Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN KASUS

Bronchopneumonia
 
Pembimbing: dr Moch Toha Setiawan
 
Disusun Oleh : dr. boby anggara manalu (internship)
Bronkopneumonia adalah peradangan pada paru
dimana proses peradangannya ini menyebar
membentuk bercak-bercak infiltrat yang berlokasi di
alveoli paru dan dapat pula melibatkan bronkiolus
terminal.
KLASIFIKASI
1. Berdasarkan lokasi lesi di paru 3. Berdasarkan mikroorganisme
penyebab
• Pneumonia lobaris • Pneumonia bakteri
• Pneumonia lobularis • Pneumonia virus
(bronkopneumoni) • Pneumonia mikoplasma
• Pneumonia interstitialis • Pneumonia jamur

4. Berdasarkan karakteristik
2. Berdasarkan asal infeksi
penyakit
• Pneumonia yang didapat dari
• Pneumonia tipikal
masyarkat (community acquired
pneumonia = CAP) • Pneumonia atipikal

• Pneumonia yang didapat dari


rumah sakit (hospital-based 5. Berdasarkan lama penyakit
pneumonia) • Pneumonia akut
• Pneumonia persisten
Survey Kesehatan Nasional (SKN), 2010

Masalah
kesehatan
PNEUMONIA utama pada
anak di negara
berkembang
Survey Kesehatan Nasional (SKN), 2010

27,6 %,
kematian
bayi
Di Indonesia
disebabkan oleh
penyakit sistem
respiratori,
terutama
pneumonia.
22,8 %
kematian
balita
EPIDEMIOLOGI
• Insiden Bronchopneumonia di negara berkembang hampir 30% pada
anak-anak di bawah umur 5 tahun dgn resiko kematian yg tinggi,
• Sedangkan di Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari
seluruh penyakit infeksi pada anak di bawah umur 2 tahun.
Patofisiologi

Faktor Penyebab Bronchopneumonia masuk


kedalam saluran pernafasan.

Inflamasi Broncus dan Alveoli dengan ditandai


oleh penumpukan sekret.

Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka


komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis,
emfisema dan atelektasis.
Patologi dan Patogenesis

Stadium II/Hepatissi
Stadium I/ Hiperemia Merah

Disebut Disebut hepatisasi


hiperemia karena merah karena terjadi
sewaktu alveolus
terjadi respon
terisi oleh sel darah
peradangan merah, eksudat dan
permulaan yang fibrin yang dihasilkan
berlangsung oleh pejamu (host)
pada daerah baru sebagai bagian dari
yang terinfeksi. reaksi peradangan.
Patologi dan Patogenesis

Stadium III/ Hepatisasi Stadium IV/


Kelabu Resolusi
Pada stadium IV/
Hepatisasi kelabu resolusi yang terjadi
yang terjadi sewaktu respon imun
dan peradangan
sewaktu sel-sel
mereda, sisa-sisa sel
darah putih fibrin dan eksudat
mengkolonisasi lisis dan diabsorpsi
daerah paru yang oleh makrofag
terinfeksi. sehingga jaringan
kembali ke struktur
semula.
ETIOLOGI
• Patogen penyebab pneumonia pada anak bervariasi tergantung :
• Usia
• Status imunologis
• Status lingkungan
• Kondisi lingkungan (epidemiologi setempat, polusi udara)
• Status imunisasi
• Faktor pejamu (penyakit penyerta, malnutrisi).
• Usia pasien merupakan peranan penting pada perbedaan dan
kekhasan pneumonia anak, terutama dalam spectrum etiologi,
gambaran klinis dan strategi pengobatan
GEJALA KLINIS
• Bronchopneumonia biasanya di dahului oleh infeksi saluran
napas bagian atas selama beberapa hari.
• Suhu dapat naik sangat mendadak sampai 39 – 400 C dan
mungkin disertai kejang demam.
• Anak megalami kegelisahan, kecemasan, dispnoe pernapasan.
• Kerusakan pernapasan diwujudkan dalam bentuk napas cepat
dan dangkal, pernapasan cuping hidung, retraksi pada daerah
supraclavikular, ruang-ruang intercostal, sianosis sekitar mulut
dan hidung
• Dapat disertai muntah dan diare.
PEMERIKSAAN FISIK
Dalam pemeriksaan fisik ditemukan hal-hal sebagai berikut :
• Suhu tubuh ≥ 38,5o C
• Pada setiap nafas terdapat retraksi otot epigastrik, interkostal,
suprasternal, dan pernapasan cuping hidung.
• Takipneu berdasarkan WHO:
Usia < 2 bulan ≥ 60 x/menit
Usia 2-12 bulan ≥ 50 x/menit
Usia 1-5 tahun ≥ 40 x/menit
Usia 6-12 tahun ≥ 28 x/menit
PEMERIKSAAN FISIK
Dalam pemeriksaan fisik ditemukan hal-hal sebagai berikut :
• Suhu tubuh ≥ 38,5o C
• Pada setiap nafas terdapat retraksi otot epigastrik, interkostal,
suprasternal, dan pernapasan cuping hidung.
• Takipneu berdasarkan WHO:
Usia < 2 bulan ≥ 60 x/menit
Usia 2-12 bulan ≥ 50 x/menit
Usia 1-5 tahun ≥ 40 x/menit
Usia 6-12 tahun ≥ 28 x/menit
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
• Pada pneumonia virus dan mikoplasma umumnya leukosit
dalam batas normal. Pada pneumonia bakteri didapatkan
leukositosis yang berkisar antara 15.000 – 40.000/mm3 dengan
predominan PMN.
 
2. C-Reactive Protein (CRP)
• Secara klinis CRP digunakan sebagai alat diagnostik untuk
membedakan antara faktor infeksi dan noninfeksi, infeksi virus
dan bakteri, atau infeksi bakteri superfisialis dan profunda
3. Pemeriksaan Mikrobiologis
• Diagnosis dikatakan definitif bila kuman ditemukan dari darah,
cairan pleura, atau aspirasi paru.
4. Pemeriksaan serologis
• Uji serologik untuk medeteksi antigen dan antibodi pada
infeksi bakteri mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang
rendah.
5. Analisa gas darah( AGDA )
• Menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia.Pada stadium
lanjut dapat terjadi asidosis metabolik
6. Pemeriksaan Roentgenografi
• Foto rontgen toraks proyeksi posterior-anterior merupakan
dasar diagnosis utama pneumonia.
Secara umum gambaran foto toraks terdiri dari:
• Infiltrat interstisial, ditandai dengan peningkatan corakan
bronkovaskular, peribronchial cuffing dan overaeriation.
• Infiltrat alveolar, merupakan konsolidasi paru dengan air
bronchogram.
• Bronkopneumoni ditandai dengan gambaran difus merata pada
kedua paru berupa bercak-bercak infiltrat yang dapat meluas
hingga daerah perifer paru disertai dengan peningkatan corakan
peribronkial.
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Klasifikasi pneumonia berdasarkan pedoman WHO :
Bayi dan anak berusia 2 bulan – 5 tahun :
• Pneumonia berat
Frekuensi pernafasan pada anak umur 2-12 bulan ≥ 50 x/menit,
Usia 1-5 tahun ≥ 40 x/menit
Adanya retraksi
Sianosis
Anak tidak mau minum
Tingkat kesadaran yang menurun dan merintih (pada bayi)
Anak harus dirawat dan di terapi dengan antibiotik
Bayi berusia di bawah 2
• Pneumonia Bulan :
Frekuensi pernafasan pada • Pneumonia
anak umur 2-12 bulan ≥ 50
x/menit, Usia 1-5 tahun ≥ 40 Bila ada nafas cepat ≥ 60
x/menit x/menit atau sesak nafas
Adanya retraksi Harus dirawat dan diberikan
antibiotik
Anak perlu di rawat dan
berikan terapi antibiotik
• Bukan pneumonia
Tidak ada nafas cepat atau
sesak nafas
Tidak perlu dirawat, cukup
diberikan pengobatan
simptomatik
PENATALAKSANAAN

• Suportif : O2, nutrisi enteral/ parenteral


• Antibiotik secara empiris (biakan kuman dan tes sensitivitas)
- Usia < 3 bulan : ampisilin + gentamisin
- Usia 3 bulan – 5 tahun : ampisilin + kloramfenikol, tambahkan
makrolid jika tidak berespon dengan ampisilin + kloramfenikol
- Usia ≥ 5 tahun: makrolid, tambhakan golongan beta laktam
bila tidak berespon dnegan makrolid
PENATALAKSANAAN
Terapi Antibiotik
• Beri ampisilin/amoksisilin (25-50 mg/kgBB/kali IV atau IM
setiap 6 jam), yang harus dipantau dalam 24 jam selama 72
jam pertama.
• Bila anak memberi respons yang baik maka diberikan selama 5
hari.
• Bila keadaan klinis memburuk sebelum 48 jam, atau terdapat
keadaan yang berat (tidak dapat menyusu atau minum/makan,
atau memuntahkan semuanya, kejang, letargis atau tidak
sadar, sianosis, distres pernapasan
berat) maka ditambahkan kloramfenikol (25 mg/kgBB/kali IM
atau IV setiap 8 jam).
• Bila pasien datang dalam keadaan klinis berat, segera
berikan oksigen dan pengobatan kombinasi ampilisin-
kloramfenikol atau ampisilin-gentamisin.
• Sebagai alternatif, beri seftriakson (80-100 mg/kgBB
IM atau IV sekali sehari).
• Bila anak tidak membaik dalam 48 jam, maka bila
memungkinkan buat foto dada
Terapi Oksigen
• Beri oksigen pada semua anak dengan pneumonia berat
• Bila tersedia pulse oximetry, gunakan sebagai panduan untuk
terapi oksigen (berikan pada anak dengan saturasi oksigen <
90%, bila tersedia oksigen yang cukup).
• Lanjutkan pemberian oksigen sampai tanda hipoksia (seperti
tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam yang berat atau
napas > 70/menit) tidak ditemukan lagi.
Perawatan penunjang
• Bila anak disertai demam (> 39º C) yang tampaknya
menyebabkan distres, beri parasetamol.
• Bila ditemukan adanya wheeze, beri bronkhodilator kerja cepat
• Bila terdapat sekret kental di tenggorokan yang tidak dapat
dikeluarkan oleh anak, hilangkan dengan alat pengisap secara
perlahan.
• Pastikan anak memperoleh kebutuhan cairan rumatan sesuai
umur anak hati-hati terhadap kelebihan cairan/overhidrasi.
• Anjurkan pemberian ASI atau cairan oral.
• Jika anak tidak bisa minum, berikan cairan rumatan melalui
jalur intravena.
TERIMAKA
SIH

Anda mungkin juga menyukai