Anda di halaman 1dari 37

Laporan kasus

vertigo
RINRIN FARIDAH
BAB 1
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Vertigo merupakan salah satu gangguan yang paling sering
dialami dan menjadi masalah bagi sebagian besar manusia. Gejala
gangguan keseimbangan yang dialami penderita vertigo salah
satunya diakibatkan oleh terganggunya sistem vestibular yang
terbagi menjadi vertigo perifer dan vertigo sentral
Prevalensi angka kejadian vertigo perifer, Benigna Paroxysmal
Positioning Vertigo (BPPV) di Amerika Serikat sekitar 64 dari 100.000
orang dengan kecenderungan terjadi pada wanita (64%). Hal ini juga
merupakan keluhan nomer tiga paling sering dikemukakan oleh
penderita yang datang ke praktek kesehatan.
BAB 2
DATA PASIEN
DATA PASIEN
Identitas Pasien
Nama Pasien : Nn. A
Umur : 22 tahun 10 bulan 6 hari
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama/suku : Islam/Jawa
Alamat :cililin
Tanggal MRS : 28 Januari 2020
Keluhan Utama
Pusing berputar
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Cililin pada tanggal 28 Januari 2020 pukul 15.50 dengan keluhan
pusing berputar dan goyang. Pusing dirasakan tiba tiba setelah pasien menempuh perjalanan
dari Surabaya ke Bojonegoro 1 hari SMRS. Pasien mengeluh merasa lebih pusing saat berdiri dan
menggerakkan kepala. Pasien merasa lebih baik jika diam dan menutup mata. Selain itu pasien
juga mengeluh mual. Muntah disangkal, dan telinga berdengung disangkal, kejang disangkal,
demam disangkal, pandangan mata double disangkal, sakit infeksi sebelumnya disangkal.
Serangan dirasakan sangat berat dan berlangsung singkat dan menghilang setelah menutup
mata dan diam. Pasien juga mengeluh jika tekanan darahnya sering rendah. Riwayat minum
obat sebelumnya -, trauma kepala-
Riwayat Penyakit Dahulu
Hipertensi (-), DM disangkal,
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga dengan penyakit yang sama disangkal
Riwayat Penyakit Sosial (-)
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4 V5 M6
Bb/TB : 50kg/160cm
Vital sign
Tekanan Darah : 113/69 mmHg
Nadi : 79 x/menit
RR : 19 x/menit
Suhu : 36,6 °C
Status Generalis Pemeriksaan Neurologis
Kepala/Leher: 1. Kepala/leher :
◦ Posisi : Normal
Inspeksi : Anemia -, Icterus -, Cyanosis -, Dyspsneu -, mata cowong - ◦ Penonjolan : Tidak ada
Thorax 2. Kaku kuduk : negatif
◦ Paru :
Brudzinski I,II : negatif, negatif
◦ Inspeksi : Bentuk dada normal, pergerakan dinding dada simetris, retraksi –
Kernig : negatif
◦ Palpasi : Thrill -, fremissment -, krepitasi –
◦ Perkusi : Sonor/sonor Gangguan koordinasi

◦ Auskultasi : Suara nafas vesikuler/vesikuler, Rh -/-, Wh -/- Tes jari hidung : dalam batas normal / dalam batas normal
◦ Jantung : Tes pronasi supinasi : dalam batas normal / dalam batas normal
◦ Inspeksi : Ictus cordis -, voussure cardiac – Tes tumit lutut : dalam batas normal / dalam batas normal
◦ Palpasi :Ictus cordis tidak kuat angkat, thrill/fremissment- Romberg test : dalam batas normal / dalam batas normal
◦ Perkusi : Batas jantung normal Tes jari ke jari : dalam batas normal
◦ Auskultasi : S1S2 Tunggal, Murmur -, gallop –
Dysdiadokokinesis : dalam batas normal
Abdomen : Rebound phenomene : dalam batas normal
◦ Inspeksi : Flat Walking test : dalam batas normal
◦ Palpasi : Soepel, nyeri tekan epigastrium -, hepar lien tidak teraba
Tandem Gait : dalam batas normal
◦ Perkusi : Thympani
Romberg test : dalam batas normal
◦ Auskultasi : BU + N
Nervus Kranialis :
Ekstremitas : ◦ N.I (Olfaktorius)
◦ Inspeksi : Deformitas(-) oedem (-) Penghidu : tidak dievaluasi
◦ Palpasi : Hangat, kering, merah, CRT<2 detik
◦ N.II (Optikus) ◦ N. III (Okulomotorius)

Tajam Penglihatan : dalam batas normal Celah kelopak mata: Ptosis :-/-
visus OD >2/60 / dalam batas normal visus
OS >2/60 Exoftalmus : - / -

Lapang Penglihatan : dalam batas normal / Pergerakan bola mata : Normal / normal,
dalam batas normal diplopia (-)

Funduskopi : Tidak dievaluasi Pupil : Pupil bulat isokor 3 mm/ 3 mm


Reflek cahaya : Langsung +/+
Tidak langsung :+/+
Nistagmus : +/+ horizontal
◦ N.IV (Troklearis) ◦ N.VII (Fasialis)

Posisi Bola Mata : Normal / normal Motorik :

m. Frontalis : normal / normal


Pergerakan mata : Normal / normal, diplopia (-)
◦ N.V (Trigeminus) m. Oblik okuli: normal / normal

m. Oblik oris : normal / normal


Sensibilitas : N. V I : normal / normal
Pengecap 2/3 lidah depan: tidak dievaluasi
N. V II : normal / normal ◦ N.VIII (Vestibulokoklearis)
N. V III : normal / normal Detik arloji : tidak dievaluasi
Motorik : Inspeksi : wajah simetris Suara berbisik : normal / normal

Palpasi : normal / normal Tes weber : tidak dievaluasi

Mengunyah : normal Tes Rinne : tidak dievaluasi


◦ N.IX (Glossofaringeus)
Menggigit : normal
Pengecapan 1/3 (bagian belakang) : tidak dievaluasi
Reflek dagu / masseter : normal
Sensibilitas faring : tidak dievaluasi
Reflek kornea :+/+ ◦ N.X (Vagus)
◦ N.VI (Abdusen)
Posisi arkus faring : dalam batas normal

Pergerakan mata : Normal / normal, diplopia (-) Reflek telan/ reflek muntah : normal / normal
◦ N.XI (Acsessorius)

Mengangkat bahu : normal / normal


◦ N.XII (Hipoglossus)
Reflek fisiologis:
Deviasi lidah : negatif BPR : +2 / +2
Fasikulasi : negatif TPR : +2 / +2
Tremor : negatif KPR : +2 / +2
Atrofi : negatif APR : +2 / +2
Ataxia : negatif Reflek patologis:
Hoffman-tromner: - / -
3. Ekstremitas
Babinski : - / -
Motorik Chaddock : - / -
Kekuatan : 5/5 Gordon :-/-
5/5 Schaefer : - /-
Oppenheim : - / -
Tonus otot : N/N
Sde/sde Mendel B : - / -
Rossolimo : - / -
Pemeriksaan sensorik : Pemeriksaan fungsi luhur
Sensibilitas
Afek / emosi : dalam batas normal
Eksteroseptif
Nyeri : normal Kemampuan bahasa : dalam batas
normal
Suhu : tidak dievaluasi
Rasa raba halus : normal Memori : dalam batas normal
Proprioseptif Visuospasial : dalam batas normal
Rasa sikap : tidak di evaluasi
Intelegensia : dalam batas normal
Rasa nyeri dalam : tidak di evaluasi
Fungsi kortikal
Rasa diskriminasi : tidak dievaluasi
Stereognosis : tidak dievaluasi
Barognosis : tidak dievaluasi
Pemeriksaan Penunjang DL: Hct 33.2 (L 40-54 P 35-47)
Darah Lengkap: MCV 71.40 (87.00-100.00)
Leukosit 6,8 (4-11) MCH 21,90 (28.0-36.00)
Neutropil 80,0 (49-67) RDW 13 (10-16,5)
Limfosit 11,7 (25-33) Trombosit 456 (150-450)
Monosit 3,3 (3-7) MPV 4 (5-10)
Eosinophil 3,4 (1-2) LED 1 jam 18 (0-1)
Basofil 1.6 (0-1) LED 2 jam 41 (1-7)
Eritrosit 4.65 (3,8-5,3) Golongan darah O, rhesus +
Hb 10.2 (P 13-18 L 14-18)
DIAGNOSIS
Diagnosa
• dizzines
klinis

Diagnosa
• sistem vestibular, Labirin
topis

• Vertigo type perifer - Benigna Paroxysmal Posisional


Diagnosa
etiologis
Vertigo
Farmakoterapi:
Infus assering 1500cc/24jam
Inj santagesic 3x1 gr IV
Inj acron 2x50 mg IV
Inj dipenhydramine 3x1 A IV
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi dan Fisiologi Alat Keseimbangan Tubuh
Terdapat 3 sistem pengaturan keseimbangan tubuh:
1. Sistem Vestibular + 54%
(Aparatus vestibularis, Nervus Vestibularis, Vestibular Sentra)
2. Sistem Proprioseptik (gerakan, posisi, getaran)
3. Sistem Optik (penglihatan)
Sistem keseimbangan (Aparatus Vestibular) terdapat di
rongga telinga bagian dalam terdiri dari:

1. Canalis semicircularis anterior


2. Canalis semicircularis Posterior
3. Canalis semicircularis Lateris
4. Organ Otolith yaitu sacculus dan utriculus

terdapat pula cochlea menyerupai rumah siput yang


berisi cairan endolymfe.
DEFINISI
Vertigo adalah salah satu bentuk gangguan keseimbangan dalam telinga bagian
dalam sehingga menyebabkan penderita merasa pusing atau ruang di
sekelilingnya menjadi serasa 'berputar' ataupun melayang.

Vertigo ­berasal dari bahasa Latin vertere yang artinya memutar ­merujuk pada
sensasi berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan seseorang,
umumnya disebabkan oleh gangguan pada sistem keseimbangan.
EPIDEMIOLOGI
54% Sering di temukan pada wanita dibanding pria

sekitar 88% pasien mengalami episode rekuren.


ETIOLOGIS
Keadaan Lingkungan : Mabuk darat, Mabuk laut

Obat-obatan, alkohol

Endapan kalsium dalam kanalis semisirkularis

Infeksi telinga luar dan tengah : Otitis Media dan Tumor

Infeksi telinga dalam, labirinitis, neuritis saraf otak

Peradangan saraf vestibuler, herpes zoster

Trauma kepala

Tumor otak

Gangguan sistem peredaran darah, anemia, Transient ischemic attack


E. Klasifikasi
Vertigo dapat diklasifikasikan menjadi :2
1. Vertigo Sentral diakibatkan oleh kelainan pada batang batang
otak atau cerebellum.
2. Vertigo Perifer disebabkan oleh kelainan pada telinga dalam
atau nervus cranialis vestibulocochlear (N. VIII).
Perifer Sentral
Bangkitan vertigo Mendadak Lambat
Derajat vertigo Berat Ringan
Pengaruh gerakan (+) (-)
kepala
Gejala otonom (++) (-)
Gangguan pendengaran (+) (-)
Vertigo Fisiologi:

• Mabuk gerakan (motion sickness)


• Mabuk ruang angkasa (space sickness)
• Vertigo ketinggian (height vertigo)
GEJALA KLINIS
GEJALA GEJALA
PRIMER SEKUNDER

Rasa Pusing berputar-putar ●
Mual

Impulsion (sensasi berpindah,
terdorong/diangkat)

Gejala otonom

Oscilopia (ilusi pergerakan dunia yg ●
Kelelahan
dirovokasi dengan pergerakan kepala)

Ataxia (ketidakstabilan berjalan)

Sakit kepala

Gangguan pendengaran, tinnitus ●
Sensitivitas visual
Patofisiologi
Ketidakseimbangan cairan telinga dalam
Aparatus vestibularis

Pembengkakan rongga
endolimfatikus

Keseimbangan tubuh
(vestibuler) terganggu

Vertigo Tinitus

• Gejala primer: • Gejala sekunder: Gangguan pola


Pusing berputar-putar Mual, Gejala otonom, tidur
Implusion, oscilopia, Kelelahan, Sakit kepala,
ataxia, tinnitus, Sensitivitas visual.
nigtagmus.
Pemeriksaan Fisik dan Penunjang pada
Vertigo
Pemeriksaan Fisik : 7. Pemeriksaan Kepala dan Leher
1. Pemeriksaan Neurologik P’x membran timpani u/
2. Gait test : menemukan vesikel (herpes zoster
Romberg’s sign auticus, kolesteaatoma.
Heel-to-toe walking test Hennebert sign
Unterberger’s stepping test Valsava maneuver
Past-pointing test (uji Tunjuk Barany)
Head impulses test
3. Test Fungsi Vestibuler dengan Dix-Hallpike manoeuver
4. Test hiperventilasi 8. Pemeriksaan Cardiovascular
5. Tes Kalori
6. Test Fungsi Pendengaran
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Test Audiometric.

2. Vestibular Testing.
3. Evaluasi Laboratorium : elektrolit, gula darah, fungsi tyroid.

4. Evaluasi Radiologi : MRI


Diagnosis
Sekitar 20-40% pasien dapat didiagnosis segera
setelah anamnesis dan pemeriksaan fisik. Diagnosis
juga dapat ditentukan berdasarkan komplek gejala yang
terdapat pada pasien.
Diagnosis Banding
Vertigo dengan tuli Vertigo tanpa tuli Vertigo dengan tanda intracranial
Ménière’s disease Vestibular neuritis Tumor Cerebellopontine angle
Labyrinthitis Benign positional vertigo Vertebrobasilar insufficiency dan
thromboembolism
Labyrinthine trauma Acute vestiblar dysfunction Tumor otak
 Misalnya, epyndimoma atau
metastasis pada ventrikel keempat
Acoustic neuroma Medication induced vertigo Migraine
e.g aminoglycosides
Acute cochleo-vestibular Cervical spondylosis Multiple sklerosis
dysfunction
Syphilis (rare) Following flexion-extension Aura epileptic attack-terutama
injury temporal lobe epilepsy
Obat-obatan- misalnya, phenytoin,
barbiturate
Syringobulosa
Penatalaksanaan
Medikasi umum terapi vertigo:

a. Antihistamin (Betahistin, Dimenhidrinat, Benadryl)

b. Antagonis Kalsium (Cinnarizine/Stugeron, Flunarizine/Sibelium)

c. Fenotiazine (Promethazine, Khlorpromazine)

d. Obat Simpatomimetik (Efedrin)

e. Obat Penenang Minor (Lorazepam, Diazepam)

f. Obat Anti Kholinergik (Skopolamin)


Terapi Fisik Brand-Darrof
1. Ambil posisi duduk.
2. Arahkan kepala ke kiri, jatuhkan badan ke posisi kanan,
kemudian balik posisi duduk.
3. Arahkan kepala ke kanan lalu jatuhkan badan ke sisi kiri.
Masing-masing gerakan lamanya sekitar satu menit, dapat
dilakukan berulang kali.
4. Untuk awal cukup 1-2 kali kiri kanan, makin lama makin
bertambah.
BAB 4
PEMBAHASAN
Pada laporan ini diajukan kasus penderita perempuan berusia 22tahun yang datang ke IGD RSML dengan keluhan
pusing berputar. Dari riwayat anamnesis pasien mengeluh mual. Muntah, pandangan double, trauma kepala
sebelumnya, telinga berdengung, infeksi sebelumnya, diabetes mellitus, hipertensi, demam, kejang disangkal. Dari
kasus tersebut keluhan pasien mengarah pada vertigo type perifer dengan letak lesi di labirin
Pada pemeriksaan umum yang dilakukan saat pasien datang ke IGD didapatkan GCS 456, dengan tekanan
darah 113/69 mmHg, nadi 79 x per menit, suhu badan 36,6 derajat celcius. Tidak didapatkan tanda-tanda anemis
maupun ikterik pada konjungtiva dan sklera juga pada pemeriksaan leher, thorax, abdomen dan extrimitas dalam
batas normal. Pada peneriksaan neurologis didapatkan tanda nistagmus (NIII) positif arah horizontal sedangkan
pemeriksaan motoric, sensorik, dan saraf kranialis lainnya dalam batas normal.
Benign paroxysmal positional vertigo (BPPV): menyebabkan serangan pusing transien (berlangsung beberapa
detik) yang rekuren. Vertigo terjadi karena perubahan posisi kepala yang menyebabkan kristal kalsium karbonat
dari otolit yang lepas ke dalam kanalis semisirkularis akibat gerakan kepala atau perubahan posisi. Serangan
biasanya menetap selama berminggu-minggu sebelum akhirnya sembuh sendiri
Selama masa perawatan, pasien mendapatkan terapi supportif berupa infus ringer asetat 1500 cc dalam 24
jam, inj santagesic 3x1 gr IV, Acron 2x50mg IV, dipenhydramine 3x1ampule IV, versilon oral 3x1, dan asilum oral
2x1.
Perawatan selama 4 hari memberikan perkembangan yang sangat baik . Setelah pasien KRS didapatkan hasil
kesadaran normal dengan GCS 456 dan pemeriksaan nervus kranialis tidak didapatkan deficit serta keluhan pusing
dan mual pasien hilang
BAB 5
KESIMPULAN
Vertigo perifer adalah rasa pusing berputar, oleng atau tak stabil yang disebabkan karena adanya gangguan
pada organ keseimbangan di telinga. Gejala-gejala vertigo meliputi: pusing, rasa terayun, mual, keringat
dingin, muntah, sempoyongan sewaktu berdiri atau berjalan, nistagmus. Gejala tersebut dapat diperhebat
dengan berubahnya posisi kepala.
Pada BPPV, pasien biasanya mengeluh vertigo dengan onset akut kurang dari 10-20 detik akibat perubahan
posisi kepala. Posisi yang memicu adalah berbalik di tempat tidur, bangun dari tempat tidur, melihat ke atas
dan belakang, dan membungkuk. Vertigo bisa diikuti dengan mual. Pada pemeriksan fisik biasanya tidak
ditemukan kelainan pada fungsi pendengaran, tidak ada nistagmus spontan dan pada pemeriksaan
neurologis biasanya normal. Pemeriksaan nystagmus untuk memprovokasi timbulnya nistagmus.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara meminta pasien untuk mengikuti pensil atau pena dengan milirikan mata
ke kanan lalu gerakkan dengan cepat ke arah kiri dan sebaliknya.
Diagnosis yang tepat dan pemberian terapi yang tepat pula dapat memberikan perbaikan klinis dan prognosis
dari vertigo ini, Idealnya seluruh pasien dengan kecurigaan vertigo dapat dilakukan pemeriksaan cerebral sign
untuk tujuan diagnosis maupun penunjang terapi.
 
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai