Anda di halaman 1dari 22

PERKEMBANGAN PROFESI

KEPENDIDIKAN

Oleh:
Mukhamad Fathoni, M.Pd.I.

STKIP NURUL HUDA SUKARAJA


OKU TIMUR
2015
Masa Prasejarah

Pekerjaan mengajar kepada anak telah dilakukan


oleh orang tua dan keluarga. Kewajiban ini
terkait dengan kewajiban memberikan bekal
kehidupan bagi anak.
Masa Yunani dan Romawi Kuno
Pekerjaan mengajar kelompok elit dilakukan
oleh pemimpin agama, tutor, atau pemimpin
adat dengan sistem door to door.

Masa ini sekolah dikenal dengan escole yang


berarti the age of leasure atau masa untuk anak
bersenang-senang.
Masa Abad IX
Sistem escole berubah menjadi sistem klasikal,
dengan persyaratan:
a. Ruang kelas dan fasilitas lain
b. Bahan ajar
c. Batas waktu
d. Ijazah sebagai bukti tamat
Masa Abad XX
Lembaga pendidikan telah mengembangkan
sistem klasikal dan dilengkapi dengan:
a. Perangkat media tak terpisahkan dari
pbm
b. Sistem perangkat teknologi informasi
c. Kelas tidak terbatas
d. Bersifat maya (virtual)
Abad XXI
1. Guru tidak hanya mengajar di kelas
2. Guru memberikan layanan pendidikan jarak jauh
(distance learning dan e-learning)
3. Profesi guru tidak terbatas pada pertemuan langsung
di kelas.
4. Pembelajaran dapat dilakukan dengan
teleconference
5. Guru tidak hanya mengandalkan buku teks tetapi juga
memanfaatkan hiperteks.
6. Pekerjaan guru tidak hanya terbatas pada chalk dan
talk, tetapi harus memiliki kemampuan
pengoperasian perangkat TIK.
Profesi Guru di Indonesia
Masa Penjajahan
Pada zaman penjajahan, guru tampil dan ikut mewarnai
perjuangan bangsa Indonesia.

Profesi guru sangat disegani penguasa kolonial Hindia Belanda


bersama dengan profesi dokter, jaksa, dan pengacara.

Orang yang diangkat menjadi guru belum pernah


berpendidikan khusus profesi keguruan.

Secara perlahan tenaga guru ditambah dengan menggangkat


lulusan dari sekolah guru (kweekschool) yang pertama kali
didirikan di Solo pada tahun 1852.
Tahun 1912 didirikan organisasi perjuangan guru-
guru pribumi yakni Persatuan Guru Hindia Belanda.

Kemudian, nama tersebut diubah menjadi


Persatuan Guru Indonesia (PGI).

PGI tetap eksis sampai penjajahan belanda berakhir


karena semangat nasionalisme yang tinggi.

Masa penjajahan Jepang, PGI tidak bisa beraktivitas


secara terang-terangan, karena semua organisasi
dianggap membahayakan.
Pemerintah Hindia Belanda mengangkat lima
macam guru, yaitu:
1. Guru lulusan sekolah guru yang dianggap
sebagai guru yang berwenang penuh.
2. Guru yang bukan sekolah guru tetapi lulus ujian
yang diadakan untuk menjadi guru.
3. Guru bantu, yakni yang lulus ujian guru bantu.
4. Guru yang dimagangkan kepada guru senior,
yang merupakan calon guru.
5. Guru yang diangkat karena keadaan yang amat
mendesak yang berasal dari warga yang pernah
mengecap pendidikan.
Didirikan lembaga pendidikan atau khusus
kursus-kursus penyiapan guru, seperti Hogere
Kweekschool (HKS) untuk guru HIS dan kursus
Hoofdacte (HA) untuk calon kepala sekolah.

Keadaan demikian berlanjut sampai zaman


pendudukan Jepang dan awal perang
kemerdekaan.
Masa Orde Lama

1. Profesi guru boleh dibilang


”profesi kelas dua”.
2. Guru dipandang sebelah mata,
guru terbelenggu kondisi
ekonomi dan profesi yang
terisolasi (miskin dan terasing).
25 November 1945 lahirlah
Persatuan Guru Republik
Indonesia (PGRI).
Masa Orde Baru
Pada dasarnya profesi guru adalah profesi yang sedang
tumbuh. Walaupun ada yang berpendapat bahwa
guru adalah jabatan semiprofesional.
1. Undang-Undang No 2 tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (UUSPN);
2. Peraturan Pemerintah (PP) No 38/1992 tentang
Tenaga Kependidikan; dan
3. SK Men-PAN No. 84/1993 tentang Jabatan Fungsional
Guru dan Angka Kreditnya.
Pemberlakuan peraturan ini belum signifikan
”mengubah” profil dan identitas profesi guru di mata
masyarakat, lebih-lebih di kalangan akademisi dan dunia
tenaga kerja.
Guru harus mempunyai akta mengajar yang
dikeluarkan oleh Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan (LPTK).

Ada tunjangan fungsional sebagai pengajar.


Masa Reformasi
Pengakuan bahwa guru adalah profesi dengan pemberlakuan:
1. Keputusan Presiden No. 87/1999 tentang Rumpun
Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (PNS);
2. Undang-undang (UU) No. 20/2003 tentang
Sisdiknas;
3. UU No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen;
4. PP No. 74/2008 tentang Guru;
5. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi No. 16/2009 tentang
Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya; dan
6. Peraturan Bersama Mendiknas dan Kepala BKN No:
03/V/PB/2010, Nomor: 14 Tahun 2010 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan
Angka Kreditnya.
Pencanangan guru sebagai profesi oleh Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono pada 2 Desember 2004.

Guru didefinisikan sebagai pendidik profesional


dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak
usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah.

Profesi guru adalah jabatan fungsional yang


memiliki ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan
wewenang sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Dalam sejarah pendidikan guru di Indonesia, guru
pernah mempunyai status yang sangat tinggi dalam
masyarakat, mempunyai wibawa yang disegani, dan
dianggap sebagai orang yang serba mengetahui.

Peranan guru ketika itu tidak hanya mendidik anak di


sekolah namun ia juga mendidik masyarakat.

Guru menjadi tempat bagi masyarakat untuk bertanya,


baik masalah pribadi maupun masalah sosial yang lebih
luas.

Namun demikian status dan kewibawaan guru yang


tinggi itu mulai memudar seiring dengan kemajuan
zaman, perkembangan ilmu dan teknologi, kepedulian
guru, serta besarnya imbalan atau jasa .
(Sanusi, dkk; 1991)
Pada zaman sekarang ini kewibawaan dan status
guru mulai memudar dan berkurang, karena:
1. guru bukan lagi satu-satunya tempat
bertanya bagi warga masyarakat
2. tingkat pendidikan masyarakat sebagian
besar sudah lebih tinggi daripada pendidikan
guru, dan
3. jabatan guru dianggap kalah gengsi dari
jabatan lain yang mempunyai penghasilan
tinggi.
Tantangan Globalisasi bagi Pendidik
(Idi, 2011:235-236)

1. Perkembangan iptek
2. Krisis moral
3. Krisis sosial
4. Krisis identitas sebagai bangsa
5. Perdagangan bebas
TERIMA KASIH

Menjadi guru
berarti mengabdikan segenap jiwa
raga dan kemampuan terbaik
untuk menghasilkan generasi
yang lebih baik.
Tuga
Bandingkan
s
antara sistem pendidikan di Indonesia
dan negara-negara lain (khususnya komponen guru)!
1. Finlandia
2. Amerika Serikat 1. Perekrutan
3. Kanada 2. Kualifikasi
4. Australia 3. Kompetensi
5. Jepang 4. Kinerja
6. Hongkong-Cina 5. Pengakuan dan penghargaan
7. Korea Selatan 6. Pembinaan dan pengembangan
8. Singapura
9. Malaysia

Anda mungkin juga menyukai