Anda di halaman 1dari 35

PENGELOLAAN LINGKUNGAN

PERTAMBANGAN

DIKLAT PEMBEKALAN
PENGAWAS OPERASIONAL MADYA
Kegiatan Pertambangan
Mineral dan Batubara
LATAR BELAKANG
• Secara geologi Indonesia memiliki potensi sumber daya
mineral dan batubara yang cukup besar dan belum
semuanya dimanfaatkan secara optimal.
• Kegiatan operasi pertambangan mineral dan batubara
terbukti telah membuka keterisolasian suatu wilayah
karena pada umumnya sumber daya mineral dan
batubara terdapat di daerah terpencil.
• Pertumbuhan ekonomi sebesar rata-rata 4-6% pertahun,
kebutuhan industri akan sumber energi dan mineral
akan semakin besar.
• Tingkat pertumbuhan dan kemajuan industri
pertambangan Indonesia sangat dipengaruhi
inkonsistensi kebijaksanaan ekonomi Pemerintah yang
kurang memahami hakikat dan sifat khas usaha
pertambangan (lokasi tertentu, investasi jangka panjang,
risiko tinggi).
KARAKTERISTIK KEGIATAN PERTAMBANGAN
 Berada di bawah tanah
 Keterdapatan di muka bumi tidak dapat memilih tempat
 Tahapan harus dilalui :
• Penyelidikan Umum
• Eksplorasi
• Studi Kelayakan
• Konstruksi
• Operasi Produksi
• Pengangkutan dan Penjualan
• Pengolahan dan/atau pemurnian
• Pascatambang
 Sumberdaya tak terbarukan (non renewable)
 Padat modal dan teknologi
 Dapat difungsikan sebagai penggerak pembangunan
 Dapat memberikan efek ganda yang besar
 Risiko finansial sangat besar
KONSEP INDUSTRI PERTAMBANGAN
DALAM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

 Potensi SDA berupa mineral dan batubara di Indonesia diyakini


sangat besar, namun hanya dapat diketahui apabila dilakukan
eksplorasi terus menerus.
 SDA berupa mineral dan batubara tidak akan memberi manfaat
apabila tidak diolah dan dikembangkan.
 Masyarakat dan daerah di sekitar industri harus mendapatkan
manfaat yang lebih dari kehadiran industri mineral dan
batubara, karena terkena langsung dampak keberadaan
tambang.
 Industri pertambangan dalam pembangunan berkelanjutan
bertumpu pada tiga pilar: ekonomi, sosial dan lingkungan.
 Sumber daya mineral dan batubara yang tidak terbarukan
harus diperlakukan sebagai MODAL PEMBANGUNAN. Harus
dapat ditransformasi menjadi sumberdaya manusia dan potensi
ekonomi lain secara berkelanjutan.
GAMBARAN PERTAMBANGAN DALAM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

5
TEKNIS PERLINDUNGAN LINGKUNGAN

• Air Asam Tambang (ARD, AMD) • Sumber


• Pengendalian Erosi dan Sedimentasi • Pencegahan
• Pengelolaan Tailing • Pemeliharaan
• Kestabilan Lereng
– pit /ex pit
– Timbunan batuan penutup
• Operasional sarana penunjang
• Pelaksanaan Reklamasi
– Pemulihan fungsi permukaan tanah
– Mencegah banjir / longsor
• Lahan Basah/Rawa Buatan (Wet Land)
• Perencanaan & Pelaksanaan Pascatambang
– Keamanan thd lingkungan
– Keberlangsungan pembangunan
DAMPAK KEGIATAN PERTAMBANGAN

• Terjadi perubahan bentang alam


• Erosi dan sedimentasi
• Terjadinya air asam tambang
• Penurunan kualitas udara
• Getaran di permukaan dan air blast
• Penurunan kualitas air permukaan dan air tanah
• Perubahan fungsi lahan/tata guna lahan
• Penurunan produktivitas lahan
• Perubahan pada aspek sosial, ekonomi, & budaya
• Menghasilkan limbah B3
KAIDAH TEKNIK PERTAMBANGAN YANG BAIK

Wajib Melaksanakan:
• Ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja
pertambangan
• Keselamatan operasi pertambangan
• Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pertambangan,
termasuk kegiatan reklamasi dan revegetasi
• Upaya konservasi sumber daya mineral dan batubara
• Pengelolaan sisa tambang dari suatu kegiatan usaha
pertambangan dalam bentuk padat, cair, atau gas sampai
memenuhi standar baku mutu lingkungan sebelum
dilepas ke media lingkungan
Aplikasi Good Mining Practice
- Eksplorasi dengan presisi tinggi
- Pemilihan teknologi yang tepat ( recovery, dampak)
- Efisiensi penggunaan lahan
- Pengelolaan tanah pucuk/penutup
pucuk/ , erosi, sedimentasi, AAT
- Penggunaan air kerja dan perlindungan sumber-sumber air
- Penambangan tuntas
- Reklamasi segera
- Pemantauan lingkungan
- Pelaksanaan Pascatambang
AIR ASAM TAMBANG (AAT)
Pengertian: air yang bersifat asam akibat
terjadinya oksidasi mineral sulfida pada
kegiatan pertambangan (lindian, rembesan,
atau aliran)

Prinsip pencegahan dan penanggulangan:


hilangkan salah satu atau lebih unsur
pembentuk AAT, yaitu mineral sulfida,
oksigen atau air
MINERAL PEMBENTUK AAT

• Pirit (FeS2) • Kalkopirit (CuFeS2)


• Markasit (FeS2) • Molibdenit (MoS2)
• Kalkosit (Cu2S) • Sinabar (HgS)
• Kovelit (CuS) • Galena (PbS)
• Spalerit (ZnS)
PIRIT
Arsenopirit

Molibdenit Markasit

Kalkopirit
MINERAL PENETRAL AAT
• Kalsit (CaCO3)
• Siderit (FeCO3)
• Rodokrosit (MnCO3)
• Magnesit (MgCO3)
• Witerit (BaCO3)
• Ankerit (CaF (CO3)2)
• Dolomit (MgCa (CO3))
• Malakit (CuCO3 (OH)2)
• Manganit (MnOOH)
• Limonit/Goetit (FeOOH)
PREDIKSI DAN PENGUJIAN ADANYA
AIR ASAM TAMBANG

• IDENTIFIKASI LAPANGAN:
– Oksidasi sulfida menghasilkan besi sulfat
berwarna kuning dan garam aluminium
berwarna putih yang menyelimuti batuan
– Pembentukan flokulan (endapan) besi
– pH tanah dan air yang rendah
PENCEGAHAN AIR ASAM TAMBANG

Meniadakan salah satu atau lebih unsur pembentuk AAT:


• Cara kering (pemisahan, penimbunan, pelapisan, dsb)
• Cara basah (wet land)

PENDEKATAN HIDROLOGI
• Prinsip: MENJAGA AGAR AIR TIDAK MENGALIRI
MATERIAL PIRIT
• Tempatkan timbunan di atas permukaan air tanah,
padatkan dan lapisi dengan liat
• Parit pengelak (diversion ditch) untuk mengurangi
infiltrasi
Pengendalian asam tambang di penimbunan batuan
PELAPISAN
• Pelapisan dengan tanah liat:
– Bentonit (efektif karena sifat mengembang
dan melapisi/menutup)
– stabilisasi dari erosi dan penetrasi akar
• Pelapisan dengan bahan sintetik:
– aspal
– tar
– semen
– plastik film
– geotekstil
Kapsulasi material yang mengandung pembangkit asam dengan
material alkallin/kapur
MINIMALISASI OKSIGEN
• Pelapisan dengan lapisan pengkonsumsi oksigen
(tanah pucuk yang mengandung mikroorganisme
aktif) adalah strategi yang baik untuk
mengurangi O2 (segera).
• Pemadatan lahan untuk fasilitas penunjang pada
saat konstruksi
• Pemadatan pada permukaan dan lereng bagian
luar untuk mengurangi difusi O2 dan konveksi
udara ke dalam timbunan.
PENGENDALIAN (TREATMENT) AAT

• Penetralan dengan kapur atau bahan lain


• Penstabilan/pengendapan logam-logam
dan sulfida terlarut
PENGENDALIAN EROSI DAN SEDIMENTASI
PRINSIP UMUM PENGENDALIAN EROSI

1. Menyesuaikan kegiatan penambangan dengan kondisi topografi


dan tanah di daerah kegiatan
- Lakukan penilaian terhadap karakteristik fisik lapangan yaitu
topografi, tanah dan penyaliran.
- Manfaatkan kondisi topografi yang ada.
- Manfaatkan pola drainase alamiah.
2. Membuat rencana kendali erosi dan sedimentasi sebelum
dilakukan kegiatan yang dapat mengganggu tanah
- Dibuat oleh atau dengan bantuan tenaga ahli yang mampu
mengidentifikasi daerah-daerah yang akan mengalami masalah
erosi dan sedimentasi
- Harus dilaksanakan sesuai dengan rencana
PENGENDALIAN EROSI DAN SEDIMENTASI
PRINSIP UMUM PENGENDALIAN EROSI
3. Sedapat mungkin mempertahankan tumbuhan alami
- Pertahankan dan lindungi sampai pada saat kegiatan penebasan
benar-benar akan dilaksanakan
- Buat daerah penyangga di sekitar lokasi kegiatan
4. Meminimalkan luas dan lamanya tanah terbuka.
- Buat jadwal pengupasan dan pembentukan lereng untuk
mengurangi luas daerah terganggu sampai pada tingkat yang
paling minimum
5. Berupaya untuk menahan sedimen di lokasi/sumbernya
- Sedimen dari lokasi kegiatan harus ditangkap dgn kolam sedimen
- Kolam dan perangkap sedimen harus disiapkan sebelum kegiatan
pembukaan lahan dimulai
6. Mengalirkan air limpasan menjauh dari daerah yang terganggu
- Saluran pengelak harus digunakan untuk memotong air larian dan
mengalihkannya menjauhi daerah kegiatan
- Saluran pengelak harus disiapkan sebelum dilakukannya kegiatan
PENGENDALIAN EROSI DAN SEDIMENTASI
PRINSIP UMUM PENGENDALIAN EROSI
7. Meminimalkan panjang dan kemiringan lereng
- Lereng berteras, saluran dan penahan sedimen harus digunakan untuk
memotong aliran air pada lereng yang curam dan panjang.
- Harus diterapkan upaya untuk memperlambat kecepatan air larian.
8. Menstabilkan daerah terganggu sesegera mungkin
- Melakukan upaya stabilisasi seperti penanaman tumbuhan,
pemadatan, mulsa, kolam sedimen, dan anyaman kendali erosi
- Perbaikan dan pemeliharaan
9. Berupaya memperlambat kecepatan air limpasan yang keluar dari
lokasi kegiatan
- Mengurangi kecepatan air limpasan dengan menjaga keberadaan
tumbuhan penutup
- Membuang luapan air limpasan ke saluran alami
10. Melakukan pemeriksaan dan pemeliharaan terhadap sarana kendali
erosi secara berkala
- Menugaskan seseorang yang bertanggung jawab untuk melakukan
pemeriksaan & pemeliharaan harian
- Melakukan pemeriksaan setelah terjadi banjir
- Melakukan perbaikan segera
METODA VEGETATIF
Penggunaan tanaman dan sisa-sisanya untuk mengurangi daya rusak
hujan yang jatuh ke permukaan tanah, mengurangi jumlah dan daya
rusak aliran permukaan.

METODA VEGETATIF MEMPUNYAI FUNGSI :

- Melindungi tanah terhadap daya perusak butir-butir air hujan


yang jatuh atau terhadap aliran air permukaan;
- Memperbaiki kapasitas infiltrasi tanah dan penahanan air
yang langsung mempengaruhi besarnya aliran permukaan.
METODE TEKNIK SIPIL
Perlakuan mekanis yang diberikan terhadap tanah
untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi serta
meningkatkan kemampuan penggunaan tanah.

METODE TEKNIK SIPIL BERFUNGSI


- Memperlambat aliran permukaan;
- Menampung dan menyalurkan aliran permukaan
dengan kekuatan yang tidak merusak;
- Memperbesar infiltrasi air ke dalam tanah;
- Penyediaan air bagi tanaman.
SARANA YANG TERMASUK
METODE TEKNIK SIPIL ADALAH :

- Saluran permukaan / saluran pengelak


- Saluran bawah tanah
- Gabion
- Penahan tebing
- Geotekstil
- Penghalang sedimen
- Dam penghambat
- Penangkap sedimen
- Rip-rap
TAHAPAN KEGIATAN REKLAMASI
PERTAMBANGAN

 Pengendalian Erosi dan Sedimentasi


 Penyiapan Lahan
 Pengaturan Bentuk Lahan
 Penebaran Lapisan Tanah Pucuk
 Penanaman
 Pemeliharaan dan pemantuan
KASUS LINGKUNGAN PERTAMBANGAN
KATEGORI KASUS LINGKUNGAN
• Terjadi pada batas waktu tertentu
• Penurunan kualitas lingkungan
• Perubahan fungsi lingkungan
• Lingkungan tidak berfungsi lagi
• Tidak sesuai/melebihi baku mutu lingkungan

RISIKO KASUS LINGKUNGAN


• Membayar ganti rugi.
• Penghentian kegiatan sebagai sumber kasus.
• Menutup kegiatan pertambangan apabila kasus lingkungan
tidak dapat ditanggulangi.
• Mengganti penanggung jawab lapangan apabila terjadi
kelalaian
• Pidana apabila ada pihak yang dirugikan akibat pelanggaran
hukum
PENANGANAN KASUS LINGKUNGAN
PERTAMBANGAN
 Tanggung jawab KTT
 Melakukan penanggulangan segera
 Melaporkan proses/kronologi terjadinya kasus dan upaya
penanggulangan yang telah dilakukan kpd KAIT
 Melakukan pencegahan
 Melakukan tindakan koreksi yang diperintahkan Inspektur Tambang
 Kewenangan Inspektur Tambang
 Melakukan pemeriksaan lapangan
 Pembuktian terhadap kebenaran kasus yang terjadi
 Memberikan tindakan koreksi
 Menutup sementara unit kegiatan yang menjadi sumber kasus.
Penanganan Kasus diarahkan pada :
• Normalisasi fungsi lingkungan
• Mengurangi risiko perusakan dan pencemaran
• Koordinasi pendayagunaan SDM, alat, dan biaya dalam penanggulangan
• Aplikasi ilmu dan teknologi
• Optimalisasi peran masyarakat
• Antisipasi pengaruh dan dampaknya thd operasi dan lingkungan di
sekitarnya
TINDAKAN KOREKSI
 Terhadap sumber
 Penataan ulang atau perbaikan
menyeluruh sebagai upaya pencegahan
 Pemantauan
 Pemeliharaan
PEMANTAUAN LINGKUNGAN PERTAMBANGAN

PENGERTIAN TENTANG PEMANTAUAN


Adalah kegiatan untuk mendapatkan dan mengevaluasi
informasi (data) sebagai bahan untuk penilaian kinerja
suatu kegiatan (operasi).

TUJUAN PEMANTAUAN
• Menyediakan informasi untuk evaluasi secara periodik
• Menyediakan informasi untuk mengetahui adanya
perubahan di lapangan
• Mengetahui besarnya dampak dan membandingkannya
dengan prediksi dampak
• Meyakinkan bahwa perlindungan dan pengelolaan
lingkungan dilaksanakan secara optimal pada seluruh
lokasi kegiatan
MANFAAT PEMANTAUAN

•Pendeteksian secara dini dampak lingkungan


sehingga remediasi (penanggulangan) dapat
dilakukan secara efektif
•Menunjukkan kepatuhan/penaatan (compliance)
terhadap peraturan, standar, atau baku mutu
lingkungan
•Sebagai masukan atau umpan balik (feed back) bagi
kegiatan pengelolaan lingkungan
•Mengetahui trend dampak dan kualitas lingkungan
HAL-HAL YANG PERLU DIPANTAU
• Out put yang keluar setelah berinteraksi dengan
kegiatan (limbah cair, limbah padat, limbah
pengolahan/tailing, dsb.)
•Komponen lingkungan yang terkena dampak
(kualitas udara, bentang alam, tanah, air
permukaan dan air tanah, flora, fauna, sosial,
ekonomi, & budaya setempat)

Untuk memastikan bahwa limbah cair yang keluar memenuhi baku


mutu lingkungan maka diwajibkan adanya titik penaatan.

Titik penaatan adalah titik atau lokasi terluar di dalam sistem


pengolahan air limbah, dimana pada titik/lokasi tersebut kualitas air
limbah wajib memenuhi baku mutu lingkungan yang ditetapkan
PENUTUP
Dengan penerapan tatacara pertambangan yang
baik dan benar, pengelolaan lingkungan dilakukan
segera pada sumber penyebab timbulnya dampak,
diharapkan perubahan lingkungan yang mungkin
terjadi dapat diminimalkan dan reklamasi areal
bekas kegiatan tambang sesuai peruntukannya
dapat terpenuhi.

Anda mungkin juga menyukai