Abdomen
Inspeksi : Deformitas (-)
Auskultasi : Bising usus (+)
Ekstremitas
Palpasi : Supel, nyeri tekan(-)
Superior : Akral hangat (+/+), edema (-/-), CRT
Perkusi : Timpani
< 2 detik, kekuatan otot (5/5)
Inferior: Akral hangat (+/+), edema (-/+), CRT
< 2 detik, kekuatan otot (5/5)
Pemeriksaan penunjang
• Radiologi
• THORAX PA Dewasa 4/11/2020
• Tampak infiltrate di kedua pulmo,
• corakan vaskuler kedua pulmo meningkat,
• ujung kedua diafragma licin, tampak penebalan pleural space, CTR >0.56
• Kesan: gambaran awal oedem pulmo mix pneumonia
• Cardiomegali
Pada tahapan pertama, yaitu fase eksudatif dari jejas paru, temuan patologis disebut
sebagai diffuse alveolar damage. Terdapat membran hialin yang melapisi dinding
alveolar dan cairan edema yang mengandung protein di ruang alveoler, terjadi pula
gangguan pada epitel dan infiltrasi neutrofil pada interstitial dan alveoli.
Fase proliferatif, membran hialin telah mengalami organisasi dan fibrosis. Terjadi
deposisi kolagen pada interstitial dan alveolar bersamaan dengan penurunan neutrofil
dan deraja edema. Fase proliferatif ini diikuti oleh fase fibrosis yang tampak pada
gambaran radiologis pada ARDS persisten (lebih dari 2 minggu).
GAMBARAN KLINIS DAN DIAGNOSIS
Gejala klinis ARDS ditandai dengan timbulnya sesak napas akut yang
berkembang dengan cepat setelah kejadian predisposisi seperti trauma, sepsis,
overdosis obat, transfusi masif, pankreatitis, maupun aspirasi.
Pada pemeriksaan fisis ARDS akan didapatkan temuan yang bersifat non-spesifik
seperti takipnea, takikardi dan kebutuhan FIO2 yang semakin bertambah
untuk menjaga agar saturasi oksigen tetap normal.
Edema paru kardiogenik harus dibedakan dengan ARDS. Pada ARDS tidak
didapatkan gejala dan tanda-tanda gagal jantung (non-cardiac pulmonary edema)
Tanda-tanda gagal jantung harus diperhatikan dengan baik untuk menyingkirkan
diagnosis tersebut seperti peningkatan JVP, murmur, gallops, hepatomegali dan
edema tungkai.
Berikut adalah ARDS berdasarkan kriteri Berlin tahun 2011, dimana kriteria ini
masih digunakan sampai sekarang.
STRUKTUR VIRUS COVID-19
• Coronavirus : virus RNA strain tunggal positif, bentuk
bulat, berkapsul, tidak bersegmen virus terbesar dan
terpanjang saat ini.
• Subfamili coronavirus dibagi empat kelompok : α, β, ɣ, dan
δ coronavirus etiologi Covid-19 (betacoronoavirus)
• Virus terdiri dari RNA genom dan 4 protein penyusun.
• Protein S (untuk menempel pada reseptor sel), protein E
(selubung pembungkus), Protein M (Pembentuk struktur
virus), protein N ( berikatan dengan RNA membentuk
nukleokapsid)
• Protein S afinitas kuat terhadap reseptor ACE2. Pada
SARS-CoV-2, virus mampu masuk ke dalam sel
menggunakan reseptor ACE2
Geng Li et al. 2020. Coronavirus infections and immune responses. Journal Of Medical Virologi.
PATOGENESIS SARS COV 2
Respon Imun Covid-19 dengan Gejala Ringan
• Terdapat peningkatan sel T CD8+ hari ke 7-9.
• Peningkatan IgM/IgG SARS-CoV2 secara progresif juga ditemukan hari ke-7 hingga
ke-20.
• Terdapat penurunan monosit CD16+CD14+ dibandingkan kontrol sehat.
• Sel natural killer (NK) yang teraktivasi
• Pada pasien dengan manifestasi COVID-19 yang ringan, tidak ditemukan peningkatan
kemokin dan sitokin proinflamasi, meskipun pada saat bergejala.
Thevarajan I, E, et al.2020. Breadth of concomitant immune responses prior to patient recovery. Case Report.
Respon Imun Covid-19 dengan Gejala Berat
• Terdapat ↓ hitung limfosit dan AL, NLR ↑, persentase monosit, eosinofil, dan basofil lebih rendah,
↑sitokin proinflamasi(TNF-α, IL-1,IL-6, IL-8)& penanda infeksi (prokalsitonin, fe & CRP.)
• Selain itu didapatkan peningkatan antibody secreting cells (ASCs) dan sel T helper folikuler di
darah pada hari ke-7
• Laporan kasus lain pada pasien COVID-19 dengan ARDS ↓ limfosit T CD4 dan CD8, limfosit
CD4 dan CD8 tersebut berada dalam status hiperaktivasi .
• Selain itu ditemukan pula peningkatan konsentrasi Th17
• Penyebab terjadinya ARDS pada infeksi SARS-CoV-2 adalah badai sitokin, yaitu respons
inflamasi sistemik yang tidak terkontrol akibat pelepasan sitokin proinflamasi dalam jumlah besar (
IFN-α, IFN-γ, IL-1β, IL-2, IL-6, IL-7, IL-10 IL-12, IL-18, IL-33, TNF-α, dan TGFβ)
Xu Z, Shi Let al. 2020. Pathological findings of COVID-19 associated with acute respiratory distress syndrome. Lancet Respir Med.
Deteksi dini untuk infeksi 2019-nCoV
- Anak: Adanya infeksi/kecurigaan infeksi dan kriteria HR <70 bpm atau >150 bpm pada anak-anak); capillary
refill memanjang (>2 detik) atau vasodilasi hangat dengan
systemic inflammatory response syndrome (SIRS) >2,
nadi yang kuat; takipnea; bercak-bercak di kulit atau
dimana salah satunya harus disregulasi suhu atau jumlah sel
petechiae atau purpurea; peningkatan laktat; oliguria;
darah putih
hipertermia or hipotermia.
FASTHUGSBID
• Nutrisi dan Cairan
• Analgesia
• Sedasi
• Profilaksis Thromboemboli dan Regulasi Suhu
• Elevasi Kepala
• Profilaksis Ulkus
• Kontrol Glikemik
• Suplementasi Oksigen dan Spontaneous Breathing Trial
• Management syok
• Antibiotik
• Kortikosteroid
• Antivirus
NUTRISI DAN CAIRAN
• Tidak semua pasien dapat langsung mendapatkan asupan nutrisi,
karena itu diperlukan penilaian risiko dan manfaat pemberian nutrisi.
Penilaian risiko nutrisi dapat menggunakan skor nutric. Pasien dengan
risiko tinggi harus segera mendapatkan nutrisi, jika tidak dapat
diberikan nutrisi enteral (EN), maka pasien perlu mendapatkan nutrisi
parenteral (PN). Jika pasien dengan risiko rendah, pemberian nutrisi
dapat ditunda untuk mengurangi risiko penggunaan PN.
ANALGESIA
• Tidak ada pedoman spesifik dalam pemberian analgesia pada pasien
COVID-19.
• Penggunaan obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS) dicurigai dapat
mempermudah infeksi COVID-19 dan bahkan memperburuk
perjalan penyakit. Hal ini dikaitkan dengan peningkatan reseptor
angiotensin converting enzyme II (ACE II) yang menjadi reseptor
tempat virus berikatan dan menginfeksi tubuh manusia.
• Parasetamol adalah pilihan farmakologik dalam penatalaksanaan
demam. Penggunaan OAINS lain tidak dianjurkan mengingat risiko
yang belum didapat dikonfirmasi terkait dengan reseptor ACE II
yang menjadi titik infeksi 2019-nCoV.
SEDASI
• Sedasi pada pasien COVID-19 dengan ARDS harus diminimalkan untuk
memfasilitasi pemulihan yang lebih cepat.
• Oleh karena itu berkembang konsep analgosedation, dengan maksud
meningkatkan kenyamanan pasien dalam menghadapi prosedur-prosedur
ICU yang menimbulkan rasa sakit sehingga kebutuhan obat sedasi murni
pun berkurang. Penggunaan agen sedasi dapat digunakan jika pasien
perlu disedasi lebih dalam, seperti pada kasus asinkroni ventilasi mekanik.
ELEVASI KEPALA
• Jaga pasien dalam posisi semi-terlentang (elevasi kepala tempat tidur
30-45o). Hal ini penting untuk memaksimalkan fungsi paru,
mengurangi kejadian pneumonia terkait ventilator (VAP) dan
melancarkan drainase darah dari otak.
PROFILAKSIS ULKUS
• Agen blokade reseptor histamin-2 atau proton-pump inhibitors
terutama pada pasien dengan faktor risiko perdarahan gastrointestinal
(GI). Faktor risiko perdarahan GI meliputi penggunaan ventilasi
mekanik ≥48 jam, koagulopati, terapi penggantian ginjal, penyakit
hepar, komorbiditas multipel, dan skor kegagalan organ yang tinggi.
KONTROL GLIKEMIA
• Pertahankan target gula darah dalam rentang 120-180 mg/dl. Kontrol
gula darah yang terlalu ketat dapat menyebabkan risiko hipoglikemia
dan perburukan luaran pasien. Sebaliknya, gula darah yang terlalu
tinggi diasosiasikan dengan penurunan fungsi kognitif jangka panjang.
KORTIKOSTEROID
• Kortikosteroid ini diberikan hanya pada syok yang refrakter atau dapat
dipertimbangkan jika terdapat tanda-tanda ARDS. Steroid dapat menekan
sistem imun sehingga memperlambat bersihan virus. Mengingat
patofisiologi COVID-19 diakibatkan oleh adanya badai sitokin, pemberian
steroid dapat menurunkan intensitas badai sitokin dan meringankan
gejala.
SUPLEMENTASI O2 & Spontaneous Breathing Trial