Anda di halaman 1dari 35

Kelompok 4

1. Iswan Lamaga
2. Cici Amelia
3. Nurlia
4. Valentina Gabriillia Tansil asas
5. Nursyamsiani
6. Uzwatun Nur Thsasaliyah
7. Normawati
8. Yuyu Ratu Arista
9. Sri Alfatiah
10. Khaerunnisa

KEKERASAN DALAM RUMAH


TANGGA
Seorang perempuan 32 tahun di ruang perawatan
dengan kondisi lemah. Pasien dilakukan perawatan
karena mengalami kekerasan fisik oleh suaminya.
Pasien mengalami gangguan tidur dan nafsu makan
menurun. Pasien mengalami keputusasaan. Hasil
pemerikaan fisik tekanan darah 110/70 mmHg,
Frekuensi nadi 83 kali/menit, frekuensi nafas 18
kali/menit, suhu 360c. Hasil inspeksi ditemukan luka
memar di wajah dan punggung
PENGERTIA
N

Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah


setiap perbuatan terhadap seseorang terutama
perempuan, yang berakibat timbulnya
kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual,
psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga
termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan,
pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara
melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.
PEMERIKSAAN

WAST

Woman Abuse screening Tool (Wast) merupakan screening


pada pasien KDRT, screening ini berisi delapan pertanyaan
yang terbagi menjadi dua bagian yaitu Secara umum dan
pertanyaan secara khusus
Yang diperlukan untuk mengumpulkan data mengenai gejala yang
terjadi pada pasien kekerasan dalam rumah tangga

 Nyeri akut/kronik tanpa trauma yang terlihat


 Keluhan tanpa abnormalis dan pemeriksaan fisik (rasa lemah, nyeri
kepala kronik, palpitasi , dispnea, nyeri perut, keluhan gastrointestinal,
nyeri dada atipikal)
 Riwayat berobat ke IGD berulang kali
 Terdapat jarak waktu dari onset trauma sampai waktu berobat
 Kesulitan korban untuk bicara/ menyangkal informasi dari pelaku
 Rasa posesif dan iri yang berlebihan dari pelaku terhadap korban
(diungkapkan oleh korban/ tampak dari anamnesis dengan pelaku)
 Gejala depresi atau kecemasan
 Keluhan ginekologis (infeksi saluran kemi, dispareunia, nyeri pinggang)
 Keluhan trauma baik fisik maupun psikis
Ada dua faktor terjadinya perilaku kekerasan dalam
rumah tangga

 faktor internal
faktor internal akibat melemahnya kemampuan
adaptasi setiap anggota keluarga diantara sesamanya,
sehingga cenderung bertindak diskriminatif dan
eksploitatif terhadap anggota keluarga yang lemah.
 faktor eksternal
faktor eksternal akibat dari intervensi lingkungan di
luar keluarga yang secara langsung atau tidak langsung
mempengaruhi sikap anggota keluarga, yang terwujud
dalam sikap eksploitatif terhadap anggota keluarga lain
Asuhan Keperawatan
IDENTITAS
 KLIEN
 Nama Inisial : Ny. A
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Status Perkawinan : Menikah
 PENANGGUNG JAWAB
 Nama : Tn. B
 Alamat : Makasar
 Hubungan dengan Klien : Ayah
KEADAAN UMUM

 Keadaan
  Umum : Lemah
 Keluhan Utama : Lemah akibat mengalami
tindakan kekerasan
 Kesadaran : Composmentis
 Tanda-tanda Vital :
 TD : 110/70 mmHg
 HR : 83x/menit
 R : 18x/menit
 S :C
Riwayat penyakit sekarang :
Ny. A mengalami kekerasan fisik yang dilakukan oleh
suaminya sendiri sehingga menyebabkan luka memar
diwajah dan punggung, selain itu klien mengalami
gangguan tidur dan nafsu makan menurun,
keputusasaan, yang menyebabkan kondisinya lemah.
PENGELOMPOKKAN DATA
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF

1. Pasien mengeluh lemah 1. Klien Nampak lemah


2. Pasien mengeluh susah tidur 2. Klien Nampak susah tidur
3. Pasien mengeluh tidak ada nafsu 3. Klien Nampak tidak ada nafsu makan
makan 4. Klien Nampak tidak bersemangat
4. Pasien mengeluh putus asah 5. Pemeriksaan fisik ditemukan luka memar pada wajah
  dan punggung
 
. 6. Pemeriksaan Tanda – tanda vital :
TD : 110/70 mmHg
HR : 83x/menit
R : 18x/menit
S :C
 
ANALISA DATA
N DATA MASALAH
o
DS :
 Pasien mengeluh lemah
 Pasien mengeluh putus asah
DO :
 Klien Nampak lemah
 Klien Nampak tidak bersemangat Koping keluarga tidak efektif :
1  Pemeriksaan fisik ditemukan luka memar pada Koping keluarga tidak
Ketidakmampuan efektif :
b/d penggunaan
1 wajah dan punggung Ketidakmampuan b/d penggunaan
 Pemeriksaan Tanda – tanda vital : kekerasan untuk menangani konflik
TD : 110/70 mmHg kekerasan untuk menangani konflik
HR : 83x/menit
R : 18x/menit
S :C
 

DS :
 Pasien mengeluh susah tidur
 Pasien mengeluh putus asah
 Pasien mengeluh lemah
DO :
 Klien Nampak susah tidur
2
Gangguan pola tidur b/d depresi
 Klien Nampak tidak bersemangat
2  Klien Nampak lemah Gangguan pola tidur b/d depresi
 Pemeriksaan Tanda – tanda vital :
TD : 110/70 mmHg
HR : 83x/menit
Lanjut….!!!
DS :
 Pasien mengeluh tidak ada nafsu makan
 Pasien mengeluh lemah
DO :
Perubahan Nutrisi : Kurang Dari
 Klien Nampak tidak ada nafsu makan
Kebutuhan Tubuh b/d Penurunan
3  Klien Nampak lemah
Keinginan Untuk Makan Sekunder Akibat
: Anoreksia, depresi, stress, isolasi sosial.

DS :
 Pasien mengeluh putus asah
 Pasien mengeluh tidak ada nafsu makan
DO :
 Klien Nampak tidak bersemangat
4 Klien Nampak tidak ada nafsu makan Keputusasaan b/d riwayat penyiksaan fisik
DIAGNOSA KEPERAWATAN
No DIAGNOSA KEPERAWATAN

1 Koping keluarga tidak efektif : Ketidakmampuan b/d penggunaan kekerasan untuk


  menangani konflik
   
2 Gangguan pola tidur b/d depresi
   
3 Perubahan Nutrisi : Kurang Dari Kebutuhan Tubuh b/d Penurunan Keinginan Untuk
  Makan Sekunder Akibat : Anoreksia, depresi, stress, isolasi sosial.
   
  Keputusasaan b/d riwayat penyiksaan fisik
4
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. Koping keluarga tidak efektif : Ketidakmampuan b/d
penggunaan kekerasan untuk menangani konflik

 Defenisi :
 Perilaku orang terdekat bagi pasien (anggota keluarga atau orang
dekat lainnya) yang membuat ketidakmampuan kapasitas mereka dan
kapasitas klien untuk secara efektif melaksanakan tugas yg esensial,
baik untuk adaptasi pasien terhadap masalah kesehatan.
Lanjut…!!!
 Batasan Karakteristik :
A. Mayor
 Menyiksa atau mengabaikan perawatan terhadap individu
 Keputusan/tindakan yg merusak kesejahteraan keluarga
 Kelalaian dalam membina hubungan dgn anggota keluarga lain
A. Minor
 Intoleransi
 Penolakan
 Pengabaian
 Pengkhianatan
 Psikosomatisme
 Agitasi
 Depresi
 Agresi
 Bermusuhan
 Kerusakan dalam membina hidup yg berarti untuk diri
 Klien mengalami ketidakberdayaan, ketergantungan takaktif

TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
 Keluarga akan :
 Menyadari kebutuhan unit keluarga
 Menyadari kebutuhan pasien
 Mulai menunjukkan keterampilan interpersonal secara efektif
 Menunjukkan kemampuan u/ menyelesaikan konflik tanpa kekerasan
 Mengungkapkan perasaan yg tdk terselesaikan
 Mengidentifikasi dan mempertahankan batasan seksual dalam
keluarga
 Mengidentifikasi gaya koping yg bertentangan
 Berpartisipasi dalam penyelesaian masalah yg efektif
 Berpartisipasi dalam perencanaan perawatan.
INTERVENSI
1. Bantu keluarga u/ mengevaluasi fungsi keluarga saat ini dan yg lalu.
2. Memberikan kesempatan pada seluruh anggota keluarga mendiskusikan rasa
keprihatinan mereka terhadap situasi.
3. Tdk menganjurkan u/ saling menyalahkan tetapi membiarkan u/
mengeluarkan amarahnya.
4. Klarifikasi perasaan2 anggota keluarga.
5. Bantu keluarga ttg rasa keprihatinan terhadap situasi :
a. Apa yg salah?
b. Apa penyebabnya?
c. Siapa yg mempunyai andil terhadap masalah?
d. Apa pilihan yg tersedia?
e. Apa keuntungan/ kerugian dari pilihan yg ada?
6. Jika ada indikasi, minta anggota keluarga u/ mempertimbangkan masalah
dari perspektif anggota keluarga yg lain.
Lanjut…..
7. Jika dicurigai ada penyiksaan dalam rumah tangga :
a. Ketahui hokum Negara anda mengenai penyiksaan di rumah (mis,
kewajiban melapor)
b. Berikan kesempatan u/ memvalidasi kekasaran dan membicarakan
ttg perasaannya.
c. Langsung dan jgn menghakimi (Blair, 1986)
 Bagaimana anda menangani stress?
 Bagaimana pasangan anda atau memberi asuhan menangani stress?
 Bagaimana cara anda dan pasangan anda mendebatkannya?
 Apakah anda takut pada pasangan anda?
 Pernahkah anda dipukul, didorong atau dicedarai o/ pasangan
anda?
Lanjut…..
d. Dorong penilaian realistis ttg situasi; hilangkan rasa bersalah dan mitos.
 Tindak kekerasan ad/ tdk normal u/ kebanyakan keluarga
 Tindak kekerasan dapat dihentikan, tetapi biasanya menjadi lebih buruk.
 Alkohol dan obat tdk menyebabkan kekerasan.
 korban tdk mempunyai tanggung jawab terhadap tindak kekerasan.
 anda tdk pantas mendapatkan ini.
 anda mempunyai hak untuk dilindungi.
e. Berikan pilihan tetapi biarkan mereka membuat suatu keputusan dgn caranya sendiri.
f. Diskusikan pentingnya “rencana yg aman”. u/ kekhususan rencana keamanan, rujuk pada
hotline at/ program khusus u/ kekerasan RT.
g. Berikan daftar lembaga komunitas yg tersedia u/ korban dan pelaku tindak kekerasan
(kedaruratan dan jangka panjang) :
 Hotline
 Layanan resmi
 Tempat penampungan
 Pelayanan konseling
Lanjut….

h. Diskusikan ketersediaan departemen pelayanan sosial u/


mendapatkan bantuan.
i. Konsulkan dgn sumber2 resmi dlm komunitas dan kenalkan
korban dgn hukum2 negara bagian mengenai :
 Pengusiran pelaku dan tindak kekerasan
 Konseling
 Dukungan sementara
 Permintaan perlindungan
 UU kriminal
 Jenis intervensi polisi
j. Pencatatan temuan dan dialog u/ kemungkinan digunakan dlm
proses pengadilan dimasa mendatang.
2. Gangguan pola tidur b/d depresi.
 Defenisi :
Gangguan jumlah dan kualitas tidur
(penghentian kesadaran alami, periodik) yg
dibatasi waktu dlm jumlah dan kualitas.
Batasan Karakteristik :
 Subjektif
 Bangun lebih awal at/ lebih lambat dari yg diinginkan
 Ketidakpuasan tidur
 Keluhan verbal ttg kesulitan u/ tidur.
 Keluhan verbal ttg perasaan tdk dapat beristirahat dgn baik.
 Objektif
 Penurunan kemampuan berfungsi
 Penurunan proporsi tidur fase REM
 Penurunan tidur tahap 3 dan 4
 Insomnia dini hari
 Total waktu tidur kurang dari usia yg normal
 Perpanjangan waktu bangun
 Gangguan dorongan diri un/ tidur dgn pola normal.
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL

 Individu akan :
1. Menggambarkan faktor yg mencegah at/
menghambat tidur
2. Mengidentifikasi teknik un/ menginduksi tidur
3. Melaporkan keseimbangan optimal dari
istirahat dan aktivitas
INTERVENSI
1. Kurangi kebisingan
2. Atur prosedur un/ memberikan jumlah terkecil gangguan
selama periode tidur (mis, sewaktu individu bangun un/
pengobatan juga berikan penanganan dan ukur tanda vital).
3. Jika berkemih sepanjang malam mengganggu, batasi masukan
cairan waktu malam dan berkemih sebelum berbaring.
4. Tetapkan bersama individu suatu jadwal un/ program aktivitas
sepanjang waktu (jalan, terapi fisik)
5. Batasi jumlah dan panjang waktu tidur jika berlebihan (mis,
lebih dari 1 jam)
6. Batasi masukan minuman yg mengandung kafein setelah sore
hari.
Lanjut….
7. Jelaskan pada individu dan org terdekat penyebab g3 tidur/istirahat dan
kemungkinan cara un/ menghindarinya.
a. Hindari alkohol
b. Pertahankan waktu tidur dan waktu bangun
c. Menyusun rutinitas relaksasi un/ persiapan tidur (mis, teh herbal, mandi hangat)
d. Pertahankan ruang tidur sedikit dingin
e. Gunakan penutup telinga bila kebisingan menjadi masalah
f. Jangan latihan dalam 3 jam waktu tidur.
8. Cari teman sekamar yg cocok dgn pasien, jika memungkinkan
9. Bantu pasien un/ mengidentifikasi faktor2 yg mungkin menyebabkan kurang
tidur, seperti ketakutan, masalah yg tdk terselesaikan, dan konflik.
10. Yakinkan kembali pasien bahwa iritabilitas dan perubahan mood adalah
konsekuensi umum yg menyebabkan deprivasi tidur
11. Lakukan pijatan yg nyaman, pengaturan posisi, dan sentuhan afektif.
3. Perubahan Nutrisi : Kurang Dari Kebutuhan Tubuh b/d
Penurunan Keinginan Untuk Makan Sekunder Akibat :
Anoreksia, depresi, stress, isolasi sosial.
 Defenisi :
Keadaan individu yg mengalami kekurangan asupan nutrisi un/ memenuhi kebutuhan metabolik.
 Batasan Karakteristik :
 Subjektif :
 Merasakan ketidakmampuan un/ mengingesti makanan.
 Merasa kenyang segera setelah mengingesti makanan indigesti.
 Nyeri abdomen dgn atau tanpa penyakit.
 Objektif :
 Tdk tertarik un/ makan
 Kurang minat pada makanan
 Menolak un/ makan
 Luka, rongga mulut inflamasi
 Kelemahan otot yg dibutuhkan un/ menelan at/ mengunyah.
Tujuan
1. Mempertahankan BB atau pertambahan BB
2. Menjelaskan komponen keadekuatan diet bergizi
3. Menyatakan keinginan un/ mengikuti diet.
4. Toleransi terhadap diet yg dianjurkan.
5. Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dlm
batas normal
6. Nilai laboratorium dlm batas normal
7.Melaporkan keadekuatan tingkat energi.
Intervensi
1. Tentukan kebutuhan kalori harian yg realistis dan adekuat. Konsultasi pada ahli gizi.
2. Timbang setiap hari, pantau hasil pemeriksaan laboratorium.
3. Jelaskan pentingnya nutrisi yg adekuat. Negosiasi dgn klien tujuan masukan un/ setiap kali makan dan makan
makanan kecil.
4. Ajarkan individu un/ menggunakan penyedap rasa (seperti bumbu) untuk membantu meningkatkan rasa dan aroma
makanan.
5. Beri dorongan individu un/ makan dgn org lain (makanan disajikan diruang keluarga at/ kelompok, pada tempat
pertemuan lokal seperti pusat komunitas, kelompok tempat ibadah).
6. Rencanakan perawatan sehingga prosedur yg tdk menyenangkan at/ yg menyakitkan tdk dilakukan sebelum makan.
7. Berikan kesenangan, suasana makan yg relaks (tdk terlihat pispot; jgn ramai); coba berikan kejutan (mis, berikan
seikat bunga pada saat makan).
8. Tawarkan makan porsi kecil tapi sering (enam kali per hari ditambah dgn makanan kecil) un/ mengurangi perasaan
tegang pada lambung.
9. Instruksikan individu yg mengalami penurunan napsu makan untuk :
a. Makan makanan kering (roti panggang, krekers) saat bangun tidur.
b. Makan makanan yg asin jika tdk ada pantangan.
c. Hindari makanan yg terlalu manis atau berminyak
d. Cobalah minuman bening, yg dingin.
e. Minum sedikit2 melalui sedotan.
f. Makan kapan saja bila dapat di toleransi.
10. Coba suplemen komersial yg tersedia dlm banyak bentuk (cair, bubuk, pudding).
4. Keputusasaan b/d Riwayat Penyiksaan Fisik
 Defenisi :
Keadaan emosional subjektif terus-menerus dimana seseorang individu tidak
melihat ada alternative atau tersedia pilihan pribadi untuk memecahkan masalah-
masalah atau untuk mencapai apa yang diinginkan dan tidak dapat
menggerakkan energinya sendiri untuk menetapkan tujuan.
 Batasan karakteristik :
 Mayor
 Mengekspresikan apatis yg mendalam, yg berlebih-lebihan dlm
berespons terhadap suatu situasi yg dirasa tdk mungkin tanpa jalan
keluar (jelas atau tersembunyi)
 Respons-respons terhadap stimulasi melambat
 Kurang berenergi
 Kurang mempunyai arti dan tujuan dalam hidup
 Tdk mampu un/ mengenali sumber2 harapan
Lanjut….
 Minor
 Anoreksia
 Penurunan BB
 Tdk bersemangat dgn diri dan orang lain
 Kontak mata buruk; memalingkan wajah dari pembicara,
mengangkat bahu dlm berespons dgn pembicara
 Apatis
 Patah semangat
 Menghela napas
 Kurang terlibat dlm perawatan diri
 Pasrah
 Depresi
 Penurunan kemampuan un/ mengintegrasikan informasi yg
Tujuan
Jangka Pendek
Individu akan :
1. Menceritakan penderitaan secara terbuka dan konstruktif dgn org
lain
2. Mengenang dan meninjau kembali kehidupan secara positif
3. Mempertimbangkan nilai2 dan arti kehidupan
4. Mengekspresikan perasaan2 yg optimis ttg yg ada sekarang
5. Mengekspresikan perasaan ttg hubungan yg positif dgn org terdekat
6. Mengekspresikan percaya diri dgn hasil yg diinginkan
7. Mengekspresikan percaya diri dgn diri dan org lain
8. Mengungkapkan tujuan2 yg realistis
Lanjut…
Jangka Panjang
Individu akan :
1. Memperlihatkan suatu peningkatan dlm
tingkat energi seperti dibuktikan dgn aktivitas
2. Mengekspresikan harapan yg positif ttg masa
yg akan dating
3. Memperlihatkan inisiatif, tujuan diri, dan
autonomi dlm pengambilan keputusan dan
aktivitas.
Intervensi
1. Perlihatkan empati un/ meningkatkan ungkapan keraguan,
ketakutan dan keprihatinan
2. Beri dorongan individu un/ mengungkapkan mengapa dan
bagaimana harapan ad/ hal yg penting dlm kehidupannya
3. Beri dorongan mengekspresikan ttg mengapa harapan tdk pasti
dan dlm hal2 dimana harapan mempunyai kegagalan
4. Ajarkan bagaimana mengekspresikan bagaimana harapan
bermakna pada kehidupan klien
5. Kaji dan kerahkan sumber2 internal individu (autonomi,
mandiri, rasional, pemikiran kognitif, fleksibilitas, spiritualitas).
6. Bantu klien un/ mengidentifikasi sumber2 harapan (mis,
hubungan antar sesame, keyakinan, hal2 un/ diselesaikan).
Lanjut….
7. Buat lingkungan dimana ekspresi spiritual didorong.
8. Bantu klien un/ mengembangkan tujuan2 realistis jangka panjang dan jangka
pendek
9. Ajarkan klien un/ mengantisipasi pengalaman2 yg dia senang melakukannya
setiap hari (mis, berjalan, membaca buku favorit, menulis surat)
10. Kaji dan kerahkan sumber2 eksternal individu (org2 terdekat, tim
pelayanan kesehatan, kelompok pendukung, kekuatan yg lebih tinggi)
11. Bantu klien mengenali hal2 yg ia cintai, yg ia sayang, dan pentingnya
terhadap kehidupan org lain mengesampingkan ttg kegagalan dlm kesehatan.
12. Beri dorongan individu un/ berbagi keprihatinan dgn org lain yg
mempunyai suatu masalah atau penyakit yg sama dan yg telah mempunyai
pengalaman positif dlm mengatasi masalah tsb dgn koping yg efektif.
Sekian
Dan
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai