Anda di halaman 1dari 16

LAPSUS

Pengaruh Gigi Hilang


Terhadap Sendi
Temporomandibular (TMJ)

Intan Dwi Fikriyanti


2017.07.2.0037

http://www.free-powerpoint-templates-design.com
PENDAHULUAN

Sistem mastikasi merupakan suatu unit


fungsional dalam pengunyahan yang terdiri dari Temporomandibular merupakan sendi
beberapa komponen yaitu sendi yang memiliki suatu fungsi terhadap
temporomandibular, gigi geligi beserta struktur pergerakan membuka dan menutup rahang,
pendukungnya, otot-otot penguyahan, dan mengunyah dan berbicara, yang letaknya
sistem saraf. berada dibawah depan telinga. Gangguan
Kehilangan gigi merupakan salah satu pada sendi temporomandibular dapat
masalah pada kesehatan gigi dan mulut yang menyebabkan keluhan berupa rasa nyeri
dapat menyebabkan kondisi-kondisi seperti saat membuka mulut, menutup mulut, dan
migrasi gigi menuju daerah yang tak bergigi, mengunyah. Timbulnya bunyi sendi adalah
terganggunya fungsi mastikasi berupa salah satu tanda kelainan pada sendi
mengunyah pada salah satu sisi saja, resorpsi temporomandibular. Gejala yang paling
tulang alveolar pada daerah yang tak bergigi, sering ditemukan yaitu adanya suara pada
dan kehilangan dimensi vertikal oklusi serta saat sendi temporomandibular bergerak atau
gangguan pada sendi temporomandibular . disebut dengan clicking.
KASUS DAN PENATALAKSANAAN

Seorang laki-laki berusia 50 tahun datang ke rumah


sakit Nala Husada dengan keluhan ingin membersihkan
karang gigi, gigi depan rahang atas hilang dikarenakan
goyang, gigi depan dan belakang pada rahang atas dan

KASUS rahang bawah goyang, gigi belakang kanan kiri rahang atas
dan rahang bawah hilang. Pada pemeriksaan klinis,
keadaan umum baik. Pada pemeriksaan ekstra oral
terdapat clicking pada sendi temporomandibular (TMJ).
Pemeriksaan intraoral didapatkan gigi 31,32 goyang 1°, gigi
27,41 goyang 2°, gigi 12, 34,42 goyang 3°, gigi anterior
rahang bawah atrisi.
FOTO Tampak missing teeth 11, 21, 22
Gigi 12,31,32,33 goyang 2°
Tampak missing teeth 16,17

INTRAORAL

Tampak missing teeth 25, 27 Tampak missing teeth 36,37,44,45,47


Gigi 26 goyang 2° Sisa akar gigi 46
PEMERIKSAAN
INTRAORAL
FOTO
RADIOGRAFI
Regio anterior kanan RA Regio anterior RB

Ronggenologis:

- Terputusnya lamina dura dan resorbsi


alveolar crest 432 47
321 12345
 
- Pelebaran ligamen periodontal 2 Regio posterior kiri RA dan RB
21 12
 
Penatalaksanaan Kasus
Fase I:
- Dental Health Education (DHE)
- Scaling rahang atas dan rahang bawah\
Diagnosis
Periodontitis kronis - Root planing 5432 347
disertai mucogingival deformities and 321 12345
and conditions on edentulous edge
432 47 - Splinting 7
21
321 12345 
- Pro bedah mulut (ekstraksi) 2
6 4
Etiologi - Pro ortodonti
- Bakteri plak
- Kalkulus Fase II:
Kuretase 543 347
3 1245

Fase III:
Pro prosthodontia 7621 1256
7654 467
Fase IV: Maintenance
PEMBAHASAN
Kehilangan Gigi
Kehilangan gigi disebut juga edentulous dalam istilah kedokteran gigi. Kondisi ini dapat
menyebabkan rasa tidak nyaman sehingga dapat mengganggu kegiatan sehari-hari seperti bicara,
makan, minum, sosialisasi dan rasa percaya diri. Kehilangan gigi merupakan masalah yang dapat
mempengaruhi fungsi pengunyahan dan fungsi sendi temporomandibular.

Etiologi Kehilangan Gigi


1. Karies
Karies awal nyeri ringan bakteri sampai jaringan pulpa pulpitis (nyeri berdenyut) terjadi
terus menerus tanpa perawatan kematian pulpa abses gigi tidak bisa dipertahankan
(ekstraksi)
2. Penyakit Periodontal
Penyakit periodontal dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu gingivitis dan periodontitis.
Gingivitis merupakan inflamasi pada jaringan lunak sekeliling gigi tanpa adanya kerusakan tulang.
Apabila peradangan ini dibiarkan dapat berlanjut menjadi periodontitis . Periodontitis adalah penyakit
inflamasi yang mempengaruhi jaringan periodontal yaitu jaringan yang mengelilingi serta mendukung
gigi dan melibatkan hilangnya tulang alveolar di sekitar gigi secara progresif. Apabila periodontits tidak
diobati maka dapat menyebabkan melonggarnya perlekatan jaringan ikat dan hilangnya gigi.

3. Trauma
Kehilangan gigi yang disebabkan oleh trauma banyak disebabkan benturan keras atau pukulan.
Terputusnya kontinuitas pada gigi dapat menyebabkan gigi mengalami nekrosis pada jaringan
periodontal sehingga berpotensi terjadinya infeksi dan apabila tidak dilakukan perawatan dapat berlanjut
menjadi kehilangan gigi.
Gangguan Sendi
Temporomandibular

Gangguan sendi temporomandibular merupakan


gejala dan tanda yang melibatkan otot mastikasi, sendi
temporomandibular atau keduanya. Gejala dan tanda
utama dari gangguan sendi temporomandibular adalah
nyeri wajah, nyeri otot pada palpasi, nyeri pada
pergerakan rahang, sakit kepala, rasa nyeri pada otot
masseter, sendi temporomandibular atau otot regio
temporalis, keterbatasan dalam membuka mulut, dan
terdapat bunyi klik atau krepitasi pada sendi
temporomandibular
Etiologi
1. Faktor yang dapat meningkatkan resiko
kelainan sendi temporomandibular disebut
"faktor predisposisi“.
Kehilangan gigi dapat menganggu kestabilan oklusi
sehingga dapat meningkatkan perubahan beban fungsional
pada sendi temporomandibular yang akan menyebabkan
perubahan patologis pada kondilus. Faktor Yang Mempengaruhi Gangguan
Sendi Temporomandibular:
2. Faktor yang menyebabkan awal munculnya
kelainan temporomandibular disebut
"faktor inisiasi" 1. Usia
faktor inisiasi adalah beban yang berlebihan pada sistem
pengunyahan dan trauma. 2. Jenis Kelamin

3. Faktor yang mengganggu penyembuhan atau


meningkatkan perkembangan kelainan temporomandibular
disebut "faktor perpetuasi”
Beberapa faktor yang termasuk faktor perpetuasi adalah faktor
tingkah laku (kebiasaan clenching, grinding), faktor emosional
(depresi dan kecemasan), dan faktor kognitif (pikiran dan sikap
negatif yang membuat penyembuhan penyakit semakin sulit
Pengaruh Kehilangan Gigi Dengan Tingkat
Keparahan Gangguan Sendi Temporomandibular

Kehilangan gigi dapat berupa kehilangan gigi anterior maupun posterior, baik sebagian gigi atau seluruh gigi. Kehilangan gigi akan
menyebabkan kondisi-kondisi seperti migrasi gigi menuju daerah tak bergigi, gangguan fungsi mastikasi berupa mengunyah satu sisi, resorpsi tulang
alveolar pada daerah tak bergigi, kehilangan dimensi vertikal oklusi serta gangguan pada sendi temporomandibula.

Gigi anterior serta struktur anatomis dari sendi temporomandibula menentukan pergerakan mandibula sehingga kehilangan gigi anterior akan
menyebabkan perubahan pola gerakan mandibula. Kehilangan gigi posterior menyebabkan tekanan yang lebih besar pada sendi temporomandibula
akibat menggigit dengan menggunakan gigi anterior serta perubahan dimensi vertikal dan posisi distal mandibular

Oklusi yang baik dimana mandibula dapat bertranslasi tanpa hambatan oklusal saat terjadi gerakan fungsional terutama pada bagian posterior
sehingga penyaluran beban lebih merata. Kehilangan lebih dari tiga gigi posterior dalam satu lengkung rahang dapat mempengaruhi oklusi sehingga
dapat mengganggu sistem mastikasi. Kontak oklusal gigi posterior memiliki fungsi untuk menjaga stabilitas mandibula secara maksimal dan
meminimalkan tekanan pada masing-masing gigi, sehingga apabila terdapat kehilangan gigi posterior pada beberapa kuadran akan diikuti dengan
hilangnya kontak oklusal. Hilangnya kontak oklusal dapat menyebabkan ketidakseimbangan oklusi dikarenakan terganggunya kestabilan dalam
lengkung gigi. Struktur sendi akan menerima beban yang tidak merata dan apabila terjadi terus menerus dapat mengganggu sendi
temporomandibular sehingga tidak dapat berfungsi secara efektif
Sendi temporomandibular terdiri dari prosesus kondilus yaitu bagian yang bergerak dan berartikulasi dengan eminensia
artikularis yang membentuk aspek anterior dari fossa glenoidalis. Di antara struktur tulang tersebut terdapat meniscus artikularis
(diskus artikularis). Diskus artikularis ini adalah struktur yang terbentuk dari jaringan ikat fibrous yang avaskuler dan tanpa
adanya persyarafan. Sendi terdiri dari 2 kavitas yaitu superior yang terletak antara fossa madibula dan permukaan superior
diskus dan kavitas inferior yang terletak antara kondilus mandibula dan permukaan inferior diskus. Pada permukaan dalam
kavitas dikelilingi oleh lapisan sinovial dimana lapisan ini menghasilkan cairan sinovial dan mengisi kedua kavitas sendi.cairan
sinovial ini berfungsi sebagai lubrikan dan nutrisi untuk sendi. Jika terdapat perubahan pola oklusi atau hilangnya kontak oklusal,
pergerakan kondilus yang normal akan berubah dan bunyi clicking pada sendi dikarenakan resistensi pada viskositas cairan
sinovial meningkat dan robeknya serabut otot pterigoideus lateralis.
KESIMPULAN
Kehilangan gigi dan malposisi dapat menyebabkan perubahan keseimbangan sehingga
mengakibatkan ketidakharmonisan oklusi dan mengganggu keseimbangan gigi geligi yang masih
tersisa. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan pada sendi temporomandibular.

Pada kasus yang dialami pasien, diketahui pasien memiliki kondisi kehilangan gigi posterior
kanan kiri pada rahang atas dan rahang bawah. Dari anamnesis didapatkan bahwa kehilangan gigi
posterior dikarenakan gigi goyang dan karies yang tidak mendapatkan perawatan dan berubah
menjadi sisa akar sehingga diharuskan untuk dilakukan pencabutan pada gigi tersebut. Adapun
pasien kehilangan gigi anterior rahang atas 11,21,22 dikarenakan gigi goyang. Dari pemeriksaan
intraoral gigi anterior rahang atas dan rahang bawah goyang. Pada pemeriksaan ekstraoral
didapatkan pada pasien adanya bunyi klicking pada pemeriksaan sendi temporomandibular (TMJ).
Dengan dilakukan pencabutan pada gigi goyang 3° yang tidak dapat dipertahankan dan pembuatan
gigi tiruan pada kehilangan gigi diharapkan dapat mengurangi tekanan beban kunyah pada gigi
yang tersisa dan pasien nyaman dalam pengunyahan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Bader KA. 2015. Temporomandibular Disorders (TMD) in Edentulous Patients: A Review and Proposed Classification . Journal of
Clinical and Diagnostic Research: 9(4).
2. Carranza, F.A., Newman, M.G., Takel, H.H., dan Klokkevold, P.R. 2015. Carranza’s Clinical Periodontology 12th Edition.
Canada:Elsevier.
3. Dwipayanti Adilah Novarani, Parnaadjii R Rahardyan, Kriswaluyo. 2016. Hubungan Antara Kehilangan Gigi Posterior Dengan Kliking
Sendi Temporomandibular Berdasarkan Jenis Kelamin di Klinik Prostodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Jember. E-Jurnal
Pustaka Kesehatan, Vol 4 (no 3).
4. Gilang SW, Baehaqi M, Amalia R. 2015. Pengaruh kehilangan gigi posterior terhadap kualitas hidup individu lanjut usia studi terhadap
individu lanjut usia di unit rehabilitasi sosial pucang gading dan panti wredha harapan ibu semarang . Odonto Dent J; 2(1).
5. Gupta S, Gupta R, RajeevGarg. 2014. Partial Edentulism and Temporomandibular Joint Disorders . IOSR-JDMS; 13(12): 60-3.
6. Hasanah, Uswatun. 2018. Hubungan Jumlah dan Kuadran Kehilangan Gigi Posterior Dengan Tingkat Keparahan Gangguan Sendi
Temporomandibular Pasien RSGM USU. Fakultas Kedokteran Gigi Sumatera Utara, Medan.
7. Maulana, EGS. 2016. Faktor yang mempengaruhi kehilangan gigi pada usia 35-44 tahun di kecamatan juai kabupaten balangan tahun
2014. Dentino Dent: Vol 1(1).
8. Ning Novyan Abaraham, Syamsudin Endang, Fathurachman. 2016. Penatalaksanaan Dislokasi Sendi Temporomandibula Anterior
Bilateral. Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Bedah Mulut dan Maksilofasial, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Padjadjaran,
RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung, Jawa Barat, Indonesia. MKGK; 2(3): 120-125 .
9. Windriyatna, Erwan Sugianto, M. Th. Esti Tjahjanti. 2015. Pengaruh Kehilangan Gigi Posterior Rahang Atas Dan Rahang Bawah
Terhadap Gangguan Sendi Temporomandibula (Tinjauan Klinis Radiografi Sudut Inklinasi Eminensia Artikularis). J Ked Gi, Vol. 6: 315-
320.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai