Anda di halaman 1dari 4

Tatalaksana

1. Observasi
– Pasien asimptomatik dengan pneumotoraks kecil
(<20%) unilateral
– Rangkaian ronsen dada selama awal 24 jam
untuk menilai perkembangan pneumotoraks
– Pada pasien yang dirawat inap dapat diberikan
supplemental high flow oxygen
2. Aspirasi
– Penyisipan kateter plastik dari 16/18 gauge under
local anesthesia
– Lokasi: 2nd anterior IS in midclavicular line
– Follow up dengan ronsen dada
– Dapat digunakan pada pasien dengan PSP episode
pertama atau tanpa penyakit paru lainnya dengan
sesak napas atau pneumotoraks berukuran > 2
cm/>20 %

Grippi M, Elias J, Fishman J, dkk. Fishman's Pulmonary Diseases and Disorders. Edisi 5. New York: McGraw-Hill
Education; 2015. 1206p
3. Tube Thoracostomy
– Pemasangan kateter yang terfiksasi untuk
pengeluaran udara di cavum pleura
secara kontinyus yang selanjutnya
dihubungkan dengan sistem drainage
pleural
– Metode klasik menggunakan tube
thoracostomy standar untuk
pneumotoraks yang tidak ada komplikasi
– Tube torakostomi standar: 20 -24F—>
minimalisir ketidaknyamanan dengan
selang yang besar.
– Lokasi : lateral dinding dada diatas costa
4th-6th di garis axilla tengah-anterior
4. Pleurodesis
– Adhesi pleura visceralis dan pleura parietalis untuk mencegah
kebocoran udara ke cavum pleura
– Mengiritasi permukaan pleura secara kimiawi atau fisik untuk
membentuk respon inflamasi sehingga terjadi adhesi
5. Operasi
• Diindikasikan jika metode yang kurang invasif gagal,
pneumotoraks yang persisten atau rekurens, pekerjaan risiko
tinggi (pilot, penyelam, dll), pneumotoraks bilateral atau
tension pneumotoraks, kebocoran udara yang persisten pada
pemasangan chest tube berkepanjangan, atau reekspansi paru
yang tidak sempurna
6. VATS (Video-assisted Thoracoscopic Surgery)
Butuh anestesi umum dengan ventilasi ganda endotrakeal lumen
(single lung ventilation)
7. Open Thoracotomy
-Secara klasik, efektif terapi dengan angka
kekambuhan <2%

Anda mungkin juga menyukai