Disusun untuk memenuhi tugas Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Program Pendidikan Profesi Guru
dalam jabatan 2023 LPTK Universitas Islam Negeri Profesor Kiai Haji Saifudin Zuhri Purwokerto
Disusun oleh:
YULIANI SITI SONDARI, LC
َاَلَلهَمََصَ هَليَعَلَىَسَ هَي ه َدنَاَمَحَمَدَوَعَلَيَاَ ه َلَسَ هَي ه َدنَاَمَحَمَد.َللَالَ ه َذيََعَلَمََهَبالَقَلَ ه َمَعَلَمََاَ هَلنَسَانََمَالَمََيَعَلَم
َاَلَحَمَدََ ه
Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt, karena berkat rahmat,
hidayah dan inayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan proposal ini. Terima kasih yang
tak terhingga kami haturkan pada Allah Swt yang memberikan banyak pertolongan dan kemudahan
kepada kami sehingga proposal ini bisa selesai tepat pada waktunya.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah dan terlimpahkan kepada Junjunan alam
yakni habiibana wa nabiyyana Muhammad Saw. Para keluarganya, sahabatnya dan para pengikutnya
yang telah membawa petunjuk kebenaran bagi seluruh manusia, yakni ad-Diinul Islam yang kita
harapkan syafaatnya didunia dan di akhirat
Kami juga ingin mengucapkan banyak terimakasih pada kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan, bantuan, doa dan dorongan dalam penyusunan penelitian ini.
1. Bapak Dr. Nurkholis, M.S.I selaku dosen pembimbing dan Ibu Surifatun Marfungah selaku
guru pamong yang telah banyak memberikan bimbingan, saran, motivasi dalam penyusunan
laporan PTK ini
2. Seluruh tim panitia penyelenggara PPG dalam Jabatan 2023 yang telah memfasilitasi dan
mendampingi rangkaian kegiatan dengan sabar.
3. Rekan dan rekanita seperjuangan mahasiswa PPG dalam jabatan yang telah memberikan
dukungan, semangat dan doa.
4. Kepala sekolah, dewan guru dan staf yang telah memberikan izin untuk melaksanakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini.
Dalam dunia Pendidikan, pengembangan kualitas pembelajaran merupakan hal yang sangat
penting untuk mencapai tujuan Pendidikan yang lebih baik. Dan Penelitian Tindakan Kelas ini kami
lakukan dengan tujuan untuk meningkatkan Hasil pembelajaran fikih dengan metode kooperatif tipe
Teams Games Tournamen. Kami menyadari bahwa pemahaman dan penerapan ajaran fikih yang baik
sangat penting bagi siswa dalam membentuk kehidupan beragama yang berkualitas.
Kami menyadari bahwa penelitian ini memiliki keterbatasan dan masih banyak hal yang perlu
diperbaiki. Namun kami yakin dengan niat yang tulus, kerja keras dan dukungan dari semua pihak
terkait, penelitian ini akan memberikan manfaat yang signifikan bagi pembelajaran bidang study
Fikih
Akhir kata, kami berharap agar karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat dan berkontribusi
positif dalam pengembangan pembelajaran bidang study fikih di Madrasah Ibtidaiyyah , Amiiin
DAFTAR ISI :
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………………………… i
PENGANTAR …………………………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………………... 1
A. Kesimpulan …………………………………………………………………………... 35
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
Maka dari itu, perlu adanya model pembelajaran yang menyenangkan agar siswa
tertarik, semangat dan mudah menerima serta memahami materi dalam pembelajaran.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memilih model pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang sesuai dengan keinginan dan
kemampuan siswa, dimana peneliti memilih menggunakan model pembelajaran teams
games tournament.
Model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament ini lebih
menekankan pada sisi permainan dengan penghargaan (reward) diakhir permainan. Teams
games tournament adalah salah satu tipe atau pembelajaran kooperatif yang mudah
diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status,
melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan
reinforcement.9 Model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament perlu digunakan
pada pembelajaran fiqih untuk memotivasi siswa dalam pembelajaran fiqih. Karena dalam
pembelajaran ini dapat membuat peserta didik menjadi lebih senang dalam mengikuti
pelajaran dengan adanya kegiatan permainan berupa tournamen dalam model ini. Jadi,
model pembelajaran team games tournament cocok digunakan pada mata pelajaran fiqih.
Melalui model pembelajaran team games tournament siswa akan merasa senang dalam
belajar sehingga siswa akan lebih mudah untuk memahami materi mata pelajaran fiqih.
Apabila siswa dapat termotivasi dalam memahami materi pada mata pelajaran fiqih maka
juga akan mempengaruhi hasil belajar pada mata pelajaran fiqih.
Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya. Hasil belajar dapat diperoleh setelah anak melalui kegiatan
belajar. Oleh sebab itu, model pembelajaran team games tournament merupakan salah satu
alternatif untuk meningkatkan hasil belajar dan memudahkan siswa dalam memahami
materi pada pembelajaran fiqih. Dengan adanya fakta tersebut, guru harus mencoba
mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament karena tidak
hanya membuat peserta didik yang cerdas (berkemampuan akademis tinggi) lebih
menonjol dalam pembelajaran, tetapi peserta didik yang berkemampuan akademik lebih
rendah juga ikut aktif belajar.
Oleh karena itu, peneliti ingin meningkatkan hasil belajar siswa dengan
menggunakan model pembelajaran team games tournament karena model pembelajaran ini
diyakini mampu mendorong siswa aktif dan antusias saat belajar di samping itu pembelajaran
lebih menarik dan mempermudah siswa untuk memahami materi. Berdasarkan deskripsi
yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti memilih judul “ Upaya Meningkatkan
Hasil Belajar Fikih Ibadah Melalui Metode Kooperatif Tipe Teams Games Tournament
dikelas IV Madrasah Ibtidaiyyah Assholahiyyah Warungkondang”
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarakan latar belakang masalah yang sudah dipaparkan, maka dapat di identifikasi
beberapa masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran fikih
2. Suasana belajar yang kurang menarik menciptakan suasana yang kurang menyenangkan
dan menciptakan image buruk terhadap pelajaran fikih dari siswa
3. Pembelajaran yang dilakukan selama ini masih menggunakan metode yang monoton
seperti ceramah dan penugasan sehingga siswa kurang termotivasi dan aktif dalam proses
belajar
4. Metode yang digunakan guru dalam pembelajaran kurang variatif
Berdasarkan Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui
tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif dan psikomotor
Dengan demikina akan jelas bahwa proses belajar itu sendiri terdapat dalam
diri individu yang belajar, yang kemudian menghasilkan perubahan dalam
perilakuanya.
6. Belajar sebagai Suatu Sistem
Banyak factor yang mempengaruhi proses belajar. Masukan apabila
dianalisis pebih lanjut, akan didapati beberapa jenis masukan, yaitu masukan mentah
(raw input), masukan instrument (instrumental input), dan lingkungan
(environmental input). Semua ini berinteraksi dalam proses belajar, yang pada
akhirmya akan mempengaruhi hasil belajar
Apabila salah satu factor terganggu, maka proses akan terganggu dan hasil
jga akan terganggu. Masing-masing factor tersebut saling kait-mengait satu sama
lain , karenanya belajar itu merupakan suatu sistem. Apabila masukan instrumental
terganggu, maka proses akan terganggu, hasil pun akan terganggu. Oleh akrena itu,
sebagian ahli psikologi berpendapat bahwa belajar merupaakan sebuah sistem, bukan
hanya proses
Belajar sebagai suatu sistem dapat digambarkan denagn skematik seabgai
berikut.
Dengan keterangan :
1. Masukan mentah adalah individua tau organisme yang akan belajar. Misalnya,
siswa, mahasiswa atau individu yang akan belajar seperti siswa atau mahasiswa
2. Masukan instrumental adalah masukan yang berkaitan dengan alat-alat atau
instrument yang digunakan dalam proses belajar. Misalnya rumah, kamar,
Gedung, peraturan-peraturan. Peraturan merupakan masukan instrument yang
lunak, sedangkan kamar, rumah, Gedung merupakan masukan instrument yang
keras
3. Masukan lingkungan merupakan masukan dari yang belajar, dapat merupakan
masukan lingkungan fisik maupun non fisik. Misalnya tempat belajar yang gaduh
atau ramai merupakan hal yang kurang menguntungkan untuk proses belajar
4. Hasil merupakan output yang telah dilakukan setelah belajar dilakukan.
Persoalan belajar biasanya ditentukan oleh hasil. Apabila hasil belajar baik, maka
pada umumnya tidak akan menimbulkna masalah. Akan tetapi, apabila hasil
belajar tidak memuaskan , persoalan akan segera timbul. Setelah hasil belajar
tampak, kita dapat mencermati atau melihat bagaimana prosesnya dan kemudian
bagaimana masukannya
7. Prinsip Belajar
Persoalan mengenai bagaimana sesungguhnya belajar dapat dilakukan secara efektif
dan efisien menjadi salah satu sorotan utama ihwal gejala jiwa belajar ini. Misalnya,
beberapa ahli telah mengemas beberapa prinsip-prinsip atau asas yang dipegang
untuk memaksimalkan potensi belajar. Menurut Nurjan (2016, hlm. 28) terdapat
tujuh prinsip belajar yang harus diperhatikan, yang diantaranya adalah sebagai
berikut.
1. Perhatikan dan motivasi terkait dengan minat
2. Keaktifan terkait dengan fisik dan psikologi
3. Keterlibatan langsung (berpengalaman) dialami sendiri oleh pembelajar, seperti:
mengamati, menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, bertanggung jawab
terhadap hasilnya (keterlibatan fisik dan mental-emosional)
4. Pengulangan seperti mengerjakan latihan dan menjawab pertanyaan merupakan
salah satu cara belajar yang akan ditemuai pada metode atau model apapun
5. Tantangan seperti bahan belajar yang menantang dan inklusif gender membuat
siswa/siswi bergairah untuk mengatasinya
6. Balikan dan penguatan berupa ujian atau penguatan positif dan negative
7. Perbedaan individual, misalnya : karakterisitik psikis, kepribadian, dan sifat-sifat
yang berbeda karena perbedaan-perbedaan rasial dan gender
8. Model Pembelaran Kooperatif
Model pembelajan atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum,
mengatur materi peserta didik. Sedangkan menurut Joyce dalam bukunya dijelaskan
bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau
pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat
pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku , film, laptop, kurikulum dan lainnya.
Dan setiap model pembelajaran mengarahkan kita kedalam desain pembelajaran
untuk membantu siswa sedemikian rupa sehingga tujuan tercapai. Adapun menurut
Kurniawan model pembelajar adalah prosedur sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga diartikan suatu
pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif (cooveratif learning) merupakan bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang
dengan struktur kelompok yang bersifat heterogeny. Pembelajaran cooperative tidak
sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur dasar pembelajaran
kooperatif yang membedakan dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan asal-
asalan. Pelaksanaan prinsip dasar pokok sistem pembelajaran kooperatif dengan
benar akan memungkinkan guru mengelola kelas dengan lebih efektif. Dalam
pembelajaran kooperatif proses pembelajaran tidak harus belajar belajar dari guru
kepada siswa. Siswa dapat saling membelajarkan sesame siswa lainnya
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif
adalah suatu rancangan proses pembelajaran yang didalamnya disertai dengan
Langkah-langkah yang akan diterapkan dalam sebuah proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran juga berfungsi sebagai pedoman
guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
9. Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
a. Pengertian Teams Games Tournament (TGT)
Menurut Rusman mendefinisikan Teams Games Tournament adalah tipe
pembelajaran kooperatif yang mendapatkan siswa dalam kelompok-kelompok
belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan,
jenis kelamin, suku atau ras yang berbeda
Sedangkan menurut Kurniasari model pembelajaran TGT meruapakan model
koopeatif dengan membentuk kelompok-kelompok kecil dalam kelas yang terdiri
atas 3-5 siswa yang heterogeny, baik dalam hal akademik, jenis kelamin, ras,
maupun etnis. Inti dari model ini adalah adanya game dan turnamen akademik.
TGT menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem
skor kemajuan individu, dimana peran siswa berlomba sebagai wakil tim mereka
dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti
mereka. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) adalah suatu model
pembelajaran kooperatif yang berisi tournament akademik dengan melibatkan
aktifitas seluruh siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku atau
ras yang berbeda
b. Langkah-langkah Model Teams Games Tournament
Menurut Slavin pembelajaran kooperatof tipe TGT (Teams Games
Tournament) ada lima Langkah tahapan : yaitu tahap penyajian kelas (class
precentation), belajar dalam kelompok (team), permainan (games), pertandingan
(tournament), dan penghargaan kelompok (recognition). Berdasarkan apa yang
diungkapkan oleh Slavin, maka model pembelajaran kooperatif tipe TGT
memiliki ciri-ciri siswa bekerja dalam kelompok kecil, games tournament ,
penghargaan kelompok.
Sebelum melaksanakan model Teams games tournament, sebaiknya harus
mempersiapkan Langkah-langkah untuk menggunakan model tersebut yaitu : a.
sebelum guru menyiapkan kartu soal, lembar kerja siswa, dan alat bahan, guru
harus mempresentasikan pelajaran tersebut. b. Siswa dibagi atas beberapa
kelompok (tiap kelompok anggota empat atau lima siswa). c. guru mengarahkan
aturan permainannya, dimana siswa ditempatkan dalam tim belajar
beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi,
jenis kelamin, dan ras. Dan guru yang menyiapkan pelajaran, dan kemudian
siswa bekerja dalam tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh
siswa dikenakan kuis pada waktu ini mereka tidak dapat saling membantu.
Setelah itu guru akan menghitung skor beberapa kelompok, begitulah Langkah-
langkah untuk menerapkan model Teams Games Tournamnet
c. Kelebihan dan Kekurangan Model Teams Games Tournament
Sebelum menerapkan model Teams Games Tournament dalam pembelajaran
dikelas. Ada baiknya untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan model Teams
Games Tournament agar setidaknya dapat diminimalisir sebelum pembelajaran
model Teams Games Tournament dilakukan berikut ini beberapa kelebihan yaitu
lebih meningkatkan pencurahan waktu dan tugas. Mengedepankan penerimaan
terhadap perbedaan individu. Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi
secara mendalam proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari
siswa.
Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain. Motivasi
belajar tinggi. Hasil belajar lebih baik. Dan menigkatkan kebaikan budi,
kepekaan dan toleransi. Adapun kekurangan model Teams Games Tournament
yaitu bagi guru, sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan
heterogeny dari segi akademis, kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang
bertindak sebagai pemegang kendali, teliti dalam menentukan pembagian
kelompok. Dan waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak
sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika
guru mampu menguasai materi. Bagi siswa yaitu masih adanya siswa
berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit menjelaskan kepada siswa yang
lainnya. Untuk mengatasi kekurangan ini, tugas guru adalah membimbing
dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat
mampu mengeluarkan pengetahuan kepada siswa lain.
d. Komponen dan Pelaksanaan Model Teams Games Tournament
Dalam pembelajaran terdapat komponen, komponen pembelajaran terus
berkembang dengan adanya perubahan dan perkembangan sesuai dengan
perkembangan IPTEK. Kegiatan mengajar dilakukan oleh guru untuk
menyampaikan pengetahuan kepada siswa. Dalam komponen pembelajaran
teams games tournament terdapat lima komponen yaitu presentasi kelas, tim,
permainan, pertandingan, penghargaan.
a. Presentasi kelas yaitu materi yang akan disampaikan melalui TGT, pertama-
tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Proses Pembelajaran
berlangsung seperti apa yang sering dilakukan oleh guru atau pengajar, yaitu
pengajaran langsung, diskusi atau presentasi audio visual. Proses
pembelajaran haruslah focus pada unit materi TGT, siswa diarahkan untuk
benar-benar memperhatikan selama materi diajarkan, karena akan sangat
membantu mereka pada saat melakukan permaianan atau pertandingan.
b. Tim terdiri dari 5 atau 6 siswa yang memiliki seluruh elemen kelas dalam hal
kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnis. Fungsi utama dari tim adalah
memastikan bahwa setiap anggota harus harus benar-benar dan
mempersiapkan anggotanya untuk pertandingan (tournament). Setelah guru
menyiapkan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan,
membahas permasalahan bersama, memabandingkan jawaban dan
mengoreksi setiap kesalahpahaman jika ada anggota tim yang membuat
kesalahan.
c. Game atau permainan dalam TGT terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang
isinya relevan dengan materi yang telah disampaikan. Permainan ini
dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari
presentasi kelas dan pelaksanaan kerja tim. Game dimainkan dalam beberapa
kali periode permainan, disesuaikan dengan jumlah siswa dan tim, seseorang
siswa yang mendapatkan giliran mengambil sebuah kartu nomor yang tertera
pada kartu tersebut. Permainan ini dilengkapi dengan aturan yang
membolehkan paermainan lain saling menentang kebenaran jawaban masing-
masing
d. Taournament (pertandingan) adalah sebuah struktur pada saat permainan
(games) berlangsung. Tournament diadakan pada akhir minggu atau akhir
materi pelajaran, setelah guru memberikan presentasi kelas dan tim telah
melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan. Pada tournament
pertama, guru menunjuk siswa untuk berada pada meja turnamen. Siswa-
siswi yang mempunyai prestasi tinggi dalam ulangan atau pre-test
sebelumnya bertanding pada periode I. kemudian siswa berikutnya
bertanding pada periode II. Dan seterusnya siswa yang bertanding dalam
memiliki kemampuan yang setara, turnamen yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan modifikasi dari tournament TGT yang sudah ada,
dengan hanya mengguanakan meja tournament saja demi penerapan kinerja
penelitian.
e. Rekognisi tim , yaitu tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk
pengahargaan apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu . Skor
tim juga dapat digunakan untuk menentukan presentase peringkat siswa. guru
kemudian mengumumkan kelompok yang menang. Masing-masing tim akan
mendapat sertifikat atau penghargaan apabila skor rata-rata memenuhi
kriteria yang ditentukan
e. Persiapan Model Teams Games Tournement
Persiapan-persiapan yang dilakukan sebelum melaksakaan TGT meliputi
pembuatan materi, menempatkan siswa dalam tim dan menempatakan siswa pada
meja turnamen awal.
10. Tinjauan, Tujuan dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran Fikih
Mata palajaran fikih di Madrasah Ibtidaiyyah merupakan salah satu mata pelajaran
PAI yang mempelajari tentang fikih ibadah, terutama menyangkut pengenalan dan
pemahaman tentang cara-cara pelaksanaan rukun islam dan pembiasaannya dalam
kehidupan sehari-hari , serta fikih muamalah yag menyangkut pengenalan dan
pemahaman sederhana mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang
halal dan haram, khitan, kurban serta tatacara pelaksanaan jual beli dan pinjam
menminjam. Secara substansional mata pelajaran fikih di Madrasah Ibtidaiyyah
adalah untuk mempraktikan dan menerapkan hukum islam dalam kehidupan sehari-
hari sebagai perwujudan keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan
manusia dengan Allah Swt. dengan diri manusia itu sendiri, sesame manusia dan
makluk lainnya, maupun hubungan dengan lingkungannya
Tujuan Mata Pelajaran Fikih di Madrasah Ibtidaiyyah adalah untuk
membekali peserta didik agar dapat mengerahui dan memahami cara-caara
pelaksanaan hukum islam baik yang menyangkut aspek ibadah maupun muamalah
untuk dijadikan pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan social. Dan
melaksanakan dan mengalamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar dan baik
sebagai perwujudan dari ketaatan dan menjalankan ajaran agama Islam baik dalm
hubungannya dengan Allah Swt. dengan diri manusia itu sendiri, sesame manusai,
dan makhluk lainnya, maupun hubugan dengan lingkungannya.
Ruang lingkup mata pelajaran Fikih di Madrasah Ibtidaiyyah meliputi fikih ibadah,
yang menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang tatacara pelaksanaan rukin
islam yang benar dan baik, seperti tatacara thaharah, shalat, puasa, zakat, dan ibadah
haji. Dan fikih muamalah yang menyangkut pengenalan dan pemahaman mengenai
ketentuan tentang makanan dan minuman halal dan haram, khitan, serta tatacar
pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam
B. PENELITIAN TERDAHULU
Penting untuk merujuk pada penelitian terdahulu, berikut adalah beberapa contoh penelitian
terdahulu yang dapat menjadi rujukan dalam ptk ini :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Fitriyatul Indanis yang berjudul “ Peningkatan Hasil Belajar
Fikih Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tornament (TGT) Pada
Siswa Kelas IV MI Misbahul Huda Probolinggo “.
Latar belakang penelitian Fitriyatul berawal dari pembelajaran Fiqih yang membosankan
dan kurang menarik. Apalagi siswa cenderung malas membaca buku dan selalu sering
mengerjakan PR di dalam kelas. Kemampuan kompetensi dasar siswa dalam menyebutkan
syarat sah dan syarat wajib shalat kurang baik, dengan nilai 28% di bawah KKM. Banyak
siswa yang kurang tertarik pada materi tersebut, sehingga siswa mengalami penurunan
hasil belajar karena kurangnya interaksi antara guru dan siswa. Peneliti mencoba
menerapkan media pembelajaran TGT untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan model kooperatif tipe
TGT dalam meningkatkan hasil belajar fiqih materi syarat sah dan syarat wajib sholat siswa
kelas IV MI Misbahul Huda dan bagaimana peningkatan hasil belajar fiqih materi
syarat sah dan syarat wajib sholat siswa kelas IV MI Misbahul Huda sesudah
menggunakan model kooperatif tipe TGT. Persamaan penelitian penulis dengan
penelitain Fitriyatul Indanis adalah pada model pembelajaran yang akan dijadikan
sasaran penelitian, sedangkan perbedaannya adalah dalam pemilihan meteri pelajaran.
Pada penelitian Fitriyatul menggunakan materi Syarat sah dan syarat wajib sholat,
sedangkan pada penelitian penulis menggunakan materi tentang kurban. Hasil penelitian
yang dilakukan penulis adalah siklus 1 sebesar 52,38 (cukup) sedangkan pada siklus 2
menjadi 80,7 (baik). Hasil observasi pada aktivitas siswa meningkat dari siklus 1 sebesar
25 (kurang) sedangkan pada siklus 2 menjadi 85 (baik). Penerapan model TGT yang disertai
dengan tindakan guru yang maksimal dalam membimbing siswa lebih efektif, karena hasil
yang didapatkan lebih meningkat. Terdapat peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran
FIQIH materi syarat sah dan syarat wajib shalat di kelas IV MI Misbahul Huda
Probolinggo dengan menerapkan model TGT terbukti dapat meningkatkan hasil belajar
siswa. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan hasil belajar pada setiap siklusnya.
Pada pra siklus nilai rata-rata siswa 65,95 dengan persentase ketuntasan 28%. Pada siklus
1 nilai rata-rata yang didapatkan siswa 6,9(cukup) dengan persentase ketuntasan 52,38%,
sedangkan nilai rata- rata siswa pada siklus 2 diperoleh 8,4(baik) dengan persentase
ketuntasan 90,47%
2. Penelitian dari Nazamim yang berjudul “ Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa
Kelas V MI Ma’arif Kediwung Dlingo Bantul “
Penelitian ini dilatar belakangi karena rendahnya prestasi belajar siswa karena model
pembelajaran yang diterapkan oleh guru tidak efektif. Model pembelajaran yang digunakan oleh
guru masih bersifat konvensional dimana siswa selalu dikondisikan hanya mendengar, melihat dan
mencatat. Hal ini menjadikan kurangya kerjasama antar siswa sehingga membuat suasana kelas
menjadi tidak kooperatif dalam proses pembelajarannya. Peneliti melihat permasalahan tersebut
menjadi salah satu penghambat proses pembelajaran yang dihadapi oleh guru dan siswa selama
ini. Untuk mengatasi masalah tersebut diadakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk
memeperbaiki proses pembelajaran yang dirasakan masih kurang. Proses pembelajaran ini
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) yang
diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran Matematika di MI
Ma’arif Kediwung Dingo. Berdasarkan Berdasarkan analisis data dengan ukuran nilai rata-rata
kelas (mean) dan penilaian dengan standard skala 1-100, diperoleh data pada post test siklus
I nilai yang tuntas KKM mencapai 13 (87%) dengan nilai rata-rata kelas 66,4. Pada siklus II
terjadi peningkatan yang sangat signifikan. Nilai yang tuntas KKM mencapai 15 (100%) dengan
nilai rata-rata kelas 84,1. Maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT) ini dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa dalam pembelajaran Matematika Kelas V MI Ma’arif Kediwung Tahun Pelajaran
2012/2013. Prestasi meningkat dari rendah menjadi sangat tinggi
Dari merujuk pada penelitian terdahulu, perlu diperhatikan relevansi penelitian tersebut dengan
konteks dan tujuan PTK yang sedang dilakukan. Hasil-hasil penelitian ini dapat memberikan
pemahaman yang lebih baik tentang strategi dan pendekatan yang efektif dalam meningkatkan
pembelajaran mata pelajaran fikih di Madrasah Ibtidaiyyah
C. HIPOTESIS
Dari uraian diatas, maka peneliti mempunyai dugaan yang nantinya perlu dibuktikan, yaitu :
Dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament dapat
meningkatkan hasil belajar Siswa Mata pelajaran Fikih Ibadah Kelas IV MI Assholahiyyah
Warungkondang Cianjur
BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas atau dikenal dengan class
Action Research (CAR). Penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian dan pemilihan
tentang variable yang dimanipulasiakn dan dapat digunakan untuk melakukan perbaikan.
Menurut Carr dan Kemmis seperti yang dikutip oleh Siswojo Hardjodipuro, dikatakan
bahwa yang dimaksud dengan istilah PTK adalah bentuk refleksi diri yang dilakukan oleh
para partisipan (guru, peserta didik atau kepala sekolah) dalam situasi-situasi social
(termasuk Pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran Pendidikan yang
dilakukan, pengertian mengenai parktik-praktik ini dan situasi tempat praktik-praktik ini
dilaksanakan
Lebih lanjut, dijelaskan oleh Harjodipuro bahwa PTK adalah suatu pendekatan untuk
memperbaiki pendidikan melalui perubahan, dengan mendorong para guru untuk
memikirkan praktik mengajarnya sendiri, agar kritis terhadap praktik tersebut dan agar mau
untuk merubahnya. PTK bukan sekedar mengajar, PTK mempunyai makna sadar dan kritis
terhadap terhadap mengajar dan menggunakan kesadaran kritis terhadap dirinya sendiri
untuk bersiap terhadap proses perubahan.
PTK ini juga mendorong guru untuk bertindak dan berpikir kritis dalam
mengembangkan teori dan rasionalitas bagi mereka sendiri, dan bertanggung jawab
mengenai pelaksanaan tugasnya secara professional
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud PTK adalah
suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti,
sejak disusunnya suatu perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan nyata didalam kelas
yang berupa belajar mengajar untuk memperbaiki suatu kondisi pembelajaran yang
dilakukan. Sementara itu, pelaksanaan PTK diantaranya untuk meningkatkan kualitas
pendidikan atau pengajaran yang dilaksanakan oleh guru itu sendiri, yang dampaknya
diharapkan tidak ada lagi permasalahan yang mengganjal dikelas.
B. VARIABEL PENELITIAN
1. Variable Independen
Metode Pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament : variabel independen
adalah metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini. Metode Teams
Games Tournament adalah kegiatan pembelajaran yang melibatkan belajar kelompok
para peserta didik dengan metode bermain games. Variable ini akan dimanipulasi oleh
peneliti untuk melihat pengaruhnya terhadap pemahaman peserta didik tentang tatacara
mandi wajib setelah haid dan ihtilam
2. Variabel Dependen
Pemahaman Peserta Didik Tentang Tatacara Mandi Wajib Setelah Haid dan Ihtilam :
variabel dependen adalah tingkat pemahaman siswa mengenai tatacara mandi wajib
setelah haid dan ihtilam setelah mengikuti pembelajaran dengan metode kooperatif
Teams Games Tournament. Pemahaman peserta didik dapat diukur melalui tes, tugas
tulis atau instrument penilaian lain yang sesuai.
3. Variabel Kontrol
a. Materi pembelajaran : variabel ini mengacu kepada isi pembelajaran yang diberikan
kepada peserta didik tentang tatacara mandi wajib setelah haid dan ihtilam. Materi
pembelajaran harus konsisten dan seragam untuk semua kelompok dan individu
dalam penelitian
b. Metode pembelajaran tradisional : variabel ini meliputi metode pembelajaran yang
biasa di gunakan didalam kelas ketika pembelajaran, seperti metode ceramah atau
penugasan individu. Variabel ini dijadikan sebagai pembanding dengan metode
Teams Games Tournament untuk mengevaluasi efektivitasnya
c. Karakteristik peserta didik : variabel ini meliputi factor-faktor seperti latar belakang
social-ekonomi, kecerdasan dan kemampuan berbahasa siswa. Karakteristik peserta
didik perlu diperhatikan agar tidak menjadi factor penggangu dalam penelitian
Dalam penelitian ini, variabel independent (metode Teams Games Tournament) akan
diterapkan pada kelompok eksperimen, sedangkan kelompok control akan
menggunakan metode pembelajaran tradisional. Setelah periode pembelajaran,
pemahaman peserta didik tentang tatacara mandi wajib setelah haid dan ihtilam ini
akan diukur dan dibandingkan antara kelompok eksperimen dan kelompok control
untuk melihat apakah penggunaan metode Teams Games Tournament dapat
meningkatkan pemahaman peserta didik
2. Tahap Perencanaan
Beberapa Persiapan yang diperlukan untuk melaksanakan siklus antara lain :
a. Membuat Modul Ajar dengan metode pendekatan saintifik pada materi
Mandi Wajib Setelah Haid dan Ihtilam
b. Mempersiapkan media pembelajaran yang akan digunakan
c. Mempersiapkan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
d. Membuat lembar observasi guru dan lembar observasi siswa yang digunakan
untuk mengamati aktifitas guru dan siswa dalam pembelajaran
3. Tahap pelaksanaan kegiatan
a. Kegiatan pendahuluan
1. Guru memasuki ruangan, memberi salam, berdoa bersama siswa dan
mengecek kehadiran siswa
2. Guru melakukan apersepsi untuk pembelajaran sebelumnya
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
4. Guru menyanyikan lagu “Garuda Pancasilla” dalam rangka penguatan
P5-PPRA
b. Kegiatan inti
1. Siswa menganalisis infografis yang disediakan guru
2. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa terkait infografis yang
sulit dipahami
3. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk berdiskusi
4. Guru membagikan LKPD pada setiap kelompok
5. Siswa berdiskusi dan membahas persoalan yang tertera dalam LKPD
6. Siswa mempresentasikan hasil diskusi
7. Guru memberikan penguatan tentang hasil diskusi
8. Guru dan siswa menyimpulkan hasil diskusi
c. Kegiatan Penutup
1. Guru menjelaskan kembali materi yang dirasa belum jelas oleh siswa
2. Guru memberikan lembar post test sebagai evaluasi pembelajaran
3. Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran yang telah dilaksanakan
4. Guru menutup pembelajaran dengan doa dan salam
d. Kegiatan evaluasi
Kegiatan evalusi dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa. Pada tahap
ini peneliti memberikan soal post test pra siklus untuk dikerjakan oleh siswa
setelah tindakan (pra siklus) dapat dilihat pada tael 4.1
Tabel 4.1
No Nama Siswa KKM Skore Tuntas Tidak
tuntas
1 Muhammad Afrar Ziyan 75 66
2 Muhammad Al Fatih 75 68
3 Muhammad Alif AlFurqon 75 75
4 Muhammad Daffa De-Zaki 75 78
5 Muhammad Ilyas 75 55
6 Muhammad Rojab Akbar 75 23
7 Muhammad Yusuf Suryadi 75 57
8 Nafisa Azzahra Andriyana 75 75
9 Naira Safharotu Nadhifah 75 76
10 Nayla Andita Zahra 75 85
11 Nayla Nurul Qolbi 75 50
12 Nuraulia 75 50
13 Raisa Sri Suryana 75 55
14 Razib Azzikro 75 55
15 Rifa’I Sehabudin 75 55
16 Rifan Setiawan 75 45
17 Sabrina Kanza Aulia 75 50
18 Sarah Maudy Ibrahim 75 55
19 Siti Riamah Aulia 75 45
20 Muhammad Rifki Kemal 75 50
Tertinggi 85
Terendah 23
Rata-rata 58,40
Persentase Ketuntasan 25%
Dari hasil evaluasi menunjukan bahwa tingkat penguasaan siswa terhadap
tujuan pembelajaran belum juga tercapai, karena baru 25% siswa mendapat
nilai diatas KKM
B. Tahapan Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Beberapa perencanaan yang diperlukan untuk melakasanakan siklus I antara
lain :
1. Membuat modul ajar dengan metode Kooperatif tipe teams games
tornament yang akan digunakan sebagai acuan peneliti dalam
pelaksanaan pembelajaran
2. Menyiapkan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
3. Menyusun soal dan kartu soal untuk games dan tournament
4. Menyiapkan dan menyusun lembar observasi tentang kegiatan
pembelajaran dan kegiatan belajar siswa
5. Menyiapkan kamera untuk mendokumentasikan kegiatan selama
proses belajar mengajar berlangsung
6. Mempersiapkan soal pretest dan post test untuk siswa
b. Pelaksanaan Tindakan
Tahap ini dilaksanakan sesuai modul ajar yang sudah disusun dan disiapkan
sebelumnya oleh peneliti. Pada pertemuan ini membahas tentang “ pengertian
dan tatacara mandi wajib setelah haid dan ihtilam”
Berikut tahapan pelaksanaannya :
a). Kegiatan pendahuluan
1. Guru memasuki ruangan, memberi salam, berdoa bersama siswa dan
mengecek kehadiran siswa
2. Guru melakukan apersepsi dan motivasi agar siswa semangat
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
4. Guru menyanyikan lagu “Garuda Pancasilla” dalam rangka penguatan
P5-PPRA
b). Kegiatan inti
1. Siswa menganalisis infografis yang disediakan guru
2. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa terkait infografis yang
sulit dipahami
3. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk
berdiskusi
4. Guru membagikan LKPD pada setiap kelompok
5. Siswa berdiskusi dan membahas persoalan yang tertera dalam
LKPD
6. Siswa melaksanakan games dan tournament secara berkelompok
dan guru menjelaskan aturan dalam games tersebut
7. Guru memberikan reward untuk kelompok yang memperoleh
skore tertinggi
8. Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran dalam games
dan tournament yang dilakasanakan
c). Kegiatan Penutup
1. Guru menjelaskan kembali materi yang dirasa belum jelas oleh siswa
2. Guru memberikan lembar post test sebagai evaluasi pembelajaran
3. Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran yang telah
dilaksanakan
4. Guru menutup pembelajaran dengan doa dan salam
d). Kegiatan evaluasi
Kegiatan evalusi dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa. Pada
tahap ini peneliti memberikan soal post test siklus I untuk dikerjakan oleh
siswa setelah tindakan (Siklus I) dapat dilihat pada tabel 4.2
Tabel 4.2
No Nama Siswa KKM Skore Tuntas Belum
Tuntas
1 Muhammad Afrar Ziyan 75 70
2 Muhammad Al Fatih 75 75
3 Muhammad Alif AlFurqon 75 80
4 Muhammad Daffa De-Zaki 75 80
5 Muhammad Ilyas 75 77
6 Muhammad Rojab Akbar 75 50
7 Muhammad Yusuf Suryadi 75 55
8 Nafisa Azzahra Andriyana 75 80
9 Naira Safharotu Nadhifah 75 85
10 Nayla Andita Zahra 75 90
11 Nayla Nurul Qolbi 75 70
12 Nuraulia 75 70
13 Raisa Sri Suryana 75 75
14 Razib Azzikro 75 80
15 Rifa’I Sehabudin 75 75
16 Rifan Setiawan 75 70
17 Sabrina Kanza Aulia 75 75
18 Sarah Maudy Ibrahim 75 75
19 Siti Rabiah Uzda Shafiyya 75 75
20 Siti Wafi Huriyyah 75 80
Tertinggi 90
Terendah 50
Rata-rata 74,35
Persentase 70%
Dari hasil evaluasi menunjukan bahwa tingkat penguasaan siswa terhadap
tujuan pembelajaran sudah mulai meningkat, karena sudah mencapai 70%
siswa mendapat nilai diatas KKM
c. Hasil Pengamatan
Tahapan ini dilaksanakan selama proses pembelajaran dikelas
berlangsung, dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat.
Dalam penelitian ini bekerjasama dengan dua observer, yaitu observer
pertama (wali kelas IV) yang bertindak mengamati aktifitas pengajar
apakah sudah menerapkan model pembelajaran kooperatif learning tipe
TGT (Teams Games Tournament), sedangkan observer kedua mengamati
partisipasi siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Selain itu
pengajar sudah menerapkan pembelajaran kooperatif tipe TGT sesuai
modul ajar yang telah disusun sebelumnya. Lembar observasi disusun dan
disesuaikan prinsip pembelajaran ini. Hasil lembar observasi aktifitas
siswa pada siklus pertama menunjukan bahwa hampir seluruh (81,81%)
siswa baik dalam melakukan aktifitas pembelajaran menggunakan model
teams games tournament.
d. Refleksi
Setelah siklus pertama selesai, peneliti bersama teman sejawat mengolah dan
mendiskusikan hasil lembar observasi (baik observasi terhadap partisipasi
siswa maupun terhadap aktifitas guru dalam menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT) dan hasil post test siklus I. partisipasi siswa ditunjukan
dengan jumlah nilai rata-rata partisipasi siswa yakni 81,81% berada pada
kategori “ sangat baik” yakni terletak pada rentang skor 86-100%.
Berdasarkan hasil post test siklus I baru ada 14 siswa yang tuntas (mendapat
nilai lebih dari 75) sehingga ketuntasan belajar baru mencapai 70% dari total
jumlah siswa. Disamping itu rata-rata kelas baru mencapai 74, 35. Hasil
tersebut tentu saja belum mencapai target yang sudah ditetapkan sebelumnya
dan menunjukan bahwa siklus I masih terdapat kekurangan. Kekurangan
pada siklus I berasal dari pihak guru dan siswa, maka perlu diperbaiki pada
siklus II.
C. Tahapan Siklus II
a. Tahap Perencanaan
Beberapa perencanaan yang diperlukan untuk melakasanakan siklus I antara
lain :
1. Membuat modul ajar dengan metode Kooperatif tipe teams games
tornament yang akan digunakan sebagai acuan peneliti dalam
pelaksanaan pembelajaran
2. Menyiapkan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
3. Menyusun soal dan kartu soal untuk games dan tournament
4. Mengefektifkan penggunaan waktu dengan membatasi waktu
mengerjakan diskusi
5. Menyederhanakan tugas diskusi dan merencanakan implementasi
waktu dengan dengan baik
6. Menyiapkan reward bagi kelompok terbaik dan 3 siswa dengan nilai
post test tertinggi
7. Mempersiapkan soal post test untuk siswa
8. Guru membentuk kelompok baru untuk siklus II ini secara heterogeny
berdasarkan hasil post test siklus I
b. Pelaksanaan Tindakan
Tahap ini dilaksanakan sesuai modul ajar yang sudah disusun dan disiapkan
sebelumnya oleh peneliti. Pada pertemuan ini membahas tentang “ pengertian
dan tatacara mandi wajib setelah haid dan ihtilam”
Berikut tahapan pelaksanaannya :
a). Kegiatan pendahuluan
1. Guru memasuki ruangan, memberi salam, berdoa bersama siswa dan
mengecek kehadiran siswa
2. Guru melakukan apersepsi dan motivasi agar siswa semangat
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
4. Guru menyanyikan lagu “Garuda Pancasilla” dalam rangka penguatan
P5-PPRA
b). Kegiatan inti
1. Siswa menganalisis infografis yang disediakan guru
2. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa terkait infografis yang sulit
dipahami
3. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok secara heterogen
berdasarkan nilai post tesr pada siklus I
4. Guru membagikan LKPD pada setiap kelompok
5. Siswa berdiskusi dan membahas persoalan yang tertera dalam LKPD
6. Siswa melaksanakan games dan tournament secara berkelompok dan guru
menjelaskan aturan dalam games tersebut
7. Guru memberikan reward untuk kelompok yang memperoleh skore
tertinggi dan untuk 3 siswa dengan nilai post test tertinggi
8. Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran dalam games dan
tournament yang dilakasanakan
c). Kegiatan Penutup
1. Guru menjelaskan kembali materi yang dirasa belum jelas oleh siswa
2. Guru memberikan lembar post test sebagai evaluasi pembelajaran
3. Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran yang telah
dilaksanakan
4. Guru menutup pembelajaran dengan doa dan salam
d). Kegiatan evaluasi
Kegiatan evalusi dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa. Pada
tahap ini peneliti memberikan soal post test siklus II untuk dikerjakan
oleh siswa setelah tindakan (siklus II) dapat dilihat pada tabel 4.3
Tabel 4.3
No Nama Siswa KKM Skore Tuntas Belum
Tuntas
1 Muhammad Afrar Ziyan 75 85
2 Muhammad Al Fatih 75 88
3 Muhammad Alif AlFurqon 75 85
4 Muhammad Daffa De-Zaki 75 85
5 Muhammad Ilyas 75 85
6 Muhammad Rojab Akbar 75 60
7 Muhammad Yusuf Suryadi 75 78
8 Nafisa Azzahra Andriyana 75 85
9 Naira Safharotu Nadhifah 75 85
10 Nayla Andita Zahra 75 95
11 Nayla Nurul Qolbi 75 90
12 Nuraulia 75 80
13 Raisa Sri Suryana 75 75
14 Razib Azzikro 75 85
15 Rifa’I Sehabudin 75 75
16 Rifan Setiawan 75 88
17 Sabrina Kanza Aulia 75 85
18 Sarah Maudy Ibrahim 75 80
19 Siti Rabiah Uzda Shafiyya 75 90
20 Siti Wafi Huriyyah 75 95
Tertinggi 95
Terendah 60
Rata-rata 83,75
Persentase Ketuntasan 95%
Dari hasil evaluasi menunjukan bahwa tingkat penguasaan siswa terhadap
tujuan pembelajaran sudah sangat meningkat, karena sudah mencapai 95%
siswa mendapat nilai diatas KKM
c. Hasil Pengamatan
Tahapan ini dilaksanakan selama proses pembelajaran dikelas berlangsung,
dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Dalam penelitian
ini bekerjasama dengan dua observer, yaitu observer pertama (wali kelas IV)
yang bertindak mengamati aktifitas pengajar apakah sudah menerapkan
model pembelajaran kooperatif learning tipe TGT (Teams Games
Tournament), sedangkan observer kedua mengamati partisipasi siswa selama
mengikuti proses pembelajaran. Selain itu pengajar sudah menerapkan
pembelajaran kooperatif tipe TGT sesuai modul ajar yang telah disusun
sebelumnya. Lembar observasi disusun dan disesuaikan prinsip pembelajaran
ini. Hasil lembar observasi aktifitas siswa pada siklus pertama menunjukan
bahwa hampir seluruh (90,90%) siswa baik dalam melakukan aktifitas
pembelajaran menggunakan model teams games tournament. Observasi
terhadap aktifitas guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT menunjukan bahwa guru telah menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT dengan sangat baik
d. Refleksi
Setelah siklus II selesai, peneliti bersama teman sejawat mengolah dan
mendiskusikan hasil lembar observasi (baik observasi terhadap partisipasi
siswa maupun terhadap aktifitas guru dalam menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT) dan hasil post test siklus II. Terdapat 19 siswa yang
tuntas (mendapat nilai lebih dari 75) sehingga ketuntasan belajar mencapai
95 % dari total jumlah siswa. Dan nilai rata-rata kelas baru mencapai 83, 75.
Observasi terhadap partisipasi siswa menunjukan peningkatan, observasi
terhadap aktifitas guru dalam menerapkan model kooperatif tipe TGT
menunjukan bahwa guru telah menerapkan model tersebut. Dengan demikian
target dalam penelitian ini sudah tercapai sehingga penelitian berhenti sampai
di siklus Ii
D. Pembahasan
Sebagaimana yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah yang akan
dibahas dalam pembahasan ini adalah mengenai upaya meningkatkan hasil belajar
fikih ibadah siswa kelas IV MI Assholahiyyah Warungkondang Cianjur dengan
metode pembelajaran kooperatif tipe TGT. Berikut rangkuman data yang tertuang
dalam tabel menunjukan dinamika pada siklus I dan siklus II
Pada hasil pelaksaan siklus I menunjukan adanya peningkatan hasil
belajar fikih ibadah siswa kelas IV MI Assholahiyyah Warungkondang . Skor rata-
rata hasil belajar fikih siswa pada siklus I adalah 74, 35. Nilai tertinggi pada siklus
adalah 90 dan nilai terendah adalah 50. Siswa yang mendapatkan nilai tertinggi
adalah siswa yang aktif dalam semua kegiatan, mulai dari saat memperhatikan
pendalaman materi, diskusi kelompok dan games. Selain itu, siswa tersebut sering
bertanya apabila ada hal-hal atau ada materi yang belum dimengerti. Sedangkan
siswa yang mendapat nilai terendah, yaitu nilai 50 dikarenakan siswa tersebut kurang
aktif dalam proses pembelajaran dengan menerapkan model kooperatif tipe TGT.
Mulai dari proses pendalaman materi, siswa tersebut justru berbicara dengan teman
yang duduknya berdekatan, asik sendiri dengan benda yang ada dihadapannya.
Selain itu, siswa tersebut kurang aktif dalam kegiatan diskusi, kurang bersemangat
dan kurang paham dalam pelaksanaan games, dan siswa tersebut memang belum
paham tentang model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Selain itu, dari pihak
keluarga terutama kedua orangtuanya kurang memperhatikan siswa tersebut,
orangtua terlalu sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Dalam hal ini, keluarga
menjadi salah satu factor yang mempengaruhi prestasi belajar anak. Seperti yang
dikemukakan oleh Slameto bahwa factor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
antara lain : factor internal (factor jasmaniah, psikologo dan kelelahan) dan factor
eksternal (factor keluarga , sekolah dan lingkungan masyarakat). Apabila dilihat dari
ketuntasan belajar siswa sebanyak 14 siswa (70%) dan siswa yang belum tuntas
sebanyak 6 siswa (30%) dari data siklus I, membuktikan adanya peningkatan hasil
belajar fikih siswa kelas IV dari kondisi awal sebesar 25 % yaitu dengan nilai rata-
rata tindakan sebesar 58, 40 menjadi 74,35. Peningkatan hasil belajar fikih ini
dikarenakan adanya ketertarikan siswa dalam menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT. Para siswa termotivasi untuk belajar, baik karena motivasi nilai,
interaksi belajar bersama teman-teman, adanya games maupun penghargaan (reward)
yang diberikan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Tindakan pada siklus II terdapat perubahan data yang diperoleh
menunjukan terata skore hasil belajar fikih 83, 75 dengan nilai tertinggi 95 dan nilai
terendah 60. Pada siklus II ini, dari 20 siswa 19 (95%) dinyatakan tuntas dan 1 siswa
(5%) dinyatakan belum tuntas. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari siklus I ke
siklus II mengalami peningkatan nilai rata-rata yaitu dari 74,35 menajdi 83, 75.
Sedangkan bila dibandingkan pada saat sebelum tindakan (pra siklus), rata-rata nilai
kondisi awal 58,40 menjadi 83,75. Tindakan yang dilakukan pada siklus I dan II ini
membuktikan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games
Tournament) dapat meningkatkan hasil belajar fikih iadah kelas IV MI
Assholahiyyah Warungkondang. Pelaksanaan dan penerapan pembelajaran dengan
menggunakan model kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar fikih
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas dengan judul Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Fikih Ibadah Melalui Metode Kooperatif Tipe Teams
Games Tournament (TGT) Kelas IV MI Assholahiyyah Warungkondang Tahun
Ajaran 2023/2024. Kegiatan pembelajaran pada prasiklus mencapai 25% dengan
nilai rata-rata 58,40. Siklus I mencapai 70% dengan nilai rata-rata 74,35. Pada siklus
II siswa mencapai 95% dengan nilai rata-rata 83,75. Dari hal ini peneliti mengamati
hasil evaluasi pada siklus II ternyata siswa sudah menunjukan peningkatan yang
sangat signifikan tingkat keberhasilan sudah mencapai 95% dari beberapa usaha
yang dilakukan guru ternyata siswa ada peningkatan meskipun tidak signifikan akan
tetapi sudah memenuhi nilai standar KKM 75 dan memenuhi target yang ditetapkan
oleh peneliti yaitu 75.
DAFTAR PUSTAKA
Ansori, Mohammad, Peneliti Tindakan Kelas, Bandung : CV Wacana Prima, 2009 Asep, Jihad dan
Depdiknas, Rambu-rambu Penetapan Ketuntasan Belajar Minimum dan Analisis Hasil Pencapaian
Standar Ketuntasan Belajar, Jakarta; 2004.
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009
Huda, Miftahul, Cooperative Learning, Metode, Model, Teknik, sturuktur, dan Model
Terapan, Togyakaeta : Pustaka Belajar, 2011
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2005
Shoimin, Aris 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Yogyakarta : AR-
Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2009, Cet. 14.
Cara Belajar Siswa AKtif dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 1989
Thobroni, Muhammad dan Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran Pengembangan Wacana
Winataputra, Udin S dkk, Strategi Belajar Mengajar Jakarta: Universitas Terbuka, 2008
Hj, Zurinal Z, Aminudin, Fiqh Ibadah, Jakarta : Lembaga Peneliti UIN, 2008
Lukman Zain, Pembelajaran Fiqih, Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen
Agama RI 2009
Foto Dokumentasi Pelaksanaan Pembelajaran
Metode Kooperatif Tipe Teams Games Tournament
1. Siklus I
2. Siklus II