Anda di halaman 1dari 9

Kontribusi Enterpreneurship

Terhadap Pembangunan Perekonomian

Ketua Kelompok: Dinda Ayu Ludfiana Safitri

Anggota Kelompok:
Nika Dwi Riyani
Atika Shinta Pratiwi

Fakultas Ilmu Komputer


Universitas Brawijaya
1.1 Pertumbuhan Ekonomi dan Enterprenurship

Negara dengan sejumlah penelitian menganalisis


pertumbuhan ekonomi berfokus pada peran Research and
Development (R&D). Banyak negara yang saat ini
menginvestasi sejumlah anggarannya pada R&D yang justru
mengakibatkan pertumbuhan ekonominya rendah bahkan
sama sekali nol. Dengan belanja R&D tidak selamanya
menjamin tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Schumpeter pada tahun 1934 menyatakan bahwa elemen
inti dari pertumbuhan ekonomi adalah kewirausahaan.
Pertumbuhan ekonomi dapat dicapai dengan sangat tinggi
apabila wirausaha dalam negara tersebut meningkat. Banyak
sekali situasi saat ini yang membedakan kesuksesan suatu
usaha sebagai roda penggerak perekonomian suatu negara.
Situasi tersebut diakibatkan karena kewirausahaan yang
banyak ditinggalkan dan bahkan sama seringkali di pandang
tidak diperhitungkan. Itu yang menjadikan faktor penting
dalam mengupayakan pertumbuhan ekonomi suatu negara.
1.2 Enterpreneruship Terhadap Pertumbukan Ekonomi

Kontribusi kewirausahaan dapat meningkatan output dan


pendapatan per kapita. Inovasi merupakan kunci dalam
mengembangkan produk maupun jasa baru dalam pasar yang
mampu menstimulasi investasi pada perusahaan-perusahaan
yang baru berdiri. Investasi sebagai modal dan hasil belanja
investasi memanfaatkan kapasitas output baru. Kewirausahaan
terakhir ini mengalami perkembangan cukup pesat di berbagai
negara. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan mendorong
praktik-praktik entrepreneurial yang mampu menciptakan
penemuan-penemuan produk dan jasa baru bagi komsumen.
Timmons dan Spinelli (2009) menggambarkan evolusi
kewirausahaan yang telah mengubah dunia dalam 40 tahun
terakhir ini ke dalam 4 bentuk transformasi entrepreneurial
kewirausahaan sebagai paradigma baru dalam manajemen,
kewirausahaan sebagai paradigma baru dalam pendidikan,
kewirausahaan sebagai paradigma baru dalam manajemen usaha
non-profit dan philanthropy, serta kewirausahaan sebagai
kurikulum dalam sekolah bisnis.
1.3 Pakar Konsep Enpreneruship Bicara

Individu yang belajar tentang kewirausahaan pasti


akan memiliki rasa keinginan untuk memulai usaha
sendiri, bahkan akan mendapat pendapatan 20-30%
lebih besar dibanding mempelajari bidang lain.
individu yang kemudian terlibat dalam berbagai
kegiatan entrepreneurial dengan memulai suatu
usaha dikenal sebagai wirausaha. Wirausaha oleh
karena itu, kemudian didefinisikan sebagai individu
yang mengambil risiko dan memulai hal baru.
Terdapat empat aspek utama yang harus dimiliki
untuk menjadi seorang wirausaha yaitu:
1. Proses penciptaan hal baru.
2. Memerlukan pengorbanan waktu dan tenaga.
3. Melibatkan imbalan menjadi wirausaha.
4. Melakukan pengambilan risiko.
1.4 Tahapan Enterprenurial
Proses entrepreneurial adalah proses dalam mengupayakan
sebuah usaha baru, baik itu berupa produk baru yang akan
diluncurkan ke dalam pasar, memasuki pasar baru , atau
penciptaan organisasi baru.
Proses entrepreneurial terdiri atas empat fase berikut ini:
1. Identifikasi dan evaluasi peluang
Mekanisme formal dalam mengidentifikasi peluang, dan
sumber informasi yang diperolah dari konsumen dan rekan
usaha, anggota sistem distribusi, serta tenaga-tenaga teknis
menjadi kunci keberhasilan dalam menemukan peluang.
2. Rencana bisnis (business plan).
Menyiapkan rencana bisnis terlebih dahulu dan tidak
memiliki sumber daya yang memadai unruk menyusun rencana
bisnis.
3. Menentukan dan Memilih SDM yang diperlukan.
4. Manajemen usaha.
Evaluasi masalah operasional dan implementasi yang
menentukan kunci kesuksesan suatu usaha. Sumber daya yang
diperolah diimplementasi rencana bisnis yang disusun.
1.5 Faktor Motivasional Entrepreneurship

Terdapat beberapa factor motivasional


Entrepreneurship yang dapat mempengaruhi intensi
berwirausaha di antaranya adalah efikasi diri dan
persepsi atas keinginan. Efikasi diri yaitu keyakinan
bahwa seseorang dapat sukses menjalankan proses
entrepreneurial. Sedangkan persepsi atas keinginan
merupakan derajat dimana individu memiliki evaluasi
dari kegiatan entrepreneurial yang dilakukan. Tingkat
pendidikan seorang wirausaha terbukti penting dalam
mencapai kesuksesan usaha yang didirikan dan
dikelolanya dan juga mengatasi berbagai
permasalahan yang dihadapi oleh wirausaha.
Pendidikan juga memfasilitasi integrasi dan akumulasi
pengetahuan baru, memberikan peluang yang lebih
besar bagi seseorang dan membantu wirausaha
baradaptasi dengan lingkungan baru.
1.6 Pelaku Entrepreneurship

• Wirausaha rumah tangga


• Usaha keluarga
• Wirasutri
• Wirausaha korban PHK perusahaan dan
karyawan yang mengundurkan diri dari
perusahaan.
• Wirausaha muda
• Wirausaha perempuan
• Wirausaha minoritas
• Wirausaha imigran
• Wirausaha paruh waktu
• Wirausaha sosial
1.7 Alih Suksesi Kepemimpinan Bisnis di Indonesia
Mengunguli Singapura

Usaha berbasis keluarga negara Indonesia menepati posisi


tertinggi di Asia Tenggara. Sebanyak 78 persen dari usaha
keluarga di Indonesia telah menyiapkan rencana
suksesi. Usaha keluarga di Singapura justru menempati
tempat terendah dalam perencanaan suksesi secara
formal. Hanya 58 persen dari usaha berbasis keluarga di
Singapura yang memiliki rencana suksesi formal. Lebih
dari 70 persen usaha keluarga di Indonesia
menggunakan dewan keluarga untuk membahas dan
melaksanakan rencana suksesi. Meski Indonesia
menjadi pemimpin pasar, namun mayoritas usaha
keluarganya tetap menggunakan struktur pengelolaan
usaha yang informal, seperti dewan keluarga untuk
menyelesaikan konflik keluarga dan permasalahan
suksesi.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai