Anda di halaman 1dari 6

Tatalaksana otosklerosis

1.Medikamentosa

Sejauh ini, obat-obatan telah diarahkan untuk mencegah prigresifitas lesi otosklerotik.
Lebih khusus lagi, obat-obat yang mencegah gangguan pendengaran sensorineural telah
dilaporkan. Tidak ada laporan tentang perawatan medis yang menghilangkan lesi
otosklerotik. Penatalaksanaan medis dari otosklerosis diarahkan pada fase aktif dari
otosklerosis fenestral, suspek otosklerosis koklea, dan juga telah dilaporkan diberikan
poststapedektomi untuk mencegah fokus otosklerotik kembali aktif dan berfungsi untuk
menstabilkan pendengaran setelah stapedektomi.

Shambaugh dan Scott yang pertama menyarankan bahwa dalam pemakaian dosis sedang dari
sodium fluoride dapat menyebabkan rekalsifikasi dan mengurangi penyerapan tulang pada
sebuah fokus otosklerosis yang aktif. Pada manusia, fluoride sangat efektif hanya ketika
fokus otosklerosis dalam keadaan aktif dan tidak efektif ketika tidak aktif.

Alasan menggunakan natrium fluorida atau sodium fluoride pada otosklerosis yaitu
berdasarkan bukti literature sebagai berikut:

a. Penelitian oleh Daniel yang menunjukkan bahwa adanya peningkatan kejadian


stapedial otosklerosis dimana terdapat level fluoride yang rendah.
b. Perubahan dari aktif menjadi tidak aktif, pada kondisi klinis dan radiologis dari pasien
yang menderita koklea atau otosklerosis fenestral aktif ketika diberikan sodium
fluoride.

Fluoride menyebabkan fokus otosklerotik aktif menjadi tidak aktif namun tidak
menghilangkan atau menghapus fokus otosklerotik. Sodium fluoride mengurangi penyerapan
tulang osteoklastik dan pada saat yang sama mendorong pembentukan tulang osteoblastik.
Dalam tulang baru, ion fluoride menggantikan hidroksil dalam hidroksiapatit; fluorapatit
yang dihasilkan lebih keras, kualitasnya lebih baik, dan lebih tahan terhadap resorpsi tulang
daripada hidroksiapatit.
Sodium fluoride meningkatkan pematangan otosklerosis aktif dengan mengurangi
vaskularisasi dan aktivitas resorpsi tulang dan meningkatkan pembentukan tulang baru untuk
akhirnya menghasilkan otosklerosis yang tidak aktif. Dalam otosklerosis fenestral ketika
lesi dianggap aktif, dosis harian 50 mg natrium fluorida dapat diberikan. Ketika tanda
Schwartz positif dan kehilangan pendengaran sensorineural hadir maka dosis dapat
ditingkatkan menjadi 75 mg setiap hari. Ketika pendengaran stabil, tanda Schwartz memudar,
dan ada bukti radiologis rekalsifikasi, maka dosis pemeliharaan 25 mg dapat diberikan untuk
sisa hidup pasien. Dosis tunggal besar 5.000 mg bisa berakibat fatal.
Jika penggunaan sodium fluoride tidak dapat di toleransi dengan baik, dapat digantikan
dengan biphosphonates. Biphosphonates adalah alternatif dalamterapi otosklerosis.Di
konsumsi secara oral. Mekanisme kerjanya yaitu menyatu ke dalam tulang dan menghambat
aktivitas osteoclast.

2. Alat bantu pendengaran (Hearing aids)


Situasi dimana alat bantu pendengaran dapat dipertimbangkan:
 Tidak dapat melakukan pembedahan dikarenakan adanya penyakit sistemik utama.
 Hanya terdapat satu-satunya telinga yang mendengar
 Cadangan pendengaran yang tidak memadai atau skor diskriminasi bicara yang buruk
 Fiksasi kongenital pada stapes yang nyata beresiko berkembang menjadi telinga yang
tidak dapat mendengar jika direncanakan untuk pembedahan.
 Pembedahan tidak dipilih oleh pasien
 Gangguan pendengaran konduktif dini ( ringan)
 Operasi otosklerosis yang tidak berhasil pada telinga lainnya.
 Pasien mengidap penyakit otosklerosis dan Meniere
 Pasien yang telah menjalani stapedektomi untuk otosklerosis lanjut.

3. Pembedahan
 Stapedectomy
 Stapedotomy
 STAMP operation (Stapedotomy Minus Prothesis)
 Implant konduksi tulang
(https://journals.lww.com/jaapa/fulltext/2017/02000/otosclerosis__an_update_on_dia
gnosis_and_treatment.3.aspx)
 Cochlear implant
(https://eardoctorla.com/stapedectomy/)

Stapedektomi adalah prosedur asli yang digunakan untuk mengobati otosklerosis, dengan
melibatkan penghilangkan seluruh tulang stapes dan menggantikannya dengan prostesis.
Seiring waktu, bahaya dari prosedur ini menjadi lebih minim. Dengan laser telah menjadi
umum di ruang operasi, ahli bedah telah menemukan bahwa prosedur stapedotomi
menghasilkan hasil yang sama dan lebih aman jika dibandingkan dengan stapedektomi.
Prosedur stapedotomi mengunakan laser untuk membentuk sebuah bukaan kecil ( a small
opening) di dasar stapes, dengan hanya menghilangkan setengah bagian atas stapes, dan
meninggalkan alasnya atau dasarnya. Prostesis kemudian diposisikan ke dalam lubang yang
dibuat dengan laser, dan mekanisme seperti piston dari stapes dipulihkan. Meskipun
penempatan prostesis di telinga tengah telah terbukti aman selama bertahun-tahun, banyak
pasien masih tetap waspada memiliki benda asing yang ditempatkan secara permanen di
dalam telinga mereka. Untuk alasan ini, prosedur invasif yang lebih minimal telah ditemukan.
Salah satu prosedur ini disebut operasi STAMP, prosedur ini juga memanfaatkan laser,
dengan melepaskan sebagian tulang stapes yang menyatu. Biasanya prosedur ini
direkomendasikan bagi pasien dengan otosklerosis dini atau awal, dimana seluruh tulang
stapes belum sepenuhnya menyatu. Studi menunjukkan bahwa prosedur ini telah efektif
untuk pasien tertentu dengan hasil yang berlangsung lebih dari 20 tahun.

Implan konduksi tulang diindikasikan untuk pasien dengan gangguan konduksi atau
gangguan pendengaran campuran, dengan minimal keterlibatan sensorineural. Alat atau
perangkat ini melewati telinga luar dan tengah, dan melekat pada tulang temporal, dan
mengirimkan energi getaran langsung ke koklea. Implan konduksi tulang dapat ditanamkan
secara bilateral, tetapi biasanya ditanamkan secara unilateral karena vibrasi yang kadang
cukup kuat untuk menstimulasi koklea kontralateral. Konflik pada penelitian mengenai
apakah implan konduksi tulang lebih baik dari alat bantu pendengaran tradisional dalam
mengoreksi gangguan konduksi. Implan konduksi tulang harganya mahal dan pasien
seharusnya mencoba untuk menggunakan alat bantu pendengaran terlebih dahulu.

Implan koklea tidak memperkuat sinyal akustik seperti pada alat bantu dengar. Perangkat ini
mengkonversi sinyal akustik ke sinyal eletrik yang di transmisikan melalui elektroda ke saraf
pendengaran. Melewati transmisi alami dari energi akustik, memberikan amplifikasi yang
lebih besar pada pasien dengan gangguan pendengaran sensorineural. Implan koklea
memberikan beberapa tantangan bagi pasien dengan otosklerosis. Mereka dapat lebih sulit
dalam melakukan pembedahan, dan memiliki peningkatan risiko pasca operasi dari osifikasi
koklea, dan stimulasi saraf fasial. Faktor-faktor di atas yang dapat mengakibatkan penurunan
fungsi implan itu sendiri, atau membutuhkan perbaikan implan atau reimplantasi yang lebih
sering. Lenarz dan kolega menemukan bahwa pasien dengan otosklerosis dan gangguan
pendengaran campuran yang sedang hingga berat diuntungkan dari pengunaan implan koklea;
perbaikan pendengaran dapat diukur melalui tes audriometri.
Komplikasi pembedahan Stapedektomi

 Robeknya timpanomeatal flap dan kemudian perforasi pada membran timpani.


 Cedera korda timpani dengan gangguan rasa terutama jika korda yang berlawanan
yang dahulu atau sebelumnya telah cedera.
 Dislokasi incus
 Cedera pada saraf wajah
 Vertigo :
a. Awal periode pasca operasi (trauma intraoperatif, labirinitis serous, prostesis yang
panjang)
b. Terlambat, karena fistula perilymph dan vertigo posisi paroksismal jinak.
 Perylimph fistula/ granuloma
 Hilangnya konduksi: a. Prostesis pendek b. Prostesis longgar. C. Perpindahan
prostesis e. Erosi inkus (incus) dan
 Gangguan pendengaran sensorineural: a.Trauma intraoperatif b.Labirinitis
c.Fistula perylimph/ granuloma
 Telinga mati (dead ear)

Prognosis (https://www.nhs.uk/conditions/otosclerosis/#:~:text=Otosclerosis%20can
%20cause%20mild%20to,either%20hearing%20aids%20or%20surgery.)

Otosklerosis dapat menyebabkan kehilangan pendengaran ringan hingga berat, tetapi sangat
jarang menyebabkan tuli total. Pendengaran anda biasanya menjadi lebih buruk secara
bertahap selama berbulan-bulan atau beberapa tahun dan dapat terus memburuk jika
dibiarkan dan tidak diobati. Tetapi gangguan pendengaran biasanya dapat di obati dengan
sukses dengan jalan memakai alat bantu pendengaran atau operasi.

Pencegahan

Tidak mungkin untuk mencegah otosclerosis dan deteksi dini sangat penting untuk
memberikan perawatan yang diperlukan dan menghindari gangguan pendengaran.

Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
1. Pensak, Myles L., and Daniel I. Choo. Clinical Otology. 4th ed. New York: Thieme,
2015.
2. Batson, Lora, and Denise Rizzolo. "Otosclerosis : An update on diagnosis and
treatment." Journal of the American Academy of Physician Assistants 30, no. 2
(2017): 17-22. Accessed November 12, 2018.
doi:10.1097/01.jaa.0000511784.21936.1b.
3. Rudic, M., et al., The pathophysiology of otosclerosis: Review of current research,
Hearing Research (2015), http://dx.doi.org/10.1016/j.hearese.2015.07.014
4.  Dhingra, P. and Dhingra, S. Anatomy of ear in Diseases of ear, nose and throat &
head and neck surgery.6th edition. New Delhi : Elsevier (2017)
5. Souza, et all. Otosclerosis (Diagnosis, Evaluation, Pathology, Surgical Techniques,
and Outcomes). San Diego: Plural Publishing Inc. 2014
6. Lora Batson, MPAS, PA-C; Denise Rizzolo, PA-C, PhD. Otosclerosis: An Update on
Diagnosis and Treatment. Journal of the American Academy of PhysicianAssistants.
2017
7. Irawati, HMS Wiyadi. Diagnosis dan Penatalaksanaan Otosklerosis. Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga/RSUDA Dr. Soetomo Surabaya. 2010
8. Jone E. Iasaacson, M.D and Neil M.Vora, M.D. Differential Diagnosis and Treatment
of Hearing Loss. American Family Physician vol 68 num 6. Pennsylvania. 2003
9. Mansour, Salah. Middle Ear Diseases: Advances in Diagnosis and Management.
Cham: Springer, 2018.
10. McFarland, David H., and Frank H. Netter. Netters Atlas of Anatomy for Speech,
Swallowing, and Hearing. St. Louis: Elsevier/Mosby, 2015.

Penurunan pendengaran yang progresif pada pasien dengan otosklerosis dapat di cegah
Penurunan pendengaran yang progresif pada pasien dengan otosklerosis dapat di cegah
dengan pemeriksaan awal untuk membantu memastikan diagnosis untuk mencegah dilakukannya
tindakan yang tidak diperlukan, sehingga pilihan utama diagnosis preoperatif adalah  high resolution
computed tomography (HRCT). Sehingga dalam menangani pasien dengan otosklerosis, kita dapat
mempertimbangan opsi penanganan yang sesuai mengingat Tidak ada laporan tentang perawatan
medis yang menghilangkan lesi otosklerotik. Pilihan penatalaksanaan utama pada otosklerosis
yang belum mencapai koklea atau labirin adalah operasi stapes (stapedotomi atau stapedektomi).
Prosedur ini dilakukan dengan mengganti tulang stapes dan kakinya dengan prosthesis, untuk
menghubungkan tulang-tulang pendengaran pada telinga tengah dengan telinga dalam. Pada
otosklerosis lanjut, dapat disarankan untuk menggunakan alat bantu dengar, actuator, maupun implant
koklea (cochlear implantation/CI)

Anda mungkin juga menyukai