Anda di halaman 1dari 87

PENERAPAN METODE BERCERITA UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN BERBICARA PADA ANAK KELOMPOK A DAN B TK


ISLAM GUNUNGSARI KECAMATAN ULU BELU

Oleh :

SURATI 19360067
SRI WULANDARI 19360962

Skripsi Diajukan Kepada Kaprodi PIAUD STIT Tanggamus Untuk Memenuhi Sebagian
Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH TANGGAMUS LAMPUNG
TAHUN 2023
i
MOTTO

ٍ َّ‫ض و الطَّ ْي ر ص اف‬ ِ ‫الس م‬ ِ َّ َّ ‫َت ر‬


‫اتۖ! ُك لٌّ قَ ْد‬ َ ُ َ ِ ‫او ات َو اَأْل ْر‬ َ َ َّ ‫س بِّ ُح لَ هُ َم ْن ف ي‬ َ ُ‫َأن الل هَ ي‬ َ ‫َألَ ْم‬
َ ُ‫يم بِ َم ا َي ْف َع ل‬ ِ ‫َع لِ َم‬
‫ون‬ َ ِ‫ص اَل تَ هُ َو تَ ْس ب‬
ٌ ‫يح هُ ۗ! َو اللَّ هُ َع ل‬ َ

Artinya : Tidaklah kamu tahu bahwasanya Allah: kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan
di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. masing-masing telah
mengetahui (cara) sembahyang dan tasbihnya[1043], dan Allah Maha mengetahui apa
yang mereka kerjakan. (QS. An-nur :41)1

1
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Lautan Lestari, 2004), h.41
ii
PERSEMBAHAN

Suka duka telah banyak mengiringiku untuk meraih cita cita dengan izin Alloh

SWT akhirnya dapat kugapai satu cita dengan penuh syukur dan bahagia, dengan rasa

kasih dan sayang yang tulus ku persembahkan hasil karya yang sederhana ini kepada

mereka yang mencintaiku:

 Suamiku tercinta, tersayang yang tiada henti berjuang dan rela mengorbankan apapun

demi kebahagiaanku dan cita citaku

 Ibuku tersayang yang selalu menguatkan dan selalu memberikan dukungan dan

doanya kepada saya

 Pembibingku ibu Wardah Anggraini M.Pd yang selalu mengarahkan kami dan

memberikan semangat kepada kami

 Teman temanku seperjuangan Melyta, Shafal, Mila, Eka l,Wulan, Mutrtiana, Sindi,

Eli semuanya satu angkatan yang selalu kompak dan solid.

 Kampus dan almamater tercinta.

iii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena

atas limpahan rahmat dan bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang

berjudul “ penerapan metode bercerita untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada anak

Kelompok A dan B TK Islam Gunungsari Kecamatan Ulubelu” Shalawat dan salam semoga

tetap senantiasa dilimpahkan kepada junjungan dan uswatun hasanah kita, Rasulullah

Muhammad SAW. Penyusunan proposal skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada program studi Pendidikan Guru Anak usia

dini di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Tanggamus ( STIT)

Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini tidak lepas dari adanya bimbingan,

motivasi, dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menghaturkan terima kasih

kepada yang terhormat:

1. Dr. H. Fauzi, Akt.,CA.,CMA. Selaku pendiri Yayasan startech Lampung

2. Ibu Dini pepilina S.Kom,.MM. Selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah

Tanggamus

3. Ibu Wardah Anggraini pembibing

4. Ibu sarinningsih S.Pd selaku kepala sekolah TK islam gunngsari

Penulis juga menyadari bahwa penulisan proposal skripsi ini masih banyak kekurangan

maka dari itu kritik dan saran penulis sangat harapkan semoga ini bermanfaat bagi penulis

dan pembaca pada umumnya.

Gunungsari, 15 maret 2023

Penulis

iv
ABSTRAK

PENERAPAN METODE BERCERITA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN


BERBICARA PADA KELOMPOK A DAN B TK ISLAM GUNUNGSARI
KECAMATAN ULUBELU

Oleh:

SURATI
SRI WULANDARI

Perkembangan bahasa menurut Yuliani Nuraini dan Bambang Sujiono, beberapa


hal yang menjadi karakteristik pencapaian perkembangan bahasa anak usia 5-6 tahun
sebagai berikut: Berbicara menggunakan kalimat sederhana (4-5 kata), Senang
mendengarkan dan menceritakan kembali cerita sederhana, Menyebut nama, jenis
kelamin dan umur, Mengerti bentuk pertanyaan dan menggunakan kata tanya, Dapat
berperan serta dalam percakapan dan tidak mendominasi untuk selalu didengar,
Menyebut panggilan orang tua. Rumusan masalah dalam penelitian ini ialah yaitu
“Bagaimanakah Penerapan Metode Cerita Untuk Meningkatkan Kemampuan berbicara
Anak Usia Dini di Taman Kanak-kanak Islam gunungsaro kecamatan
ulubelu?”.Tujuan penelitian ini adalah Dengan mengetahui Diterapkannya Metode
bercerita Guru Dapat Menigkatkan Kemampuan Bahasa Anak Usia Dini di Taman
Kanak-kanakIslam gunungsari kecamatan ulubelu.Jenis penelitian ini adalah kuantitatif
dengan subjek penelitian adalah guru dan siswa. Alat pengumpul data yang penulis
gunakan dalam penelitian ini yaitu Observasi, Wawancara serta dokumentasi.

Berdasarkan hasil penelitian dapat penulis simpulkan bahwa guru belum


seluruhnya menerapkan langkah-langkah bercerita secara keseluruhan yaitu: yang
diawali dengan pemilihan tema, hal ini agar guru mudah dalam menerapkan metode
cerita yang akan dilaksanakan. Pembuatan teks, hal ini dapat pula memudahkan guru
dalam menerapkan metode dan dapat pula dalam pembelajaran metode cerita dengan
menggunakan imajinasi guru bercerita dengan kenyataan yang ada dalam arti guru dapat
bercerita dengan mengarang dan pembuatan alat peraga, hal ini dilakukan bahwasannya
agar guru mempersiapkan bahan untuk metode cerita agar dapat meningkatkan
kemampuan bahasa anak dan anak tidak merasa bosan atau jenuh dalam penerapan
metode cerita dikelas maupun diluar kelas.

Kata kunci : kemampuan berbicara, metode bercerita

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................... i

MOTTO.........................................................................................................................ii

PERSEMBAHAN.........................................................................................................iii

KATA PENGANTAR...................................................................................................iv

ABSTRAK.....................................................................................................................

DAFTAR ISI..................................................................................................................

DAFTAR TABEL.........................................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1

A. Latar belakang masalah..................................................................................

B. Rumusan masalah...........................................................................................

C. Tujuan dan kegunaan penelitian.....................................................................

D. Kajian penelitian yang relevan.......................................................................

E. Sistematika pembahasan.................................................................................

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian teoritik..............................................................................................

B. Pengaruh metode bercerita terhadap kemampuan berbicara anak...............

C. Penelitian terdahulu......................................................................................

D. Kerangka berpikir........................................................................................

E. Hipotesis penelitian......................................................................................

BAB III METODE PENELITIAN..............................................................................

A. Metode Penelitian........................................................................................

B. Tempat dan Waktu Penelitian......................................................................

C. Populasi dan Sampel....................................................................................


vi
D. Tekhnik Pengumpulan Data.........................................................................

E. Instrumen Penelitian....................................................................................

F. Tekhnik Analisis Data..................................................................................

G. Hipotesis statistika.......................................................................................

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian...........................................................................................

B. Pembahasan .................................................................................................

BAB V PENUTUP.......................................................................................................

A. Kesimpulan..................................................................................................

B. Saran saran...................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................

LAMPIRAN...................................................................................................................

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Desain Penelitian Posttest – Only Control Design............................

Tabel 2 : Distribusi Peserta Didik......................................................................

Tabel 3 : Alternatif Skor....................................................................................

Tabel 4 : Instrumen Penelitian Ketrampilan Berbicara Anak


Kelompok A dan B TK Islam Gunungsari..........................................

Tabel 5 : Pedoman Lembar Observasi Ketrampilan Berbicara Anak


Kelompok A dan B TK Islam Gunungsari..........................................

Tabel 6 : Ketentuan Uji Validitas.......................................................................

Tabel 7 : Ketentuan Uji Rehabilitas....................................................................

Tabel 8 : Kriteria Reliabilitas..............................................................................

Tabel 9 : Ketentuan Uji Normalitas...................................................................

Tabel 10 : Ketentuan Uji Homogenitas...............................................................

TAbel 11 : Ketentuan Uji Hipotesis.....................................................................

viii
DAFTAR LAMPIRAN

1. Perkembangan Bahasa Menurut Para Ahli

2. Kisi-kisi Perkembangan Bahasa

3. Pedoman Wawancara Indikator Perkembangan Bahasa Anak

4. Kisi-kisi Observasi Analisis Penerapan Metode Cerita Dalam Meningkatkan

Kemampuan Bahasa Anak Usia Dini 5-6 tahun Di Taman Kanak-Kanak Islam

gunungsari kecamatan ulubelu kabupaten Tanggamus

5. Pedoman Lembar Observasi

6. Instrument Observasi

7. Langkah-langkah penerapan metode bercerita dengan menggunakan alat peraga

ix
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada

anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian

rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan

rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU No. 20

Tahun 2003 Pasal 1 Butir 14).2

Standar nasional pendidikan PAUD diatur dalam Peraturan Menteri pendidikan dan

kebudayaan Republik Indonesia No 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional

Pendidikan Pendidikan Anak Usia Dini.3 Standar Nasional PAUD meliputi 8 standar

diantaranya : Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak, Standar Isi, Standar

Proses, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan , Standar Sarana dan Prasarana,

Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan dan Standar Penilaian.

Standar tingkat pencapaian perkembangan anak merupakan acuan dalam

mengembangkan standar-standar lain dan mengembangkan kurikulum penyelenggaraan

PAUD serta kriteria tentang kemampuan yang dicapai anak pada seluruh aspek

perkembangan dan pertumbuhan, mencakup aspek nilai agama dan moral, fisik-motorik,

kognitif, bahasa, sosial-emosional, serta seni.4

Aspek Perkembangan Nilai-nilai Moral Agama. Pendidikan nilai dan moral agama

pada program PAUD merupakan pondasi awal yang sangat penting untuk anak usia dini.

2
Depdiknas, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 (Jakarta : Depdiknas,
2009).
3
Kementrian Pendidikan dan kebudayaan, Permendikbud no 137 tahun 2014 tentang PAUD
4
Hurlock, Elizabeth B. Perkembangan Anak, edisi Enam. (Jakarta:Penerbit Erlangga, 1978)
1
Karena jika aspek tersebut tertanam baik pada anak usia dini, maka itu merupakan awal

yang baik untuk pendidikan anak bangsa dalam mempersiapkan pendidikan selanjutnya.5

Aspek perkembangan fisik motorik merupakan perkembangan yang berkaitan

dengan semua gerakan yang dilakukan oleh tubuh dalam membutuhkan koordinasi

dengan anggota tubuh lainnya. Perkembangan fisik motorik ini berbeda pada setiap anak,

tergantung pada perkembangan syaraf dan otot. Ketika anak terampil dalam kegiatan

fisik motoriknya, sudah dapat diprediksi bahwa perkembangan fisik motorik anak sudah

mencapai kematangan.6

Aspek perkembangan kognitif berkaitan erat dengan kemampuan berpikir

anakdalam menerima, mengolah dan memahami sesuatu. Teori perkembangan kognitif

dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980.

Menurutnya, anak menyusun dunia kognitifnya sendiri, membangun struktur-struktur

mental dalam dunianya sendiri. Dalam Permendikbud No. 137 Tahun 2014,

perkembangan kognitif meliputi belajar dan pemecahan masalah, berfikir logis dan

Berfikir simbolik.7

Aspek perkembangan bahasa merupakan alat komunikasi, baik melalui kata-kata

maupun tulisan yang disusun dalam aturan-aturan berbagai variasi dan kombinasinya. 8

Seorang anak telah mengembangkan bahasanya sejak mereka bayi. Mereka

mengkomunikasikan melalui tangisannya sebagai wujud ungkapan tentang apa yang

diinginkannya. Kemudian anak mulai bisa mengungkapkan bahasa dengan berbicara

namun belum bisa dipahami dengan mudah apa yang dikatakannya. Seiring pertumbuhan

dan perkembangannya, selanjutnya anak mampu merangkai kata dan kalimat dengan
5
Crain, William. Teori Perkembangan, Konsep dan Aplikasi,terjemahan Yudi Santoso. (Yogyakarta: Pustaka
Belajar, 2007),hal,117.
6
Hurlock, Elizabeth B. Perkembangan Anak, edisi Enam. (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1978),hal,81.
7
Suyadi. Psikologi Belajar PAUD Pendidikan Anak Usia Dini.Yogyakarta: (PT Pustaka Insan Madani,
2010),hal,211.
8
Hurlock, Elizabeth B. Perkembangan Anak, edisi Enam. :(Penerbit Erlangga, 1978),hal,13
2
baik. Perkembangan bahasa anak dipengaruhi beberapa faktor seperti kecerdasan,

genetik, gender, kondisi ekonomi, budaya serta lingkungan.

Aspek perkembangan sosial emosional merupakan kemampuan anak dalam

berinteraksi dengan lingkungan dan orang-orang disekitarnya, seperti keluarga dan

teman. Sosialisasi merupakan hal yang penting untuk anak usia dini. Jika anak

mengalami hambatan dalam sosialisasi, artinya bahwa anak akan sulit beradaptasi

dengan lingkungannya.9

Aspek perkembangan seni menurut Permendikbud No. 137 tahun 2014, mencakup

perwujudan atas suasana untuk berkembangnya eksplorasi, ekspresi, dan apresiasi seni

dalam konteks bermain. Yang meliputi kemampuan mengeksplorasi

danmengekspresikan diri,berimajinasi dengan gerakan, musik, drama, dan beragam

bidang senilainnya baik itu seni lukis, seni rupa ataupun seni kerajinan, serta mampu

mengapresiasi karya seni, gerak dan tari, serta drama.10

Salah satu aspek kemampuan dasar yang harus di kembangkan pada anak usia dini

adalah bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi yang di pakai untuk Membentuk

pikiran, perasaan dan perbuatan-perbuatan, serta alat yang di pakai untuk mempengaruhi

dan di pengaruhi. Sebagai alat, bahasa digunakan manusia untuk berinteraksi,

berkomunikasi antar individu satu dengan individu lain, menjelaskan pikiran, perasaan

dan perilaku. 11
Anak – anak sejak dini perlu diberi kesempatan dalam kebebasan

berbicara yang sangat diperlukan karena sebagai dasar bagi anak untuk berinteraksi

dengan orang lain, baik dengan orang tuanya maupun dengan teman seusianya serta

orang lebih dewasa dari segi umurnya.

9
Nugraha, Ali. Yeni Rachmawati. Metode Pengembangan SosialEmosional. (Jakarta: Universitas Terbuka,
2005),hal,98.
10
Permendikbud no 137 tahun 2014,hal,14
11
Abdurahman, Mulyono. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.( Jakarta: Rineka Cipta, 2003),hal,114
3
Bahasa lisan atau berbicara merupakan perkembangan yang sangat penting bagianak

usia dini, karena bahasa bukanlah sekedar pengucapan kata-kata atau bunyi, tetapi

merupakan suatu alat untuk mengekspresikan, mengatakan, menyampaikan atau

mengkomunikasikan pikiran, ide maupun perasaan. 12

Tujuan berbicara adalahuntuk memberitahukan, melaporkan, menghibur, membujuk

dan meyakinkan seseorang. Secara umum keterampilan berbicara anak usia 4-5 tahun

sudah dapat menyebut berbagai bunyi atau suara tertentu, menirukan 3-4 urutan kata,

menyebutkan nama diri, nama orang tua, jenis kelamin, alamat rumah secara sederhana

dan sudah dapat menjawab pertanyaan tentang keterangan/informasi secara sederhana13

Selama ini keterampilan berbicara kurang mendapatkan perhatian dalam proses

belajar mengajar. Kebanyakan guru lebih memfokuskan pada keterampilan membaca dan

menulis. Akibatnya perbendaharaan kata anak masih terbatas dan anak kurang mampu

mengungkap gagasan atau ide ketika menjawab pertanyaan guru. Tidak jarang, anak juga

merasa belum paham dengan apa yang dibicarakannya, serta berbicara tanpa disertai

mimik muka yang tepat.

Berdasarkan observasi pada bulan agustus 2022 di TK Islam Gunungsari kec. Ulu

belu sangat bervariasi artinya ada anak yang mampu berbicara dan ada yang sedang serta

ada yang sulit untuk berbicara. Padahal inti berbicara mengeluarkan ide, gagasan, atau

pendapat kepada orang lain.14 Oleh sebab itu seorang guru TK harus berusaha dengan

berbagai cara untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak. Peningkatan kualitas

pendidikan di TK, ditentukan beberapa faktor penentu keberhasilan, yaitu melalui

Metode Bercerita Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Anak.

12
Robingatin, & Ulfah, Z. 2019. Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini. (Depok:
Ar-ruzz Media),hal,41
13
Suhartono, 2005. Perkembangan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini,hal,19
Jakarta: Dinas Dikti
14
Observasi di TK Islam gunungsari pada bulan agustus 2022
4
Metode Bercerita merupakan kegiatan inovatif yang disenangi anak. Hampir semua

anak di dunia ini senang mendengarkan cerita, apalagi jika dibawakan secara menarik.

Dengan menggunakan metode bercerita anak akan banyak memperoleh kata-kata baru

sehingga dapat meningkatkan keterampilan berbicara anak dan akan membantu anak

dalam mengungkapkan bahasanya.

Berdasarkan observasi pada bulan agustus 2022 penulis mengamati tentang

pembelajaran dengan metode bercerita di TK Islam Gunungsari yang di lakukan seorang

guru di TK Islam Gunungsari penulis melihat ketika guru melakukan kegiatan bercerita

guru juga melakukan persiapan, pelaksanaan, serta sesi tanya jawab kepada anak seperti

siapa tokohnya bagaimana alur ceritanya dan bertanya tentang kata kata yang didengar

oleh anak.

Namun pada kenyataannya dikelas A TK Islam Gunungsari ada 21 anak dan hanya 5

orang anak yang kurang dalam kemampuan berbahasanya ditandai ketika anak belum

bisa menceritakan kembali cerita yang baru didengarnya, isi cerita yang diungkapkan

tidak sama dengan yang baru diceritakan bahkan ada yang diam saja ketika diberi

pertanyaan. Di TK Islam Gunungsari anak juga kurang aktif dalam bertanya ketika anak

tidak paham atau kurang mengerti dengan yang diajarkan guru anak hanya diam saja.15

Seharusnya menurut peraturan materi nomor 137 tahun 2014 tentang standar

nasional pendidikan anak usia dini usia 4-5 tahun sudah dalam lingkup perkembangan

mengungkapkan bahasa yaitu anak memperkaya perbendaharaan kata yang pernah

didengar, mengutarakan pendapat kepada orang lain, menjawab pertanyaan sesuai

pertanyaanya.

15
Observasi di TK Islam Gunungsari pada bulan Agustus 2022
5
Pengajaran bahasa bagi anak prasekolah adalah suatu aktivitas atau proses

penguasaan pengetahuan keterampilan belajar mengajar yang diarahkan untuk

mendorong, membimbing, mengembangkan dalam keterampilan bahasa anak. 16 Dalam

Al-Qur’an dinyatakan bahwa Allah mengajarkan manusia kemampuan berbicara

sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. ArRahman: 3-4

ۙ ‫ق ااْل ِ ْن َس‬
َ‫ َعلَّ َمهُ ْالبَيَان‬. َ‫ان‬ َ َ‫خَ ل‬

Artinya: Dia Menciptakan Manusia. Mengajarkan Pandai Berbicara (QS. Ar-

Rahman: 3-4).

Bahasa merupakan salah satu aspek perkembangan anak yang sangat penting dan

harus dikembangkan untuk bekal anak memahami suatu informasi yang dilihat, ditulis,

dibaca, dan didengar serta kemampuan

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas dan kemudian sebagaimana

penulis ingin memperdalam penerapan metode bercerita tersebut apakah penerapan

metode bercerita dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada anak?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas maka tujuan yang akan

dicapai adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui perkembangan berbicara anak TK Islam Gunungsari sebelum

menerapkan pembelajaran dengan metode bercerita.

2. Untuk mengetahui perkembangan berbicara anak TK Islam Gunungsari setelah

menerapkan pembelajaran dengan metode bercerita.

16
Yuliani Nuraini, Bambang Sujiono, Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak (Jakarta:
PT Indeks, 2010)
6
3. Sedangkan kegunaan penelitian yang dilakukan antara lain yaitu :

a. Bagi guru

1) Menambah pengetahuan dan kreativitas dalam menerapkan metode bercerita

2) Memotivasi guru agar lebih memperhatikan cara pembelajaran dengan efektif.

b. Bagi Orang Tua

1) Orang tua akan merasa bangga atas peningkatan kemampuan berbahasa anak.

2) Memberikan semangat kepada orang tua untuk selalu mendukung dan

memotivasi anaknya.

c. Bagi anak

1) Dengan metode bercerita kemampuan berbicara anak akan berkembang

dengan baik.

2) Memotivasi anak agar lebih semangat belajar.

3) Mempermudah anak dalam menerima pelajaran.

d. bagi peneliti

1) Dapat memotivasi guru di TK Islam Gunungsari

2) Dapat mengetahui permasalahan di TK Islam Gunungsari

D. Kajian Penelitian yang Relevan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ni Kd. Dewi Wahyuni, Wyn. Wiarta,

Ngh.Suadnyana, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia (2014) Yang

bejudul Penerapan Metode Bercerita Berbantuan Media Gambar Seri Untuk

Meningkatkan Keterampilan Berbicara Anak Kelompok B Tk Putra Sesana Antiga,

Karangasem. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa bertujuan untuk mengetahui

peningkatan keterampilan berbicara anak melalui penerapan metode bercerita berbantuan

media gambar seri pada kelompok B semester 2 TK Satu Atap Putra Sesana Antiga

7
Karangasem tahun ajaran 2013/2014. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan

Kelas (PTK).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan metode bercerita

berbantuan media gambar seri dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada anak

kelompok B semester 2 TK Satu Atap Putra Sesana Antiga Karangasem Tahun ajaran

2013/2014. 17

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ni Wyn. Tara Indahyani yang berjudul

Penerapan Metode Bercerita Berbantuan Media Buku Bergambar Untuk Pengembangan

Kemampuan Berbahasa Anak Kelompok B di Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan

Anak Usia Dini, FIP UniversitasPendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia menyatakan

bahwa.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi pengembangan kemampuan berbahasa

dengan menerapkan metode bercerita berbantuan media buku bergambar pada siklus I

sebesar 58,07% yang berada pada kategori rendah ternyata mengalami peningkatan pada

siklus II menjadi 82,25% tergolong pada kategori tinggi. Jadi dapat disimpulkan bahwa

penerapan metode bercerita berbantuan media buku bergambar dapat meningkatkan

pengembangan kemampuan berbahasa anak kelompok B Semester II TK Titi Dharma

Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014.18

Menurut Luluk Indrawati yang berjudul Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Lisan

Melalui Metode Bercerita Pada Kelompok B Tk Tunas Karya Desa Wuluh Kecamatan

Kesamben Kabupaten Jombang menyatakan bahwa Berdasarkan analisis data diperoleh

hasil bahwa melalui kegiatan bercerita dalam pembelajaran bercerita adalah: (1) Mampu

meningkatkan keterampilan bercerita anak kelompok B TK Tunas Karya Desa Wuluh


17
Ni Wyn. Tara Indahyani, “Penerapan Metode Bercerita Berbantuan Media Buku Bergambar Untuk
Pengembangan Kemampuan Berbahasa Anak Kelompok B “.e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan
Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, hal,91
18
Ni Wyn. Tara Indahyani, “Penerapan Metode Bercerita Berbantuan Media Buku Bergambar Untuk
Pengembangan Kemampuan Berbahasa Anak Kelompok B”. e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan
Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI,hal,201
8
Kecamatan Kesamben Kabupaten Jombang, yaitu pada siklus I sebesar 67.26 % menjadi

86.90 % pada siklus II, (2) anak mampu mendengarkan cerita, anak mampu bercerita

secara sederhana dan anak mampu bertanya serta menjawab pertanyaan dengan baik.19

Berdasarkan uraian tersebut diatas terdapat beberapa perbedaan dan kesamaan

perbedaannya yaitu didalam penelitian skripsi Ni Kd. Dewi Wahyuni, Wyn. Wiarta,

Ngh.Suadnyana, fokus terhadap Pelaksanaan media gambar seri Pada Anak Usia Dini

Umur 5-6. Jurnal penelitian Ni Wyn. Tara Indahyani fokus terhadap Penerapan Metode

Bercerita Berbantuan Media Buku Bergambar Untuk Pengembangan Kemampuan

Berbahasa. Dan Penelitian skripsi Luluk Indrawati fokus terhadap Meningkatkan

Kemampuan Berbahasa Lisan Melalui Metode Bercerita. Sedangkan untuk penelitian

kali ini fokus terhadap penggunaan metode cerita untuk meningkatkan kemampuan

berbicara anak pada kelompok A TK Islam Gunungsari Sehingga penelitian ini berbeda

dengan penelitian-penelitian sebelumnya sehingga layak untuk dikaji dan dilanjutkan.

E. Sistematika Pembahasan

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Kajian Teoritik

1. Hakikat Metode Bercerita

a. Definisi Metode Bercerita

19
Musfiroh, 2005, pembelajaran dengan metode bercerita, Jakarta: Rineka Cipta. Ni Kd. Dewi Wahyun,
“Penerapan Metode Bercerita Berbantuan Media Gambar Seri Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara
Anak Kelompok B Tk Putra Sesana Antiga, Karangasem”. e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan
Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini,hal, 179.
9
Metode merupakan cara kerja yang sistematis yang fungsinya merupakan alat

untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan dalam mencapai suatu tujuan. Sedangkan

metode pembelajaran adalah adalah suatu cara atau system yang digunakan dalam

pembelajaran yang bertujuan agar anak didik dapat mengetahui, memahami,

menggunakan dan menguasai bahan pelajaran tertentu.20 Oleh karena itu dalam

memilih suatu metode yang akan dipergunakan dalam program kegiatan anak di

taman kanak-kanak harus mempunyai alasan yang kuat dan faktor-faktor yang

mendukung pemilihan metode tersebut. Anak lebih mudah belajar melalui metode-

metode yang menarik dan menyenangkan. Ada beberapa metode pembelajaran yang

dapat diterapkan pada taman kanak-kanak salah satunya adalah metode bercerita.

Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada

orang lain dengan alat tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan,

informasi, atau hanya sebuah dongeng yang dikemas dalam bentuk cerita yang dapat

didengarkan dengan rasa menyenangkan. Pada pendidikan anak usia dini, bercerita

adalah salah satu metode pengembangan bahasa yang dapat mengembangkan

beberapa aspek fisik maupun psikis anak sesuai dengan tahapannya. Salah satunya

yaitu kemampuan berbicara.

Nurgiyantoro berpendapat bahwa bercerita merupakan kegiatan berbahasa yang

bersifat produktif. Artinya dalam bercerita seseorang melibatkan pikiran, kesiapan

mental, keberanian, perkataan yang jelas sehingga dapat dipahami oleh orang lain.

Dengan kata lain, bercerita adalah salah satu keterampilan berbicara yang bertujuan

untuk memberikan informasi kepada orang lain dengan cara menyampaikan berbagai

macam ungkapan, perasaan yang sesuai dengan apa yang dialami, dirasakan, dilihat,

20
M Fadilah, Desain Pembelajaran PAUD. (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hal. 161
10
dan dibaca. Bercerita diungkapkan melalui ekspresi yang menarik terlihat disenangi

oleh si pendengar cerita. Bercerita sangat penting bagi perkembangan anak. 21

Bercerita merupakan salah satu metode dan teknik bermain yang banyak

dipergunakan di TK. Bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar

bagi anak TK dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Jadi, bercerita

adalah cara bertutur dan menyampaikan cerita atau memberikan penjelasan secara

lisan. Seorang guru TK hendaklah mampu menjadi seorang pendongeng yang baik

yang akan menjadikan cerita sebagai kegiatan bermain yang menarik dan dapat

menjadikan pengalaman yang unik bagi anak. Seorang guru ketika bercerita harus

mampu menguasai isi dari cerita tersebut agar anak akan lebih mudah menangkap isi

cerita tersebut. Selain itu isi cerita nya pun harus sesuatu yang dekat dengan anak,

misal cerita tentang binatang.

Metode bercerita adalah cara penyampaian atau penyajian materi pembelajaran

secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak didik. 22 Metode bercerita

merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak TK dengan

membawakan cerita kepada anak secara lisan. Cerita yang digunakan harus menarik,

dan mengundang perhatian anak dan tidak terlepas dari tujuan pendidikan bagi

anak.23 Usahakan ketika bercerita guru harus mampu menguasai kelas.

Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di TK, metode bercerita dilaksanakan

dalam upaya memperkenalkan, memberikan keterangan, atau penjelasan tentang hal

baru dalam rangka menyampaikan pembelajaran yang dapat mengembangkan

berbagai kompetensi dasar usia anak TK. Oleh karena itu materi yang disampaikan

21
Lilis.Madyawati, Strategi Pengembangan Bahasa Pada Anak.( Jakarta: Prenada Media Group,
2016).hlm.162
22
Masitoh, Strategi Pembelajaran TK. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), hlm 35
23
Moeslichatoen, Metode Pengajaran di taman Kanak-Kanak. (Jakarta: PT. Rhinneka Cipta, 2004),
hal.157
11
berbentuk cerita yang awal dan akhirnya berhubungan erat dalam kesatuan yang utuh,

maka cerita tersebut harus dipersiapkan terlebih dahulu.

Biasanya kegiatan bercerita dilaksanakan pada kegiatan penutup, sehingga kalau

anak pulang, anak menjadi tenang dan senang setelah mengikuti pembelajaran,

Namun demikian pada prakteknya tidak selalu pada saat kegiatan penutup, bercerita

dapat dilakukan pada saat kegiatan pembukaan, kegiatan inti, maupun pada waktu-

waktu senggang di sekolah, misalnya pada saat waktu istirahat, karena mendengarkan

cerita adalah sesuatu yang mengasyikkan bagi anak usia TK.

Metode bercerita disampaikan melalui cerita yang menarik dengan atau tanpa

bantuan media pembelajaran. Cerita yang disampaikan harus mengandung pesan,

nasihat, dan informasi yang dapat ditangkap oleh anak, sehingga anak dapat dengan

mudah memahami cerita serta meneladani hal-hal baik yang terkandung di dalam isi

cerita yang telah disampaikan.. Melalui metode bercerita anak akan dapat

mengembangkan kemampuan bahasanya, dapat mengulang bahasa yang didengarnya

dengan bahasa yang sederhana, sehingga metode bercerita berpengaruh terhadap

kemampuan berbicara anak.

Isi cerita pun diupayakan berkaitan dengan cara berikut ini :

a) Dunia kehidupan anak yang penuh suka cita, yang menuntut isi cerita

memiliki unsur yang dapat memberikan perasaan gembira, lucu, menarik

dan mengasyikkan bagi anak. Dunia kehidupan anak berkaitan dengan

cerita seputar lingkungan terdekat anak, seperti lingkungan keluarga,

sekolah dan lingkungan bermain anak.

b) Minat anak pada umumnya anak TK sangat berminat pada ceritacerita

tentang binatang, tanaman, kendaraan, boneka, robot, planet, dan lain-lain.

12
c) Tingkat usia, kebutuhan dan kemampuan mencerna isi cerita. Ceritanya

harus cukup pendek dalam rentang perhatian anak. Cerita tersebut bersifat

meningkatkan daya pikir anak seperti cerita-cerita tentang makanan dan

minuman sehat, kebersihan diri melayani diri sendiri.

d) Membuka kesempatan bagi anak untuk bertanya dan menanggapi

setelah guru selesai bercerita.24

b. Tujuan Metode Bercerita

Kegiatan bercerita merupakan kegiatan pemberian pengalaman belajar pada

anak agar anak memperoleh penguasaan isi cerita yang telah disampaikan dengan

baik. Tujuan kegiatan bercerita adalah:

a) Menghibur para siswanya untuk menikmati sajian cerita yang dikemas

dengan ide yang menarik, pengimajinasian yang luas, dan penyajian yang

memukau.

b) Menambah wawasan dan pengetahuan umum bagi para siswa.

c) Memakai gaya bahasa penyampaian yang indah

d) Menumbuhkan daya khayal yang tinggi

e) Membersihkan akhlak

f) Melatih para siswanya untuk mengungkapkan ide cerita dengan kata-kata

sederhana.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa metode bercerita

bertujuan untuk menghibur, melatih anak berkomunikasi dengan baik,

24
Nurbiana, Dhieni dkk. Metode Pengembanga Bahasa.. (Jakarta : Universitas Terbuka, 2006),
hlm.124
13
memahami pesan dari cerita dan mampu mengungkapkan ide cerita serta

menambah wawasan dan pengetahuan bahasa secara luas.

c. Manfaat Metode Bercerita

Dengan bercerita sebagai salah satu metode mengajar di pendidikan anak usia

dini khususnya, maka ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari

penyampaian cerita, meliputi:

a) Kegiatan bercerita membantu pembentukan pribadi dan moral anak,

memberikan sejumlah pengetahuan sosial nilainilai moral keagamaan.

b) Kegiatan bercerita memberikan pengalaman belajar untuk melatih

pendengaran dan konsentrasi anak.

c) Memberikan pengalaman belajar dan memungkinkan anak mengembangkan

kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.

d) Memberikan pengalaman belajar yang unik dan menarik, serta dapat

mengatakan perasaan, membangkitkan semangat dan menimbulkan keasyikan

tersendiri.

e) Menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi. Pada saat menyimak cerita,

imajinasi anak mulai di rangsang. Imajinasi yang dibangun anak saat

menyimak cerita memberikan pengaruh positif terhadap kemampuan

anak dalam enyelesaikan masalah secara kreatif.

f) Memacu kemampuan verbal anak. Melalui cerita anak bukan saja senang

menyimak cerita tetapi juga senang bercerita atau berbicara. Anak belajar tata

cara berdialog dan bernarasi.25

25
Lilis.Madyawati, Strategi Pengembangan Bahasa Pada Anak.( Jakarta: Prenada Media Group, 2016),
hal.168
14
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa banyak sekali

manfaat metode bercerita. Oleh sebab itu, metode bercerita dapat dijadikan salah

satu referensi dalam pemilihan metode pembelajaran karena banyak mengandung

nilai positif, salah satunya yaitu memberikan kemampuan berbicara pada anak

usia dini.

d. Macam-macam Metode Bercerita

Ada beberapa teknik metode bercerita yang dapat digunakan yaitu:

a) Membaca langsung dari buku cerita

b) Bercerita dengan menggunakan ilustrasi gambar dalam buku

c) Menceritakan dongeng

d) Bercerita dengan menggunakan papan flanel

e) Bercerita dengan menggunakan media boneka

f) Dramatisasi suatu cerita

g) Bercerita sambil memainkan jari tangan26

Berdasarkan penjelasan tersebut, metode bercerita dapat dijadikan salah satu

pilihan sehingga penggunaan metode bercerita tidak membosankan bagi anak

serta membuat anak tertarik dan antusias mendengar cerita. Melalui pemilihan

tekhnik dalam metode tersebut anak-anak tidak akan merasa bosan dalam

mendengarkan cerita.

26
Moeslichatoen, Metode Pengajaran di taman Kanak-Kanak. (Jakarta: PT. Rhinneka Cipta, 2004),
hal.158-160
15
e. Bentuk-bentuk Metode Bercerita

Penggunaan metode bercerita pada pembelajaran anak usia dini selain

disajikan melalui berbagai cara , dapat juga menggunakan media pembelajaran

dengan tujuan untuk mengoptimalkan penyampaian materi pembelajaran

sehingga pembelajaran tidak membosankan bagi anak. Dalam penyampaiannya,

metode bercerita dibagi menjadi dua bentuk agar anak tidak bosan dalam

mendengarkan cerita dan juga akan terlihat lebih bervariasi, yaitu:

a) Bercerita tanpa alat peraga

Bercerita tanpa alat peraga adalah bentuk cerita yang mengandalkan

kemampuan pencerita dengan menggunakan mimik (ekspresi muka),

pantomim (gerak tubuh), dan vokal pencerita sehingga yang mendengarkan

dapat menghidupkan kembali dalam fantasi dan imajinasinya.

b) Bercerita dengan alat peraga

Bercerita dengan menggunakan alat peraga adalah bentuk bercerita yang

mempergunakan alat peraga bantu untuk menghidupkan cerita. Fungsi alat

peraga ini untuk menghidupkan fantasi dan imajinasi sehingga terarah sesuai

dengan yang diharapkan si pencerita. Bentuk bercerita dengan alat peraga

terbagi menjadi dua, yaitu alat peraga langsung dan alat peraga tidak

langsung.27

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa metode bercerita

merupakan metode yang bertujuan membawakan cerita kepada anak dengan

meninggalkan tujuan dari pembelajaran tersebut. Dalam penggunaan metode

bercerita juga harus memperhatikan beberapa hal yaitu, cerita yang disampaikan

harus dikemas menarik dan sesederhana mungkin sehingga anak akan akan
27
Nurbiana Dhien dkk, Materi Pokok Metode Pengembangan Bahasa. (Jakarta:
Universitas Terbuka, 2009), hal. 6.12
16
tertarik dan merespon serta memberi kesempatan kepada anak untuk bertanya

dan menanggapi isi dari cerita tersebut.

f. Rancangan Metode Bercerita

Dalam membahas rancangan kegatan bercerita akan dibicarakan rancangan

persiapan guru, rancangan pelaksanaan kegiatan bercerita, dan rancangan

penilaian kegiatan bercerita. Secara umum persiapan guru untuk merancang

kegiatan bercerita adalah sebagai berikut:

1) Menetapkan tujuan dan tema yang dipilih

Sebagaimana telah dijelaskan tujuan metode bercerita terutama dalam

rangka memberikan pengalaman belajar melalui cerita guru untuk mencapai

tujuan pembelajaran.

2) Menetapkan bentuk bercerita yang dipilih

Bila kita telah menetapkan rancangan tujuan dan tema selanjutnya

guru memilih salah satu diantara bentuk-bentuk bercerita.

3) Menentukan rancangan atau alat yang digunakan dalam bercerita.

4) Menetapkan rancangan langkah-langkah kegiatan bercerita, yaitu:

a) Mengkomunikasikan tujuan dan tema dalam kegiatan bercerita

kepada anak.

b) Mengatur tempat duduk anak.

c) Pembukaan kegiatan bercerita

d) Pengembangan cerita yang dituturkan guru.

17
e) Menetapkan rancangan cara-cara bertutur yang dapat menggetarkan

perasaan anak.

f) Penutup kegiatan bercerita dengan mengajukan pertanyaan

pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita.

5) Menetapkan rancangan penilaian kegiatan bercerita.28 29

2. Hakikat Kemampuan Berbicara

a. Definisi Kemampuan Berbicara

Berbicara berarti memunculkan pendapat dengan perkataan. Menurut

Suhartono berbicara yaitu menyampaikan maksud tertentu dengan mengucap

bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta

menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan.30 Memacu kemampuan berbicara

anak merupakan sesuatu yang penting.

Berbicara dianggap sebagai kebutuhan pokok bagi masyarakat karena dengan

berbicara seseorang dapat menyampaikan dan mengomunikasikan segala isi

gagasan batin. Seseorang dengan kecerdasan berbicara dapat menceritakan kisah,

berdebat, berdiskusi, menafsirkan, menyampaikan laporan, dan melaksanakan

berbagai tugas lain yang berkaitan dengan ucapan dapat dengan mudah

memengaruhi orang lain dengan kata-kata.

Kemampuan potensial dalam bidang bahasa dapat diukur melalui pengetahuan

kosakata atau kemampuan berbicaranya. Kemampuan berbicara anak dapat

berkembang seiring dengan tahapan perkembangan dan pengalamannya ketika

28
Moeslichaton, Metode Pengajaran Di Taman Kanak-Kanak, (Jakarta: Rhineka Cipta,
29
), hal. 176-180
30
Suhartono, Pengembangan Keterampilan Bicara Anak Usia Dini. (Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, 2005), hal.22
18
berinteraksi dengan orang lain. Semakin kaya kosakata yang dimiliki, maka

semakin besar pula keterampilan seseorang dalam berbicara.31

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kemampuan berbicara adalah

“berucap, bercakap, berbahasa, mengutarakan isi pikiran, melisankan sesuatu

yang dimaksud”.32 Bicara merupakan bentuk komunikasi yang paling efektif,

penggunaannya paling luas dan paling penting.

Hurlock menyatakan bahwa keterampilan berbicara harus di dukung dengan

perbendaharaan kata atau kosakata yang sesuai dengan tingkat perkembangan

bahasa. Belajar berbicara pada anak usia dini dapat digunakan sebagai alat

bersosialisasi dalam bertanya serta melatih kemandirian anak.33

Berbicara perlu dilatihkan sejak dini, karena anak-anak yang sejak dini dilatih

kemampuan berbicaranya akan memudahkan anak tersebut untuk dapat

berkomunikasi dengan orang-orang disekitarnya. Kecerdasan ini juga

dapat menggambarkan kecerdasan intelektual dan kecerdasan sosial yang dimiliki

oleh anak. 34

Banyak tahap perkembangan bahasa yang harus dilewati dan tentu saja dengan

banyak latihan serta pengalaman, yang terpenting adalah bagaimana lingkungan

memberikan dukungan dan stimulus kepada anak. Selain itu adanya periode

penting dalam mempelajari bahasa dapat dibuktikan salah satunya dari

kemampuan anak dalam berbicara.

31
Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Kosakata, (Bandung: Angkasa, 2011), hal 2
32
Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2015), hal. 165
33
Elisabeth B Hurlock, Bercerita Untuk Anak Usia Dini, (Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional,
2005), dalam Musfiroh, hal. 102
34
Suhartono, Pengembangan Keterampilan Bicara Anak Usia Dini, (Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, 2005), hal. 25
19
Adapun dilihat dari sisi kemampuan berbicara, ada tiga faktor yang paling

dominan yang memengaruhi anak dalam berbahasa, yaitu:

1) Faktor biologis, yaitu mempelajari bahasa pada suatu waktu tertentu dan

dengan cara tertentu.

2) Faktor kognitif, yaitu kemampuan anak berbicara tergantung pada

kematangan kognitifnya. Misalnya sapaan lembut dari orang tua akan

membentuk suatu simbol dalam proses mental anak dan perekaman sensasi

nonerbal (simbolis) akan berkaitan dengan memori asosiatif yang nantinya

akan memunculkan

suatu logika.

3) Faktor lingkungan, yaitu proses penguasaan bahasa tergantung dari

stimulus dari lingkungan luar.

Salah satu tahapan perkembangan yang penting pada anak adalah bicara,

karena bicara merupakan faktor awal yang menentukan anak untuk dapat

berkomunikasi dengan lingkungannya. Sayangnya tidak sedikit orangtua yang

luput perhatiannya untuk tahapan perkembangan yang satu ini. Tak jarang orang

tua yang baru akan tersadar ketika anaknya sudah menginjak usia 3-5 tahun.

b. Ciri Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

Kecerdasan linguistik memiliki ciri khusus yang

ditunjukkan dalam kepekaan bunyi, struktur, makna, fungsi kata, dan bahasa.

Individu yang memiliki kecerdasan ini cenderung menunjukkan hal-hal berikut:

1) Senang berkomunikasi dengan orang lain baik dengan teman sebaya dan

orang dewasa lainnya.

20
2) Senang bercerita panjang lebar tentang pengalaman sehari-hari, apa yang

dilihat dan diketahuinya.

3) Mudah mengingat nama teman dan keluarga, tempat, atau hal kecil lainnya

yang pernah didengar atau diketahui, termasuk iklan.

4) Suka membawa buku dan pura-pura membaca, menyukai buku, dan lebih

cepat mengenal huruf dibanding anak seusianya.

5) Mudah mengucapkan kata-kata, menyukai permainan kata, dan suka melucu.

6) Dapat menceritakan kembali cerita dengan baik.

7) Suka membaca tulisan pada label makanan, elektronik, papan nama, toko,

rumah, dll.

8) Menyukai permainan linguistik, misalnya tebak kata. 35

Dari kemampuan berbicara yang dicapai oleh anak usia dini, ada tiga hal

penting yang perlu dikembangkan dalam kemampuan berbicara anak, yaitu:

1) Dapat berbagi pengalaman verbal (dalam bentuk cerita) misal dalam

kegiatan pembelajaran dikelas dapat ditingkatkan melalui kegiatan

pemberian kesempatan kepada anak untuk dapat bercerita pengalaman

pribadinya.

2) Dapat menggunakan kalimat yang kompleks.

3) Mampu menceritakan kembali isi cerita yang sudah disampaikan oleh

guru.36

35
Lilis.Madyawati, Strategi Pengembangan Bahasa Pada Anak.( Jakarta: Prenada Media
Group, 2016), hal.175
36
Elisabeth B Hurlock, Bercerita Untuk Anak Usia Dini, (Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional,
2005), dalam Musfiroh, hal. 105
21
c. Cara Mengembangkan Kemampuan Berbicara Anak

Beberapa strategi untuk mewujudkan anak dengan

kemampuan bicara dapat dilakukan melalui:

1) Bercerita/mendongeng, bukan hanya kegiatan yang bersifat hiburan bagi

anak-anak melainkan sebuah kegiatan yang memiliki manfaat besar

dalam mengembangkan berbagai pengetahuan anak.

2) Brainstorming, anak dapat mencurahkan pikiran verbal yang dapat

dikumpulkan lalu ditulis di kertas, papan tulis, atau media lainnya.

3) Memberikan banyak buku yang menarik, buku dongeng, perjalanan,

penemuan, dll.

4) Memutarkan dan mendampingi anak agar gemar menceritakan

pengalaman, kejadian, perasaannya, dll

5) Jika bepergian mintalah dia untk menceritakan apa yang dilihat oleh anak.

6) Memotivasi anak agar bermain dengan teman sebaya.37

Ada beberapa usaha yang bisa dilakukan orang tua untuk meningkatkan

kemampuan bahasa pada anak antara lain:

a) Orang tua harus memberikan stimulus untuk memengaruhi kemampuan

otak si anak yang pada akhirnya akan bermuara pada keterampilan anak

dalam mengolah kata-kata dan berbicara. Anak yang jarang diajak bicara

akan mengurangi kemampuan bahasanya.

b) Selalu mengajak anak mengobrol ketika membantu

memakaikan pakaian atau kebutuhan dirinya yang lain. Berawal dari anak

sering mendengar banya perkataan , maka sebagai orang dewasa hars

37
Lilis.Madyawati, Strategi Pengembangan Bahasa Pada Anak.( Jakarta: Prenada Media Group,
2016),hal.177
22
banyak mengajaknya berbicara. Ini akan banya merangsang otak anak

yang bekaitan dengan bahasa.

c) Berbicara tentang segala sesuatu yang dilakukan. Ketika seorang dewasa

sedang melakukan sesuatu, beri tahu dan ceritakan pada anak tentang

aktivias tersebut, ahkatermasuk aktivitas sehari-hari, misalnya menjemur

pakaian. Hal ini sangat membantu anak untuk mengenali berbagai

kegiatan bahasa yang dilakukan untuk lingkungan sekitar mereka yang

merupakan keterampilan hidup yang berharga.

d) Melatih anak untuk melakukan pilihan. Berikanlah alternatif pilihan

dengan menunjukkan dua hal penamaan kepada mereka, misalnya “mau

apel atau pisang”. Hal ini akan membuat anak untuk lebih memahami

konsep na makanan dan anak dapat melakukan pilihan terhadap apa yang

diinginkan.

e) Mengajari anak mencintai buku. Caranya, mengajak ke perpustakaan, toko

buku, pameran, dsb. Kemudian mendorong anak untuk membeli buku

sendiri yang disukainya. Setelah itu melakukan diskusi kecil tentang buku

yang baru dibelinya. Dengan cara ini, selain kosakata bertambah, lewat

buku kemampuan kognitif anak juga turut terasah.

f) Meminta anak untuk mencritakan kembali pengalamannya di sekolah.

Selain bercerita secara langsung, juga mengemukakannya dalam catatan

hariannya.

g) Memberikan banyak kesempatan kepada anak. Anak butuh waktu untuk

memproses dan menyerap apa yang dikatakan oleh orang dewasa dan

menanggainya. Oleh karena itu, berikan kesempatan kepada anak agar

23
mereka dapat memroses dan memberi respons pada perkataan, jangan

mendesaknya.

h) Bila anak terlihat berbakat, orang tua tidak boleh memasukkannya ke

kegiatan yang sesuai bakatnya seperti kelompok drama, komunitas

dongeng, dll.

Adapun upaya sekolah untuk meningkatkan kemampuan bahasa murid, antara


lain:

1) Dengan cara ini, anak-anak tidak merasa bahwa mereka sebenarnya sedang

mengasah kemampuan berbahasa.

2) Kemampuan berbicara murid juga dapat diasah melalui kegiatan bermain

drama. Aktivitas drama yang kerap digelar dimaksudkan untuk

menggabungkan pelajaran bahasa dengan seni. Dari sini anak-anak akan

cepat meningkatkan kemampuan bcaranya.

3) Membuat kurikulum berbahasa pada anak. Kurikulum ini membahas

tentang aktifitas, tujuan, dan cara penyajiannya sehingga kita dapat

mengenali potensi akal pada anak, perkembangan indera pada anak, dan

cara menstimulai serta pengoptimalannya dalam menyerap kejadian serta

mengasah kecepatan mengindra dari kejadian yang akan disimpan di dalam

otak. 38

B. Pengaruh Metode Bercerita Terhadap Kemampuan Berbicara Anak

Metode bercerita adalah cara penyampaian atau penyajian materi

pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak didik. cerita

Dalam pembelajaran di TK, metode bercerita dilaksanakan dalam upaya

memperkenalkan, memberikan keterangan, atau penjelasan tentang hal baru

38
Ali, Nugraha. 2007. Kurikulum dan Bahan Belajar TK. (Jakarta : Universitas Terbuka), hlm.110
24
dalam rangka menyampaikan pembelajaran yang dapat mengembangkan

berbagai kompetensi dasar usia anak TK.

Kemampuan berbicara anak adalah kemampuan anak dalam mengucapkan

kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan fikiran,

gagasan, dan perasaan yang digunakan untuk menyampaikan maksud tertentu

pada orang lain, sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang-orang yang

berada disekitar anak. Kemampuan berbicara anak usia dini dapat digunakan

sebagai alat bersosialisasi dalam bertanya serta melatih kemandirian anak.

Dalam dunia pendidikan atau lebih khusus dalam masalah belajar, metode

merupakan bagian integral/faktor yang sangat penting dan merupakan syarat

mutlak dalam pembelajaran. Metode ini memegang peranan karena dengan

adanya metode yang sesuai, maka anak akan lebih bersemangat. Sehingga dapat

dikatakan metode yang menyenangkan dan sesuai dengan kemampuan anak akan

menjadikan pembelajaran lebih menarik dan tidak monoton.

Dengan demikian, seorang guru harus kreatif dan pandai menerapkan

metode-metode yang mampu membuat kelas aktif dan mampu meningkatkan

kemampuan anak dalam berbicara. Dengan menggunakan metode bercerita

dapat melatih daya serap, daya tangkap, daya berfikir anak, daya konsentrasi

anak, daya imaginasi anak, dan membantu perkembangan berbicara anak.

C. Penelitian Terdahulu

1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Eka

Pentimitasari pada tahun 2017 dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh

Metode Bercerita dengan Media Gambar terhadap Kemampuan Berbicara Anak

Usia Dini di RA Raudhatul Islamiyah Kecamatan Bram Itam Kabupaten Tanjung

Jabung Barat”. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan pengaruh metode

25
bercerita dengan media gambar terhadap kemampuan berbicara anak. Metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen, yaitu

menggunakan rancangan pretest dan postest control group design. Teknis

analisis data diuji menggunakan uji t dan uji hipotesis menggunakan statistic non

parametric. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Eka Pentimitasari ini

menunjukkan terdapat pengaruh metode bercerita dengan media gambar terhadap

kemampuan berbicara anak usia dini di RA Raudhatul Islamiyah Kecamatan

Bram Itam Kabupaten Tanjung Jabang Barat.39

2. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Annisa pada tahun 2016

dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Metode Bercerita terhadap

Kemampuan Anak Berbahasa Lisan Kelompok A1 di TK Kemala Bhayangkari 01

Palu”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh metode

bercerita terhadap kemampuan anak berbahasa lisan. Untuk menguji hipotesis

penelitian ini menggunakan teknik One Way Anova α = 0,05. Berdasarkan hasil

data perhitungan One Way Anova α = 0,05 diperoleh nilai fhitung > dari ftabel (5,769

> 4,84), maka Ho (Ada pengaruh metode bercerita yang signifikan terhadap

terhadap kemampuan anak berbahasa lisan di kelompok A1 TK Kemala

Bhayangkari 01 Palu) diterima. Hal ini menandakan bahwa metode bercerita

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan anak berbahasa lisan

di kelompok A1 TK Kemala Bhayangkari 01 Palu.40

3. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Luluk Indah Laily dengan

judul penelitian “Pengaruh Metode Cerita Bermedia Gambar Seri Terhadap

Kemampuan Berbicara Anak Kelompok B di TK Muslimat NU 38 Waru


39
Eka Pertimitasari, Pengaruh Metode Bercerita dengan Media Gambar terhadap
Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini di RA Raudhatul Islamiyah Kecamatan Bram Itam
Kabupaten Tanjung Jabung Barat, (Tulungagung: Skripsi Tidak Diterbitkan, 2017)
40
Annisa, Pengaruh Metode Bercerita terhadap Kemampuan Anak Berbahasa Lisan
Kelompok A1 di TK Kemala Bhayangkari 01 Palu, (Tulungagung: Skripsi Tidak Diterbitkan, 2016)
26
Sidoarjo”. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan

jenis preexperimental design menggunakan One-Group Pre-test Post-test design.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik non parametris uji

jenjang bertanda wilcoxon match Pair test dengan rumus thitung < ttabel, jika

thitung < ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga penelitian ini

signifikan adanya pengaruh 2 variabel. Berdasarkan hasil analisis data uji

wilcoxon match pair test menunjukkan bahwa thitung = 0 lebih kecil dari ttabel

dengan taraf signifikan 5% = 0,25, sehingga (0 < 0,25). Berdasarkan hal tersebut

dapat dikatakan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak. Berarti dapat disimpulkan

bahwa hipotesis penelitian dengan judul “Pengaruh Metode Bercerita Bermedia

Gambar Seri Terhadap Kemampuan Berbicara Anak Kelompok B di TK

Muslimat NU 38 Waru Sidoarjo” ini diterima.41

B. Kerangka Pikir

Kemampuan Metode Bercerita


Berbicara Anak Pada
Kelompok A TK
Islam Gunungsari

Peningkatan
Kemampuan
Berbicara Anak Pada
Kelompok A TK
Islam Gunungsari

41
Luluk Indah Laily, Pengaruh Metode Cerita Bermedia Gambar Seri Terhadap Kemampuan
Berbicara Anak Kelompok B di TK Muslimat NU 38 Waru Sidoarjo, (Tulungagung:
Skripsi Tidak Diterbitkan, 2016)
27
Pada umumnya metode pembelajaran di TK cenderung monoton (kegiatannya

berpusat pada guru) sehingga anak-anak cepat merasa bosan dan kurang tertarik

terhadap pembelajaran yang diberikan oleh guru akibatnya perkembangan anak terutama

perkembangan bicaranya masih rendah. Karena permasalahan tersebut anak cenderung

pasif karena anak hanya sebagai penerima informasi. Oleh karena itu pemilihan metode

yang tepat dapat berpengaruh terhadap kemampuan berbicara anak.

Salah satu metode yang dapat berpengaruh terhadap kemampuan berbicara anak

adalah metode bercerita. Kemampuan berbicara anak akan dapat berkembang apabila

anak diberi kesempatan untuk menyimak cerita kemudian mengungkapkan apa yang ia

dapat melalui cerita yang melibatkan proses kognitif. Melalui metode bercerita anak

dapat mengingat kejadian-kejadian dalam sebuah cerita dengan cepat, misalnya

kemampuan anak dalam mengingat, kemampuan anak dalam melatih kemampuan

imaginasi, keaktifan anak dalam menyampaikan perasaan, mengajukan pertanyaan, dan

keaktifan anak dalam menjawab pertanyaan.

Seorang anak dapat memperhatikan penyampaian cerita sederhana yang sesuai

dengan karakternya, ia akan mendengarkan cerita itu dan menikmatinya dengan seksama

28
terhadap apa yang disampaikan orang lain sehingga anak dapat bertanya apabila tidak

memahaminya dan anak dapat menjawab pertanyaan selanjutnya, bercerita serta

mengekspresikan terhadap apa yang ia dengar sehingga hikmah dari isi cerita dapat

dipahami.

Dengan penyampaian pembelajaran menggunakan metode bercerita akan ada

peningkatan anak terhadap kemampuan berbicaranya. Maka dalam mengembangkan

kemampuan berbicaranya anak memiliki cara-cara tersendiri sesuai dengan tahapan

perkembangannya, dalam menanggapi suatu pokok bahasan yang diceritakan. Sehingga

anak secara bertahap dapat berpikir abstrak dan konstruktif.

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian yang akan dibuktikan melalui pengujian adalah :

Ho: tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara metode bercerita terhadap

kemampuan berbicara anak pada kelompok A TK Islam Gunungsari

Ha: terdapat pengaruh yang signifikan antara metode bercerita terhadap

kemampuan Berbicara anak pada kelompok A TK Islam Gunungsari

29
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan

data dengan tujuan dan kegunaaan tertentu.42 Metode penelitian juga dapat diartikan

kegiatan yang secara sistematis dirancang oleh peneliti untuk memecahkan masalah yang

ada dan bermanfaat bagi masyarakat, maupun bagi peneliti itu sendiri.43 Jenis penelitian

yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif. Peneliti

kuantitatif merupakan penelitian yang berdasarkan pada filsafat positivism, untuk menguji

sampel tertentu pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik sampling jenuh

dengan teknik pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, dan melakukan

analisis data dengan statistik untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.44

Metode penelitian kuantitatif yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode

eksperimen (experimental research). Metode penelitian eksperimen adalah metode


42
Sugiyono, op.cit., h.3.
Sukardi, Metodelogi penelitian pendidikan kompetensi dan praktiknya, (Yogyakarta :
43

PT bumi aksara, 2015), h.17.


44
Sugiyono, op.cit, h.14.
30
penelitian yang digunakan untuk mengetahui pengaruh dari suatu tindakan atau perlakuan

yang sengaja digunakan untuk mengetahui pengaruh tindakan tersebut terhadap suatu

kondisi tertentu.

2. Rencana Penelitian

Bentuk eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu True- Experimental

research ( eksperimen yang betul-betul). True- Experimental research ( eksperimen yang

betul-betul) merupakan penelitian yang memiliki ciri mendasar yaitu peneliti dapat

mengontrol semua variabel yang dapat mempengaruhi jalannya eksperimen.45 Pada

penelitian ini kelas eksperimen menggunakan metode bercerita.

Desain penelitian True- Experimental research ( eksperimen yang betulbetul)

yang digunakan dalam penelitian ini adalah Posttest-Only Control Desaign.46 Pada desain

ini kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak dipilih secara random. kelas eksperimen (x)

diberikan perlakuan (treatment) yaitu kegiatan pembelajaran dengan menggunakan

metode bercerita yg bervariasi yakni bercerita menggunakan gambar, bercerita

menggunakan boneka tangan dan bercerita menggunakan jari-jari tangan, sedangkan

kelas kontrol menggunakan metode pembelajaran konvensional yakni buku berita.

Setelah masing-masing kelompok diberikan perlakuan, selanjutnya kelas eksperimen dan

kelas kontrol diberi posttest untuk membandingkan hasil perlakuan (treatment) yang

diberikan. Pengaruh adanya perlakuan (treatment) adalah (O1;O2).47 Adapun desain

penelitian Posttest-Only Control Design seperti pada gambar 3.1 berikut.

Table 3.1

Desain Penelitian Posttest-Only Control Design

Kelas Perlakuan Tes Akhir (Posttest)


45
Sugiyono, . op.cit, h.75
46
Sugiyono, . op.cit, h.73
47
Sugiyono, op.cit, h.76
31
E X O1

K - O2

Keterangan :

E : kelas eksperimen

K : kelas kontrol

X : Perlakuan dengan menggunakan metode bercerita

O1 : Post-test kelas eksperimen

O2 : Post-test kelas kontrol.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di TK Islam Gunungsari Kecamatan Ulubelu Kabupaten

Tanggamus. Penelitian ini dilakukan di kelas B1 dan B2

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada semester genap yang meliputi tahap-tahap sebagai

berikut:

a. Tahap persiapan, meliputi, tahap pengajuan judul, tahap pembuatan proposal,

melakukan survey pada kelompok B1 dan B2 TK Islam Gunungsari Kecamatan

Ulubelu Kabupaten Tanggamus, mengajukan surat permohonan izin

penelitian.

32
b. Tahap pelaksanaan yaitu kegiatan yang berlangsung dilapangan. Tahap pelaksaan

ini meliputi uji coba instrument, pengambilan data yang telah diuji validitas dan

raelibitasnya.

c. Tahap akhir, meliputi tahap pengolahan data dan penyusunan laporan hasil

penelitian.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam suatu penelitian bukan

hanya orang bukan juga sebatas jumlah obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi

seluruh karakteristik dan subyek/obyek dalam penelitian.48

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan populasi adalah sekelompok

individu yang akan diselidiki atau yang menjadi objek penelitian, yang berada dalam

suatu wilayah atau daerah tertentu. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta

didik kelas B pada semester genap di TK Islam Gunungsari Kecamatan Ulubelu

Kabupaten Tanggamus yang berjumlah 46 peserta didik.

Tabel 3.2

Distribusi Peserta Didik

No. Kelas Jumlah Peserta Didik

48
Sugiyono, op.cit., h.80.
33
1 A

2 B1 23

Jumlah 46

Sumber : Data anak TK Islam Gunungsari

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi

tersebut.49 Sampel pada penelitian ini diambil dari populasi. Sampel terdiri dari dua kelas

yaitu kelas A sebagai kelas eksperimen dan kelas B sebagai kelas kontrol.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Sampling Jenuh . Sampling Jenuh

yakni teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. 50

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Metode Pengamatan (Observasi)

Observasi adalah suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai

proses biologis dan psikologis, yakni proses-proses pengamatan dan ingatan. 51


jadi

observasi teknik pengumpulan data yang diawali dengan mengamati secara langsung

ataupun tidak tentang dan mencatatnya pada lembar observasi. Observasi dilakukan untuk

mengamati keterlaksanaan metode bercerita terhadap keterampilan berbicara anak.

Dalam penelitian ini saya sebagai peneliti menggunakan observasi partisipan

karena peneliti ikut berpartisipasi dalam mengamati anak-anak yang akan diobservasi.

49
Sugiyono, op.cit., h.81
50
Sugiyono, op.cit., h.85
51
Sugiyono, op.cit., h.145.
34
E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam

maupun sosial yang diamati. Titik tolak dari penyusunan instrumen adalah variabel-

variabel penelitian yang ditetapkan untuk diteliti. Dari variabel-variabel tersebut

diberikan operasionalnya dan selanjutnya ditentukan indikator-indikator yang akan

diukur. Dari indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau

pernyataan.52

Alat pengumpulan data yang dikembangkan adalah lembar observasi,

pertanyaan-pertanyaan yang dibuat dalam pedoman observasi merupakan penjabaran

dari indikator-indikator variabel penelitian, sehingga demikian diharapkan mendapat

data yang akurat dan dapat menemukan jawaban dari permasalahan penelitian ini.

Berdasarkan pedoman tersebut peneliti merumuskan indikator instrumen yang

akan menjadi butir pertanyaan. Untuk instrumen pengamatan peneliti menyusun berupa

checklist sehingga peneliti hanya memberi tanda pada kolom yang sudah tersedia sesuai

dengan hasil pengamatan peneliti pada saat kegiatan metode bercerita berlangsung.

Dalam hal ini peneliti menggunakan opsi rating scale menurut Sugiyono, untuk

mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian, peneliti akan menetapkan Dengan

metode bercerita yang akan dilakukan anak agar dalam penelitian mempermudah peneliti

dalam memberikan nilai untuk setiap perkembangan anak.

Opsi Rating Scale diambil menurut Sugiyono53 :

a. Belum Berkembang (BB) bila anak hanya menguasai materi kegiatan yang di

berikan dan menyelesaikan kegiatan kurang dari 24% kegiatan yang dilakukan

52
Sugiyono, op.cit., h.102-103.
53
Sugiyono, op.cit., h.99
35
b. Mulai Berkembang (MB) bila anak bisa menguasai materi kegiatan yang

diberikan peneliti dan menyelesaikan kegiatan 25% sampai dengan 49% kegiatan

yang dilakukan.

c. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) bila anak bisa menguasai materi kegiatan

yang diberikan dan menyelesaikan 50% sampai 74% kegiatan yang dilakukan

d. Berkembang Sangat Baik (BSB) bila anak bisa menguasai semua materi kegiatan

yang di berikan dan menyelesaikan 75% sampai 100% kegiatan yang dilakukan.

Tabel 3.3
Alternatif Skor
Alternatif Skor

Belum Berkembang 1

Mulai Berkembang 2

Berkembang Sesuai Harapan 3

Berkembang Sangat Baik 4

Tabel 3.4
Instrumen penelitian Keterampilan Berbicara Anak pada Kelompok A TK Islam
Gunungsari

NO Indikator Sub Indikator Item Jumlah

1 Dapat a. Anak dapat berkomunikasi 1, 2, 3, 5

berkomunikasi dengan teman baru 4, 5,

dengan orang b. Anak dapat bertanya dengan

lain orang lain

c. Anak dapat menjawab

pertanyaan guru

d. Anak dapat berinteraksi

36
dengan temannya

e. Anak dapat berinteraksi

dengan guru

2 Dapat a. Anak dapat menceritakan

mengungkapkan kembali cerita yang didengarnya

fikiran dan b. Anak dapat mengungkapkan

perasaan kepada cerita dengan mimik wajah yang

orang lain tepat

c. Anak dapat mengeluarkan 6, 7, 8,


5
pendapat tentang cerita yang 9, 10

didengarnya

d. Anak dapat menunjukan rasa

senang saat cerita berlangsung

e. Anak dapat berdiri didepan

teman teman nya untuk bercerita

3 Dapat a. Anak dapat memperhatikan

Mendengarkan guru saat bercerita

b. Anak dapat mendengarkan

cerita hingga selesai


11, 12,
c. Anak dapat menceritakan
13, 14, 5
kembali cerita secara urut
15
d. Anak dapat bernyanyi bersama

guru

e. Anak dapat berbicara sopan

dengan guru

37
4 Dapat mengenal a. Anak dapat menyebut nama

dirinya dan tokoh dalam cerita

orang sekitarnya b. Anak dapat menyebut nama

tempat dalam cerita


16, 17,
c. Anak dapat meyebut benda
18, 19, 5
dalam cerita
20
d. Anak dapat menyebut situasi

dalam cerita

e. Anak dapat menyebutkan

judul cerita

Jumlah 20

Tabel 3.5
Pedoman Lembar Observasi Keterampilan Berbicara Anak pada Kelompok A TK Islam
Gunungsari

SKOR PENILAIAN
No ITEM KET
BB MB BSH BSB

Anak dapat berkomunikasi dengan


1
teman baru

Anak dapat bertanya dengan orang


2
lain

Anak dapat menjawab pertanyaan


3
guru

Anak dapat berinteraksi dengan


4
temannya

38
Anak dapat berinteraksi dengan
5
guru

Anak dapat menceritakan kembali


6
cerita yang didengarnya

Anak dapat mengungkapkan cerita


7
dengan mimik wajah yang tepat

Anak dapat mengeluarkan pendapat


8
tentang cerita yang didengarnya

Anak dapat menunjukan rasa senang


9
saat cerita berlangsung

Anak dapat berdiri didepan teman


10
teman nya untuk bercerita

Anak dapat memperhatikan guru saat


11
bercerita

Anak dapat mendengarkan cerita


12
hingga selesai

Anak dapat menceritakan kembali


13
cerita secara urut

14 Anak dapat bernyanyi bersama guru

Anak dapat berbicara sopan dengan


15
guru

Anak dapat menyebut nama tokoh


16
dalam cerita

Anak dapat menyebut nama tempat


17
dalam cerita
39
Anak dapat meyebut benda dalam
18
cerita

Anak dapat menyebut situasi dalam


19
cerita

20 Anak dapat menyebutkan judul cerita

Keterangan Skor Penilaian :

1. = Kedapatan berbicara anak belum berkembang (BB)

Bila anak belum bisa melakukan kegiatan yang diberikan, perlu banyak

bantuan dan belum bisa mencapai standar yang ditentukan.

2. = Kedapatan berbicara anak mulai berkembang (MB)

Bila anak bisa melakukan kegiatan yang diberikan dengan sedikit bantuan

untuk bisa mencapai standar yang telah ditentukan.

3. = Kedapatan berbicara anak berkembang sesuai harapan (BSH) Bila anak

dapat melakukan kegiatan yang diberikan sesuai prosedur permainan dan

sesuai standar yang telah ditentukan

4. = Kedapatan berbicara anak berkembang sangat baik (BSB) Bila anak bisa

melakukan kegiataan yang diberikan dengan lancar, sesuai prosedur dan

mlebihi standar yang ditentukan.

1. Uji Validitas

Valid diartikan jika instrumen penelitian yang digunakan dapat mengukur apa

yang menjadi sasaran yang diukur.54 Jadi sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat

54
Sugiyono, op.cit., h.121.
40
mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Untuk menghitung validitas tes

dalam penelitian ini menggunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut :55

rxy

Keterangan :

rxy : Validitas empiric soal

N : Banyaknya subyek

X : jumlah skor tiap butir soal masing-masing siswa

Y : jumlah total skor masing-masing siswa

Nilai rxy akan dibandingkan dengan nilai koefisien korelasi tabel rxytabel dengan

ketentuan berikut.

Tabel 3.6 Ketentuan Uji Validitas

rxy Kriteria

rxyhitung < Valid

rxytabel

rxyhitung>rxytabel Tidak Valid

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk

mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. 56 Jadi uji reliabilitas

dilakukan untuk mengetahui konsistensi dari suatu instrumen yang digunakan sebagai alat
55
Sugiyono, op.cit., h.153.
56
Sugiyono, op.cit., h.121.
41
ukur sehingga hasilnya dapat dipercaya. Dalam penelitian ini untuk menguji reliabilitas

soal tes dengan menggunakan metode Kuder dan Richardshon yaitu dengan

menggunakan rumus Alpha cronbach sebagai berikut :

Keterangan : r11 : Koefisien reliabilitas tes n : Banyak

butir item yang dikeluarkan dalam tes si2 : Jumlah varians

skor dari setiap item st2 :Varians total

Nilai koefisien reliabel alpha r11 akan dibandingkan koefisien korelasi tabel rxytabel .

Tabel 3. 7 Ketentuan Uji Reliabilitas

rxy Kriteria

rxyhitung > Reliabel

rxytabel

rxyhitung < Tidak Reliabel

rxytabel

Tabel 3.8
Kriteria Reliabilitas
Reliabilitas (R11) Kriteria

0,81 – 100 Sangat Tinggi

0,71 - 0,90 Tinggi

0,41 - 0,70 Sedang

42
0,21 – 0,40 Rendah

0,00 – 0,20 Sangat Rendah

F. Teknik Analisi Data

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti

terdistribusi normal atau tidak. Pada penelitian ini uji normalitas menggunakan uji one

kolmogorof smirnov pada program PASW 17.00 dengan taraf signifikan 5%.

Adapun ketentuan uji one kolmogorof smirnov adalah sebagai berikut : 57

Tabel 3.9
Ketentuan Uji Normalitas

Sig Kriteria

Sig > Normal

0,05

Sig < Tidak Normal

0,05

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mencari tahu apakah kelas eksperimen dengan

kelas kontrol memiliki varians yang sama atau tidak. Pada penelitian ini menggunakan uji

57
Antomi Saregar, Sri Latifah, Meisita Sari, "Efektivitas Model Pembelajaran CUPs : Dampak
Terhadap Keterampilan Berfikir Tingkat Tinggi Peserta Didik Madrasah Aliya Mathla'ul Anwar Gisting
Lampung", Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNii No.05 (2) , 2016 , h.238.
43
homogeneity of variances pada program PASW dengan taraf signifikan 5%. Adapun

ketentuan uji homogeneity of variances adalah sebagai berikut :58

Tabel 3.10 Ketentuan Uji Homogenitas

Sig Kriteria

Sig > Homogen

0,05

Sig < Tidak Homogen

0,05

c. Uji Hipotesis

Jika data sudah dikatakan terdistribusi normal serta homogen, selanjutknya dilakukan uji

independent sample t-test pada program PASW dengan taraf signifikan 5%. Adapun

ketentuan uji independent sample t-test adalah sebagai

berikut :59

Ho : Tidak terdapat perbedaan nilai kedapatan metode bercerita antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol.

Ha : Terdapat perbedaan nilai kedapatan metode bercerita antara kelas eksperimen

dan kelas kontrol.

Tabel 3.11

Ketentuan Uji Hipotesis

Sig Kriteria

58
Ibid.
59
Ibid. h.239
44
Sig > 0,05 Ho diterima, Ha ditolak

Sig < 0,05 Ho ditolak, Ha diterima

G. Hipotesis Statistika

Ho : μ1 = μ2 Tidak terdapat perbedaan keterampilan berbicara anak

menggunakan metode bercerita antara kelas eksperimen dan kelas

kontrol.

Ha : μ1 ≠ μ2 Terdapat perbedaan keterampilan berbicara anak

menggunakan metode bercerita antara kelas eksperimen dan kelas

kontrol.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM PENELITIAN

1. Sejarah

45
Sejarah singkat singkat TK Islam Gunungsari Kecamatan Ulu Belu Kabupaten

Tanggamus berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah maupun pengurus

secara singkat berdirinya Tk Islam gunungsari kecamatan ulubelu kabupaten

Tanggamus saat ini memiliku usia 22 tahun berdiri pada tahun 2000.60

Awal berdirinya lembaga ini karena melihat kenyataan bahwa dilingkungan

gunung sari banyak anak yang membutuhkan tempat bermain sambil belajar untuk

mengembangkan aspek perkembangan. Oleh karena itu didirikan tempat bermain

dan belajar anak yang diberi nama TK ISLAM dengan nomor pokok sekolah

nasional( NPSN) lembaga ini terletak didesa gunungsari kecamatan ulubelu

kabupaten tanggamus. TK ISLAM Gunungsari ini adalah lembaga pendidikan anak

usia dini 4-6 tahun.

2. Visi sekolah

Membentuk anak anak yang cerdas, ceria , mandiri jujur dan berahklak mulia

3. Misi sekolah

a. Memfasilitasi kegiatan belajar yang aktiv dan menyenangkan sesuai dengan

tahapan perkembangan, minat , dan potensi anak.

b. Membangun pembiasaan prilaku hidup jujur dan berahklak mulia secara mandiri.

c. Membangun kerjasama dengan orang tua dalam berahklak mulia dengan baik.

4. Letak grografis Tk Islam gunungsari

Letak geografis Tk Islam berada didesa gunung sari / gunungsari blok 1kecamatan ulu

belu kabupaten Tanggamus. Letak geografis Tk Islam mudah dijangkau masyarakat

sekitarnya, karena tempatnya yang strategis dan mudah terjangkau oleh kendaraan.

5. Keadaan guru Tk Islam gunungsari

60
Hasil observasi dan wawancara di Tk Islam gunungsari 2022
46
Keadaan guru di Tk Islam gunungsari pada tahun ajaran 2022/ 2023 berjumlah 4 guru,

semua guru yang ada tersebut aktiv menjalankan tugasnya sehari hari. Dengan jumlah

guru tersebut sudah mencukupi kebutuhan guru dalam prlaksanaan pendidikan dan

pengajaran. Adapun nama nama guru pada pendidikan Tk islam gunungsari sebagai

berikut.

Guru Tk Islam gunungsari tahun 2022/2023

No Nama Pendidikan Jabatan

1. Sariningsih S.Pd S1 Kepala

sekolah

2. Endang purwanti SMA Guru

3. Siti Rohayati S.Pd S1 Guru

4. Surati SMA Guru

6. Keadaan peserta didik Tk Islam gunungsari

Dalam proses perkembangan Tk Islam gunungsari, setiap tahunnya minat

masyarakat cukup baik sehingga jumlah peserta didik mengalami peningkatan yang

signifikan setiap tahunnya, hal ini diambil dari dokumentasi perkembangan jumlah

peserta didik Tk Islam gunungsari.

7. Sarana dan prasarana Tk Islam gunungsari

Dalam menjalankan aktifitas belajar mengajar di Tk Islam gunungsari tentunnya

tidak terlepas dari sarana dan prasarana yang dapat menunjang kegiatan tersebut

adapun sarana dan prasarana tersebut antara lain:

Sarana dan prasarana Tk Islam gujungsari

No Nama sarana dan prasarana Jumlah

47
1. Ruang belajar 3

2. Ruang pengelola/ guru 1

3. Halaman bermain 1

4. Perpustakaan 1

5. Kamar mandi/wc 2

B. HASIL PENELITIAN

Setelah dilakukan penelitian maka didapatkan darihasil observasi yang dilakukan oleh

peneliti mengenai Kemampuan Berbahasa Anak 5-6 tahun kelas B Di Tk islam

gunungsari kecamatan ulu belu Kabupaten tanggamus. Pada bab ini akan dibahas

mengenai pengolahan data dan analisis data. Data yang diolah dan dianalisa dalam bab

ini merupakan data kualitatif yang diperoleh melalui observasi dan interview pada guru

mengenai Analisis Penerapan Metode Cerita Dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa

Anak Usia Dini Di TK Islam gunungsari kecamatan ulubelu.

1. Pelaksanaan metode cerita di TK Islam gunungsari kecamatan ulubelu

Metode cerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak

TK dengan guru membawakan cerita kepada anak kepada anak secara lisan. Cerita

yang disampaikan oleh guru harus menarik dan mengundang perhatian anak dan

tiudak lepas dari tujuan pembelajaran pendidikan anak usia dini. Cerita yang

disampaikan kepada anak didik dapat dikaitkan dengan dunia kehidupan anak

sehingga anak dapat memahami isis dari cerita. Misalnya: guru bercerita dengan

menggunakan tena anak bergembala sapi.

a. Langkah pertama yaitu guru memilih tema yang akan diceritakan guru di

dalam kelas.

48
Dalam kegiatan proses pembelajaran sudah menjadi tuntutan bahwasanya

guru harus menciptakan lingkungan pembelajaran yang menarik dan mencapai

tujuan pembelajaran yang maksimal. Tematema yang dapat digunakan oleh

guru harus menarik dan bersangkutan dengan kehidupan anak selain itu mimik

wajah guru harus menarik sehingga dapat menarik perhataian anak didiknya,

karena masa focus anak hanya 15 menit saja. Itu sebabnya guru dituntut untuk

menyusun rencana kegiatan harian terlebih dahulu dan juga menentukan tema

apa yang akan dipakai dalam kegiatan sebelum proses pembelajaran

dilaksanakan. Penulis melakukan observasi pada tanggal 12 Juli sampai 12

Agustus 2018 dengan hasil bahwa guru sudah menyiapkan RPPH sebelum

kegiatan pembelajaran dilakukan sehingga diharapkan tujuan pembelajaran

akan memperoleh hasil yang maksimal. Hal ini dikuatkan dengan penuturan

dari ibu Asmiyati selaku wali kelas TK B, “dalam pelaksanaannya, kami

selaku guru selalu menyiapkan RKH/RPPH sebelum kegiatan dilaksanakan

agar tercapainya hasil yang maksimal dalam suatu kegiatan pembelajaran”.

Pernyataan tersebut dibenarkan oleh ibu Umini menurut ibu Umini

bahwasanya “pembuatan RPPH dilakukan agar kegiatan yang nantinya akan

dilakukan menjadi lebih tersusun dalam pelaksanaannya”

Dari hasil pertanyaan diatas dapat dilihat bahwasannya guru di TK Islam

Gunungsari menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran harian sebelum

melaksanakan kegiatan. Berdasarkan hasil analisis yang penulis lakukan

bahwasannya benar adanya, sebelum melakukan kegiatan bercerita guru harus

memilih tema yang akan digunakan sebelum kegiatan dilakukan. Sesuai

dengan teori yang dikutip dalam buka Sobry Sutikno yang diungkapkan dalam

tenik metode bercerita.

49
b. Langkah kedua yaitu, membuat naskah jalan cerita yang akan digunakan

dalam kegiatan bercerita.

Penulis melakukan observasi di TK Islam gunungsari dan hasil

observasi tersebut penulis menemukan bahwa guru menyiapkan naskah

sebelum kegiatan yang bertujuan agar kegiatan bercerita yang akan

dilaksanakan nantinya dapat berjalan lancar dan tidak membosankan bagi anak

didiknya. Seperti ketika observasi berlangsung guru menyiapkan alat peraga

yang akan digunakan pada saat jalan cerita dengan tema Binatang dan Sub

Tema Binatang Darat. Pada saat itu anak-anak sangat senang dan antusias mau

mendengarkan ketika gurunya bercerita didepan kelas dengan tidak

menggunakan naskah cerita tetapi menggunakan alat peraga yang telah

disiapkan. Seperti yang dikemukakan oleh ibu Asmiyati: “sebelum kegiatan

bercerita berlangsung, saya biasanya terlebih dahulu membuat alat peraga

untuk jalnnya cerita yang akan saya mainkan sehingga proses pembelajaran

bercerita dapat lebih penasaran dan lebih menarik tentunya”.Namun dalam hal

ini menurut Sobry Sutikno dalam model dan model-model pembelajaran

menjadikan proses pembelajaran lebih variatif, aktif, inovatif, dan

menyenangkan. Ada beberapa macam tehnik bercerita yang dapat digunakan

antara lain: guru dapat membaca langsung dari buku, menggunakan ilustrasi

dari buku gambar, menggunakan boneka, bermain peran dalam suatu cerita,

atau bercerita menggunakan jari-jari tangan. Bercerita sebaiknya dilakukan

dalam kelompok kecil untuk memudahkan guru mengontrol kegiatan yang

berlangsung sehingga akan berjalan lebih efektif. Berdasarkan pemaparan data

diatas bahwa di TK islam gunungsari kecamatan ulubelu guru selalu membuat

50
alat peraga jalannya cerita yang akan dimainkan dalam kegiatan bercerita

sehari sebelumnya.

c. Langkah selanjutnya adalah mengumpulkan anak kemudian memberi

pengarahan tentang aturan dalam kegiatan bercerita berlangsung.

Langkah ini dilakukan sebelum kegiatan berlangsung, guru memberi

pertanyaan kepada anak didiknya “gambar apakah ini” langkah ini dibuat agar

anak merasa penasaran sehingga anak ingin tahu dan ingin mendengarkan

cerita oleh gurunya didepan kelas. Didalam kelas pula guru slalu memberikan

arahan kepada anak didiknya agar selalu mendengarkan ketika orang lain

berbicara dan mendengarkan ketika gurunya bercerita didalam kelas sesudah

gurunya bercerita guru harus menyelingi bercerita dengan pertanyaan atau

permainan agar anak tidak merasa bosan ketika gurunya sedang bercerita.

d. Langkah yang keempat adalah guru menyiapkan alat yang akan digunakan

dalam kegiatan bercerita.

Dalam kegiatan bercerita alat peraga menunjang keberlangsungan

kegiatan bercerita. Misalnya seperti guru menyiapkan gambar binatang,

contohnya: gambar sapi, gambar kambing.Berdasarkan observasi peneliti

bahwasannya di TK Islam gunungsari kecamatan ulubelu guru selalu

menyiapkan peralatan pendukung serta menjelaskan fungsi dari masing-

masing alat penunjang. Namun dalam kegiatan bermain peran dengan tema

yang lain alat yang dibutuhkan bukan hanya alat yang digunakan dalam

bermain saja tetapi juga dibutuhkan alat penunjang lainnya seperti buku cerita,

boneka jari, dan mimik wajah.

51
2. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini Di TK Islam gunungsari kecamatan

ulubelu

a. Anak-anak tidak ribut didalam kelas

Dari hasil penelitian yang penulis lakukan pada tanggal 1 februari

Sampa27 februari 2023 mengenai metode cerita untuk meningkatkan

kemampuan bahasa dengan indicator tingkat pencapaian perkembangan

bahasa. Dari pengamatan yang penulis lakukan terdapat 10 orang anak yang

sudah berkembang sesuai harapan terlihat dari anak yang memperlihatkan

fonologi (system suara), morfologi (aturan untuk mengombinasikan unit

makna minimal), sintaksis (aturan membuat kalimat), semantic (system

makna), pragmatis (aturan menggunaan dalam setting social). 8 anak mulai

berkembang dan 7 anak belum berkembang. Hal ini terlihat dari sikap

beberapa anak yang masih suka ribut didalam kelas dan belum bisa memahami

isi cerita.

b. Dapat menirukan suara binata

c. Dalam indicator ini dapat dilihat dari ketika anak dapat menirukan suara

binatang. Anak tidak merasa malu ketika gurunya menunjuk untuk menirukan

suara binatang didalam kelas, namun tidak semua anak mau ketiak disuruh

gurunya menirukan suara binatang, ada sebagian anak yang merasa malu dan

ada sebagian anak pula susah untuk menirukannya. Dari pengamatan yang

penulis lakukan 12 anak sudah berkembang sesuai harapan, 8 rang anak mulai

berkembang dan 5 orang anak belum berkembang

b. Melafalkan bunyi yang tidak ada artinya secara berulang (mengulang syair

lagu).

52
Dalam hal ini penulis melihat bahwasannya anak-anak sudah bisa melafalkan

bunyi secara berulang sehingga anak dapat menghafal syair baru yang telah

diberikan guru.seperti halnya ketika guru menyanyikan lagu “pak tani punya

ayam” hal ini dapat dilihat ketika anak dapat mengulang syair lagu dan anak

mulai senang dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah

penulis lakukan terdapat 6 orang anak yang berkembang sesuai harapan, 10

orang mulai berkembang, 9 orang anak belum berkembang.

c. Anak dapat mengucapkan 2 kata

Disini penulis melihat ketika guru bertanya kepada anak, ini ada gambar apa

ya ditangan ibu? Disini dapat dilihat ketika anak dapat menjawab “ini sapi”

dan anak meminta kepada orang tuanya “mama makan”.

Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan terdapat 7 orang anak yang

berkembang sesuai harapan, 10 orang anak mulai berkembang dan 8 orang

anak belum berkembang.

d. Anak dapat mengucapkan kalimat didalam dan diatas

Pada indikator ini, anak-anak cenderung masih egosentris dan hanya ingin

dituruti kemauannya, mereka dilihat ketika guru menanyakan didalam ruangan

terdapat apa saja? Dan sebagian anak belum bisa menggunakan atau

mengucapkan kalimat didalam dan diatas. Berdasarkan pengamatan penulis

terdapat 4 orang anak yang berkembang sesuai harapan, 8 orang anak mulai

berkembang dan 13 orang anak belum berkembang.

e. Anak dapat membuat kalimat pertanyaan

Disini penulis dapat melihat bahwasannya anak banyak yang sudah dapat

membuat kalimat pertanyaan dengan baik, dapat dilihat ketika anak bertanya

kepada gurunya didalam kelas “ibu makanan sapi itu apa ya” dan anak pula

53
dapat bertanya “ibu ayamnya peliharaan dirumah sudah diberi makan atau

belum?”. Dari hasil pengamatan penulis mendapatkan 13 orang anak sudah

berkembang sesuai harapan, 8 orang anak mulai berkembang dan 4 orang anak

belum berkembang.

f. Membuat kosa kata baru setiap harinya

Anak sudah mulai banyak kosa kata setiap harinya, penambahan kosa kata

anak sangatlah berkembang sangat baik. Disini dapat dilihat ketika anak sudah

mengetahui makanan dari binatang ternak. Dari hasil pengamatan penulis

dapat melihat 15 orang anak sudah berkembang sesuai harapan, 7 orang anak

mulai berkembang dan 3 orang anak belum berkembang.

g. Menghubungkan kata baru dengan kata yang sudah diketahui

Dari hasil pengamatan penulis lihat disini dapat dilihat ketika anak dapat

mengetahui fungsi dari anggota tubuh. Anak dapat menyebutkan “mata untuk

melihat,”kaki untuk berjalan”. Dari hasil pengamatan penulis dapat melihat 12

orang anak sudah berkembang sesuai harapan, 8 orang anak mulai berkembang

dan 5 orang anak belum berkembang.

h. Anak dapat berinteraksi/bertanya dengan teman atau guru nya didalam kelas

Anak sudah mulai berinteraksi dengan teman sebaya, guru dan orang yang ada

disekitar anak, disini dapat dilihat ketika anak sedang bermaain bersama

temannya dan anak pula aktif bertanya kepada guru atau guru yang ada

disekitar anak misalnya: “ibu mari saya bantu untuk merapihkan mainan

seperti semula”. Dari hasil pengamatan penulis dapat melihat 12 orang anak

sudah berkembang sesuai harapan, 8 orang anak mulai berkembang dan 5

orang anak belum berkembang.

i. Anak dapat meminta tolong kepada gurunya.

54
Dari hasil pengamatan penulis, dapat dilihat dari ketika anak meminta tolong

membukakan tutup botol kepada guru dan teman yang ada disekitar anak. Dari

hasil pengamatan penulis dapat melihat 15 orang anak sudah berkembang

sesuai harapan, 8 orang anak mulai berkembang dan 2 orang anak belum

berkembang.

j. Anak dapat meminta tolong kepada orang tua dan orang yang ada disekitarnya.

Dari hasil pengamatan penulis, dapat dilihat ketika anak meminta tolong

kepada orang tuanya untuk meminta tolong mengikat tali sepatu. Dari hasil

pengamatan penulis dapat melihat 12 orang anak sudah berkembang sesuai

harapan, 8 orang anak mulai berkembang dan 5 orang anak belum

berkembang.

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan di TK Islam gunungsari

kecamatan ulubelu dapat penulis jabarkan bahwasannya terdapat langkah-

langkah yang harus diperhatikan oleh guru dalam meningkatkan kemampuan

bahasa anak melalui metode cerita didalam kelas, hal ini yang menurut peneliti

menjadi penyebab kurang maksimalnya perkembangan bahasa anak di TK

Islam Gunungsari Kecamatan Ulubelu, Tanggamus. Untuk menerapkan

metode cerita dalam meningkatkan kemampuan bahasa anak yang perlu

diperhatikan agar kegiatanya dapat berlangsung dengan baik dan maksimal

adalah sebagai berikut:

1. Dalam kegiatan bercerita guru seharusnya menyiapkan alat peraga bukan

hanya satu saja melainkan ada tiga atau lebih alat peraga agar anak tidak

bosan dalam pembelajaran bercerita didalam kelas karena mana focus anak

55
hanya 15 menit saja. Oleh sebab itu guru dituntut untuk lebih aktif lagi dalam

menerapkan metode cerita.

2. Selanjutnya guru harus dituntut harus lebih paham dengan isi cerita karena

dengan guru lebih paham dengan isi cerita anak akan lebih paham tentang isi

cerita, mimic wajah guru pada saat bercerita pun sangat lah berpengaruh

dengan mimic wajah guru anak dapat lebih menarik untuk mendengarkan isis

cerita dan anak pula tidak mudah merasa bosan.

3. Guru pula harus menyelingi disela-sela bercerita untuk bertanya atau dengan

permainan. Tujuannya agar anak lebih tidak jenuh untuk mendengarkannya.

C. PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh metode bercerita dalam

peningkatan Kemampuan Berbahasa Anak kelas A dan B Di Tk islam gunungsari kecamatan

ulubelu Berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisis, maka dapat diketahui bahwa

peneliti observasi dikelas A tentang tema Aku/ Kesukaanku. Anak kelas A sebagai objek

yang berjumlah 15 orang anak yang diberikan perlakuan berupa metode bercerita.

Berdasarkan hasil penelitian dari hasil observasi oleh peneliti dengan pengisian lembar

observasi maka hal yang masih kurang pada saat pre test kelas eksperimen adalah Anak

belum dapat berkomunikasi dengan baik dan benar, Anak belum bisa menggunakan bahasa

yang benar, Anak belum dapat mengeja kata, Anak belum dapat mengucapkan 2-3 kata

dengan benar,dan Anak belum dapat mengeja kalimat.

Sedangkan pada saat post test di kelas eksperimen setelah menggunakan metode

bercerita anak sudah mulai senang berkomunikasi dengan temantemannya maupun gurunya,

senang bercerita tentang pengalaman sehari-hari, apa yang dilihat oleh anak, mudah

56
mengingat nama tokoh pada cerita,tempat dan peristiwa. dapat menunjukkan ekspresi wajah

pada tokoh cerita yang telah diceritakan , dan dapat mengambil hal positip dari cerita.

Dalam pendidikan anak usia dini guru menempati posisi yang sangat penting dalm

meningkatkan kemampuan berbahasa pada murid-muridnya, langkah yang harus dilakukan

oleh guru adalah berusaha untuk meningkatkan kemampuan bahasa pada muridnya dengan

memanfaatkan proses pembelajaran, dengan demikian proses pembelajaran akan menjadi

lebih efektif.

Bahasa adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain, dalam Pengertian ini mencakup

semua cara untuk berkomunikasi, di mana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk

lisan, tulisan, isyarat, atau gerak dengan menggunakan kata-kata, symbol, lambang, gambar

atau lukisan. Melalui bahasa setiap manusia dapat mengenal dirinya, sesamanya, alam

sekitar, ilmu pengetahuan, dan nilai-nilai moral atau agama. 61

Menurut piaget, perkembangan bahasa pada tahap praoperasi merupakan dari sifat

egosentris ke interkomunikasi sosial. Waktu seorang anak masih kecil, ia berbicara secara

lebih egosentris, yaitu berbicara dengan diri sendiri. Anak tidak berniat untuk berbicara

dengan orang lain. Tetapi, pada umur 6 sampai 7 tahun, anak mulai lebih komunikatif dengan

temantemannya. Mereka saling bercakap-cakap dan bertanya jawab.62

Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi seorang anak untuk Mengungkapkan

berbagai keinginan maupun kebutuhannya. Anak-anak memiliki kemampuan berbahasa yang

baik dalam mengungkapkan pemikiran, perasaan serta tindakan interaktif dengan

lingkungannya. 63

Keterampilan berbahasa atau ( language arts, language skills) dalam kurikulum disekolah

biasanya mencakup empat segi, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Setiap

61
Sunarto dan Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik (Jakarta : Rineka Cipta,
2008 ), h. 62
62
Dalman , keterampilan membaca (Jakarta : Rajawali, 2014), h. 55
63
Departemen Pendidikan Nasional, Permainan Membaca Dan Menulis Di Taman
Kanak-Kanak (Jakarta: Depdiknas, 2000 ), h.1
57
keterampilan tersebut erat sekali berhubungan dengan tiga keterampilan lainnya dengan cara

beraneka rona. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, kita biasanya melalui suatu

hubungan urutan yang teratur : mula-mula, pada masa kecil, kita belajar

menyimak/mendengarkan bahasa, kemudian berbicara ; sesudah itu kita belajar membaca dan

menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum

memasuki sekolah. Ke empat keterampilan tersebut pada dasrnya merupakan satu kesatuan,

merupakan catur tunggal. Menurut Dawson setiap keterampilan itu erat sekali berhubungan

dengan proses-proses berfikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan

pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas jalan pikiranya.
64
Menurut jamaris karakteristik kemampuan bahasa anak usia 5-6 tahun yaitu

Sudah dapat mengucapkan lebih 2.500 kosakata, Lingkup kosakata yang dapat diucapakan

anak menyangkut warna, ukuran, bentuk, rasa, bau, keindahan, kecepatan, suhu, perbedaan,

perbandingan, jarak dan permukaan(kasar-halus), Anak usia 5-6 tahun sudah dapat

melakukan peran sebagai

pendengar yang baik, Dapat berpatisipasi dalam suatu percakapan. Anak sudah dapat

mendengarkan orang lain berbicara dan menanggapi tahun ini sudah dapat melakukan

ekspresi diri, menulis, membaca, dan bahkan berpuisi.

Pada lembaga pendidikan anak usia dini sering kita lihat seorang guru meminta pada

anak untuk bercerita tentang dirinya atau pengalaman yang dialaminya di depan teman-

temannya. Ada sebagian anak sudah terlihat mampu menuturkan pengalamannya pada teman-

temannya walau bahasa yang masih terpatah-patah, namun ada pula yang tampak masih

malu-malu dan ragu untuk melakukan hal tersebut, malah ada juga yang diam seribu bahasa.

siswa belum terfokuskan untuk menyampaikan sebuah cerita dalam potensi dirinya dan

belum mencapai pengembangan percaya diri dari apa yang dipikirkan atau di rasakan. Di

64
Henry Guntur tariga, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung :
Angkasa, 2008 ), h .1
58
sinilah pentingnya peran guru dan orang tua untuk mengembangkan rasa percaya diri anak

dengan cara melatih mereka mau mengungkapkan hal yang dipikirkan atau dirasakannya.

Namun, kemampuan tersebut tidaklah akan timbul dengan sendirinya, melainkan harus

melalui peroses stimulasi. Salah satunya dengan cara membiasakan anak untuk

mendengarkan tuturan cerita atau kejadian yang berisi informasi atau pesan yang dapat

dilakukan oleh guru di sekolah atau oleh orang tua di rumah.

Dari peroses mendengar tersebut, anak belajar menyimak isi cerita. Kemudian kita

dapat meminta pendapat atau komentar anak terhadap cerita tersebut atau kita juga dapat

mengajukan pertanyaan-pertanyaan seputar cerita tersebut. Dari jawaban, komentar atau

pendapat anak tentang cerita tersebut, kita dapat mengetahui hal-hal yang “masuk” ruang

memori anak, juga proses yang dialaminya.

Dalam pendidikan anak usia dini, cerita sangat diperlukan dan banyak membantu peserta

didik dalam memahami materi. Hal ini disebabkan sebagian besar anak-anak menyukai

cerita, kisah atau dongeng. Cerita adalah salah satu cara untuk menarik perhatian anak.

Biasanya cerita yang disukai anak, yaitu cerita yang berkaitan dengan dunia binatang, seperti

cerita si kancil ataupun yang sejenisnya. Apabila anak dapat menyimak cerita dengan penuh

perhatian maka “pesan” dari cerita tersebut dapat dengan mudah ditangkapnya Seorang anak

akan cenderung lebih senang menyimak cerita dari pada mendengarkan ceramah dari

bapak/ibu gurunya.65

Begitu pentingnya cerita bagi anak usia dini, tidak salah bila metode bercerita ini sebisa

mungkin diaplikasikan dalam pembelajaran. Selain untuk memudahkan anak dalam

memahami materi yang diberikan, juga untuk memberikan daya imajinatif dan fantasi, serta

menambahkan wawasannya terhadap nilai-nilai kebaikan.Penggunaan model pembelajaran

yang tepat dan menyenangkan dapat mendorong tumbuhnya rasa senang anak terhadap

65
Sunarto dan Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik ( Jakarta: PT Rineka Cipta,
2008 ), h. 172
59
pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas, dan

memberikan kemudahan bagi anak.

Sedangkan hipotesis nihil (HO) dalam penelitian ini ditolak, yaitu tidak terdapat

pengaruh metode bercerita dalam peningkatan Kemampuan Berbahasa Anak kelas Adan B

Di Tk islam gunungsari kecamatan ulubelu.

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis dapat dilihat

bahwasaanya perkembangan bahasa anak usia dini di Taman kanak kanak Islam gunung

60
sari kecamatan ulubelu masih kurang berkembang, dapat dilihat dari kondisi anak didalam

kelas yang berjumlah 25 anak , dengan kriteria BB (belum berkembang) sebanyak 2 anak

dengan presentase 8%, MB (mulai berkembang) sebanyak 20 anak dengan presentase

80%, BSH (berkembang sesuai harapan) sebanyak 3 anak dengan presentase 12%, dan

BSB (berkembang sangat baik) sebanyak 0% anak atau tidak ada .

Hal ini dimungkinkan karena para guru di TK ISLAM GUNUNGSARI masih belum

menggunakan metode yang tepat untuk meningkatkan kemampuan bahasa anak dan

dikarnakan tenaga pendidik atau guru yang ada di Taman Kanak-kanak ISLAM

GUNUNGSARI belum seluruhnya menerapkan langkah-langkah bercerita secara

keseluruhan yaitu: diawali dengan pemilihan tema, hal ini agar guru mudah dalam

menerapkan metode cerita yang akan dilaksanakan. kedua pembuatan teks, dapat

memudahkan guru dalam menerapkan metode cerita di dalam pembelajaran menggunakan

metode bercerita guru dapat berimajinasi dengan kenyataan yang ada dalam arti guru

dapat bercerita dengan mengarang , hal ini dilakukan agar guru mempersiapkan bahan

untuk metode cerita agar dapat meningkatkan kemampuan bahasa anak dan anak tidak

merasa bosan atau jenuh dalam penerapan metode cerita dikelas maupun Di luar kelas.

Meningkatkan kemampuan bahasa anak yang ingin dimunculkan dalam penelitian ini

yaitu anak mampu menirukan suara, Melafalkan bunyi yang tidak ada artinya secara

berulang, Anak dapat mengucapkan pengucapkan dua kata, Anak dapat mengucapkan dengan

menggunakan kalimat di dalam dan di atas, Anak dapat membuat kalimat pertanyaan,

Penambahan kosa kata baru setiap harinya, Menghubungkan kata baru dengan kata yang

sudah diketahui, Anak dapat berinteraksi/bertanya dengan teman atau guru nya didalam

kelas, Anak dapat meminta tolong kepada gurunya, Anak dapat meminta tolong kepada orang

tua dan orang yang ada Disekitarnya.

61
B. SARAN SARAN

Dari hasil penelitian serta pembahasan yang telah penulis jabarkan, menunjukan

bahwasanya Mengembangkan Analisis Penerapan Metode Cerita Dalam Meningkatkan

Kemampuan Bicara Anak Usia Dini Di Taman KanakKanak Islam gunungsari kecamatan

ulubelu Mengingat betapa pentingnya kemampuan bahasa anak dikembangkan sejak dini

sebagai bekal untuk anak dalam kehidupan anak dari dini hingga dewasa, maka penulis

mengemukakan saran sebagai berikut:

1. Tenaga pendidik hendaknya menerapkan langkah-langkah yang ada secara

menyeluruh agar penerapan metode cerita dapat meningkatkan kemampuan bahasa

anak mampu berkembang dengan optimal.

2. Tenaga pendidik hendaknya memfasilitasi media dalam kegiatan metode cerita,

sehingga anak-anak dapat lebih aktif dalam pembelajaran, anak tidak merasa bosan

dan dapat dikembangkan lebih maksimal lagi

3. Tenaga pendidik juga harus menjalin komunikasi yang baik dengan orangtua, karena

orang tua juga berperan sangat penting dalam perkembangan anak usia dini.

C. KATA PENUTUP

Dengan mengucap Puji serta Syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan

rahmat maupun kesehatan sehingga Alhamdulillahirobbil’alamin penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Walaupun demikian

penulis menyadari masih banyak kekuranagn karena keterbatasan pengetahuan serta

pengalaman yang masih sangat minim. Oleh karenanya kritik serta saran yang

membangun sangat pebulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita

semua khususnya bagi Orang tua yang mengharapkan pendidikan anak-anaknya berhasil

dengan baik, terutama sebagai modal bagi anak dalam mengahadapi kehiidupan bersosial

kelak. Atas segala kekhilafan penulis memohon maaf dan kepada Allah mohon ampun.

62
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Chaer , 2009, Psikolinguistik Kajian Teoritik, Jakarta: Renika Cipta.


Choirul Ummah, 2012, Pengaruh Metode Bercerita Bermedia Flip Chart Terhadap
Dalman . 2014. Keterampilan membaca, Jakarta: rajawali

63
Depdiknas, 2009, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003, Jakarta :
Depdiknas.
Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun
2003 Tentang system Pendidikan Nasional, Cemerlang.
Diknas, 2006, Pedoman Pembuatan Cerita Anak Untuk Taman Kanak-Kanak.
Djawad Dahlan, 2009, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. (Bandung: Remaja
Rosdakarya
Elizabeth, B. Hurlock. (1978). Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta:Erlangga
Endang Fatimah, 2006, Psikologi Perkembangan, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sari Ningsih, S.Pd, Wawancara Dengan Penulis, di TK Islam Gunungsari: 2022
Muallimuna: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, (Volume 3, Nomor 1, Oktober 2017).
Henry Guntur Tariga. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, Bandung :
Angkasa
John W. Santrock, 2008, psikologi pendidikan, Jakarta: fajar interpratama mandiri.Kadek
Dwi Arinoviani, Penerapan Metode Bercerita Untuk Meningkatkan Kemampuan
Berbahasa Inggris Anak Kelompok A1 Dalam Kegiatan Ekstrakulikuler, E-Journal
Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru
Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016).
Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini Kelompok B Di Tk Dharma Wanita Persatuan
Pucung Balongpanggang Gresik. Jurnal PG-PAUD , Vol, 2 No.4 (Maret 2012)
Mardalis, 2004, Metode Penelitian suatu pendekatan proposal, Jakarta: Bumi Aksara Edisi
ke 1 Vet 7.
Moeslichateoen, 2010, Metode Pengajaran Di Taman Kanak-kanak, Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Moloeng, Lexy, 2008, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Rosdakarya.
Musfiroh, 2005, pembelajaran dengan metode bercerita, Jakarta: Rineka Cipta.
Ni Kd. Dewi Wahyun, Penerapan Metode Bercerita Berbantuan Media Gambar Seri Untuk
Meningkatkan Keterampilan Berbicara Anak Kelompok B Tk Putra Sesana Antiga,
Karangasem. e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan
Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014).
Ni Wyn. Tara Indahyani, “Penerapan Metode Bercerita Berbantuan Media Buku Bergambar
Untuk Pengembangan Kemampuan Berbahasa Anak Kelompok B .e-Journal PG-PAUD
Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume
2 No 1 Tahun 2014)

64
Ni Wyn. Tara Indahyani, “Penerapan Metode Bercerita Berbantuan Media Buku Bergambar
Untuk Pengembangan Kemampuan Berbahasa Anak Kelompok B”.
Suhartono, 2005, Perkembangan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini, Jakarta:
Depdikbud.
Sunarto dan Agung Hartono. 2008. Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: PT Rineka
Cipta.Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2010, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Renika
Cipta.
Syamsu LN, 2009, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: PT. Rosdakarya.
Tarigan, 1997, Metodologi Pengajaran Bahasa, Jakarta: Bandung Angkasa.
Taylor, Steven J.; Bogdan, Robert; Devault, Marjorie. 2015, Introduction To Qualitative
Research Methods: A Guidebook And Resource. John Wiley & Sons.
Untung Nopriansyah Editor (Nirva Diana), 2016, Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini,
Perdana Ublising.
Wina Sanjaya, 2008, Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana.
Winda Dan Azizah Muis, 2008, Modul PAUD, Jakarta: Universitas Negri Jakarta.
Winda Gunarti, Dkk, 2010, Metode Pengembangan Perilaku Dan Kemampuan Dasar Anak
Usia Dini, Jakarta: Universitas Terbuka.

Lampiran 1

Perkembangan bahasa

No Perkembangan bahasa KESIMPULAN

65
1 John w.santrock mengemukakan bahwa bahasa Berdasarkan
adalah bentuk komunikasi, entah itu lisan, tertulis para ahli
atau tanda, yang didasarkan pada system symbol. diatas penulis
Semua bahasa manusia adalah generative dapat
(diciptakan). menyimpulkan
bahwa
bahasa adalah
2 Abdul Chaer mengemukakan bahasa adalah salah ucapan
satu ciri dari bentuk perilaku. Pernyataan ini pikiran dan
menunjukkan bahwa bahasa adalah salah satu perasaan
fenomena yang dapat ditangkap lewat panca untuk
indra, yaitu pendengaran. menyampaikan
makna kepada
orang
3 Menurut Badudu, bahasa adalah alat penghubung
lain yang
atau komunikasi antara anggota masyarakat yang
digunakan
terdiri dari individu-individu yang menyatakan
sebagai alat
pikiran, perasaan dan keinginan.
komunikasi.
Bahasa
merupakan alat
4 Bahasa merupakan factor hakiki yang membedakan manusia komunikasi
dengan hewan, bahasa merupakan anugrah dari Allah SWT, yang yang
dengan manusia dapat memahami dirinya, sesama manusia, alam, penting sehingga
dan penciptanya serta mampu memposisikan dirinya sebagai dari
mahluk berbudaya dan mengembangkan budayanya. Bahasa bahasa tersebut
sangat erat kaitannya dengan perkembangan berpikir individu. akan
Perkembangan pikiran individu tampak dalam perkembangan terjalin
bahasanya yaitu kemampuan membentuk pengertian, menyusun hubungan
pendapat, dan menarik kesimpulan sosial dalam
5 Bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia lingkungan.
edisi ke-3 adalah sistem lambang bunyi yang Dengan
arbiter yang digunakan oleh anggota suatu demikian bahasa
masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi yang
dapat mengidentifikasikan diri. Sedangkan dipakai anak
Menurut Piaget bahwa, bahasa adalah salah satu untuk
cara yang utama untuk mengekspresikan pikiran menyampaikan
dan dalam seluruh perkembangan pikiran selalu kepada kedua
mendahului bahasa”. orang
tua atau orang-
orang
yang ada
disekitarnya
untuk meminta
tolong
mengambilkan
barang
kesayangan,
keinginan,
pikiran
atau harapan
66
anak,
bisa pula anak
berbicara
dengan
orang tuanya
dengan
kata “adek
sayang
ayah atau
bunda”

Lampiran 2

67
Kisi-kisi Perkembangan Bahasa

N Variabel Indikator Item


o
1. Dapat menirukan suara binatang
(kambing, kucing, sapi, dll)
fonologi (system suara)
2. Melafalkan bunyi yang tidak ada artinya
secara berulang
1. Anak dapat mengucapkan
pengucapkan “mama makan”
Morfologi (aturan untuk
2. Anak dapat mengucapkan dengan
mengombinasik an unit
menggunakan kalimat untuk
makna minimal)
mengombinasikan makna “mama
mau makan”
Sintaksis (aturan 1. Anak dapat membuat kalimat
PERKEMBANGAN membuat kalimat) pertanyaan “mama sudah makan?’
BAHASA 1. Penambahan kosa kata baru setiap
Semantik (system harinya
makna) 2. Menghubungkan kata baru dengan
kata yang sudah diketahui
1. Anak dapat berinteraksi/bertanya
dengan teman atau guru nya
didalam kelas
Pragmatis (aturan
2. Anak dapat meminta tolong kepada
penggunaan dalam
gurunya.
setting social)
3. Anak dapat meminta tolong kepada
orang tua dan orang yang ada
disekitarnya

Lampiran bukti foto penelitian

68
Mendampingi anak sedang mewarnai

Anak anak sedang olahraga

69
Anak anak memperhatikan guru bercerita menggunakan buku cerita

70
Anak anak sedang praktek sholat

Anak anak belajar menyusun balok

71
Mengenal lingkungan luar anak anak di ajak ke lapangan bola gunungsari

Lampiran 4

Pedoman Wawancara

A. Indicator perkembangan bahasa

1. Apakah anak sudah mampu menirukan suara binatang seperti suara ayam,

kelinci,sapi dan kucing?

2. Dalam meningkatkan kemampuan bahasa anak menggunakan metode apa

saja ?

3. Bagaimana peningkatan berbahasa anak melalui metode cerita ?

4. Mengapa menggunakan metode tersebut?

5. Apa tujuan dari penerapan metode cerita kepada siswa?

6. Apa saja materi metode cerita untuk meningkatkan kemampuan bahasa

yang disampaikan kepada siswa?

7. Bagaimana pelaksanaan penerapan metode bercerita yang dilakukan

guru didalam kelas?

8. Apakah sudah ada sarana dan prasarana yang digunakan guru didalam

kelas untuk penerapan metode cerita?

9. Apakah penerapan metode cerita sering digunakan didalam kelas?

10. Bagaimana peningkatan berbahasa anak ketika guru sudah melakukan

metode ceritra ?

11. Apakah dengan metode bercerita anak dapat mengulang kembali apa yang

telah diceritakan guru nya didalam kelas ?

12. Apakah dengan metode cerita anak dapatmengerti beberapa perintah secara

bersamaan ?

72
Uraian wawancara dari gutu di Taman Kanak-kanak Dharma Wanita Rejomulyo Jati

Agung:

1. Apakah anak sudah mampu menirukan suara binatang seperti suara ayam,

kelinci,sapi dan kucing?

“ iya, saya melihat anak-anak sudah mampu menirukan suara binatang”

Contohnya: dalam cerita pak tani punya sapi

2. Dalam meningkatkan kemampuan bahasa anak menggunakan metode apa saja

“disekolah ini terutama menggunakan metode cerita selain itu pula guru dapat

menggunakan metode bercakap-cakap dan tanya jawab”

3. Bagaimana peningkatan berbahasa anak melalui metode cerita ?

“dengan cara menggunakan metode cerita yang tidak monoton sehingga tidak

membuat anak bosan”

4. Mengapa menggunakan metode tersebut?

“karena metode cerita dapat digunakan kapan saja”

5. Apa tujuan dari penerapan metode cerita kepada siswa?

“agar dalam pemelajaran didalam kelas tidak monoton supaya anak tidak

mudah bosan didalam kelas”

6. Apa saja materi metode cerita untuk meningkatkan kemampuan bahasa

yang disampaikan kepada siswa?

“tentunya ada nya alat peraga yang digunakan ketika bercerita dan juga mimic

wajah guru sangatlah berpengaruh”

7. Apakah sudah ada sarana dan prasarana yang digunakan guru didalam kelas

untuk penerapan metode cerita?

73
“sudah ada, dari bantuan pemerintah maupun guru kelas, seperti boneka

tangan, buku cerita, alat peraga, dll”

8. Apakah penerapan metode cerita sering digunakan didalam kelas?

“sering sekali, karena saya sering menggunakan metode cerita ketika

pembelajaran ataupun ada waktu luang”

9. Bagaimana

peningkatan berbahasa anak ketika guru sudah melakukan

metode ceritra ?

“dengan cara Tanya kembali apa yang telah diceritakan, lalu guru dapat

menyuruh anak menceritakan kembali isi cerita”

10. Apakah dengan metode bercerita anak dapat mengulang kembali apa yang telah

diceritakan guru nya didalam kelas ?

“Alhamdulillah sudah, da nada beberapa anak yg belum bisa mengulang

kembali isi cerita”

11. Apakah dengan metode cerita anak dapat mengerti beberapa perintah secara

bersamaan ?

“iya, bisa”

Contohnya: guru menyuruh anak bercerita dan guru menyuruh anak dengan

menggunakan alat peraga

74
Lampiran 5

Kisi-kisi Observasi Analisis Penerapan Metode Cerita Dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Anak

Usia Dini 5-6 tahun Di Taman Kanak-Kanak Islam Gunungsari

Indikator Sub Indikator Item jumlah

PERKEMBAN Dapat menirukan suara

GAN BAHASA fonologi (system suara) Melafalkan bunyi yang tidak ada

artinya secara berulang

Morfologi (aturan untuk Anak dapat mengucapkan

75
pengucapkan dua kata

mengombinasik an unit Anak dapat mengucapkan

makna minimal) dengan menggunakan kalimat di

dalam dan di atas

Sintaksis (aturan membuat Anak dapat membuat kalimat

kalimat) pertanyaan

Penambahan kosa kata baru

setiap harinya

Semantik (system makna) Menghubungkan kata baru

dengan kata yang sudah

diketahui

Pragmatis (aturan Anak dapat berinteraksi/bertan

penggunaan dalam setting ya dengan teman atau guru nya

social) didalam kelas

Lampiran 6

Pedoman Lembar Observasi Analisis Penerapan Metode Cerita Dalam Meningkatkan Kemampuan

Bahasa Anak Usia Dini 5-6 tahun Di Taman Kanak-Kanak Islam Gunungsari

Penilaian
No Item Skor Keterangan
BB MB BSH BSB

1.

2.

76
3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

Lampiran 7

Instrument observasi Analisis Penerapan Metode Cerita Dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa

Anak Usia Dini 5-6 tahun Di Taman Kanak-Kanak Islam Gunungsari

Penilaian
No Keterangan
Nama Peserta Didik
BB MB BSH BSB

77
1. Adelia aska anjani

2. Amiqul fahmi

3. Alfian naufal

4. Aninda nuril.m.

5. Alesya naila

6. Aprilia haiva

7. Ashadiya dara faiha

8. Arsyila azkayra

9. Bunga zanatul

10. Granodio abdiel putra

11. Meysa azahra

12. Fathan al razik

13. Taha al junay

14. M. Alfarizi

15. Fajar nafa ishani

16. Nabila asila

17. Ramadani saputra

18. Rafandra faisal

19. Zia atika

20. Atabina ramadani

78

Anda mungkin juga menyukai