Anda di halaman 1dari 43

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIKIH IBADAH MELALUI


METODE KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT DI KELAS
IV MADRASAH IBTIDAIYYAH ASSHOLAHIYYAH WARUNGKONDANG

Disusun untuk memenuhi tugas Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Program Pendidikan Profesi Guru
dalam jabatan 2023 LPTK Universitas Islam Negeri Profesor Kiai Haji Saifudin Zuhri Purwokerto

Dosen Pembimbing : Dr. Nurkholis, M.S.I

Disusun oleh:
YULIANI SITI SONDARI, LC

PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI PROFESOR KIAI HAJI SAIFUDIN ZUHRI
PURWOKERTO
KATA PENGANTAR

‫َاَلَلهَمََصَ هَليَعَلَىَسَ هَي ه َدنَاَمَحَمَدَوَعَلَيَاَ ه َلَسَ هَي ه َدنَاَمَحَمَد‬.َ‫للَالَ ه َذيََعَلَمََهَبالَقَلَ ه َمَعَلَمََاَ هَلنَسَانََمَالَمََيَعَلَم‬
َ‫اَلَحَمَدََ ه‬

Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt, karena berkat rahmat,
hidayah dan inayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan proposal ini. Terima kasih yang
tak terhingga kami haturkan pada Allah Swt yang memberikan banyak pertolongan dan kemudahan
kepada kami sehingga proposal ini bisa selesai tepat pada waktunya.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah dan terlimpahkan kepada Junjunan alam
yakni habiibana wa nabiyyana Muhammad Saw. Para keluarganya, sahabatnya dan para pengikutnya
yang telah membawa petunjuk kebenaran bagi seluruh manusia, yakni ad-Diinul Islam yang kita
harapkan syafaatnya didunia dan di akhirat

Kami juga ingin mengucapkan banyak terimakasih pada kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan, bantuan, doa dan dorongan dalam penyusunan penelitian ini.

1. Bapak Dr. Nurkholis, M.S.I selaku dosen pembimbing dan Ibu Surifatun Marfungah selaku
guru pamong yang telah banyak memberikan bimbingan, saran, motivasi dalam penyusunan
laporan PTK ini
2. Seluruh tim panitia penyelenggara PPG dalam Jabatan 2023 yang telah memfasilitasi dan
mendampingi rangkaian kegiatan dengan sabar.
3. Rekan dan rekanita seperjuangan mahasiswa PPG dalam jabatan yang telah memberikan
dukungan, semangat dan doa.
4. Kepala sekolah, dewan guru dan staf yang telah memberikan izin untuk melaksanakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini.

Dalam dunia Pendidikan, pengembangan kualitas pembelajaran merupakan hal yang sangat
penting untuk mencapai tujuan Pendidikan yang lebih baik. Dan Penelitian Tindakan Kelas ini kami
lakukan dengan tujuan untuk meningkatkan Hasil pembelajaran fikih dengan metode kooperatif tipe
Teams Games Tournamen. Kami menyadari bahwa pemahaman dan penerapan ajaran fikih yang baik
sangat penting bagi siswa dalam membentuk kehidupan beragama yang berkualitas.

Kami menyadari bahwa penelitian ini memiliki keterbatasan dan masih banyak hal yang perlu
diperbaiki. Namun kami yakin dengan niat yang tulus, kerja keras dan dukungan dari semua pihak
terkait, penelitian ini akan memberikan manfaat yang signifikan bagi pembelajaran bidang study
Fikih

Akhir kata, kami berharap agar karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat dan berkontribusi
positif dalam pengembangan pembelajaran bidang study fikih di Madrasah Ibtidaiyyah , Amiiin
DAFTAR ISI :
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………………………… i
PENGANTAR …………………………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………………... 1

A. Latar Belakang Masalah …………………………………………………………... 1


B. Identifikasi Masalah ………………………………………………………………. 4
C. Pembatasan dan Rumusan Masalah ………………………………………………. 5
D. Tujuan Penelitian …………………………………………………………………. 5
E. Manfaat Penelitian ………………………………………………………………... 5

BAB II KERANGKA TEORI ………………………………………………………………... 7

A. Landasan Teori ………………………………………………………………….. 7


B. Penelitian Terdahulu ……………………………………………………………... 17
C. Hipotesis Penelitian ……………………………………………………………… 18

BAB III METODE PENELITIAN ………………………………………………………….. 19

A. Jenis Penelitian …………………………………………………………………. 19


B. Variabel Penelitian ……………………………………………………………..… 19
C. Populasi dan Sample ………………………………………………………….….. 21
D. Jenis, Sumber dan Teknik Pengumpulan Data ………………………………..….. 22
E. Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis ……………………………………..…... 23

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………………………………….. 24

A. Pra siklus ……………………………………………………………………………... 24


B. Siklus I ………………………………………………………………………………. 27
C. Siklus II ……………………………………………………………………………… 31
D. Pembahasan …………………………………………………………………………. 34

BAB V PENUTUP …………………………………………………………………………... 35

A. Kesimpulan …………………………………………………………………………... 35

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………….. 36

Lampiran
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Pendidikan merupakan suatu hal yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia.
Karena Pendidikan merupakan suatu hal yang mutlak, selain itu juga Pendidikan meruapakan
ruh yang sangat menentukan tinggi rendahnya kualitas suatu bangsa
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Tingkat keberhasilan suatu proses pembelajaran dapat diamati dari dua sisi, yaitu
tingkat pemahaman dan penguasaan yang materi yang diberikan oleh guru. Pemahaman
seorang siswa berhubungan dengan daya serap seorang siswa dalam pembelajaran. Daya serap
siswa adalah kemampuan atau kekuatan untuk melakukan sesuatu, untuk bertindak dalam
menyerap pelajaran oleh setiap siswa. Salah satu kendala dalam proses pembelajaran
disekolah adalah adanya perbedaaan daya serap individual diantara anak satu dengan anak
yang lainnya walaupun dalam lingkungan dengan umur yang sama dan dikelas yang sama
Bagi seorang guru kondisi diatas menjadi suatu tantangan yang harus dihadapi. Oleh
karena itu, seorang guru dituntut untuk memiliki kemampuan seperti menguasai materi
pelajaran dan kemampuan untuk memilih, menata, mengemas materi pelajaran kedalam
cakupan dan kedalaman yang sesuai dengan sasaran yang mudah dicerna oleh siswa, memiliki
penguasaan tentang teori dan keterampilan belajar, dan memiliki pengetahuan tentang masa
pertumbuhan dan perkembangan siswa serta memiliki pemahaman tentang bagaimana siswa
bekerja.
Dalam materi mandi wajib setelah haid dan ihtilam yang notabene membahas tentang
tatacara bersuci dari hadas, adalah salah satu materi yang dipelajari di Madrasah Ibtidaiyyah,
materi ini sangat penting untuk dipelajari karena ini adalah salah satu prasyarat melakukan
ibadah-ibadah selanjutnya seperti shalat, thawaf dan ibadah lainnya. Pembahasan tentang
materi mandi wajib haid dan ihtilam meliputi pengertian, tatacara, rukun dan sunnah mandi,
perbedaan mandi wajib, mandi biasa dan mandi sunnah dan terakhir hikmah mandi wajib

Permasalahan yang dihadapi siswa MI A s s h o l a h i y y a h adalah hasil belajar


fiqih yang belum tuntas yakni belum mencapai angka minimal daya serap yang telah
ditentukan, dimana nilai hasil belajar siswa masih rendah dimana masih ada beberapa
siswa yang memiliki nilai dibawah KKM mata pelajaran Fiqih yaitu dibawah 75. Salah satu
factor rendahnya hasil belajar siswa adalah dimana guru lebih banyak menggunakan
metode ceramah saja atau biasa disebut model pembelajaran konvensional, sehingga siswa
menjadi cepat bosan, jenuh, dan kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Terlihat
dari beberapa siswa dalam kelas, hampir semua siswa tidak memperhatikan penyampaian
guru, salah satu contoh ada sebagian siswa yang bercanda dengan teman, bermain sendiri,
bahkan ada yang tidur. Pada akhirnya guru memberikan kesempatan pada siswa untuk
bertanya seputar materi pelajaran yang telah dibahas namun siswa lebih memilih diam. Jika
siswa hanya dengan mendengarkan pembelajaran tentu hasil yang diperoleh juga tidak
akan maksimal, jika proses pembelajarannya masih cenderung hanya ceramah maka sudah
bisa dipastikan bahwa anak akan sulit memahami materi itu.
Menurut NurSaa’dah pembelajaran yang monoton dapat membuat siswa bosan dalam
mengikuti pembelajaran di kelas. Selama ini dalam proses pembelajaran, siswa hanya
mendengar, menyaksikan penjelasan dari guru dan mencatat apa yang ditulis guru di papan
tulis. Padahal partisipasi aktif dalam proses pembelajaran dapat mempengaruhi sajauh mana
pemahaman tentang konsep yang dipelajarinya.Maka dari itu seorang guru harus memiliki
kreatifitas dalam merancang kegiatan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan
Pembelajaran yang menarik bukanlah pembelajaran yang sekedar menyenangkan
tanpa tujuan. Ada sesuatu yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran, yaitu
pengetahuan atau keterampilan baru. Jadi, pembelajaran yang menarik harus membuat
siswa berhasil dalam mencapai tujuan pembelajaran secara optimal, dengan cara yang
mudah, cepat, dan menyenangkan. Didalam pembelajaran, seorang guru hendaknya mampu
menciptakan suasana pembelajaran yang dapat mendorong siswa aktif dalam belajar guna
mendapatkan pengetahuan (knowledge). Siswa akan mudah mengikuti pembelajaran jika
suasana dalam pembelajaran itu menyenangkan. Dalam suasana yang menyenangkan siswa
akan bersemangat dan mudah menerima berbagai kebutuhan belajar. Selain itu siswa juga akan
mampu mengikuti dan menangkap materi pelajaran yang sulit menjadi mudah

Maka dari itu, perlu adanya model pembelajaran yang menyenangkan agar siswa
tertarik, semangat dan mudah menerima serta memahami materi dalam pembelajaran.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memilih model pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang sesuai dengan keinginan dan
kemampuan siswa, dimana peneliti memilih menggunakan model pembelajaran teams
games tournament.
Model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament ini lebih
menekankan pada sisi permainan dengan penghargaan (reward) diakhir permainan. Teams
games tournament adalah salah satu tipe atau pembelajaran kooperatif yang mudah
diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status,
melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan
reinforcement.9 Model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament perlu digunakan
pada pembelajaran fiqih untuk memotivasi siswa dalam pembelajaran fiqih. Karena dalam
pembelajaran ini dapat membuat peserta didik menjadi lebih senang dalam mengikuti
pelajaran dengan adanya kegiatan permainan berupa tournamen dalam model ini. Jadi,
model pembelajaran team games tournament cocok digunakan pada mata pelajaran fiqih.
Melalui model pembelajaran team games tournament siswa akan merasa senang dalam
belajar sehingga siswa akan lebih mudah untuk memahami materi mata pelajaran fiqih.
Apabila siswa dapat termotivasi dalam memahami materi pada mata pelajaran fiqih maka
juga akan mempengaruhi hasil belajar pada mata pelajaran fiqih.
Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya. Hasil belajar dapat diperoleh setelah anak melalui kegiatan
belajar. Oleh sebab itu, model pembelajaran team games tournament merupakan salah satu
alternatif untuk meningkatkan hasil belajar dan memudahkan siswa dalam memahami
materi pada pembelajaran fiqih. Dengan adanya fakta tersebut, guru harus mencoba
mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament karena tidak
hanya membuat peserta didik yang cerdas (berkemampuan akademis tinggi) lebih
menonjol dalam pembelajaran, tetapi peserta didik yang berkemampuan akademik lebih
rendah juga ikut aktif belajar.
Oleh karena itu, peneliti ingin meningkatkan hasil belajar siswa dengan
menggunakan model pembelajaran team games tournament karena model pembelajaran ini
diyakini mampu mendorong siswa aktif dan antusias saat belajar di samping itu pembelajaran
lebih menarik dan mempermudah siswa untuk memahami materi. Berdasarkan deskripsi
yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti memilih judul “ Upaya Meningkatkan
Hasil Belajar Fikih Ibadah Melalui Metode Kooperatif Tipe Teams Games Tournament
dikelas IV Madrasah Ibtidaiyyah Assholahiyyah Warungkondang”

B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarakan latar belakang masalah yang sudah dipaparkan, maka dapat di identifikasi
beberapa masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran fikih
2. Suasana belajar yang kurang menarik menciptakan suasana yang kurang menyenangkan
dan menciptakan image buruk terhadap pelajaran fikih dari siswa
3. Pembelajaran yang dilakukan selama ini masih menggunakan metode yang monoton
seperti ceramah dan penugasan sehingga siswa kurang termotivasi dan aktif dalam proses
belajar
4. Metode yang digunakan guru dalam pembelajaran kurang variatif

C. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH


a. Pembatasan masalah
1. Proposal PTK ini akan difokuskan pada pemahaman siswa kelas IV MI Assholahiyyah
tentang pengertian dan tatacara mandi wajib setelah haid dan ihtilam
2. Berdasarkan identifikasi masalah dan memperhatikan masalah yang ada, maka
Penelitian akan mencoba melakukan penelitian pada mata pelajaran fikih dengan
dengan metode Teams Games Tournament sebagai metode pembelajaran yang
diterapkan
3. Penelitian ini akan melibatkan satu kelas IV MI Assholahiiyyah sebagai subjek
penelitian
b. Perumusan Masalah
Bertolak dari pembatasan masalah tersebut dirumuskan permasalahan yaitu “ apakah
dengan menggunakan metode kooperatif tipe Team Games Tournament dapat
meningkatkan hasil belajar sisawa pada pelajaran fikih khususnya dalam materi mandi
wajib setelah haid dan ihtilam
D. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran fikih ibadah
melalui metode Teams Games Tournament
2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada pelajaran fikih ibadah khususnya mandi wajib
setelah haid dan ihtilam dengan metode Teams Games Tournament
E. KEGUNAAN PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara teoritis maupun secara praktis yang akan
dijelaskan sebagai berikut :
1. Kegunaan teoritis
Secara teoriti diharapkan hasil penelitian ini berguna dalam menambahkan wawasan dan
memberikan kontribusi bagi pengembangan khasanah keilmuan terkait upaya
meningktkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fikih khususnya tatacara mandi wajib
setelah haid dan ihtilam
2. Kegunaan Praktis
Adapun secara praktis kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Bagi Siswa
Meningkatkan hasil belajar terhadap mata pelajaran fikih ibadah khususnya tatacara
mandi wajib setelah haid dan ihtilam
b. Bagi Guru
Upaya untuk memberikan masukan ketika membimbing, mengarahkan dan mendidik
siswa khususnya pada pelajaran fikih yaitu tatacara mandi wajib setelah haid dan
ihtilam melalui metode Teams Games Tounament, sehingga lebih menyenangkan dan
bermakna bagi siswa kelas IV MI Assholahiyyah
c. Bagi Madrasah
Memberikan masukan didalam menentukan kebijakan, mengembangkan dan
merencanakan strategi dalam melaksanakan pendekatan pembelajaran yang tepat
dalam hal ini memilih dn menggunakan metode pengajaran yang efektif guna
meningkatkan mutu Pendidikan di madrasah
BAB II
KERANGKA TEORI
A. LANDASAN TEORI
1. Pengertian Belajar
Menurut Skinner (dalam Saleh, 2018, hal 94) Belajar adalah suatu proses
adaptasi perilaku yang bersifat Progresif. Artinya, sebagai akibat dari tindakan
belajar maka kita akan mengalami adaptasi progresif yang berarti memiliki tendensi
perubahan kearah yang lebih sesuai atau lebih sempurna dari keadaan sebelumnya
Sementara itu menurut Higrad dan Bower (dalam Asrori, 2020. Hlm. 128)
pengertian belajar adalah memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan
melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman dan mendapatkan informasi
atau menemukan. Dengan demikian, belajar juga berkaitan dengan suatu aktifitas
atau kegiatan untuk menguasai suatu hal yang dapat termasuk pengetahuan dan
keterampilan.
Dalam perspektif psikologi, belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu
perubahan dari perilaku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya (Nurjan, 2016). Dengan demikian, belajar juga
berarti suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan , sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya
Selanjutnya Asrori (2020, hlm. 128) menyimpulksn bahwa belajar
merupakan suatu proses kegiatan yang disengaja dari individu,dimana kegiatan
tersebut merupakan interaksi yang dilakuakn individu. Belajar memang sejatinya
merupakan istilah sehari-hari yang seakan sudah diketahui dan dimengerti oleh
semua orang. Akan tetapi, saat dipertanyakan kembali akan menimbulkan banyak
persepsi dan interpretasi dari masing-masing orang.
2. Pengertian Belajar Menurut Para Ahli
Untuk melengkapi dan meluruskan batasana pemahaman kita mengenai belajar, ada
baiknya kita juga mengetahui pendapat-pendapat para ahli yang telah mendefinisikan
belajar. Berikut adalah beberapa pengertian belajar menurut para ahli.
1. Menurut Hamalik (1992), belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan
dari persepsi dan perilaku, termasuk juga perbaikan perilaku, misalnya pemuasan
kebutuhan masyarakat dan pribadi secara lengakp
2. Sardiman (1990, 22) menyatakan bahwa belajar adalah merupakan sutu
perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan seperti
dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan sebagainya.
3. Barlow (1996, 61-63) menyatakan bahwa belajar adalah a process of progressive
behavior adaptation (proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang
berlangsung secara progresif)
4. Hinzman (1978) berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi
dalam diri organisme,manusia atau hewan, disebabkan oleh pengalaman yang
dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.
5. Reber (1989) membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama, belajar
adalah proses memperoleh pengetahuan (the process of acquiring knowledge).
Kedua, belajar adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relative
langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat (A relatively permanent change in
respons potentiality which accurs as a serult of reinforced practice) (Nurjan, 2016
hlm. 15-16)
Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah aktifitas untuk beradaptasi atau
mengubah perilaku baik secara sengaja maupun tidak sengaja kearah yang lebih
sesuai terhadap tujuan belajar atau lebih baik dan lebih potensial dari keadaan
sebelumnya. Selain itu, terdapat titik pertemuan utama pula antara berbagai
pendapat para ahli mengenai ap aitu hakikat atau esaensi dari perbuatan belajar
yaitu perubahan perilaku dan pribadi , dengan mempertimbangkan kondisi psikis
individu akibat kontruksi sosialnya.
3. Hasil Belajar
a. Pengertian hasil belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajarnya.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa hasil atau output yang diinginkan
dalam aktifitas belajar adalah perubahan. Namun tentunya perubahan seperti apa
yang dapat diberikan oleh belajar perlu menjadi perhatian pula. Berdasarkan
berbagai uraian mengenai pengertian belajar , dapat kita simpulkan bahwa hasil
belajar diantaranya sebagai berikut.
1. Pertambahan materi pengetahuan yang berupa fakta, informasi, prinsip, hukum
atau kaidah dan sebagainya.
2. Penguasaan pola-pola perilaku kognitif (pengamatan) proses berpikir, mengingat
atau mengenal kembali, perilaku afktif (sikap-sikap apresiasi, penghayatan, dan
sebagainya) perilaku psikomotor termasuk yang bersifat ekspresif.
3. Menyebabkan perubahan dalam sifat-sifat kepribadian (Nurjan, 2016, hlm. 24)
Sedangkan menurut Howard Kingley dalam bukunya membagi tiga macam hasil
belajar diantaranya :
a. Keterampilan dan kebiasaan
b. Pengetahuan dan pengarahan
c. Sikap dan cita-cita

Berdasarkan Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui
tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif dan psikomotor

b. Factor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar


Menurut Tabroni Rusyan, factor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
dibedakan kedalam 2 golongan, yaitu factor ekstern dan factor intern
a. Yang teramsuk factor ekstern, yiatu :
- Faktor social meliputi lingkungan keluarga, sekolah dan mayarakat
- Factor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan
kesenian
- Faktor lingkungan fisik terdiri dari fasilitas rumah, cuaca dan lain-lain
- Factor spiritual keagamaan
- Factor instrumental , terdiri atas lurikulum, guru, sarana prasarana,
administrasi dan manajemen
b. Yang termasuk factor intern, yiatu :
- Factor Fisiologi, yang terdiri dari kondisi fisik dan panca indera
- Factor jasmaniah, baik yang bersifat bawaan atau diperoleh karena
sebuah peristiwa
- Faktor Psikologi, seperti kecerdasan, bakat dan prestasi
- Faktor kematangan fisik maupun psikis
4. Ciri-Ciri Belajar
Berdasarkan berbagai uraian pengertian dan output yang diberikannya pula, kita
dapat menarik batasan karakteristik apa saja yang dapat mengonstruksi sesuatu hal
menjadi kegiatan atau aktifitas belajar. Karakterisitik atau ciri-ciri dari belajar
tersebut adalah sebagai berikut.
1. Belajar menyebabkan perubahan pada aspek-aspek kepribadian yang berfungsi
terus-menerus, yang berpengaruh pada proses belajar selanjutnya
2. Belajar hanya terjadi melalui pengalaman yang bersifat individual
3. Belajar merupakan kegiatan yang bertujuan, yaitu arah yang ingin dicapai
melalui proses belajar
4. Belajar menghasilkan perubahan yang menyeluruh, melibatkan keseluruhan
tingkah laku secara integral
5. Belajar adalah proses interaksi
6. Belajar berlangsung dari yang paling sederhana ke yang paling kompleks
7. Belaar adalah membentuk inklusifitas social dan gender sebagai konstruksi social
di masyarakat (Nurjan, 2016, hlm. 24)
5. Belajar Sebagai Suatu Proses
Dari bermacam-macam definisi yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat
dikemukakan bahwa pada umumnya para ahli melihat belajar itu sebagai suatu
proses. Prosesnya sendiri tidak Nampak, yang tampak adalah hasil dari proses.
Karena belajar merupakan suatu proses. Maka dalam belajar ada yang Namanya
masukan, yaitu akan diproses dan adanya hasil dari proses tersebut.
Belajar merupakan suatu yang terjadi dalam diri individu yang disebabkan
dari latihan atau pengalaman, dan hal ini menimbulkan perubahan dalam perilaku.
Ini berarti bahwa proses belajar merupakan intervening variable yang merupakan
penghubung atau pengkait antara independent rariable dengan dependent variable
seperti yang digambarkan oleh Hergenhan dan Olson (1997, hlm.3 dalam Saleh,
2018 hlm. 98)

Dengan demikina akan jelas bahwa proses belajar itu sendiri terdapat dalam
diri individu yang belajar, yang kemudian menghasilkan perubahan dalam
perilakuanya.
6. Belajar sebagai Suatu Sistem
Banyak factor yang mempengaruhi proses belajar. Masukan apabila
dianalisis pebih lanjut, akan didapati beberapa jenis masukan, yaitu masukan mentah
(raw input), masukan instrument (instrumental input), dan lingkungan
(environmental input). Semua ini berinteraksi dalam proses belajar, yang pada
akhirmya akan mempengaruhi hasil belajar
Apabila salah satu factor terganggu, maka proses akan terganggu dan hasil
jga akan terganggu. Masing-masing factor tersebut saling kait-mengait satu sama
lain , karenanya belajar itu merupakan suatu sistem. Apabila masukan instrumental
terganggu, maka proses akan terganggu, hasil pun akan terganggu. Oleh akrena itu,
sebagian ahli psikologi berpendapat bahwa belajar merupaakan sebuah sistem, bukan
hanya proses
Belajar sebagai suatu sistem dapat digambarkan denagn skematik seabgai
berikut.

Dengan keterangan :
1. Masukan mentah adalah individua tau organisme yang akan belajar. Misalnya,
siswa, mahasiswa atau individu yang akan belajar seperti siswa atau mahasiswa
2. Masukan instrumental adalah masukan yang berkaitan dengan alat-alat atau
instrument yang digunakan dalam proses belajar. Misalnya rumah, kamar,
Gedung, peraturan-peraturan. Peraturan merupakan masukan instrument yang
lunak, sedangkan kamar, rumah, Gedung merupakan masukan instrument yang
keras
3. Masukan lingkungan merupakan masukan dari yang belajar, dapat merupakan
masukan lingkungan fisik maupun non fisik. Misalnya tempat belajar yang gaduh
atau ramai merupakan hal yang kurang menguntungkan untuk proses belajar
4. Hasil merupakan output yang telah dilakukan setelah belajar dilakukan.
Persoalan belajar biasanya ditentukan oleh hasil. Apabila hasil belajar baik, maka
pada umumnya tidak akan menimbulkna masalah. Akan tetapi, apabila hasil
belajar tidak memuaskan , persoalan akan segera timbul. Setelah hasil belajar
tampak, kita dapat mencermati atau melihat bagaimana prosesnya dan kemudian
bagaimana masukannya
7. Prinsip Belajar
Persoalan mengenai bagaimana sesungguhnya belajar dapat dilakukan secara efektif
dan efisien menjadi salah satu sorotan utama ihwal gejala jiwa belajar ini. Misalnya,
beberapa ahli telah mengemas beberapa prinsip-prinsip atau asas yang dipegang
untuk memaksimalkan potensi belajar. Menurut Nurjan (2016, hlm. 28) terdapat
tujuh prinsip belajar yang harus diperhatikan, yang diantaranya adalah sebagai
berikut.
1. Perhatikan dan motivasi terkait dengan minat
2. Keaktifan terkait dengan fisik dan psikologi
3. Keterlibatan langsung (berpengalaman) dialami sendiri oleh pembelajar, seperti:
mengamati, menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, bertanggung jawab
terhadap hasilnya (keterlibatan fisik dan mental-emosional)
4. Pengulangan seperti mengerjakan latihan dan menjawab pertanyaan merupakan
salah satu cara belajar yang akan ditemuai pada metode atau model apapun
5. Tantangan seperti bahan belajar yang menantang dan inklusif gender membuat
siswa/siswi bergairah untuk mengatasinya
6. Balikan dan penguatan berupa ujian atau penguatan positif dan negative
7. Perbedaan individual, misalnya : karakterisitik psikis, kepribadian, dan sifat-sifat
yang berbeda karena perbedaan-perbedaan rasial dan gender
8. Model Pembelaran Kooperatif
Model pembelajan atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum,
mengatur materi peserta didik. Sedangkan menurut Joyce dalam bukunya dijelaskan
bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau
pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat
pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku , film, laptop, kurikulum dan lainnya.
Dan setiap model pembelajaran mengarahkan kita kedalam desain pembelajaran
untuk membantu siswa sedemikian rupa sehingga tujuan tercapai. Adapun menurut
Kurniawan model pembelajar adalah prosedur sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga diartikan suatu
pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif (cooveratif learning) merupakan bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang
dengan struktur kelompok yang bersifat heterogeny. Pembelajaran cooperative tidak
sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur dasar pembelajaran
kooperatif yang membedakan dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan asal-
asalan. Pelaksanaan prinsip dasar pokok sistem pembelajaran kooperatif dengan
benar akan memungkinkan guru mengelola kelas dengan lebih efektif. Dalam
pembelajaran kooperatif proses pembelajaran tidak harus belajar belajar dari guru
kepada siswa. Siswa dapat saling membelajarkan sesame siswa lainnya
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif
adalah suatu rancangan proses pembelajaran yang didalamnya disertai dengan
Langkah-langkah yang akan diterapkan dalam sebuah proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran juga berfungsi sebagai pedoman
guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
9. Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
a. Pengertian Teams Games Tournament (TGT)
Menurut Rusman mendefinisikan Teams Games Tournament adalah tipe
pembelajaran kooperatif yang mendapatkan siswa dalam kelompok-kelompok
belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan,
jenis kelamin, suku atau ras yang berbeda
Sedangkan menurut Kurniasari model pembelajaran TGT meruapakan model
koopeatif dengan membentuk kelompok-kelompok kecil dalam kelas yang terdiri
atas 3-5 siswa yang heterogeny, baik dalam hal akademik, jenis kelamin, ras,
maupun etnis. Inti dari model ini adalah adanya game dan turnamen akademik.
TGT menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem
skor kemajuan individu, dimana peran siswa berlomba sebagai wakil tim mereka
dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti
mereka. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) adalah suatu model
pembelajaran kooperatif yang berisi tournament akademik dengan melibatkan
aktifitas seluruh siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku atau
ras yang berbeda
b. Langkah-langkah Model Teams Games Tournament
Menurut Slavin pembelajaran kooperatof tipe TGT (Teams Games
Tournament) ada lima Langkah tahapan : yaitu tahap penyajian kelas (class
precentation), belajar dalam kelompok (team), permainan (games), pertandingan
(tournament), dan penghargaan kelompok (recognition). Berdasarkan apa yang
diungkapkan oleh Slavin, maka model pembelajaran kooperatif tipe TGT
memiliki ciri-ciri siswa bekerja dalam kelompok kecil, games tournament ,
penghargaan kelompok.
Sebelum melaksanakan model Teams games tournament, sebaiknya harus
mempersiapkan Langkah-langkah untuk menggunakan model tersebut yaitu : a.
sebelum guru menyiapkan kartu soal, lembar kerja siswa, dan alat bahan, guru
harus mempresentasikan pelajaran tersebut. b. Siswa dibagi atas beberapa
kelompok (tiap kelompok anggota empat atau lima siswa). c. guru mengarahkan
aturan permainannya, dimana siswa ditempatkan dalam tim belajar
beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi,
jenis kelamin, dan ras. Dan guru yang menyiapkan pelajaran, dan kemudian
siswa bekerja dalam tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh
siswa dikenakan kuis pada waktu ini mereka tidak dapat saling membantu.
Setelah itu guru akan menghitung skor beberapa kelompok, begitulah Langkah-
langkah untuk menerapkan model Teams Games Tournamnet
c. Kelebihan dan Kekurangan Model Teams Games Tournament
Sebelum menerapkan model Teams Games Tournament dalam pembelajaran
dikelas. Ada baiknya untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan model Teams
Games Tournament agar setidaknya dapat diminimalisir sebelum pembelajaran
model Teams Games Tournament dilakukan berikut ini beberapa kelebihan yaitu
lebih meningkatkan pencurahan waktu dan tugas. Mengedepankan penerimaan
terhadap perbedaan individu. Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi
secara mendalam proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari
siswa.
Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain. Motivasi
belajar tinggi. Hasil belajar lebih baik. Dan menigkatkan kebaikan budi,
kepekaan dan toleransi. Adapun kekurangan model Teams Games Tournament
yaitu bagi guru, sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan
heterogeny dari segi akademis, kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang
bertindak sebagai pemegang kendali, teliti dalam menentukan pembagian
kelompok. Dan waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak
sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika
guru mampu menguasai materi. Bagi siswa yaitu masih adanya siswa
berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit menjelaskan kepada siswa yang
lainnya. Untuk mengatasi kekurangan ini, tugas guru adalah membimbing
dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat
mampu mengeluarkan pengetahuan kepada siswa lain.
d. Komponen dan Pelaksanaan Model Teams Games Tournament
Dalam pembelajaran terdapat komponen, komponen pembelajaran terus
berkembang dengan adanya perubahan dan perkembangan sesuai dengan
perkembangan IPTEK. Kegiatan mengajar dilakukan oleh guru untuk
menyampaikan pengetahuan kepada siswa. Dalam komponen pembelajaran
teams games tournament terdapat lima komponen yaitu presentasi kelas, tim,
permainan, pertandingan, penghargaan.
a. Presentasi kelas yaitu materi yang akan disampaikan melalui TGT, pertama-
tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Proses Pembelajaran
berlangsung seperti apa yang sering dilakukan oleh guru atau pengajar, yaitu
pengajaran langsung, diskusi atau presentasi audio visual. Proses
pembelajaran haruslah focus pada unit materi TGT, siswa diarahkan untuk
benar-benar memperhatikan selama materi diajarkan, karena akan sangat
membantu mereka pada saat melakukan permaianan atau pertandingan.
b. Tim terdiri dari 5 atau 6 siswa yang memiliki seluruh elemen kelas dalam hal
kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnis. Fungsi utama dari tim adalah
memastikan bahwa setiap anggota harus harus benar-benar dan
mempersiapkan anggotanya untuk pertandingan (tournament). Setelah guru
menyiapkan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan,
membahas permasalahan bersama, memabandingkan jawaban dan
mengoreksi setiap kesalahpahaman jika ada anggota tim yang membuat
kesalahan.
c. Game atau permainan dalam TGT terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang
isinya relevan dengan materi yang telah disampaikan. Permainan ini
dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari
presentasi kelas dan pelaksanaan kerja tim. Game dimainkan dalam beberapa
kali periode permainan, disesuaikan dengan jumlah siswa dan tim, seseorang
siswa yang mendapatkan giliran mengambil sebuah kartu nomor yang tertera
pada kartu tersebut. Permainan ini dilengkapi dengan aturan yang
membolehkan paermainan lain saling menentang kebenaran jawaban masing-
masing
d. Taournament (pertandingan) adalah sebuah struktur pada saat permainan
(games) berlangsung. Tournament diadakan pada akhir minggu atau akhir
materi pelajaran, setelah guru memberikan presentasi kelas dan tim telah
melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan. Pada tournament
pertama, guru menunjuk siswa untuk berada pada meja turnamen. Siswa-
siswi yang mempunyai prestasi tinggi dalam ulangan atau pre-test
sebelumnya bertanding pada periode I. kemudian siswa berikutnya
bertanding pada periode II. Dan seterusnya siswa yang bertanding dalam
memiliki kemampuan yang setara, turnamen yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan modifikasi dari tournament TGT yang sudah ada,
dengan hanya mengguanakan meja tournament saja demi penerapan kinerja
penelitian.
e. Rekognisi tim , yaitu tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk
pengahargaan apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu . Skor
tim juga dapat digunakan untuk menentukan presentase peringkat siswa. guru
kemudian mengumumkan kelompok yang menang. Masing-masing tim akan
mendapat sertifikat atau penghargaan apabila skor rata-rata memenuhi
kriteria yang ditentukan
e. Persiapan Model Teams Games Tournement
Persiapan-persiapan yang dilakukan sebelum melaksakaan TGT meliputi
pembuatan materi, menempatkan siswa dalam tim dan menempatakan siswa pada
meja turnamen awal.
10. Tinjauan, Tujuan dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran Fikih
Mata palajaran fikih di Madrasah Ibtidaiyyah merupakan salah satu mata pelajaran
PAI yang mempelajari tentang fikih ibadah, terutama menyangkut pengenalan dan
pemahaman tentang cara-cara pelaksanaan rukun islam dan pembiasaannya dalam
kehidupan sehari-hari , serta fikih muamalah yag menyangkut pengenalan dan
pemahaman sederhana mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang
halal dan haram, khitan, kurban serta tatacara pelaksanaan jual beli dan pinjam
menminjam. Secara substansional mata pelajaran fikih di Madrasah Ibtidaiyyah
adalah untuk mempraktikan dan menerapkan hukum islam dalam kehidupan sehari-
hari sebagai perwujudan keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan
manusia dengan Allah Swt. dengan diri manusia itu sendiri, sesame manusia dan
makluk lainnya, maupun hubungan dengan lingkungannya
Tujuan Mata Pelajaran Fikih di Madrasah Ibtidaiyyah adalah untuk
membekali peserta didik agar dapat mengerahui dan memahami cara-caara
pelaksanaan hukum islam baik yang menyangkut aspek ibadah maupun muamalah
untuk dijadikan pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan social. Dan
melaksanakan dan mengalamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar dan baik
sebagai perwujudan dari ketaatan dan menjalankan ajaran agama Islam baik dalm
hubungannya dengan Allah Swt. dengan diri manusia itu sendiri, sesame manusai,
dan makhluk lainnya, maupun hubugan dengan lingkungannya.
Ruang lingkup mata pelajaran Fikih di Madrasah Ibtidaiyyah meliputi fikih ibadah,
yang menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang tatacara pelaksanaan rukin
islam yang benar dan baik, seperti tatacara thaharah, shalat, puasa, zakat, dan ibadah
haji. Dan fikih muamalah yang menyangkut pengenalan dan pemahaman mengenai
ketentuan tentang makanan dan minuman halal dan haram, khitan, serta tatacar
pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam

B. PENELITIAN TERDAHULU
Penting untuk merujuk pada penelitian terdahulu, berikut adalah beberapa contoh penelitian
terdahulu yang dapat menjadi rujukan dalam ptk ini :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Fitriyatul Indanis yang berjudul “ Peningkatan Hasil Belajar
Fikih Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tornament (TGT) Pada
Siswa Kelas IV MI Misbahul Huda Probolinggo “.
Latar belakang penelitian Fitriyatul berawal dari pembelajaran Fiqih yang membosankan
dan kurang menarik. Apalagi siswa cenderung malas membaca buku dan selalu sering
mengerjakan PR di dalam kelas. Kemampuan kompetensi dasar siswa dalam menyebutkan
syarat sah dan syarat wajib shalat kurang baik, dengan nilai 28% di bawah KKM. Banyak
siswa yang kurang tertarik pada materi tersebut, sehingga siswa mengalami penurunan
hasil belajar karena kurangnya interaksi antara guru dan siswa. Peneliti mencoba
menerapkan media pembelajaran TGT untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan model kooperatif tipe
TGT dalam meningkatkan hasil belajar fiqih materi syarat sah dan syarat wajib sholat siswa
kelas IV MI Misbahul Huda dan bagaimana peningkatan hasil belajar fiqih materi
syarat sah dan syarat wajib sholat siswa kelas IV MI Misbahul Huda sesudah
menggunakan model kooperatif tipe TGT. Persamaan penelitian penulis dengan
penelitain Fitriyatul Indanis adalah pada model pembelajaran yang akan dijadikan
sasaran penelitian, sedangkan perbedaannya adalah dalam pemilihan meteri pelajaran.
Pada penelitian Fitriyatul menggunakan materi Syarat sah dan syarat wajib sholat,
sedangkan pada penelitian penulis menggunakan materi tentang kurban. Hasil penelitian
yang dilakukan penulis adalah siklus 1 sebesar 52,38 (cukup) sedangkan pada siklus 2
menjadi 80,7 (baik). Hasil observasi pada aktivitas siswa meningkat dari siklus 1 sebesar
25 (kurang) sedangkan pada siklus 2 menjadi 85 (baik). Penerapan model TGT yang disertai
dengan tindakan guru yang maksimal dalam membimbing siswa lebih efektif, karena hasil
yang didapatkan lebih meningkat. Terdapat peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran
FIQIH materi syarat sah dan syarat wajib shalat di kelas IV MI Misbahul Huda
Probolinggo dengan menerapkan model TGT terbukti dapat meningkatkan hasil belajar
siswa. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan hasil belajar pada setiap siklusnya.
Pada pra siklus nilai rata-rata siswa 65,95 dengan persentase ketuntasan 28%. Pada siklus
1 nilai rata-rata yang didapatkan siswa 6,9(cukup) dengan persentase ketuntasan 52,38%,
sedangkan nilai rata- rata siswa pada siklus 2 diperoleh 8,4(baik) dengan persentase
ketuntasan 90,47%
2. Penelitian dari Nazamim yang berjudul “ Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa
Kelas V MI Ma’arif Kediwung Dlingo Bantul “
Penelitian ini dilatar belakangi karena rendahnya prestasi belajar siswa karena model
pembelajaran yang diterapkan oleh guru tidak efektif. Model pembelajaran yang digunakan oleh
guru masih bersifat konvensional dimana siswa selalu dikondisikan hanya mendengar, melihat dan
mencatat. Hal ini menjadikan kurangya kerjasama antar siswa sehingga membuat suasana kelas
menjadi tidak kooperatif dalam proses pembelajarannya. Peneliti melihat permasalahan tersebut
menjadi salah satu penghambat proses pembelajaran yang dihadapi oleh guru dan siswa selama
ini. Untuk mengatasi masalah tersebut diadakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk
memeperbaiki proses pembelajaran yang dirasakan masih kurang. Proses pembelajaran ini
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) yang
diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran Matematika di MI
Ma’arif Kediwung Dingo. Berdasarkan Berdasarkan analisis data dengan ukuran nilai rata-rata
kelas (mean) dan penilaian dengan standard skala 1-100, diperoleh data pada post test siklus
I nilai yang tuntas KKM mencapai 13 (87%) dengan nilai rata-rata kelas 66,4. Pada siklus II
terjadi peningkatan yang sangat signifikan. Nilai yang tuntas KKM mencapai 15 (100%) dengan
nilai rata-rata kelas 84,1. Maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT) ini dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa dalam pembelajaran Matematika Kelas V MI Ma’arif Kediwung Tahun Pelajaran
2012/2013. Prestasi meningkat dari rendah menjadi sangat tinggi
Dari merujuk pada penelitian terdahulu, perlu diperhatikan relevansi penelitian tersebut dengan
konteks dan tujuan PTK yang sedang dilakukan. Hasil-hasil penelitian ini dapat memberikan
pemahaman yang lebih baik tentang strategi dan pendekatan yang efektif dalam meningkatkan
pembelajaran mata pelajaran fikih di Madrasah Ibtidaiyyah

C. HIPOTESIS
Dari uraian diatas, maka peneliti mempunyai dugaan yang nantinya perlu dibuktikan, yaitu :
Dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament dapat
meningkatkan hasil belajar Siswa Mata pelajaran Fikih Ibadah Kelas IV MI Assholahiyyah
Warungkondang Cianjur
BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas atau dikenal dengan class
Action Research (CAR). Penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian dan pemilihan
tentang variable yang dimanipulasiakn dan dapat digunakan untuk melakukan perbaikan.
Menurut Carr dan Kemmis seperti yang dikutip oleh Siswojo Hardjodipuro, dikatakan
bahwa yang dimaksud dengan istilah PTK adalah bentuk refleksi diri yang dilakukan oleh
para partisipan (guru, peserta didik atau kepala sekolah) dalam situasi-situasi social
(termasuk Pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran Pendidikan yang
dilakukan, pengertian mengenai parktik-praktik ini dan situasi tempat praktik-praktik ini
dilaksanakan
Lebih lanjut, dijelaskan oleh Harjodipuro bahwa PTK adalah suatu pendekatan untuk
memperbaiki pendidikan melalui perubahan, dengan mendorong para guru untuk
memikirkan praktik mengajarnya sendiri, agar kritis terhadap praktik tersebut dan agar mau
untuk merubahnya. PTK bukan sekedar mengajar, PTK mempunyai makna sadar dan kritis
terhadap terhadap mengajar dan menggunakan kesadaran kritis terhadap dirinya sendiri
untuk bersiap terhadap proses perubahan.
PTK ini juga mendorong guru untuk bertindak dan berpikir kritis dalam
mengembangkan teori dan rasionalitas bagi mereka sendiri, dan bertanggung jawab
mengenai pelaksanaan tugasnya secara professional
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud PTK adalah
suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti,
sejak disusunnya suatu perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan nyata didalam kelas
yang berupa belajar mengajar untuk memperbaiki suatu kondisi pembelajaran yang
dilakukan. Sementara itu, pelaksanaan PTK diantaranya untuk meningkatkan kualitas
pendidikan atau pengajaran yang dilaksanakan oleh guru itu sendiri, yang dampaknya
diharapkan tidak ada lagi permasalahan yang mengganjal dikelas.

B. VARIABEL PENELITIAN
1. Variable Independen
Metode Pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament : variabel independen
adalah metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini. Metode Teams
Games Tournament adalah kegiatan pembelajaran yang melibatkan belajar kelompok
para peserta didik dengan metode bermain games. Variable ini akan dimanipulasi oleh
peneliti untuk melihat pengaruhnya terhadap pemahaman peserta didik tentang tatacara
mandi wajib setelah haid dan ihtilam
2. Variabel Dependen
Pemahaman Peserta Didik Tentang Tatacara Mandi Wajib Setelah Haid dan Ihtilam :
variabel dependen adalah tingkat pemahaman siswa mengenai tatacara mandi wajib
setelah haid dan ihtilam setelah mengikuti pembelajaran dengan metode kooperatif
Teams Games Tournament. Pemahaman peserta didik dapat diukur melalui tes, tugas
tulis atau instrument penilaian lain yang sesuai.
3. Variabel Kontrol
a. Materi pembelajaran : variabel ini mengacu kepada isi pembelajaran yang diberikan
kepada peserta didik tentang tatacara mandi wajib setelah haid dan ihtilam. Materi
pembelajaran harus konsisten dan seragam untuk semua kelompok dan individu
dalam penelitian
b. Metode pembelajaran tradisional : variabel ini meliputi metode pembelajaran yang
biasa di gunakan didalam kelas ketika pembelajaran, seperti metode ceramah atau
penugasan individu. Variabel ini dijadikan sebagai pembanding dengan metode
Teams Games Tournament untuk mengevaluasi efektivitasnya
c. Karakteristik peserta didik : variabel ini meliputi factor-faktor seperti latar belakang
social-ekonomi, kecerdasan dan kemampuan berbahasa siswa. Karakteristik peserta
didik perlu diperhatikan agar tidak menjadi factor penggangu dalam penelitian
Dalam penelitian ini, variabel independent (metode Teams Games Tournament) akan
diterapkan pada kelompok eksperimen, sedangkan kelompok control akan
menggunakan metode pembelajaran tradisional. Setelah periode pembelajaran,
pemahaman peserta didik tentang tatacara mandi wajib setelah haid dan ihtilam ini
akan diukur dan dibandingkan antara kelompok eksperimen dan kelompok control
untuk melihat apakah penggunaan metode Teams Games Tournament dapat
meningkatkan pemahaman peserta didik

C. POPULASI DAN SAMPEL


1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini merujuk pada semua peserta didik kelas IV MI
Assholahiyyah. Populasi ini mencakup seluruh siswa yang memiliki tingkat pemahaman
tentang tatacara mandi wajib setelah haid dan ihtilam. Dalam hal ini, populasi mencakup
semua peserta didik kelas IV yang sedang belajar tentang tatacara mandi wajib setelah
haid dan ihtilam tersebut
2. Sampel
Sampel adalah Sebagian kecil dari populasi yang akan dipilih untuk menjadi subjek
penelitian. Dalam PTk ini, sampel merupakan sekelompok siswa yang dipilih secara
acak atau berdasarkan kriteria tertentu dari populasi kelas IV MI Assolahiyyah.
Pemilihan sampel yang representative dan juga memadai sangat penting untuk
memastikan hasil penelitian ini lebih mewakili keseluruhan populas. Dalam PTK ini,
penelitian dapat menggunakan metode purposif sampling atau random sampling untuk
memilih sampel yang tepat
Misalnya, peneliti bisa menggunakan metode sampel acak untuk memilih sejumlah
peserta didik dari kelas-kelas yang ada di MI Assholahiyyah atau peneliti menggunakan
purpose sampling dengan memilih peserta didik dengan tingkat pemahaman menengah
atau rendah terkait materi tatacara mandi wajib setelah haid dan ihtilam
Jumlah sampel juga perlu diperhatikan. Idealnya peneliti dapat memilih sejumlah
siswa yang dapat merepresentasikan secara memadai terhadap populasi kelas IV MI
Assholahiyyah . jumlah sampel yang ideal ini dapat ditentukan berdasarkan
pertimbangan statistic dan sumber dayaa yang tersedia

D. Jenis, Sumber dan Teknik Pengumpulan Data


1. Jenis Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, jenis pengumpulan data yang digunakan adalah data kualitatif dan
data kuantitatif. Data kualitatif ini akan digunakan untuk memperoleh pemahaman yang
mendalam tentang perubahan pemahaman peserta didik tentang tatacara mandi wajib
setelah haid dan ihtilam. Sedangkan data kuantitatif akan digunakan untuk mengukur
peningkatan pemahaman peserta didik secara numerik

2. Sumber Pengumpulan Data


a. Observasi : pengamatan langsung terhadap kegiatan demonstrasi yang dilakukan
oleh peserta didik untuk memahami tatacara mandi wajib setelah haid dan ihtilam
b. Wawancara : Wawancara dengan peserta didik, guru dan orangtua untuk
mendapatkan informasi tambahan mengenai pemahaman peserta didik tentang
tatacara mandi wajib setelah haid dan ihtilam sebelum dan sesudah penerapan
metode demonstrasi
c. Dokumen : Analisis terhadap dokumen seperti catatan hasil demonstrasi, tugas dan
pekerjaan peserta didik yang berhubungan dengan pemahaman tatacara mandi wajib
setelah haid dan ihtilam
3. Teknik Pengumulan Data
a. Tes: Memberi tes tulis sebelum dan sesudah penerapan metode demonstrasi untuk
mengukur peningkatan pemahaman peserta didik tentang tatacara mandi wajib
setelah haid dan ihtilam
b. Observasi : mengamati proses demontrasi yang dilakukan oleh peserta didik untuk
melihat perubahan pemahaman mereka
c. Wawancara : melakukan wawancara dengan peserta didik, guru dan orang tua untuk
mendapatkan persepsi dan pemahaman mereka terkait tatacara mandi wajib setelah
haid dan ihtikam
d. Analisis dokumen : Menganalisis dokumen seperti catatan hasil demontrasi, tugas
dan pekerjaan siswa yang berkaitan dengan pemahaman tatacara mandi wajib setelah
haid dan ihtilam
Dengan menggunakan kombinasi data kualitatif dan kuantitatif serta sumber dan
Teknik pengumpulan data yang berpariasi, diharapkan penelitian ini dapat
memberikan gambaran yang komprehensif tentang efektivitas penggunanaan metode
demonstasi dalam meningkatkan hasil belajar fikih ibadah di MI Assholahiyyah

E. TEKNIK ANALISIS DAN PENGUJIAN HIPOTESIS


1. Teknik Analisis
Dalam penelitian PTK ini, digunakan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif untuk
menganalisis data yang diperoleh. Berikut ini adalah penjelasan mengenai teknik analisis
yang digunakan ;
a. Analisis Kualitatif : data yang diperoleh melalui observasi, wawancara atau analisis
lapangan akan dianalisis seacar kualitatif. Hal ini melibatkan proses
pengorganisasian, pengklasifikasian, dan penginterpretasian data yang bersifat
deskriptif. Hasil analisis kualitatif akan digunakan untuk memberikan pemahaman
mendalam tentang upaya meningkatkan hasil belajar fikih ibadah melalui metode
Kooperatif Teams Games Tournamen di Madrasah Ibtidaiyyah Assholahiyyah
b. Analisin kuantitatif : data yang diperoleh melalui tes, kuesioner atau instrument
penilaian lainnya akan dianalisis secara kuantitatif. Analisis ini melibatkan
penggunaan statistic untuk mengolah data-data menjadi angka-angka yang dapat
diinterpretasikan. Teknik analisis statistic yang akan kami gunakan, seperti uji
perbandingan atau uji beda, akan tergantung pada jenis data yang dikumpulkan.
Hasil analisis kuantitatif akan memberikan informasi tentang perubahan pemahaman
peserta didik setelah penerapan metode demonstrasi
2. Pengujian Hipotesis
Dalam penelitian ini,akan diajukan hipotesis penelitian untuk menguji pengaruh
penggunaan metode kooperatif Teams Games Tournament dalam upaya meningkatkan
hasil belajar fikih.
Hipotesis penelitian yang diajukan dapat berbunyi sebagai berikut;
Upaya meningkatkan hasil belajar fikih ibadah dengan metode koopertif tipe Teams
Games Tournament dikelas IV MI Assholahiyyah
Terdapat perbedaan signifikan dalam hasil belajar fikih tentang tatacara mandi wajib
setelah haid dan ihtilam sebelum dan sesudah penerapan metode koopertif tipe Teams
Games Tournament di kelas IV MI Assholahiyyah
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan statistic uji beda berpasangan,
Hasil pengujian hipotesis akan memberikan informasi apakah terdapat perbedaan
signifikan dalam hasil belajar fikih sebelum dan setelah penerapan metode koopertif tipe
Teams Games Tournament.
Dalam rangkaian analisis, data kualitatif digunakan untuk mendukung temuan hasil
analisis kuantitatif. Hasil-hasil ini akan digunakan untuk memberikan pemahaman yang
lebih lengkap tentang bagaimana pembelajaran dengan metode kooperatif tipe TGT ini
mempengaruhi pemahaman dan kesadaran siswa tentang pentingnya pembelajaran
mandi wajib setelah haid dan ihtilam . keseluruhan analisis ini akan menguji hipotesis
peneliti dan mengevaluasi efektifitas dari pendekatan pembelajaran dengan metode
koopertif tipe Teams Games Tournament yang digunakan dalam penelitian ini.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Penjelasan Pra Siklus
Pada bab ini dipaparkan bahwa hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan di MI
Assholahiyyah Warungkondang Kabupaten Cianjur pada mata pelajaran Fikih kelas
IV. Hasil penelitian diuraikan dalam tahapan tiap siklus yang dilakukan dalam proses
belajar mengajar di kelas. Data penelitian ini diperoleh dari wawancara, observasi,
tes dan dokumentasi. Wawancara dilakukan kepada guru dan siswa untuk
memperoleh gambaran tentang peningkatan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah
penerapan metode kooperatif tipe Teams Games Tournament pada mata pelajaran
fikih ibadah materi Mandi Wajib Setelah Haid dan Ihtilam
Selain wawancara, peneliti juga melakukan observasi. Observasi ini dilakukan untuk
mengamati aktifitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran menggunakan
metode kooperatif tipe Teams Games Tournament. Dokumentasi berupa data jumlah
siswa kelas IV MI Assholahiyyah Warungkondang dan data nilai Fikih materi Mandi
Wajib Setelah Haid dan Ihtilam. Peneliti mengelompokan tahapan penelitian menjadi
tiga kelompok, yaitu :

A. Tahapan Pra Siklus

2. Tahap Perencanaan
Beberapa Persiapan yang diperlukan untuk melaksanakan siklus antara lain :
a. Membuat Modul Ajar dengan metode pendekatan saintifik pada materi
Mandi Wajib Setelah Haid dan Ihtilam
b. Mempersiapkan media pembelajaran yang akan digunakan
c. Mempersiapkan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
d. Membuat lembar observasi guru dan lembar observasi siswa yang digunakan
untuk mengamati aktifitas guru dan siswa dalam pembelajaran
3. Tahap pelaksanaan kegiatan
a. Kegiatan pendahuluan
1. Guru memasuki ruangan, memberi salam, berdoa bersama siswa dan
mengecek kehadiran siswa
2. Guru melakukan apersepsi untuk pembelajaran sebelumnya
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
4. Guru menyanyikan lagu “Garuda Pancasilla” dalam rangka penguatan
P5-PPRA
b. Kegiatan inti
1. Siswa menganalisis infografis yang disediakan guru
2. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa terkait infografis yang
sulit dipahami
3. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk berdiskusi
4. Guru membagikan LKPD pada setiap kelompok
5. Siswa berdiskusi dan membahas persoalan yang tertera dalam LKPD
6. Siswa mempresentasikan hasil diskusi
7. Guru memberikan penguatan tentang hasil diskusi
8. Guru dan siswa menyimpulkan hasil diskusi
c. Kegiatan Penutup
1. Guru menjelaskan kembali materi yang dirasa belum jelas oleh siswa
2. Guru memberikan lembar post test sebagai evaluasi pembelajaran
3. Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran yang telah dilaksanakan
4. Guru menutup pembelajaran dengan doa dan salam
d. Kegiatan evaluasi
Kegiatan evalusi dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa. Pada tahap
ini peneliti memberikan soal post test pra siklus untuk dikerjakan oleh siswa
setelah tindakan (pra siklus) dapat dilihat pada tael 4.1
Tabel 4.1
No Nama Siswa KKM Skore Tuntas Tidak
tuntas
1 Muhammad Afrar Ziyan 75 66 
2 Muhammad Al Fatih 75 68 
3 Muhammad Alif AlFurqon 75 75 
4 Muhammad Daffa De-Zaki 75 78 
5 Muhammad Ilyas 75 55 
6 Muhammad Rojab Akbar 75 23 
7 Muhammad Yusuf Suryadi 75 57 
8 Nafisa Azzahra Andriyana 75 75 
9 Naira Safharotu Nadhifah 75 76 
10 Nayla Andita Zahra 75 85 
11 Nayla Nurul Qolbi 75 50 
12 Nuraulia 75 50 
13 Raisa Sri Suryana 75 55 
14 Razib Azzikro 75 55 
15 Rifa’I Sehabudin 75 55 
16 Rifan Setiawan 75 45 
17 Sabrina Kanza Aulia 75 50 
18 Sarah Maudy Ibrahim 75 55 
19 Siti Riamah Aulia 75 45 
20 Muhammad Rifki Kemal 75 50 
Tertinggi 85
Terendah 23
Rata-rata 58,40
Persentase Ketuntasan 25%
Dari hasil evaluasi menunjukan bahwa tingkat penguasaan siswa terhadap
tujuan pembelajaran belum juga tercapai, karena baru 25% siswa mendapat
nilai diatas KKM

4. Tahap Pengamatan dan Refleksi


Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa model pembelajaran pada tahap
prasiklus masih jauh dibawah ketuntasan hasil belajar yang diharapkan. Dari hasil
observasi dapat disimpulkan bahwa, proses belajar mengajar masih terjadi hanya
satu arah saja, yaitu dari guru ke peserta didik, tanpa ada timbal balik dari peserta
didik. Sehingga ini menyebabkan rendahnya hasil belajar peserta didik pada mata
pelajaran Fikih. Pra siklus menunjukan bahwa strategi pembelajaran yang digunakan
oleh guru kurang tepat sehingga hasil belajar yang dicapai peserta didik masih
rendah. Dengan berbekal hasil observasi tersebut maka peneliti menerapakan model
pembealajaran teams games tournament (TGT) yang akan di laksanakan dalam dua
siklus.

B. Tahapan Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Beberapa perencanaan yang diperlukan untuk melakasanakan siklus I antara
lain :
1. Membuat modul ajar dengan metode Kooperatif tipe teams games
tornament yang akan digunakan sebagai acuan peneliti dalam
pelaksanaan pembelajaran
2. Menyiapkan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
3. Menyusun soal dan kartu soal untuk games dan tournament
4. Menyiapkan dan menyusun lembar observasi tentang kegiatan
pembelajaran dan kegiatan belajar siswa
5. Menyiapkan kamera untuk mendokumentasikan kegiatan selama
proses belajar mengajar berlangsung
6. Mempersiapkan soal pretest dan post test untuk siswa
b. Pelaksanaan Tindakan
Tahap ini dilaksanakan sesuai modul ajar yang sudah disusun dan disiapkan
sebelumnya oleh peneliti. Pada pertemuan ini membahas tentang “ pengertian
dan tatacara mandi wajib setelah haid dan ihtilam”
Berikut tahapan pelaksanaannya :
a). Kegiatan pendahuluan
1. Guru memasuki ruangan, memberi salam, berdoa bersama siswa dan
mengecek kehadiran siswa
2. Guru melakukan apersepsi dan motivasi agar siswa semangat
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
4. Guru menyanyikan lagu “Garuda Pancasilla” dalam rangka penguatan
P5-PPRA
b). Kegiatan inti
1. Siswa menganalisis infografis yang disediakan guru
2. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa terkait infografis yang
sulit dipahami
3. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk
berdiskusi
4. Guru membagikan LKPD pada setiap kelompok
5. Siswa berdiskusi dan membahas persoalan yang tertera dalam
LKPD
6. Siswa melaksanakan games dan tournament secara berkelompok
dan guru menjelaskan aturan dalam games tersebut
7. Guru memberikan reward untuk kelompok yang memperoleh
skore tertinggi
8. Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran dalam games
dan tournament yang dilakasanakan
c). Kegiatan Penutup
1. Guru menjelaskan kembali materi yang dirasa belum jelas oleh siswa
2. Guru memberikan lembar post test sebagai evaluasi pembelajaran
3. Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran yang telah
dilaksanakan
4. Guru menutup pembelajaran dengan doa dan salam
d). Kegiatan evaluasi
Kegiatan evalusi dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa. Pada
tahap ini peneliti memberikan soal post test siklus I untuk dikerjakan oleh
siswa setelah tindakan (Siklus I) dapat dilihat pada tabel 4.2
Tabel 4.2
No Nama Siswa KKM Skore Tuntas Belum
Tuntas
1 Muhammad Afrar Ziyan 75 70 
2 Muhammad Al Fatih 75 75 
3 Muhammad Alif AlFurqon 75 80 
4 Muhammad Daffa De-Zaki 75 80 
5 Muhammad Ilyas 75 77 
6 Muhammad Rojab Akbar 75 50 
7 Muhammad Yusuf Suryadi 75 55 
8 Nafisa Azzahra Andriyana 75 80 
9 Naira Safharotu Nadhifah 75 85 
10 Nayla Andita Zahra 75 90 
11 Nayla Nurul Qolbi 75 70 
12 Nuraulia 75 70 
13 Raisa Sri Suryana 75 75 
14 Razib Azzikro 75 80 
15 Rifa’I Sehabudin 75 75 
16 Rifan Setiawan 75 70 
17 Sabrina Kanza Aulia 75 75 
18 Sarah Maudy Ibrahim 75 75 
19 Siti Rabiah Uzda Shafiyya 75 75 
20 Siti Wafi Huriyyah 75 80 
Tertinggi 90
Terendah 50
Rata-rata 74,35
Persentase 70%
Dari hasil evaluasi menunjukan bahwa tingkat penguasaan siswa terhadap
tujuan pembelajaran sudah mulai meningkat, karena sudah mencapai 70%
siswa mendapat nilai diatas KKM

c. Hasil Pengamatan
Tahapan ini dilaksanakan selama proses pembelajaran dikelas
berlangsung, dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat.
Dalam penelitian ini bekerjasama dengan dua observer, yaitu observer
pertama (wali kelas IV) yang bertindak mengamati aktifitas pengajar
apakah sudah menerapkan model pembelajaran kooperatif learning tipe
TGT (Teams Games Tournament), sedangkan observer kedua mengamati
partisipasi siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Selain itu
pengajar sudah menerapkan pembelajaran kooperatif tipe TGT sesuai
modul ajar yang telah disusun sebelumnya. Lembar observasi disusun dan
disesuaikan prinsip pembelajaran ini. Hasil lembar observasi aktifitas
siswa pada siklus pertama menunjukan bahwa hampir seluruh (81,81%)
siswa baik dalam melakukan aktifitas pembelajaran menggunakan model
teams games tournament.
d. Refleksi
Setelah siklus pertama selesai, peneliti bersama teman sejawat mengolah dan
mendiskusikan hasil lembar observasi (baik observasi terhadap partisipasi
siswa maupun terhadap aktifitas guru dalam menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT) dan hasil post test siklus I. partisipasi siswa ditunjukan
dengan jumlah nilai rata-rata partisipasi siswa yakni 81,81% berada pada
kategori “ sangat baik” yakni terletak pada rentang skor 86-100%.
Berdasarkan hasil post test siklus I baru ada 14 siswa yang tuntas (mendapat
nilai lebih dari 75) sehingga ketuntasan belajar baru mencapai 70% dari total
jumlah siswa. Disamping itu rata-rata kelas baru mencapai 74, 35. Hasil
tersebut tentu saja belum mencapai target yang sudah ditetapkan sebelumnya
dan menunjukan bahwa siklus I masih terdapat kekurangan. Kekurangan
pada siklus I berasal dari pihak guru dan siswa, maka perlu diperbaiki pada
siklus II.
C. Tahapan Siklus II
a. Tahap Perencanaan
Beberapa perencanaan yang diperlukan untuk melakasanakan siklus I antara
lain :
1. Membuat modul ajar dengan metode Kooperatif tipe teams games
tornament yang akan digunakan sebagai acuan peneliti dalam
pelaksanaan pembelajaran
2. Menyiapkan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
3. Menyusun soal dan kartu soal untuk games dan tournament
4. Mengefektifkan penggunaan waktu dengan membatasi waktu
mengerjakan diskusi
5. Menyederhanakan tugas diskusi dan merencanakan implementasi
waktu dengan dengan baik
6. Menyiapkan reward bagi kelompok terbaik dan 3 siswa dengan nilai
post test tertinggi
7. Mempersiapkan soal post test untuk siswa
8. Guru membentuk kelompok baru untuk siklus II ini secara heterogeny
berdasarkan hasil post test siklus I
b. Pelaksanaan Tindakan
Tahap ini dilaksanakan sesuai modul ajar yang sudah disusun dan disiapkan
sebelumnya oleh peneliti. Pada pertemuan ini membahas tentang “ pengertian
dan tatacara mandi wajib setelah haid dan ihtilam”
Berikut tahapan pelaksanaannya :
a). Kegiatan pendahuluan
1. Guru memasuki ruangan, memberi salam, berdoa bersama siswa dan
mengecek kehadiran siswa
2. Guru melakukan apersepsi dan motivasi agar siswa semangat
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
4. Guru menyanyikan lagu “Garuda Pancasilla” dalam rangka penguatan
P5-PPRA
b). Kegiatan inti
1. Siswa menganalisis infografis yang disediakan guru
2. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa terkait infografis yang sulit
dipahami
3. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok secara heterogen
berdasarkan nilai post tesr pada siklus I
4. Guru membagikan LKPD pada setiap kelompok
5. Siswa berdiskusi dan membahas persoalan yang tertera dalam LKPD
6. Siswa melaksanakan games dan tournament secara berkelompok dan guru
menjelaskan aturan dalam games tersebut
7. Guru memberikan reward untuk kelompok yang memperoleh skore
tertinggi dan untuk 3 siswa dengan nilai post test tertinggi
8. Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran dalam games dan
tournament yang dilakasanakan
c). Kegiatan Penutup
1. Guru menjelaskan kembali materi yang dirasa belum jelas oleh siswa
2. Guru memberikan lembar post test sebagai evaluasi pembelajaran
3. Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran yang telah
dilaksanakan
4. Guru menutup pembelajaran dengan doa dan salam
d). Kegiatan evaluasi
Kegiatan evalusi dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa. Pada
tahap ini peneliti memberikan soal post test siklus II untuk dikerjakan
oleh siswa setelah tindakan (siklus II) dapat dilihat pada tabel 4.3
Tabel 4.3
No Nama Siswa KKM Skore Tuntas Belum
Tuntas
1 Muhammad Afrar Ziyan 75 85 
2 Muhammad Al Fatih 75 88 
3 Muhammad Alif AlFurqon 75 85 
4 Muhammad Daffa De-Zaki 75 85 
5 Muhammad Ilyas 75 85 
6 Muhammad Rojab Akbar 75 60 
7 Muhammad Yusuf Suryadi 75 78 
8 Nafisa Azzahra Andriyana 75 85 
9 Naira Safharotu Nadhifah 75 85 
10 Nayla Andita Zahra 75 95 
11 Nayla Nurul Qolbi 75 90 
12 Nuraulia 75 80 
13 Raisa Sri Suryana 75 75 
14 Razib Azzikro 75 85 
15 Rifa’I Sehabudin 75 75 
16 Rifan Setiawan 75 88 
17 Sabrina Kanza Aulia 75 85 
18 Sarah Maudy Ibrahim 75 80 
19 Siti Rabiah Uzda Shafiyya 75 90 
20 Siti Wafi Huriyyah 75 95 
Tertinggi 95
Terendah 60
Rata-rata 83,75
Persentase Ketuntasan 95%
Dari hasil evaluasi menunjukan bahwa tingkat penguasaan siswa terhadap
tujuan pembelajaran sudah sangat meningkat, karena sudah mencapai 95%
siswa mendapat nilai diatas KKM

c. Hasil Pengamatan
Tahapan ini dilaksanakan selama proses pembelajaran dikelas berlangsung,
dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Dalam penelitian
ini bekerjasama dengan dua observer, yaitu observer pertama (wali kelas IV)
yang bertindak mengamati aktifitas pengajar apakah sudah menerapkan
model pembelajaran kooperatif learning tipe TGT (Teams Games
Tournament), sedangkan observer kedua mengamati partisipasi siswa selama
mengikuti proses pembelajaran. Selain itu pengajar sudah menerapkan
pembelajaran kooperatif tipe TGT sesuai modul ajar yang telah disusun
sebelumnya. Lembar observasi disusun dan disesuaikan prinsip pembelajaran
ini. Hasil lembar observasi aktifitas siswa pada siklus pertama menunjukan
bahwa hampir seluruh (90,90%) siswa baik dalam melakukan aktifitas
pembelajaran menggunakan model teams games tournament. Observasi
terhadap aktifitas guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT menunjukan bahwa guru telah menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT dengan sangat baik
d. Refleksi
Setelah siklus II selesai, peneliti bersama teman sejawat mengolah dan
mendiskusikan hasil lembar observasi (baik observasi terhadap partisipasi
siswa maupun terhadap aktifitas guru dalam menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT) dan hasil post test siklus II. Terdapat 19 siswa yang
tuntas (mendapat nilai lebih dari 75) sehingga ketuntasan belajar mencapai
95 % dari total jumlah siswa. Dan nilai rata-rata kelas baru mencapai 83, 75.
Observasi terhadap partisipasi siswa menunjukan peningkatan, observasi
terhadap aktifitas guru dalam menerapkan model kooperatif tipe TGT
menunjukan bahwa guru telah menerapkan model tersebut. Dengan demikian
target dalam penelitian ini sudah tercapai sehingga penelitian berhenti sampai
di siklus Ii

D. Pembahasan
Sebagaimana yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah yang akan
dibahas dalam pembahasan ini adalah mengenai upaya meningkatkan hasil belajar
fikih ibadah siswa kelas IV MI Assholahiyyah Warungkondang Cianjur dengan
metode pembelajaran kooperatif tipe TGT. Berikut rangkuman data yang tertuang
dalam tabel menunjukan dinamika pada siklus I dan siklus II
Pada hasil pelaksaan siklus I menunjukan adanya peningkatan hasil
belajar fikih ibadah siswa kelas IV MI Assholahiyyah Warungkondang . Skor rata-
rata hasil belajar fikih siswa pada siklus I adalah 74, 35. Nilai tertinggi pada siklus
adalah 90 dan nilai terendah adalah 50. Siswa yang mendapatkan nilai tertinggi
adalah siswa yang aktif dalam semua kegiatan, mulai dari saat memperhatikan
pendalaman materi, diskusi kelompok dan games. Selain itu, siswa tersebut sering
bertanya apabila ada hal-hal atau ada materi yang belum dimengerti. Sedangkan
siswa yang mendapat nilai terendah, yaitu nilai 50 dikarenakan siswa tersebut kurang
aktif dalam proses pembelajaran dengan menerapkan model kooperatif tipe TGT.
Mulai dari proses pendalaman materi, siswa tersebut justru berbicara dengan teman
yang duduknya berdekatan, asik sendiri dengan benda yang ada dihadapannya.
Selain itu, siswa tersebut kurang aktif dalam kegiatan diskusi, kurang bersemangat
dan kurang paham dalam pelaksanaan games, dan siswa tersebut memang belum
paham tentang model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Selain itu, dari pihak
keluarga terutama kedua orangtuanya kurang memperhatikan siswa tersebut,
orangtua terlalu sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Dalam hal ini, keluarga
menjadi salah satu factor yang mempengaruhi prestasi belajar anak. Seperti yang
dikemukakan oleh Slameto bahwa factor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
antara lain : factor internal (factor jasmaniah, psikologo dan kelelahan) dan factor
eksternal (factor keluarga , sekolah dan lingkungan masyarakat). Apabila dilihat dari
ketuntasan belajar siswa sebanyak 14 siswa (70%) dan siswa yang belum tuntas
sebanyak 6 siswa (30%) dari data siklus I, membuktikan adanya peningkatan hasil
belajar fikih siswa kelas IV dari kondisi awal sebesar 25 % yaitu dengan nilai rata-
rata tindakan sebesar 58, 40 menjadi 74,35. Peningkatan hasil belajar fikih ini
dikarenakan adanya ketertarikan siswa dalam menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT. Para siswa termotivasi untuk belajar, baik karena motivasi nilai,
interaksi belajar bersama teman-teman, adanya games maupun penghargaan (reward)
yang diberikan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Tindakan pada siklus II terdapat perubahan data yang diperoleh
menunjukan terata skore hasil belajar fikih 83, 75 dengan nilai tertinggi 95 dan nilai
terendah 60. Pada siklus II ini, dari 20 siswa 19 (95%) dinyatakan tuntas dan 1 siswa
(5%) dinyatakan belum tuntas. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari siklus I ke
siklus II mengalami peningkatan nilai rata-rata yaitu dari 74,35 menajdi 83, 75.
Sedangkan bila dibandingkan pada saat sebelum tindakan (pra siklus), rata-rata nilai
kondisi awal 58,40 menjadi 83,75. Tindakan yang dilakukan pada siklus I dan II ini
membuktikan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games
Tournament) dapat meningkatkan hasil belajar fikih iadah kelas IV MI
Assholahiyyah Warungkondang. Pelaksanaan dan penerapan pembelajaran dengan
menggunakan model kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar fikih
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas dengan judul Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Fikih Ibadah Melalui Metode Kooperatif Tipe Teams
Games Tournament (TGT) Kelas IV MI Assholahiyyah Warungkondang Tahun
Ajaran 2023/2024. Kegiatan pembelajaran pada prasiklus mencapai 25% dengan
nilai rata-rata 58,40. Siklus I mencapai 70% dengan nilai rata-rata 74,35. Pada siklus
II siswa mencapai 95% dengan nilai rata-rata 83,75. Dari hal ini peneliti mengamati
hasil evaluasi pada siklus II ternyata siswa sudah menunjukan peningkatan yang
sangat signifikan tingkat keberhasilan sudah mencapai 95% dari beberapa usaha
yang dilakukan guru ternyata siswa ada peningkatan meskipun tidak signifikan akan
tetapi sudah memenuhi nilai standar KKM 75 dan memenuhi target yang ditetapkan
oleh peneliti yaitu 75.
DAFTAR PUSTAKA
Ansori, Mohammad, Peneliti Tindakan Kelas, Bandung : CV Wacana Prima, 2009 Asep, Jihad dan

Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta: Multi Presindo, 2012

Departemen Agama RI, Kurikulum Madrasah Tsanawiyah (Standar Kompetensi). Jakarta:


DEPAG RI, 2005

Depdiknas, Rambu-rambu Penetapan Ketuntasan Belajar Minimum dan Analisis Hasil Pencapaian
Standar Ketuntasan Belajar, Jakarta; 2004.

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009

Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003

Huda, Miftahul, Cooperative Learning, Metode, Model, Teknik, sturuktur, dan Model
Terapan, Togyakaeta : Pustaka Belajar, 2011

Khanifatul, Pembelajaran Inovatif: Strategi Mengelola Kelas Secara Efektif dan


Menyenangkan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013
Kurniasari, Ani, Komparasi Hasil Belajar Antara Siswa Yang Diberi. Metode TGT (Teams
Games Tournaments) Dengan STAD (Student Team Achievement Division Ani,
Jakarta: Erlangga,2006

Kurniawan, Pengaruh kompetensi pedagogik, dan kompetensi professional Guru,


Bandung:Pustaka Belajar, 2013

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2005

Shoimin, Aris 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Yogyakarta : AR-

RUZZ MEDIA, 2014

Shoimin, Aris, Model Pembelajaran Inovatif dalam kurikulum, Yogyakarta: ARR-RUZZ


MEDIA

Slavin, Model-model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru), Jakarta: Raja


Grafindo Persada

, Cooperative learning, Bandung: Nusa Media, 2010


Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar dan Mengajar, Bandung : Remaja Rosdakarya,
2011

Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2009, Cet. 14.
Cara Belajar Siswa AKtif dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 1989

Taniredja, Tukiran, dkk, Model-Model Pembelajaran Inovatif, Bandung: Alfabeta,2012

Thobroni, Muhammad dan Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran Pengembangan Wacana

dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,


2011

Trianto,Mendesain, Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta; Kencana, 2010

Winataputra, Udin S dkk, Strategi Belajar Mengajar Jakarta: Universitas Terbuka, 2008

Hj, Zurinal Z, Aminudin, Fiqh Ibadah, Jakarta : Lembaga Peneliti UIN, 2008
Lukman Zain, Pembelajaran Fiqih, Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen
Agama RI 2009
Foto Dokumentasi Pelaksanaan Pembelajaran
Metode Kooperatif Tipe Teams Games Tournament
1. Siklus I
2. Siklus II

Anda mungkin juga menyukai