Anda di halaman 1dari 20

BAHAN AJAR

KETERAMPILAN
BERBAHASA
Seri: Konsep Materi Ajar Kebahasaan

Sintowati Rini Utami 2020


Konsep Dasar
• Apa konsep dasar keterampilan berbahasa
• Apa konsep bahan ajar keterampilan berbahasa
• Unsur bahasa apa saja yang membangun keterampilan berbahasa
• Apa saja rumusan tiap-tiap bentuk keterampilan berbahasa
PENGANTAR
BAHAN AJAR KETERAMPILAN BERBAHASA
• Amelia : Keterampilan berbahasa terdiri dari empat aspek, yaitu mendengarkan, berbicara,
membaca, dan menulis. Siswa harus menguasai keempat aspek tersebut agar terampil
dalam berbahasa. Dengan demikian, pembelajaran keterampilan berbahasa di sekolah tidak
hanya menekankan pada teori saja, tetapi siswa dituntut untuk mampu menggunakan
bahasa sebagaimana fungsinya, yaitu sebagai alat untuk berkomunikasi (Tarigan, 1986:86).
• Sagita Ayu P: Keterampilan berbahasa menurut Basiran (1999), difokuskan pada
keterampilan komunikasi dalam berbagai konteks. Untuk dapat berkomunikasi dengan
lancar, baik secara lisan maupun tulis, siswa perlu pengetahuan dan pemahaman
kebahasaan. Aspek kebahasaan menjadi dasar kegiatan berbahasa yang harus dikuasai
siswa. Aspek tersebut digunakan sebagai sarana untuk memahami dan menggunakan
bahasa bagi tujuan tertentu. Dengan kata lain, kegiatan belajar bahasa merupakan kegiatan
menggunakan kaidah bahasa sesuai dengan konteks pemakaiannya.Sumber: Ghufron,
Syamsul. (2019). Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah: Kajian Aspek Kebahasaan.
MEDIA DIDAKTIKA, 5(2), 103-113.
• (Setyo Wibowo) Slamet (2007:6) mengungkapkan bahwa pengajaran bahasa Indonesia adalah pengajaran
keterampilan berbahasa bukan pengajaran tentang kebahasaan. Teori-teori bahasa hanya sebagai pendukung atau
penjelas dalam konteks, yaitu yang berkaitan dengan keterampilan tertentu yang tengah diajarkan. (Sumber: Akhyar,
Fitria. (2019). Jurnal: Pembelajaran Keterampilan Berbahasa dalam Kurikulum 2013 Sekolah Dasar.)

• Dalam Agus Trianto (2005:6) menyatakan bahwa belajar bahasa Indonesia agar siswa terampil berkomunikasi perlu
dilatih menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, bukan untuk menguasai pengetahuan tentang bahasa. Aspek
keterampilan berbahasa disajikan secara terpadu dengan menggunakan tema. Kurniawati, E. D. (2009).
Pengembangan bahan ajar bahasa dan sastra indonesia dengan pendekatan tematis (studi pengembangan di SMA
Negeri 2 Sambas) (Doctoral dissertation, UNS (Sebelas Maret University)). .- Ipeh

• (Bunga Syafitri) Menurut Chomsky. proses belajar bahasa adalah proses pembentukan kaidah (role formation
process), bukan proses pembentukan kebiasaan (habit formation process) (Sumardi,1992: 99). Dengan demikian,
Chomsky ingin memberitahu dunia pengajaran bahasa bahwa kompetensi perlu dikembangkan pada diri pembelajar
sehingga mereka mampu menggunakan bahasa secara gramatikal. Ancangan komunikatif sebenarnya lebih dekat
dengan kajian tatabahasa fungsional yang telah dilakukan oleh para linguis, misalnya, para linguis aliran Praha, yakni
Vilem Mathesius. Trubetzkoy, Andre Martinet, dan Roman Jakobson (Sampson 1980:103-129).
Juriski O Waruwu :Agar pembelajaran bahasa dapat dilakukan secara
maksimal dengan mengikuti kaidah bahasa yang berlaku, setiap guru
perlu melakukan analisis terhadap unsur kebahasaan yang digunakan
pada setiap kompetensi dasar. Unsur kebahasaan yang digunakan dalam
pembelajaran bahasa termasuk jenis tatabahasa pedagogis. Leech (dalam
Odlin, 1994:17) menyatakan bahwa tatabahasa pedagogis adalah
tatabahasa yang dibuat untuk kepentingan pembelajar. Dengan demikian,
rumusan kaidah dan pelaksanaannya harus mencerminkan kemampuan
peserta didik.Sumber: Sastromiharjo, Andoyo. (2008) TEORI KEBAHASAAN
DAN PEMBELAJARANNYA. UPI. Hal. 3.
Keterampilan Mendengarkan
Menyimak atau mendengarkan dalam arti sempit mengacu pada proses mental
pendengar yang menerima bunyi yang dirangsangkan oleh pembicara dan kemudian
meyusun penafsiran apa yang disimaknya.

Jenis menyimak yang dikembangkan sekolah besifat:

Menyimak Hati-hati (careful Menyimak Kritis (critical listening)


listening) Mempertanyakan menguji kebenaran apa
Kemampuan memperhatikan ide yang disimak, untuk kemudian pendengar
utama yang disampaikan. menolak/menerima ide yang didengar..

Menyimak Perseptif (perseptive listening) Menyimak Kreatif (creative listening)


Menyadari dan memahami apa yang Menggunakan pemikiran untuk menilai apa
dikatakan pembicara, meskipun apa yang yang disimak dan membuat kreasi
disampaikan tidak jelas. berdasarkan hasil simakan.
Agar proses menyimak berhasil baik, maka dalam penyajian

materi menyimak perlu diperhatikan faktor-faktor yang turut

mempengaruhi, yaitu:

1. Kejelasan pesan yang berasal dari pembicara

2. Bahasa yang digunakan

3. Alat dengar penyimak

4. Suasana kejiwaan pembicara dan penyimak

5. Gangguan dari luar (kebisingan dan keributan)

Nurhadi. 1995. Tata Bahasa Pendidikan. Semarang: IKIP Semarang Press (1995: 336)
Beberapa saran untuk keberhasilan menyimak dalam proses belajar mengajar

bahasa:

1. Tujuan menyimak

2. Kecepatan menyajikannya

3. Tingkat kesulitan bahasa sesuai dengan tingkat kemampuan berbahasa

pembelajar

4. Topik harus sesuai dengan minat pelajar

5. Topik menyimak harus berubah-ubah

Nurhadi. 1995. Tata Bahasa Pendidikan. Semarang: IKIP Semarang Press (1995: 336)
• 1. Erafika : Hansen (1987:69) mengemukakan bahwa :”... a writing &
reading program begins with listening, and listening holds the
program together...”.Kegiatan menyimak paling sering digunakan dan
mungkin seni keterampilan berbahasa (dan pembelajaran) yang paling
penting. Kegiatan menyimak pada dasarnya diperlukan oleh para
siswa dalam berbagi tulisan mereka dalam kegiatan pertemuan-
pertemuan dan menerima umpan balik untuk meningkatkan hasil
karyanya serta memperoleh pemahaman terhadap informasi yang
diperoleh.
Keterampilan Membaca

Membaca adalah mengidentifikasi simbol-simbol dan


mengasosiasikannya dengan makna. Membaca adalah proses
mengidentifikasi dan komprehensi yang menelusuri pesan yang
disampaikan melalui sistem bahasa tulis.

Nurhadi. 1995. Tata Bahasa Pendidikan. Semarang: IKIP Semarang Press (1995: 336)
Materi yang diajarkan didasarkan pada tujuan
keterampilan membaca, yaitu:
1. Untuk tujuan meningkatkan keterampilan membaca

1) Melatih menghilangkan faktor penghambat membaca, misalnya:


vokalisasi, subvokalisasi, gerakan bibir, dan regresi.

2) Melatih jangkauan mata, yaitu dari membaca kata demi kata


menjadi frasa demi frasa, sehingga jangkauan mata sedikit lebar
dan semakin cepat.

3) Mengembangkan cara membaca untuk kepentingan studi di


perguruan tinggi ataua sekolah menengah, yaitu dalam sistem
SQ3R.
Nurhadi. 1995. Tata Bahasa Pendidikan. Semarang: IKIP Semarang Press (1995: 336)
2. Untuk tujuan meningkatkan kemampuan memahami bacaan,

yaitu dengan cara berlatih::

1) Menceritakan kembali isi bacaan (mencari

kata kunci, menentukan kalimat topik, dan

menjawab pertanyaan).

2) Merangkum isi bacaan.

Nurhadi. 1995. Tata Bahasa Pendidikan. Semarang: IKIP Semarang Press (1995: 336)
3. Untuk mengembangkan kompetensi kebahasaan, yaitu:

1) Membantu mengenali penanda kontekstual bahasa (fonem, morfologi, dan


sintaksis).

2) Untuk melatih pengenalan persamaan dan lawan bentuk (homonim, homofon,


homograf, sinonim, dan antonim).

3) Melatih mempertajam pemahaman arti ujaran bahasa (unsur denotasi, unsur


konotasi, unsur bahasa kias.

4. Untuk menambah kekayaan kosakata

5. Untuk mengembangkan keluasan skemata pengetahuan siswa

Nurhadi. 1995. Tata Bahasa Pendidikan. Semarang: IKIP Semarang Press (1995: 336)
• 1. Araminta Ma'ruf:Membaca merupakan salah satu keterampilan
berbahasa yang tidak dapat dipisahkan dari keterampilan lainnya.
Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia terdapat dua aspek membaca
yaitu membaca aspek kebahasaan dan membaca aspek kesastraan.
Membaca aspek kebahasaan merupakan kegiatan membaca suatu
bacaan dengan menerapkan keterampilan berbahasa. Kemahiraan
dalam memaknai sebuah kata dan menggunakan kata akan terlihat
apabila berkembangnya kosa kata dan daya kata.Sumber: Kusumadewi,
M. A., Hilal, I., & Suyanto, E. (2014). PEMBELAJARAN MEMBACA ASPEK
KEBAHASAAN PADA SISWA KELAS XI SMAN 13 BANDAR LAMPUNG.
Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya), 2(1, Apr).
Keterampilan Berbicara
Dalam pengajaran berbicara yang paling penting adalah mengajarkan

keterampilan berkomunikasi lisan dengan orang lain. Hal-hal yang perlu

diperhatikan adalah:

1. Menghilangkan kesalahan melafalkan bunyi-bunyi [e] dan [E] dianggap sama.

Misalnya kata instruksi dilafalkan [intruksi], interupsi [intrupsi], sebaliknya kata

identik dilafalkan [identil].

2. Menghilangkan kesalahan memilih kata-kata atau istilah yang tepat. Hal ini

berhubungan dengan diksi. Diksi berkaitan dengan makna. Dalam Bahasa

Indonesia terdapat kata-kata yang mempunyai daerah kata yang sama, yaitu:

melihat, menengok, melayat, menjenguk, menonton, memperhatikan, mengintip,

dan meninjau.
Nurhadi. 1995. Tata Bahasa Pendidikan. Semarang: IKIP Semarang Press (1995: 336)
3. Menghilangkan penggunaan kalimat yang samar-samar atau yang
menimbulkan penafsiran berbeda.

4. Menghilangkan pengungkapan pemikikiran yang tidak logis (kacau).

Misal: Dalam rapat itu membicarakan kasus pencurian mobil.


(Seharusnya, rapat itu membicarakan kasus pencurian mobil).

5. Menghilangkan kesalahan struktur kalimat.

6. Menghilangkan penggunaan kata mubazir.

Contoh: Ia adalah anggota polisi => Ia polisi

Nurhadi. 1995. Tata Bahasa Pendidikan. Semarang: IKIP Semarang Press (1995: 336)
• Salah satu aspek berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa adalah berbicara, sebab keterampilan
berbicara menunjang keterampilan lainnya (Tarigan, 1986:86). Keterampilan ini bukanlah suatu jenis
keterampilan yang dapat diwariskan secara turuntemurun walaupun pada dasarnya secara alamiah
setiap manusia dapat berbicara. Namun, keterampilan berbicara secara formal memerlukan latihan
dan pengarahan yang intensif. -AMEL
• Salah satu aspek berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa adalah berbicara, sebab keterampilan
berbicara menunjang keterampilan lainnya (Tarigan, 1986:86). Keterampilan berbahasa mempunyai
kedudukan yang sangat penting. Tanpa bahasa, seseorang tidak dapat berkomunikasi dengan baik
secara lisan maupun tulisan dalam mengungkapkan ide atau gagasan kepada orang lain. – Dede
• (Wofa Yustika) Tanda bahwa aspek kebahasaan berpengaruh terhadap keterampilan berbahasa
seseorang salah satunya terlihat dari keterampilan berbicara. Karena keterampilan berbicara dapat
membentuk seseorang untuk mampu melahirkan tuturan atau ujaran secara komunikatif, jelas,
runut serta mudah dipahami. Selain itu, keterampilan berbicara juga dapat membentuk seseorang
lebih berbudaya karena mereka terlatih untuk dapat berkomunikasi dengan pihak lain sesuai dengan
konteks, situasi tutur di mana, kapan, dan dengan siapa ia berbicara. (Sri Aninditya, 2011:23)
Keterampilan Menulis

Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang paling tinggi


tingkatannya. Menulis adalah suatu proses penuangan ide atau gagasan dalam
bentuk paparan bahasa tulis berupa rangkaian simbol-simbol bahasa.

Baradja (1975:42) menyebutkan lima tahap latihan menulis, yakni:

1. Mencontoh

2. Reproduksi

3. Rekombinasi (Transformasi)

4. Menulis Terpimpin

5. Menulis

Nurhadi. 1995. Tata Bahasa Pendidikan. Semarang: IKIP Semarang Press (1995: 336)
Billow dalam Pateda (1987), menyebutkan tipe-tipe tulisan sebagai berikut:

1. Laporan, biasanya tulisan yang berisi fakta yang berhasil dikumpulkan di lapangan.

2. Timbangan, yaitu menulis isi buku berkaitan dengan ide yang dikemukakan penulis,

hal-hal yang disetujui dan ditolak.

3. Iklan (publikasi), yaitu tulisan yang berupa penawaran diskusi.

4. Artikel, yaitu tulisan ilmiah yang membicarakan masalah aktual.

5. Surat, yaitu tulisan yang merupakan proyeksi personal seseorang untuk orang lain.

6. Tulisan kreatif, yaitu tulisan bebas sekehendak penulis yang biasanya dalam bentuk

karangan imajinatif (puisi, cerpen, dan novel).

Nurhadi. 1995. Tata Bahasa Pendidikan. Semarang: IKIP Semarang Press (1995: 336)

Anda mungkin juga menyukai