendalian diluar kesadaran.
 Ditemukan pada dinding viscera dan pembuluh darah, dikendalikan melalui sistem syaraf otonom, terdapat pada saluran
pencernaan, perkemihan, pernbuluh darah, dan lain-lain
Otot Jantung
 Yang termasuk otot jantung adalah otot myocardium / musculus cardiac, jenis Otot involunter;
 Struktur: bentuk serabutnya memaniang, silindris, bercabang. Tampak adanya garis terang dan gelap. memiliki satu inti yang
terletak di tengah;
 Kontraksi: tidak menurut kehendak, gerakan lambat, ritmis dan tidak mudah lelah
3.Kartilago (Tulang Rawan)

Kartilago merupakan suatu material yang terdiri dari


serat-serat yang kuat tapi fleksibel dan avaskuler. Zat
mencapai kartilago melalui difusi dari kapiler yang
berada di perikondrium (jaringan fbrous yang
menutupi kartilago) atau melalui cairan sinovial.
4.Ligamen (Simplay)

Ligamen adalah suatu susunan serabut yang terdiri dari jaringan


ikat keadaannya kenyal dan fleksibel. Ligament mempertemukan
kedua ujung tulang dan mempertahankan stabilitas.
 Tipe ligamen:
 Ligamen Tipis: ligamen pembungkus tulang dan kartilago.
Merupakan ligament kolateral yang ada di siku dan lutut.
Ligamen ini memungkinkan terjadinya pergerakan;
 Ligamen jaringan elastik kuning: merupakan ligamen yang
dipererat oleh jaringan yang membungkus dan memperkuat
sendi, pada tulang bahu dengan tulang lengan atas.
5.Tendon

Tendon adalah tali atau urat daging yang kuat yang


bersifat fleksibel, yang terbuat dari fibrous protein
(kolagen). Tendon berfungsi melekatkan tulanq
dengan otot atau otot dengan otot. Tendon
merupakan ikatan jaringan fbrous yang membentuk
akhir dari suatu otot dan tulang.
6.Fascia

Fascia merupakan pembungkus tebal, jaringan


penyambung fibrous yang membungkus otot saraf,
dan pembuluh darah. Beberapa Otot bergabung
membentuk berkas otot yang dibungkus jaringan ikat
yang disebut endomycium. Beberapa endomycium
disatukan jaringan ikat disebut perimycium.
Beberapa perimycium dibungkus oleh jaringan ikat
yang disebut epimycium (fascia)
7.Bursae

Bursae adalah kantong kecil dari jaringan ikat di


suatu tempat dimana digunakan di atas bagian yang
bergerak. Misalnya antara tulang dan kulit, tulang
dan tendon, otot-otot. Bursae dibatasi membrane
sinovial dan mengandung cairan sinovial.
Bursae merupakan bantalan diantara bagian-bagian
yang bergerak seperti olekranon bursae terletak
antara prosesus olekranon dan kulit.
 
8.Persendian (Artikulatio)

Sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Dalam membentuk rangka tubuh, tulang
yang satu berhubungan dengan tulang yang lain melalui jaringan penyambung yang disebut
persendian. Pada persendian terdapat cairan pelumas (cairan sinofial).
 Secara structural sendi dibagi menjadi:
 Sendi Fibrosa
 Kartilaginosa
 Sinovial.
 Berdasarkan fungsionalnya sendi dibagi menjadi:
 Sendi Sinartrosis
 Sendi ini mempunyai pergerakan yang terbatas atau bahkan tidak dapat bergerak sama sekali.
Sendi ini dijumpai pada tulang tengkorak dimana lempeng-lempeng tulang tengkorak
disambungkan oleh elemen fibrosa.
 Amfiartrosis
 Sendi ini mempunyai pergerakan yang terbatas. Umumnya bagian tulang yang berada pada
sisi persendian dilapisi oleh tulang rawan hialin dan struktur
B.KONSEP MEDIS

 Definisi HNP (Herniasus Nukleus Pulposus)

Hernia nukleus pulposus (HNP), yang juga disebut ruptura


diskus intervertebralis (ruptured disc, slipped disc), terjadi
ketika seluruh tubuh atau sebagian nukleus pulposus
(bagian tengah diskus intervertebralis yang lunak dan
mirip gelatin) terdorong melalui cincin luar (anulus
fibrosus) yang melemah atau robek sehingga disus
menjadi disfungsional dan menciptakan tekanan pada
satu sara spinal atau
Hernia Nukleus Pulposus terbagi dalam 4 grade berdasarkan keadaan
herniasinya, dimana ekstrusi dan sequestrasi merupakan hernia yang
sesungguhnya, yaitu:
 Protrusi diskus intervertebralis : nukleus terlihat menonjol ke satu arah
tanpa kerusakan annulus fibrosus.
 Prolaps diskus intervertebral : nukleus berpindah, tetapi masih dalam
lingkaran anulus fibrosus.
 Extrusi diskus intervertebral : nukleus keluar dan anulus fibrosus dan
berada di bawah ligamentum, longitudinalis posterior.

Sequestrasi diskus intervertebral : nukleus telah menembus
ligamentum longitudinalis posterior
2.Etiologi HNP

HNP biasanya disebabkan oleh kerusakan akibat penggunaan selama


bertahun-tahun dengan sedikit retakan di annulus yang melemahkan cincin
kartilago suportif. Kemudian pada suatu hari ketika indivdu tersebut bersin,
tiba-tiba terjadi herniasi. Trauma akut akibat jatuh atau pukulan ke
punggung atau leher juga dapat menyebabkan herniasi mendadak.
Penyebab HNP antaralain karena trauma atau regangan (strain) yang berat
dan degenerasi sendi intervertebralis. Pada kebanyakan klien gejala trauma
bersifat singkat. Gejala ini disebabkan oleh cedera pada diskus yang tidak
terlihat selama beberapa bulan atau tahun. Kemudian pada generasi diskus,
kapsulnya terdorong ke arah medula spinalis, atau mungkin ruptur dan
memungkinkan nukleus pulposus terdorong terhadap sakus dural atau
terhadap saraf spinal saat muncul dari columna spinal. (Arif Muttaqin, 2008,
349)
3.Patofisiologi HNP
Pada tahap pertama sobeknya anulus fibrosus itu bersifat sirkumferensial, karena adanya
gaya traumatik yang berulang, sobekan itu menjadi lebih besar dan timbul sobekan Radial
apabila hal ini telah terjadi, maka risiko HNP hanya menunggu waktu dan trauma berikutnya
saja. Gaya presipitasi itu dapat diasumsikan seperti gaya traumatik ketika hendak
menegakkan badan waktu terpeleset, mengangkat benda berat, dan sebagainya.
Menjebolnya (herniasi) nukleus pulposus dapat mencapai ke korpus tulang belakang di atas atau
di bawahnya. Bisa juga menjebol langsung ke kanalis vertebralis. Menjebolnya sebagian nukleus
pulposus ke dalam korpus vertebra dapat dilihat pada foto rontgen polos dan dikenal sebaga
4.Manifestasi Klinis HNP

Manifestasi
  klinis utama yang muncul adalah rasa nyeri di punggung
bawah disertai otot-otot sekitar lesi dan nyeri tekan. HNP terbagi atas
HNP sentral dan HNP lateral. HNP sentral akan menimbulkan
paraparesis flasid, parestesia, dan retensi urine. Sedangkan HNP
lateral bermanifestasi pada rasa nyeri dan nyeri tekan yang terletak
pada punggung bawah, di tengah-tengah area bokong dan betis,
belakang tumit, dan telapak kaki. Kekuatan ekstensi jari kelima kaki
berkurang dan refleks achiler negatif. Pada HNP lateral rasa nyeri dan
nyeri tekan didapatkan di punggung bawah, bagian lateral pantat,
tungkai bawah bagian lateral, dan didorsum pedis. Kekuatan ekstensi
ibu jari kaki berkurang dan refleks patella negatif. Sensibilitas
dermatom yang sesuai dengan radiks yang terkena menurun.
5.Komplikasi HNP

Walau jarang, HNP dapat menekan cauda equine yang terletak di punggung bawah dan
mengakibatkan komplikasi yang serius, seperti :
 Disfungsi pengeluaran cairan dari kandung kemih, dimana penderita akan kesulitan
mengeluarkan urine atau tinja, hingga kemandulan secara seksual.
 Menurunnya kemampuan beraktivitas, dikarenakan kondisi ini dapat memperburuk
gejala, seperti nyeri hebat, otot melemah, atau kaku.
 Anestesi sadel, dimana penderita kehilangan kemampuan merasa atau sensasi di titik
seperti paha bagian dalam, tungkai belakang, dan sekitar dubur.
 Kelumpuhan pada ekstermitas bawah.
 Cedera medulla spinalis.
 Radiklitis (iritasi akar saraf).
 Parestese.
 Disfungsi seksual.
 Hilangnya fungsi pengosongan VU dan sisa pencernaan
6.Penatalaksanaan Medis HNP

 Terapi konservatif
 Tirah baring
 Penderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa hari
dengan sikap yang baik adalah sikap dalam posisi setengah duduk,
tungkai dalam sikap fleksi pada sendi panggul dan lutut tertentu. Tempat
tidur tidak boleh memakai pegas/per, dengan demikian tempat tidur
harus dari papan yang lurus dan ditutup dengan lembar busa tipis. Tirah
baring bermanfaat untuk nyeri punggung bawah mekanik akut. Lama
tirah baring bergantung pada berat ringannya gangguan yang dirasakan
penderita. Pada HNP, klien memerlukan tirah baring dalam waktu yang
lebih lama. Setelah tirah baring, klien melakukan latihan atau dipasang
korset untuk mencegah terjadinya kontraktur dan mengembalikan lagi
fungsi-fungsi otot
 Kompres hangat/dingin
Kompres hangat/dingin ini merupakan modalitas yang mudah dilakukan. Untuk
mengurangi spasme otot dan inflamasi. Beberapa pasien merasakan nyeri hilang pada
pengkompresan hangat, sedangkan yang lain pada pengkompresan dingin.
 
 Fisioterapi

 Biasanya dalam bentuk diatermi (pemanasan dengan jangkauan permukaan yang lebih
dalam) untuk relaksasi otot dan mengurangi lordosis
 Terapi operatif
 Terapi operatif dilakukan apabila dengan tindakan konservatif tidak memberikan hasil
yang nyata, kambuh berulang, atau terjadi defisit neurologis. Terapi operatif pada pasien
dilakukan jika:
 Pasien mengalami HNP grade 3 atau 4.
 Tidak ada perbaikan lebih baik, masih ada gejala nyeri yang tersisa, atau ada gangguan
fungsional setelah terapi konservatif diberikan selama 6 sampai 12 minggu.
 Rehabilitasi
 Mengupayakan penderita segera bekerja seperti
semula
 Agar tidak menggantungkan diri pada orang lain
dalam melakukan kegiatan sehari-hari (the activity
of daily living)
 Klien tidak mengalami komplikasi pneumonia,
infeksi saluran kemih, dan sebagainya. (Arif
Muttaqin, 2008, 359)
C.ASUHAN KEPERAWATAN

 Pengkajian Keperawatan HNP


 Pengumpulan data subjektif dan objektif pada
klien dengan gangguan sistem persarafan
sehubungan dengan HNP bergantung pada bentuk,
lokasi, jenis injuri, dan adanya komplikasi pada
organ vital lainnya. Pengkajian keperawatan HNP
meliputi anamnesis riwayat penyakit, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan diagnostik, dan pengkajian
psikososial
Anamnesis
  klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam


Identitas

masuk rumah sakit, nomor register, diagnosis medis. HNP terjadi pada umur pertengahan, kebanyakan pada jenis kelamin
pria dan pekerjaan atau aktivitas berat (mengangkat benda berat atau mendorong benda berat) Keluhan utama yang sering
menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah nyeri pada punggung bawah
 P : adanya riwayat trauma (mengangkat atau mendorong benda berat)
 Q : sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti disayat, mendenyut, seperti kena api, nyeri tumpul yang terus-
menerus. Kaji penyebaran nyeri, apakah bersifat nyeri radikular atau nyeri acuan (referred pain). Nyeri bersifat menetap,
atau hilang timbul, semakin lama semakin nyeri. Nyeri bertambah hebat karena adanya faktor pencetus seperti gerakan
gerakan pinggang batuk atau mengedan, berdiri atau duduk untuk jangka waktu yang lama dan nyeri berkurang bila di
buat istirahat berbaring. Sifat nyeri khas dari posisi berbaring keduduk, nyeri mulai dari pantat dan terus menjalar ke
bagian belakang lutut, kemudian ke tungkai bawah. Nyeri bertambah bila ditekan daerah (garis antara dua Kkrista iliaka)
 R : letak atau lokasi nyeri. Minta klien menunjukkan nyari dengan setepat-tepatnya sehingga letak nyeri dapat diketahui
dengan cermat.
 S : pengaruh posisi tubuh atau anggota tubuh berkaitan dengan aktivitas tubuh, posisi yang bagaimana yang dapat
meredakan rasa nyeri dan memperberat nyeri. Aktivitas yang menimbulkan rasa nyeri seperti berjalan, menuruni tangga,
menyapu, dan gerakan yang mendesak. Obat-obatan yang sedang diminum seperti analgesik, berapa lama klien
menggunakan obat tersebut
 T : sifatnya akut, sub-akut, perlahan-lahan atau bertahap, bersifat menetap, hilang timbul, semakin lama semakin nyeri.
Nyeri pinggang bawah yang intermiten (dalam beberapa minggu sampai beberapa tahun)
 Riwayat penyakit saat ini
 Kaji adanya riwayat trauma akibat mengangkat atau mendorong benda
yang berat. Pengkajian yang didapat meliputi keluhan paraparesis flasid,
parestesia, dan retensi urine. Keluhan nyeri pada punggung bawah, di
tengah-tengah area pantat dan betis, belakang tumit, dan telapak kaki.
Klien sering mengeluh kesemutan (parastesia) atau baal bahkan kekuatan
otot menurun sesuai dengan distribusi persarafan yang terlibat.
 Pengkajian riwayat menstruasi, adneksitis dupleks kronis, yang juga bisa
menimbulkan nyeri punggung bawah yang keluhannya hampir mirip
dengan keluhan nyeri HNP sangat diperlukan untuk penegakan masalah
klien lebih komprehensif dan memberikan dampak terhadap intervensi
keperawatan selanjutnya
Riwayat penyakit dahulu
 Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi apakah klien pernah
menderita tuberkulosis tulang, osteomielitis, keganasan (mieloma
multipleks) dan metabolik (osteoporosis) yang semua penyakit
ini sering berhubungan dengan kejadian dan meningkatkan risiko
terjadinya herniasi nukleus pulposus (HNP).
 Pengkajian lainnya adalah menanyakan adanya riwayat
hipertensi, riwayat cedera tulang belakang, diabetes melitus, dan
penyakit jantung. Pengkajian ini berguna sebagai data untuk
melakukan tindakan lainnya dan menghindari komplikasi
 Riwayat penyakit keluarga
 Mengkaji adanya anggota generasi terdahulu yang
menderita hipertensi dan diabetes melitus
 
 Pengkajian psikososial spiritual
 Pengertian mekanisme koping yang digunakan klien
perlu dilakukan untuk menilai respon emosi klien
terhadap penyakit yang dideritanya, perubahan peran
klien dalam keluarga dan masyarakat, dan respon atau
 Pemeriksaan fisik
 Setelah dilakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data
dari pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan pada sistem dan terarah (B1-B6) dengan fokus pemeriksaan fisik
pada pemeriksaan B3 (Brain) dan B6 (Bone) dan dihubungkan dengan keluhan klien
  
 Keadaan umum
 Pada HNP keadaan umum biasanya tidak mengalami penurunan kesadaran. Adanya perubahan pada tanda vital meliputi bradikardi,
hipotensi yang berhubungan dengan penurunan aktivitas karena adanya paraparese.
 B1 (Breathing)
 Jika tidak mengganggu sistem pernafasan biasanya pada pemeriksaan :
 Inspeksi, ditemukan klien tidak mengalami batuk, tidak sesak nafas, dan frekuensi pernafasan normal
 Palpasi, ditemukan taktil fremitus seimbang kanan dan kiri
 Perkusi, ditemukan adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru
 Auskultasi, ditemukan tidak terdengar bunyi nafas tambahan
 B2 (Blood)
 Bila tidak ada gangguan pada sistem kardiovaskuler, biasanya kualitas dan frekuensi nadi normal, tekanan darah normal. Pada
auskultasi, tidak ditemukan bunyi jantung tambahan
 B3 (Brain)
 Pengkajian B3 brain merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya.
 Inspeksi umum. Kurvatura yang berlebihan, pendaftaran arkus lumbal, adanya angulus, pelvis yang miring/asimetris, muskulatur
paravertebral atau pantat yang asimetris, postur tungkai yang abnormal. Hambatan pada pergerakan punggung, pelvis, dan tungkai
selama bergerak.
  
Diagnosa Keperawatan HNP
Diagnosa keperawatan dan intervensi pada pasien Herniasi Nukleus Pulposus menurut (Arif
Muttaqin, 2008, 360), antara lain:
 nyeri b.d penjepitan saraf pada diskus intervertebralis, tekanan di daerah distribusi ujung
saraf
 Risiko tinggi trauma b.d hambatan mobilitas fisik, kesulitan atau hambatan dalam
melakukan pergerakan punggung, pelvis, dan tungkai
 Defisit perawatan diri b.d kelemahan neuromuskular menurunnya kekuatan dan kesadaran,
kehilangan kontrol/koordinasi otot
 Resiko gangguan integritas kulit b.d imobilisasi, tidak adekuatnya sirkulasi perifer, tirah
baring lama
 Koping individu tidak efektif b.d ketidakberdayaan dan merasa tidak ada harapan,
kehilangan/perubahan dalam pekerjaan
 Cemas b.d ancaman kondisi sakit dan perubahan kesehatan

1. Rencana Tindakan HNP

Diagnosa keperawatan dan intervensi pada pasien Herniasi Nukleus Pulposus


menurut (Arif Muttaqin, 2008, 360), antara lain:
1. Nyeri b.d penjepitan saraf pada diskus intervertebralis, tekanan di daerah distribusi
ujung saraf
Dalam waktu 3 kali 24 jam nyeri berkurang atau dapat diadaptasi oleh
TUJUAN
klien
Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi,
KRITERIA HASIL dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan
nyeri, klien tidak gelisah, skala nyeri 0-1 atau teradaptasi
NO Intervensi Rasional
Nyeri merupakan respon subjektif yang bisa
Kaji terhadap nyeri dengan skala 0-4 dikaji dengan menggunakan skala nyeri. Klien
1
rasionalisasi melaporkan skala nyeri biasanya di atas tingkat
cedera
Nyeri dipengaruhi oleh kecemasan, ketegangan,
Bantu klien dalam identifikasi faktor
2 suhu, distensi kandung kemih, dan berbaring
pencetus
lama
Jelaskan dan bantu klien dengan Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan
3 tindakan pereda nyeri non nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan
farmakologi dan non invasif keefektifan dalam mengurangi nyeri
Ajarkan relaksasi teknik-teknik
untuk menurunkan ketegangan otot Akan melancarkan peredaran darah, Sehingga
4 rangka, yang dapat menurunkan kebutuhan oksigen oleh jaringan akan terpenuhi,
intensitas nyeri dan juga tingkatkan sehingga akan mengurangi nyeri nya
relaksasi masese
Implementasi HNP
 Pelaksanaan merupakan tindakan mandiri dasar berdasarkan ilmiah, masuk akal
dalam melaksanakan yang bermanfaat bagi klien yang diantisipasi berhubungan
dengan diagnosa keperawatan dan tujuan yang telah ditetapkan. Pelaksanaan
merupakan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan. Tindakan yang dilakukan dapat berupa tindakan mandiri maupun
kolaborasi. Dalam pelaksanaan langkah-langkah yang dilakukan adalah mengkaji
kembali keadaan klien, validasi rencana keperawatan, menentukan kebutuhan dan
bantuan yang diberikan serta menetapkan strategi tindakan yang akan dilakukan.
Selain itu juga dalam pelaksanaan tindakan semua tindakan yang dilakukan pada
klien dan respon klien pada setiap tindakan keperawatan didokumentasikan dalam
catatan keperawatan. Dalam pendokumentasian yang perlu didokumentasikan
adalah waktu tindakan dilakukan, tindakan dan respon klien serta diberi tanda
tangan sebagai aspek legal dari dokumentasi yang dilakukan.
Evaluasi HNP
 Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses
keperawatan. Evaluasi adalah kegiatan yang di sengaja
dan terus-menerus dengan melibatkan klien, perawat,
dan anggota tim kesehatan lainnya. Dalam hal ini
diperlukan pengetahuan tentang kesehatan,
patofisiologi, dan strategi evaluasi. Tujuan evaluasi
adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana
keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melakukan
pengkajian ulang. (Lismidar, 1990)
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai